Anda di halaman 1dari 11

MUNTAH

DI SUSUN OLEH :
TINA MUZAENAH (1311020173)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S 1 PARALEL


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2013 / 2014

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sebagai tugas Mata kuliah Patologi. Makalah ini berisi tentang Definisi Mual dan
muntah, etiologi, patofisiologi, fase-fase muntah, macam-macam muntah, dampak dan
komplikasi serta penatalaksanaan terapi muntah.

Dalam menyusun makalah ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini, baik moril maupun
materiil. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna
menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan di bidang pengetahuan khususnya keperawatan dan kesehatan pada
umumnya. Terima kasih.
Wassalamualikum Wr.Wb.
Purwokerto, 24 Maret 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
A.

DEFINISI........................................................................................................ 3

B.

ETIOLOGI...................................................................................................... 3

C.

PATOFISIOLOGI.............................................................................................. 4

D.

FASE - FASE MUNTAH..................................................................................... 5

E.

MACAM MACAM MUNTAH...........................................................................6

F.

DAMPAK DAN KOMPLIKASI............................................................................7

G.

PENATALAKSANAAN TERAPI..........................................................................7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 10

MUNTAH
A. DEFINISI
Mual dan muntah adalah gejala-gejala dari penyakit yang mendasarinya dan
bukan penyakit spesifik. Mual adalah perasaan bahwa lambung ingin mengosongkan
dirinya, sementara muntah (emesis) adalah aksi dari mengosongkan lambung secara
paksa.
Mual sering kali di artikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala yang
dirasakan ditenggorokan dan di daerah sekitar lambung yang menandakan kepada
seseorang bahwa ia akan segera muntah. Muntah diartikan sebagai pengeluaran isi
lambung melalui mulut, yang seringkali membutuhkan dorongan yang sangat kuat.
(Sukandar, 2008)
Muntah adalah suatu gejala bukan merupakan sebuah penyakit. Gejala ini
berupa keluarnya isi lambung dan usus melalui mulut dengan paksa atau dengan
kekuatan. Muntah merupakan reflek protektif tubuh karena dapat berfungsi melawan
toksin yang tidak sengaja tertelan. Selain itu, muntah merupakan usaha mengeluarkan
racun dari tubuh dan bisa mengurangi tekanan akibat adanya sumbatan atau
pembesaran organ yang menyebabkan penekanan pada saluran pencernaan.
Muntah merupakan suatu cara saluran pencernaan membersihkan dirinya sendiri
dari isinya ketika hampir semua bagian atas saluran pencernaan teriritasi secara luas,
sangat mengembung, atau bahkan terlalu terangsang. Distensi atau iritasi berlebihan
dari duodenum menyebabkan suatu rangsangan yang kuat untuk muntah.

B. ETIOLOGI
1. Penyakit psikogenik
2. Proses prose sentral ( misal : tumor otak )
3. Proses sentral yang tak langsung
misal :
obat obatan seperti obat kemoterapi kanker, opioid, antibiotik, estrogen.
Kehamilan : hiperemesis, morning sickness.
3

4.
5.
6.
7.

Penyakit perifer ( misal : peritonitis, akut abdomen )


Iritasi lambung atau usus
Gastritis akut
Infeksi virus dan gastroenteritis akut
Misal : infeksi rotavirus yang paling sering menyebabkan diare pada anak yang

sering diistilahkan muntaber atau muntah berak


8. Penderita alergi dan hipersensitif saluran cerna.
Misal : penyakit gastroesophageal refluks ( PRGE / GERD )
9. Keracunan makanan
10. Iritan iritan lambung lainnya : alkohol, merokok dan -obat anti peradangan
nonsteroid seperti aspirin dan ibuprofen.
11. Obstruksi usus, ileus
12. Kolesistitis, pancreatitis, apendiksitis, hepatitis.
13. Terlalu banyak makan
14. Pasca operasi
15. Rasa sakit yang sangat / ekstrim nyeri (seperti sakit kepala pada serangan jantung)

C. PATOFISIOLOGI
Stimulus

psikologis,

naurologi,

reflex,

endokrin,

dan

kmiawi

dapat

menyebabkan muntah. Sinyal sensori yang mencetuskan muntah terutama berasal dari
faring, esophagus, perut, dan bagian atas usus halus. Dan impuls saraf yang
ditransmisikan oleh serbut saraf eferen fagal dan saraf simpatis ke berbagai nuclei
yang tersebar dibatang otak yang semuanya bersama sama disebut Pusat muntah.
Dari sini, impuls motorik yang menyababkan muntah sebenarnya ditransmisikan dari
pusat muntah melalui jalur saraf cranial V, VII, IX, X, dan XII ke saluran pencernaan
bagin atas, melalui saraf fagal dan simpatis ke saluran yang lebih bawah, da melalui
saraf spinalis ke diafragma dan otot perut.

Antiperistalsis.
Pada tahap awal dari iritasi atau distensi berlebihan gastrointestinal,
antiperistalsis mulai terjadi, sering beberapa menit sebelum muntah terjadi.
Antiperistalsis berarti gerakan peristaltik ke arah atas saluran pencernaan, bukannya
ke arah bawah. Hal ini dapat dimulai sampai sejauh ileum di saluran pencernaan, dan
gelombang antiperistaltik bergerak mundur naik ke usus halus dengan kecepatan 2
sampai 3 cm/detik; proses ini benar benar dapat mendorong sebagian besar isi usus
halus bagian bawah kembali ke duodenum dan lambung dalam waktu 3 sampai 5

menit. menjadi sangat meregang, peregangan ini menjadi factor pencetus yang
meninbulkan tindakan muntah yang sebenarnya.
Aksi Muntah.
Sekali pusat muntah telah cukup dirangsang dan timbul perilaku, efek yang
pertama adalah :
1) Nafas dalam
2) Naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik sfingter esophagus bagian atas
supaya terbuka.
3) Penutupan glottis untuk mencegah aliran muntah memasuki paru.
4) Pengangkatan palatum mole untuk menutup nares posterior.
kemudian datang kontraksi diafragma yang kuat ke bawah bersama dengan kontraksi
semua otot dinding abdomen. Keadaan ini memeras perut diantara diafragma dan otot
- otot abdomen, membentuk suatu tekanan intragastrik sampai ke batas yang tinggi.
Akhirnya, sfingter esophageal bagian bawah berelaksasi secara lengkap, membuat
pengeluaran isi lambung ke atas melalui esophagus.

D. FASE - FASE MUNTAH


Secara umum muntah terdiri atas 3 ( tiga ) fase, yaitu :
1. Nausea ( mual )
Merupakan sensasi psikis yang ditimbulkan akibat rangsangan pada organ organ
dalam, labirin ( organ keseimbangan ) atau emosi dan tidak selalu diikuti oleh
retching atau muntah.
2. Retching ( maneuver awal untuk muntah )
Merupakan fase dimana terjadi gerak nafas pasmodik dengan glotis tertutup,
bersamaan dengan adanya usaha inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga
menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
3. Regurgitasi / Emesis ( pengeluaran isi lambung/usus ke mulut ).
Terjadi bila fase retching mencapai puncaknya yang ditandai dengan kontraksi
kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunnya diaphragma, disertai
penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pilorus dan antrum berkontraksi,
fundus dan eksofagus relaksasi, dan mulut terbuka.

E. MACAM MACAM MUNTAH


5

1. Mabuk darat
Penyebabnya diperkirakan bahwa gesekan dalam kendaraan merangsang secara
berlebihan. Labirin dibagian dalam telinga dan juga pusat muntah melaui CTZ
(Chemoreceptor Trigger Zone) atau terjadi pertentangan antara mata dengan
indera perasa yang sebenarnya harus bekerja sama dengan organ keseimbangan
( labirin ), yang pada mabuk darat ( jalan ) memegang peranan esensial.
2. Muntah kehamilan
Jenis muntah ini biasanya terjadi antara minggu ke-6 dan ke-14 dari masa
kehamilan akibat kenaikan pesat dari HCG ( Human Chorion Gonadotropin).
Gejalanya pada umumnya tidak hebat dan hilang dengan sendirinya maka sedapat
mungkin jangan diobati, agar tidak mengganggu perkembangan janin.
3. Muntah akibat sitostatika
Disebabkan oleh rangsangan langsung dari CTZ ( Chemoreceptor Trigger Zone )
stimulant dan retroperistaltik dan pelepasan sitokronik di saluran lambung-usus.
4. Muntah akibat radioterapi dan pasca bedah
Muntah post-operatif terjadi untuk sebagian besar tergantung dari anestetika yang
digunakan dan jenis pembedahan. Yang digunakan terutama adalah zat-zat
antagonis DA dan antagonis serotonin.
5. Muntah darah ( Hematemesis )
Muntah darah merupakan suatu kondisi yang mengancam keselamatan seseorang.
Muntah darah ini disebabkan oleh menelan darah saat mimisan atau batuk akut,
atau benar-benar muntah darah. Hematemesis atau muntah darah biasanya
menunjukkan adanya pendarahan saluran gastrointestinal (pencernaan). Muntahan
darah berwarna merah terang (darah segar) atau bernoda darah menunjukkan
perdarahan baru terjadi. Muntah darah berwarna merah gelap, coklat atau hitam
(warna dan muntahan seperti ampas kopi) menandakan darah sudah tertahan lama
di lambung dan sudah tercerna sebagian.
Muntah darah merupakan gejala dari berbagai masalah kesehatan organ dalam
tubuh yang kemudian merangsang tubuh untuk mengeluarkan sesuatu lewat
mulutnya atau muntah yang bercampur dengan darah.

F. DAMPAK DAN KOMPLIKASI


1. Dehidrasi / tubuh kekurangan cairan
Dehidrasi ini akan berimplikasi hipovolemik pda tubuh, kulit kering / pecahpecah, penurunan kesadaran, serta sianosis.
2. Acidosis metabolic, akibat kekurangan H+ pada lambung
3. Kerusakan gigi akibat tergerus asam lambung ( perimylolisis )
6

4. Lemahnya perut, gangguan pandangan, pendengaran, dll

G. PENATALAKSANAAN TERAPI
Tujuan Terapi :
Tujuan keseluruhan dari terapi antiemetika adalah untuk mencegah atau
menghilangkan mual dan muntah; dan seharusnya tanpa timbulnya efek samping atau
efek yang tidak dikehendaki secara klinis.( Sukandar, 2008 )
Terapi Non Farmakologi ( Sukandar, 2008 ).
1. Pasien dengan keluhan ringan, mungkin berkaitan dengan konsumsi makanan
dan minuman, dianjurkan menghindari masuknya makanan
2. Intervensi non farmakologi diklasifikasikan sebagai intervensi perilaku
termasuk relaksasi, biofeedback, self-hypnosis, distraksi kognitif dan
desensitisasi siseimatik
3. Muntah psikogenik mungkin diatasi dengan intervensi psikologik
Terapi Farmakologi ( Sukandar. 2008 )
1. Obat antiemetik bebas dan dengan resep paling umum direkomendasikan
untuk mengobati mual muntah. Untuk pasien yang bisa mematuhi pemberian
dosis oral, obat yang sesuai dan efektif dapat dipilih tetapi karena
beberapa pasien tidak dapat menggunakan obat oral, obat oral tidak sesuai.
Pada pasien tersebut disarankan penggunaan obat secara rectal atau parenteral.
2. Untuk sebagian besar kondisi, dianjurkan antiemetik tunggal; tetapi bila pasien
tidak memberikan respon dan pada pasien yang mendapat kemoterapiemetonik
kuat, biasanya dibutuhkan regimen multi obat.
3. Terapi

mual-muntah

simpel

biasanya

membutuhkan

terapi minimal.

Obat bebas atau resep berguna pada terapi ini pada dosis lazim efektif yang
rendah
4. Penanganan mual-muntah komplek membutuhkan terapi obat yang bekerja
kuat, mungkin lebih dari 1 obat emetic

Prinsip-prinsip umum penatalaksanaan terapi:

1. Seringkali mual dan muntah berkaitan dengan suatu infeksi usus yang dapat
sembuh sendiri atau kebanyakan makan atau minum alkohol. Keadaankeadaan ini tidak memerlukan pengobatan spesifik.
2. Mual dan muntah yang menetap dihubungkan dengan stasis lambung. Stasis
lambung menyebabkan perlambatan absorpsi dari emetik-emetik atau obatobat lainyang diberikan secara per-oral, ini merupakan salah satu sebab
mengapa anti-emetik diberikan per-injeksi.
3. Bila muntah menetap, maka obat-obatan yang diberikan melalui oral akan
hilang percuma jika pasien muntah.
4. Dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam-basa harus diobati
secaratepat. Cairan intravena harus diberikan pada kasus-kasus yang
mengalamidehidrasi, yaitu cairan garam isotonik dengan tambahan kalium.
5. Kasus-kasus mual dan muntah akibat pemberian obat dapat diatasi
denganmemberikan obat tersebut bersama makanan atau dengan pemberian
anti-emetik seperti metoklopramid secara teratur.
6. Retching yaitu muntah tanpa isi yang dikeluarkan, lebih mengganggu daripada
itusendiri. Keadaan ini dapat diatasi dengan memberikan sedikit cairan, air
garam,atau susu, dalam interval yang teratur
7. Antasid efektif pada mual menetap yang diinduksi oleh obat, karena
dapatmeningkatkan laju pengosongan lambung.
8. Semua pasien yang mendapat anti-emetik harus diperingatkan akan
kemungkinanterjadinya sedasi. Pasien-pasien ini harus diingatkan untuk
berhati-hati jikamengemudi, menjalankan peralatan yang berbahaya dan lainlain.
9. Pada kasus-kasus mual dan muntah yang berat dan menetap, pengalaman
klinismenunjukkan bahwa pemberian kombinasi anti-emetik cukup efektif.
Hal iniagaknya disebabkan oleh fakta bahwa anti-emetik tersebut bekerja pada
reseptor yang berbeda.
10. Pasien-pasien dengan penyebab muntah yang bersifat mekanik, seringkali
tidak berespons terhadap anti-emetik. Fenotiazin tidak berguna dalam

mengobati mabuk mperjalanan, sementara obat-obatan antikolinergik dan


antihistamin tampaknyadapat berefek ( Walsh, 1997 )

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29669/4/Chapter%20II.pdf
Anonin. 2009. Informasi Spesialite Obat. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan

Neal M.J. 2006. At Glance Farmakologi Medis Edisi V. Penerbit Erlangga.Jakarta.

Wiseno Putri. 2010. Skripsi : Evaluasi Penggunaan Obat Tukak Peptik Pada Pasien Tukak
Peptik (Peptic Ulcer disease) Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Tahun 2008. Surakarta: Fakultas Farmasi UMS

Sukandar,E.Y dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFILinn

Tan. 2008. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Alex Media Kompetindo

Walsh,T.D. 1997. Kapita Selekta Penyakit dan Terapi. Jakarta: EGC Buku Kedokteran

10

Anda mungkin juga menyukai