Kelompok 6 Pso
Kelompok 6 Pso
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
2. Waktu Praktikum
3. Tempat Praktikum
a. Lantai III, Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.
b. Lantai II, dan III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Spektrofotometri UV-Visible adalah salah satu
bonding
transisi semacam itu biasanya lebih kuat daripada dalam daripada dalam transisi
(Day, 2001: 388).
Spektroskopi jenis FTIR biasanya digunakan untuk menetapkan gugus fungsional
apa yang terdapat dalam sampel. Dalam spektroskopi IR, suatu ikatan dibayangkan
sebagai pegas yang memiliki frekuensi osilasi alami. Semua ikatan memiliki frekuensi
khas yang membuat ikatan mengulur (stretch) atau menekuk (bend). Bila frekuensi
energielektromagnetik inframerah yang dilewatkan pada suatu molekul sama dengan
frekuensi mengulur atau menekuknya ikatan maka energy tersebut akan diserap. Serapan
inilah yang dapat direkam oleh suatu spektroskopi IR. Keteruluran bergantung pada
kekuatan ikatan serta massa atom-atom yang berikatan. Ikatan yang paling sukar diulur
adalah ikatan antara suatu atom bermassa besar dan satu atom bermassa ringan. Jadi,
ikatan C-H mempunyai frekuensi uluran yang tinggi karena perbedaan massa yang besar
antara karbon dan hydrogen. Lebih lanjut untuk ikatan C-H, karbon dengan ikatan
rangkap tiga ( CH ) memiliki frekuensi uluran lebih tinggi daripada karbon dengan
ikatan rangkap dua atau ikatan tunggal. Serapan lebih besar dari 3000 cm -1 menunjukkan
karbon berikatan rangkap, sedangkan serapan di bawah 3000 cm -1 menunjukkan karbon
berikatan tunggal (Bresnick, 2004: 112).
Spektrofotometer FTIR digunakan untuk menentukan gugus fungsi. Keberadaan
gugus karbonil (C=O) yang merupakan karakteristik untuk ester ditunjukkan oleh pita
serapan pada bilangan gelombang 1735,93 cm-1 dengan intensitas tajam dan kuat
didukung oleh serapan pada bilangan gelombang 1165,00 cm-1 yang menandakan gugus
C-O karakteristik ester. Serapan pada bilangan gelombang 3028,24 cm-1 , 3062,96 cm-1
dan 3066,11 cm-1 menunjukkan adanya gugus C-H aromatik dan didukung oleh serapan
pada bilangan gelombang 1602,85 cm-1 dan 1537,27 cm-1 menunjukkan gugus C=C.
Keberadaan serapan pada bilangan gelombang 1460,11 cm-1 dan 1423,47 cm-1
menunjukkan gugus C-H alifatik (CH2) didukung oleh serapan pada bilangan gelombang
1355,98 cm-1 dan 1384,89 cm-1 menunjukkan gugus alifatik (CH3) (Seniwati, 2014).
Dalam suatu spectrum NMR, posisi serapan oleh sebuah proton bergantung pada
kuat netto medan magnet lokal yang mengitarinya. Medan lokal ini merupakan hasil
medan terapan Ho dan medan molekul terimbas yang mengitari proton itu dan
berlawanan dengan medan terapan. Jika medan imbasan sekitar sebuah proton itu relative
kuat maka medan itu melawan Ho dengan lebih kuat dan diperluas medan terapan yang
lebih besar untuk membawa proton itu agar beresonansi. Dalam hal ini, proton itu
dikatakan terperisai (shielded) dan absorpsinya terletak di atas medan dalam spectrum
itu. Atau sebaliknya jika medan imbasan di sekitar sebuah proton itu relative lemah,
maka medan yang dipakai juga lemah dan membawa proton ini ke dalam resonansi.
Proton itu dikatakan tak terperisai (deshielded) dan absorpsinya muncul di bawah medan.
Terperisai dan tak terperisai adalah istilah relative. Untuk memperoleh pengukuran yang
kuantitatif diperlukan suatu titik rujukan (referensi). Senyawa yang dipilih untuk titik
rujukan ialah tetrametilsilana (TMS), (CH3)4Si, yang proton-protonnya menyerap pada
ujung kanan dalam spektrum NMR (Fessenden, 330: 1986).
Analisis dengan spektroskopi 1H-NMR bertujuan untuk mengetahui perbedaan dari
proton-proton dalam molekul, lingkungan elektronik dari setiap jenis proton, berapa
banyak proton dari setiap jenis proton yang ada, dan lingkungan dari sebuah proton
dengan tetangganya. Spektrum 1H-NMR C-heksil kaliks[4]resorsinarena pada Gambar
menunjukkan adanya 9 sinyal yang menandakan adanya 9 macam proton yang
mempunyai lingkungan berbeda. 1H-NMR (DMSO, 25 C): 7,10 (s, 4H, Ha), 6,12 (s,
4H, Hb), 8,85 (s, 6H, Hc,d), 2,48 (s, 2H, Hc,d), 4,19 (t, 4H, He), 1,97 (m, 4H, Hf),
1,27-1,02 (m, 32H, Hg-j), 0,80 (t, 12H, Hk). Adanya pergeseran kimia pada 4,19 ppm
yang mengindikasikan jembatan CH menunjukkan telah terbentuknya C-heksil
kaliks[4]resorsinarena (Handayani, 2014).
uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam
berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat
padat penunjangnya. Spektrometer massa adalah suatu instrumen yang dapat menyeleksi
molekul-molekul gas bermuatan berdasarkan massa atau beratnya. Teknik ini tidak dapat
dilakukan dengan spektroskopi, akan tetapi nama spektroskopi dipilih disebabkan
persamaannya dengan pencatat fotografi dan spektrum garis optik. Umumnya spektrum
massa diperoleh dengan mengubah senyawa suatu sampel menjadi ion-ion yang bergerak
cepat yang dipisahkan berdasarkan perbandingan massa terhadap muatan (m/e). Proses
ionisasi menghasilkan partikel-partikel bermuatan positif, dimana massa yang
terdistribusi adalah spesifik terhadap senyawa induk. Selain untuk penentuan struktur
molekul, spektrum massa dipakai untuk penentuan analisis kuantitatif. Biasanya sampel
ditembaki dengan berkas elektron yang menghasilkan suatu ion molekul atau fragmen
ionik. Fragmen-fragmen bermuatan ini dapat dipisahkan menurut massanya (Khopkar,
2010: 268).
Kromatografi gas-cair merupakan cara/teknik yang
paling sesuai
untuk
mengidentifikasi minyak atsiri karena dengan cara ini memung-kinkan sekaligus analisis
kualitatif dan kuantitatif. Dalam kromatografi gas, sampel cairan disuntikkan ke dalam
ruang injeksi dengan jarum injeksi melalui klep khusus. Sampel akan terbawa melalui
kolom. Di dalam kolom, sampel akan dipisahkan satu dengan yang lainnya dan kemudian
diteruskan ke detektor berupa signal/isyarat listrik. Selanjutnya akan direkam berupa
pulsa-pulsa di rekorder. Puncak-puncak spektrum tersebut akan dilewatkan ke
spektrometer massa untuk mengetahui massa molekul relatif (Mr) dan pola fragmentasinya (Sukmajaya, 2012).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
a. Botol vial
b. Gelas kimia 100 ml
c. Kuvet
d. Membran sel
e. Pipet tetes
f. Spektrofotometri Infra Red (IR)
g. Spektrofotometri UV-Vis
h. Spektrometri Massa-Gas Kromatografi (GC-MS)
i. Spektrometri Resonansi Magnet Inti (NMR)
j. Syringe (suntikan)
k. Tabung reaksi
2. Bahan-bahan Praktikum
a.
b.
c.
d.
e.
Aquades (H2O(l))
DCM (CH2Cl2)
Metanol (CH3OH)
n-heksana
Sampel 6 (sampel cair)
D. SKEMA KERJA
1. Analisis dengan Spektrofotometri UV-Vis
Larutan blanko (DCM)
o Ditempatkan pada kuvet
o Di-run dengan
spektrofotometer Uv-Vis
o Kemudian di-nol kan
Dicatat hasil yang diperoleh
larutan sampel
o Diencerkan dengan DCM
secukupnya
o Dimasukan ke dalam kuvet
Dicatat hasil yang
o diperoleh
Dianalisis dengan
spektrofotometer Uv-Vis
2. Analisis dengan Spektrofotometri Infra Red (IR)
Larutan sampel
o
F. ANALISIS DATA
Dari hasil pengamatan yang diperoleh, maka dapat dilakukan analisis sebagai berikut:
1. Untuk Spektrum UV-Vis
Berdasarkan data hasil pengamatan dari spektrum yang terbentuk, serapan yang
timbul terjadi pada gelombang 329 nm dengan Ymax = 0,0544, dan menurun dengan
Ymin = -0,1374. Adapun serapan gelombang yang didapat menurun disebabkan karena
larutan yang diukur merupakan larutan bening dan tidak terdapat ikatan rangkap C
terkonjugasi
G. PEMBAHASAN
H. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Nur Hasim dan Heri Sutanto. 2014. Pengaruh Temperatur Sintering Terhadap Sifat
Optik Lapisan Tipis Zinc Oxide (Zno) yang Dideposisi Diatas Substrat Kaca dan
Aplikasinya Untuk Mendegradasi Pewarna Methylene Blue. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1982. Kimia Organik, Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Harmita. 2006. Analisis Fisika Kimia. Jakarta: UI Press.
Juliana, Vina dkk. 2010. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Turunan Terpenoid dari Fraksi
N-Heksan Momordica Charantia L.Bandung : UPI Press.
Khopkar S. 2008. Konsep Dasar kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Sari, Mayang. 2011. Identifikasi Protein Menggunakan Fourier Transform Infrared (Ftir).
Jakarta : Universitas Indonesia.
Sukmajaya, I G. P dkk, 2012. Analisis Kandungan Minyak Atsiri Daun Tenggulun (Protium
Javanicum Burm.F.) dengan Metode Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa. Bukit
Jimbaran : Universitas Udayana.