09e01983 PDF
09e01983 PDF
TESIS
Oleh
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
TESIS
Oleh
CUT SRI WAHYUNI
077023002/IKM
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
Judul Tesis
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Dekan,
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
Anggota
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
PERNYATAAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
disebutkan dalam daftar pustaka
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
ABSTRAK
i
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
ABSTRACT
ii
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan berkahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul Hubungan Faktor Ibu
dan Pelayanan Kesehatan dengan Kematian Perinatal di Kabupaten Pidie
Tahun 2008.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademis untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, Sp.A(k)
atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dr. Ria
Masniari Lubis, MSi atas kesempatan yang diberikan menjadi mahasiswa Program
Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Dr. Drs. Surya Utama, MS dan
Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu
iii
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
iv
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
v
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
RIWAYAT HIDUP
Cut Sri Wahyuni, lahir di Matang Sagoe pada tanggal 02 Agustus tahun 1978,
agama Islam, status menikah dan mempunyai 2 orang anak. Alamat rumah di
Kelurahan Blang Paseh, Kecamatan Kota Sigli, Kabupaten Pidie.
Riwayat pendidikan, memasuki SD Negeri 4 selama 6 tahun dan lulus tahun
1990, kemudian memasuki SMPN 1 Matanggumpang Dua selama 3 tahun dan lulus
tahun 1993, selanjutnya memasuki SMA Negeri 1 Bireuen selama 3 tahun dan lulus
tahun 1996, kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia (FKM UI) selama 4,5 tahun dan lulus tahun 2001. Terakhir
melanjutkan tugas belajar ke Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada bulan September
2007 dan lulus tahun 2009.
Riwayat Pekerjaan, pertama sekali ditempatkan menjadi Staf Puskesmas
Peukan Baro, Kabupaten Pidie pada tahun 2002 sampai tahun 2003, kemudian
ditempatkan menjadi Staf Bidang Pelayanan Medis Rumah Sakit Umum Sigli pada
tahun 2004 sampai tahun 2005, Kepala Sub Bagian Pelayanan Penunjang Medis RSU
Sigli tahun 2006 sampai tahun 2007.Tahun 2008 mendapatkan tugas belajar sebagai
mahasiswa pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
vi
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTACT ............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
1.4 Hipotesis .......................................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 8
2.1. Definisi yang Berhubungan dengan Penelitian ................................ 8
2.2. Faktor Risiko Terjadinya Kematian Perinatal ............................... 10
2.3. Faktor Pelayanan Kesehatan .......................................................... 19
2.4. Pengawasan terhadap Kehamilan Risiko Tinggi ........................... 23
2.5. Kerangka Teori .............................................................................. 24
2.6. Kerangka Konsep ........................................................................... 25
BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 26
3.1. Jenis Penelitian .............................................................................. 26
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ........................................ 26
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 26
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 28
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ................................................. 28
3.6. Metode Pengukuran ....................................................................... 30
3.7. Metode Analisis Data ..................................................................... 31
BAB 4. HASIL PENELITIAN ........................................................................ 33
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Pidie ............................................... 33
4.2. Analisis Univariat .......................................................................... 35
4.3. Analisis Bivariat Hubungan Faktor Ibu dan Pelayanan
Kesehatan dengan Kematian Perinatal .......................................... 39
vii
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
viii
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
3.1
30
4.1
35
37
38
39
40
41
42
43
44
44
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
ix
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
2.1
24
2.2
25
x
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
64
67
Analisis Univariat..
69
Analisis Bivariat....
72
80
81
82
xi
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
Angka kematian perinatal (AKP) di negara maju 10 per 1000 kelahiran
sedangkan di negara berkembang 50 per 1000 kelahiran, angkanya lima kali lebih
tinggi daripada negara maju (WHO, 2006).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 di antara
15.235 kehamilan ditemukan 147 (0,96%) lahir mati dan 224 (1,48%) kematian
neonatal dini sehingga menghasilkan angka kematian perinatal 24 per 1000 kelahiran.
AKP menyumbang sekitar 77% dari kematian neonatal, dimana kematian neonatal
menyumbang 58% dari total kematian bayi (BPS, 2003).
AKB menurut hasil SDKI 2002- 2003 terjadi penurunan yang cukup besar dari
tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 35 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2002-2003 (Depkes RI, 2007).
Meskipun terus menurun, AKB di Indonesia masih tergolong tinggi jika
dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari
Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand.
Indonesia menduduki ranking ke-6 tertinggi setelah Singapura (3 per 1.000), Brunei
Darussalam (8 per 1.000), Malaysia (10 per 1.000), Vietnam (18 per 1.000), dan
Thailand (20 per 1.000). Diharapkan target Millenium Development Goals (MDGS)
bisa tercapai pada tahun 2015 yaitu menurunkan AKB sebesar dua pertiganya dalam
kurun waktu 1990-2015 (Bappenas, 2007).
Sedangkan di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam AKB sebesar 40/1.000
kelahiran hidup, angkanya lebih tinggi dari angka nasional (Dinkes NAD, 2007).
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
3
Pengendalian kematian perinatal akan berkontribusi sangat besar terhadap
penurunan
AKB.
Penurunan
kematian
perinatal
sangat
ditentukan
oleh
penatalaksanaan kesehatan ibu pada saat kehamilan, menjelang persalinan dan setelah
persalinan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kelangsungan hidup pada
masa perinatal juga dihubungani oleh sejumlah faktor meliputi karakteristik
demografi dan sosial ibu, riwayat kesehatan reproduksi ibu, kondisi kesehatan bayi
dan lingkungan tempat tinggal (Prameswari, 2007).
Beberapa penyebab kematian bayi menurut hasil Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) 2001 dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah
karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran
prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85%. Sedangkan
penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen
dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini
menunjukkan bahwa 66,82% kematian perinatal dihubungani pada kondisi ibu saat
melahirkan (Depkes RI, 2007).
Hasil SKRT dengan sampel 211.168 rumah tangga di Indonesia pada tahun
2001 ditemukan kematian neonatal sebanyak 180 kasus. Kasus lahir mati berjumlah
115 kasus, distribusi kematian neonatal sebagian besar diwilayah Jawa dan Bali
(66,7%) dan didaerah pedesaan (58,6%). Menurut umur kematian, 79,4% dari
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
4
kematian neonatal terjadi sampai dengan usia 7 hari dan 20,6% terjadi pada usia 8-28
hari (Sarimawar, 2004).
Dari laporan situasi anak dunia menyatakan seorang anak yang lahir dari
keluarga 20% paling miskin rata-rata memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar
untuk meninggal daripada seorang anak yang lahir pada kelompok 20% paling kaya
di Asia Timur dan Pasifik. Ini semua erat kaitannya dengan kekurangan gizi yang
sering diawali dengan dengan rendahnya berat bayi pada saat kelahiran (Unicef,
2007).
Pola penyakit penyebab kematian di Indonesia menunjukkan bahwa proporsi
penyebab kematian neonatal kelompok umur 0-7 hari yang tertinggi adalah berat
badan lahir rendah/ BBLR (35%), kemudian asfiksia lahir (33,6%). Dilihat dari
karakteristik ibu yang bayinya meninggal pada saat dilahirkan (perinatal) sebelumnya
telah melakukan perawatan antenatal 4 kali dimana K1 (64,6%), K4 (60,8%) dan
mendapatkan imunisasi tetanus (53%). Penurunan kematian maternal dan perinatal
sangat erat kaitannya dengan pemilihan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan
(57%) sementara oleh dukun (40%). Sementara 54,2% bayi yang dilahirkan di rumah
meninggal, sebagian besar proses persalinan berlangsung normal (88,9%) dan hanya
8% bayi yang dilahirkan dengan tindakan bedah caesar meninggal (Sarimawar, 2004).
Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil bisa kita lihat
dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Berdasarkan data Dinas Kesehatan NAD pada
tahun 2005 cakupan K1 (83,1%) dan K4 (71,9%) dan tahun 2006 cakupan K1
(85,7%) dan K4 (75,9%), terjadi peningkatan cakupan K1 dan K4 tetapi jumlah ini
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
5
masih jauh di bawah target nasional yaitu K1 (95%) dan K4 (90%) (Dinkes NAD,
2007).
Sedangkan cakupan pelayanan K1 dan K4 di Kabupaten Pidie mengalami
penurunan, pada tahun 2005 cakupan K1 (87%) dan cakupan K4 (70,32%) dan tahun
2006 cakupan K1 (85,98%) dan cakupan K4 (69,34%) (Dinkes Pidie, 2007).
Survey pendahuluan yang dilakukan berdasarkan laporan Sub Dinas
Kesehatan Keluarga Kabupaten Pidie, ditemukan kasus kematian perinatal cenderung
berfluktuatif pada tahun 2005 dari 9.194 persalinan terdapat 101 (1,09%) kasus
kematian perinatal, tahun 2006 dari 12.408 persalinan terdapat 160 (1,28%) kasus
kematian perinatal, tahun 2007 dari 10.996 persalinan terdapat 104 (0,94%) kasus
kematian perinatal dan tahun 2008 dari 7.955 persalinan terdapat 106 (1,33%) kasus
kematian perinatal (Dinkes Pidie, 2009).
Dari paparan data data diatas menggambarkan terjadi peningkatan angka
kematian perinatal pada tahun 2008 sehingga penulis ingin melakukan penelitian
mengenai hubungan faktor ibu dan pelayanan kesehatan dengan kematian perinatal di
Kabupaten Pidie.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
6
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis hubungan faktor ibu dan pelayanan kesehatan dengan
kematian Perinatal di Kabupaten Pidie tahun 2008.
Ada hubungan faktor ibu dengan kematian perinatal di Kabupaten Pidie tahun
2008.
a. Ada hubungan umur ibu dengan kematian perinatal.
b. Ada hubungan paritas dengan kematian perinatal.
c. Ada hubungan jarak antar kelahiran dengan kematian perinatal.
d. Ada hubungan riwayat penyakit ibu dengan kematian perinatal.
e. Ada hubungan riwayat persalinan ibu dengan kematian perinatal.
1.4.2
b.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
7
2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie dalam
meningkatkan pelayanan antenatal care dalam upaya meningkatkan kesehatan
ibu dan anak sehingga dapat mengurangi Angka Kematian Perinatal.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kesehatan perinatal.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kematian Perinatal
Wiknjosastro (2005) menyatakan bahwa untuk dapat memahami kematian
perinatal maka ada definisi-definisi yang lazim dipakai seperti kelahiran hidup,
kematian janin, kelahiran mati , kematian perinatal dini dan kematian perinatal.
Kelahiran hidup (live birth) adalah keluarnya hasil konsepsi secara sempurna
dari ibunya tanpa memandang lamanya kehamilan dan sesudah terpisah dari ibunya
bernafas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyutan tali pusat atau
pergerakan otot, tidak peduli apakah tali pusat telah dipotong atau belum.
Kematian janin (foetal death) adalah kematian hasil konsepsi sebelum
dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan.
Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak
bernafas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung, atau
palsasi tali pusat atau kontraksi otot.
Kelahiran mati (stillbirth) ialah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati
yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau
sama dengan 1000 gram).
Kematian perinatal dini (early neonatal death) ialah kematian bayi dalam 7
hari pertama kehidupannya. Sedangkan kematian perinatal (perinatal mortality) ialah
bayi lahir mati dan kematian bayi dalam 7 hari pertama sesudah lahir.
8
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
9
Kematian perinatal adalah kematian dalam masa kehamilan 28 minggu sampai
bayi lahir dan berusia 7 hari. Kematian perinatal ditentukan dengan menghitung
jumlah kematian masa perinatal tersebut di bagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan
lahir mati (Ranuh, 2005).
Periode perinatal didefinisikan sebagai masa sejak janin mampu hidup diluar
kandungan hingga akhir hari ke-7 setelah kelahiran. Menentukan usia janin
sebenarnya adalah hal yang sulit karena hal tersebut tergantung pada umur kehamilan
dan fasilitas pelayanan khusus yang tersedia. Oleh sebab itu, akan lebih mudah untuk
menggunakan berat lahir dalam menentukan usia janin. Di negara maju, bayi dapat
bertahan hidup sejak usia 22 minggu umur kehamilan (berat mencapai 500 gram)
sedangkan dinegara berkembang, bayi diharapkan untuk dapat bertahan hidup sejak
usia kehamilan 28 minggu (dimana berat telah mencapai 1000 gram) (WHO, 2001).
2.1.2
1000 dan kemudian dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun
yang sama (Wiknjosastro, 2005).
AKP =
x 1000
jumlah kematian perinatal
Jumlah lahir mati + jumlah lahir hidup
AKP perlu diketahui karena dapat merefleksikan tingkat kesehatan ibu hamil
dan bayinya serta standar pelayanan yang diberikan. Angka ini juga merupakan salah
satu indikator terbaik dari status sosial ekonomi masyarakat, daerah dan negara.
Angka ini rendah bila standar kehidupan meningkat sehingga pengamatannya secara
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
10
berkala dapat memperlihatkan kemajuan di masyarakat. Masyarakat dengan AKP
yang tinggi juga memiliki AKI yang tinggi karena keduanya merefleksikan kondisi
hidup yang buruk dan kurang memadainya pelayanan kesehatan yang diberikan
(WHO, 2001).
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
11
trauma dan upaya pencegahan dari individu itu sendiri. Faktor ibu adalah termasuk
umur ibu, paritas dan jarak kehamilan, faktor lingkungan yaitu berhubungan dengan
media penyebaran penyebab penyakit seperti udara, air, makanan, kulit, tanah,
serangga dll. Kekurangan gizi yaitu kekurangan kalori, protein dan kekurangan
vitamin dan mineral, sedangkan faktor upaya pencegahan penyakit individu yaitu
termasuk imunisasi dan pengobatan (Singarimbun, 1988).
Masalah kesehatan neonatal tidak dapat dilepaskan dari masalah kesehatan
perinatal dimana proses kehamilan, dan persalinan memegang faktor yang amat
penting.
Faktor risiko adalah kondisi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan
kemungkinan risiko atau bahaya terjadinya komplikasi pada persalinan yang dapat
menyebabkan kematian atau kesakitan ibu dan bayinya. Adapun ciri-ciri faktor risiko
adalah (1) Faktor risiko/masalah mempunyai hubungan dengan kemungkinan
terjadinya komplikasi tertentu pada persalinan, (2) Faktor risiko dapat ditemukan dan
diamati/dipantau selama kehamilan sebelum peristiwa yang diperkirakan terjadi, (3)
beberapa faktor risiko pada seorang ibu hamil dapat merupakan suatu mata rantai
dalam proses terjadinya komplikasi pada persalinan (Rochjati, 2003).
1. Umur ibu
Umur berhubungan terhadap proses reproduksi, umur ibu yang dianggap
optimal untuk kehamilan adalah antara 20 sampai 30 tahun. Sedangkan dibawah atau
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
12
diatas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan
(Martaadisoebrata, 2005).
Umur ibu < 20 tahun belum cukup matang dalam menghadapi kehidupan
sehingga belum siap secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan. Pada umur tersebut rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan
baik hingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan
keracunan kehamilan atau gangguan lain kerena ketidaksiapan ibu untuk menerima
tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Sebaliknya jika umur ibu > 35 tahun
cenderung mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes, myoma uteri,
persalinan lama dan penyakit-penyakit lainnya (Depkes RI, 2001).
Pertambahan umur akan diikuti oleh perubahan perkembangan dari organorgan dalam rongga pelvis. Keadaan ini akan memhubungani kehidupan janin dalam
rahim. Pada wanita usia muda dimana organ-organ reproduksi belum sempurna
secara keseluruhan, disertai kejiwaan yang belum bersedia menjadi seorang ibu
(Jumiarni, 1993).
Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita adalah antara umur 20-35 tahun
karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental juga sudah
matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya (Draper, 2001).
2. Paritas
Paritas merupakan jumlah persalinan yang dialami oleh ibu. Paritas terdiri
atas 3 kelompok yaitu: (1) Golongan primipara adalah golongan ibu dengan 0-1
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
13
paritas, (2) Golongan multipara adalah golongan ibu dengan paritas 2-6 dan (3)
Golongan grande multipara adalah golongan ibu dengan paritas > 6.
Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan kedua sampai keempat.
Kehamilan pertama dan setelah kehamilan keempat mempunyai risiko yang tinggi.
Grande multi para adalah istilah yang digunakan untuk wanita dengan kehamilan
kelima atau lebih. Kehamilan pada kelompok ini sering disertai penyulit, seperti
kelainan letak, perdarahan ante partus, perdarahan post partum dan lain-lain
(Martaadisoebrata, 2005).
Grande multipara kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah
berulang kali direnggangkan oleh kehamilan membatasi kemampuan berkerut untuk
menghentikan perdarahan sesudah persalinan. Disamping itu banyak pula dijumpai
tidak cukupnya tenaga untuk mengeluarkan janin yang disebut dengan merits uteri.
Keadaan ini akan lebih buruk lagi pada kasus dengan jarak kehamilan yang singkat.
3. Jarak Antar Kelahiran
Risiko terhadap kematian ibu dan anak meningkat jika jarak antara dua
kehamilan < 2 tahun atau > 4 tahun. Jarak kehamilan yang aman ialah antara 2-4
tahun. Jarak antara dua kehamilan yang < 2 tahun berarti tubuh ibu belum kembali ke
keadaan normal akibat kehamilan sebelumnya sehingga tubuh ibu akan memikul
beban yang lebih berat. Jarak kelahiran anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim
dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, kehamilan dalam keadaan ini perlu
diwaspadai karena adanya kemungkinan pertumbuhan janin yang kurang baik,
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
14
mengalami persalinan yang lama atau perdarahan. Sebaliknya jika jarak kehamilan
antara dua kehamilan > 4 tahun, disamping usia ibu yang sudah bertambah juga
mengakibatkan persalinan berlangsung seperti kehamilan dan persalinan pertama
(Depkes RI, 2002).
Anak yang memiliki jarak kelahiran terlalu dekat ( 2 tahun atau kurang), akan
beresiko terhadap kematian neonatal sebesar 4.4 kali dibandingkan dengan jarak
kelahiran lebih dari dua tahun (Iswarati, 2007).
4. Riwayat Kesehatan Ibu
Kesehatan dan pertumbuhan janin dihubungani oleh kesehatan ibu. Bila ibu
mempunyai penyakit yang berlangsung lama atau merugikan kehamilannya, maka
kesehatan dan kehidupan janin pun terancam (Depkes RI, 2001).
Penyakit yang diderita oleh ibu selama kehamilan terbagi dua, yaitu Penyakit
akibat komplikasi yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan, yang terdiri
dari:
(a)
Diabetes Mellitus;
Diabetes mellitus pada ibu dapat menyebabkan bayi mengalami berat badan
lahir lebih besar melebihi usia kehamilan karena kadar gula darah dalam tubuh iubu
sangat tinggi sehingga memhubungani pertumbuhan janin. Diabetes mellitus pada
bayi mengakibatkan hipoglikemia karena ketika di dalam tubuh ibu, janin
menyesuaikan jumlah insulin dengan tubuh ibunya tetapi setelah lahir jumlah insulin
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
15
yang telah terbentuk tidak sesuai dengan kadar gula darah dengan tubuh bayi
(Jumiarni, 1994 )
(b) Anemia
Anemia atau kurang darah adalah rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam
sel-sel darah merah,yaitu kurang dari 11gr%. Prevalensi anemia pada ibu hamil pada
tahun 1995 adalah 51,3% (SKRT 1995).
Anemia dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin
baik sel tubuh maupun otaknya. Anemia dapat mengakibatkan kematian janin
didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas
dan mortalitas ibu dan kematian perinatal meningkat.
Kegiatan pencegahan dan penanggulangan masalah anemia secara luas telah
dilaksanakan bagi semua ibu hamil berupa pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet
selama masa kehamilan dan bagi ibu hamil yang menderita anemia ( Hb < 11 gr%)
diberikan pengobatan khusus di puskesmas atau rumah sakit ( Depkes RI, 2002).
Tanda tanda ibu menderita anemia seperti perasaan lesu, sering mengantuk,
selaput bagian dalam kelopak mata, bibir dan kuku pucat serta penglihatan
berkunang-kunang (Depkes RI, 2001).
Jika wanita hamil mengidap anemia, pengaruhnyanya dapat terjadi di awal
kehamilan, yaitu terhadap hasil pembuahan (janin, plasenta, darah). Hasil pembuahan
membutuhkan zat besi yang jumlahnya cukup banyak untuk membentuk butir-butir
darah merah dan pertumbuhan embrio.pada bulan ke-5 dan ke-6 janin membutuhkan
zat besi yang semakin besar. Jika kandungan zat besi ibu kurang maka terjadinya
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
16
abortus, kematian janin dalam kandungan atau waktu lahir, lahir premature serta cacat
bawaan tidak dapat dihindari (Huliana, 2001).
Masalah ditemui adalah rendahnya cakupan pemberian tablet Fe yaitu sekitar
64,4% pada tahun 1998,hal ini di sebabkan tidak mencukupinya persediaan tablet Fe
saat pemeriksaan kehamilan. Kegiatan yang saat ini dilakukan adalah mengganti Fe
dengan multivitamin dan pemberian tablet Fe pada remaja putri sejak usia sekolah
menengah (Depkes RI, 2002).
Kehilangan fisilogis basal dari tubuh melalui kulit dan alat pencernaan
diperkirakan 14mikrogram / kilogram berat badan perhari atau sekitar 0,8 miligram
bagi wanita dewasa yang berat badannya 55 kilogram. Wanita selain kehilangan zat
besi melalui fisologis basal juag terjadi kehilangan zat besi melalui proses menstruasi.
Jumlah zat besi yang hilang meliputi 95% wanita menstruasi adalah 1,6 miligram
perhari (Martianto, 1992).
Wanita yang berat badannya 55 kilogram memerlukan tambahan zat besi
untuk pembentukan hemoglobin sejumlah 500 miligram,untuk pembentukan janin
290 miligram dan untuk plasenta 25 miligram serta untuk darah yang keluar pada saat
melahirkan diperkirakan total kebutuhan zat besi wanita hamil selama 9 bulan 1000
miligram ( Martianto, 1992).
Penyakit akibat komplikasi langsung dengan kehamilan, terdiri dari:
(a) Preeklamsia dan eklamsia
Preeklamsia adalah suatu sindroma yang dijumpai pada ibu hamil diatas 20
minggu yang ditandai dengan hipertensi atau proteinuria dengan atau tanpa edema.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
17
Disebut hipertensi bila tekanan darah 140/90 mmHg atau terjadi kenaikan tekanan
systolic 30 mmHg atau kenaikan tekanan diastolic 15 mmHg dari ukuran tekanan
darah normal. Guna menentukan Preeklamsia maka pengukuran tekanan darah harus
dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval waktu 6 jam atau lebih guna
keakuratan hasil pemeriksaan tekanan darah yang diperoleh (Tanjung, 2004).
Preeklamsia dan eklamsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan. Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai
dengan retensi garam dan air. Perubahan pada organ ibu yang mengalami
preeklamsia dan eklamsia yaitu terjadinya aliran darah menurun ke plasenta dan
menyebabkan gangguan plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin
karena kekurangan oksigen (Mochtar, 1995).
Apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu
ini dinamakan preeklamsia sedangkan jika dijumpai kejang-kejang pada penderita
preeklamsi dan sampai koma ini dinamakan eklamsia (Roeshadi, 2006).
Ibu hamil yang mengalami preeklampsia berisiko tinggi mengalami
keguguran, gagal ginjal akut, pendarahan otak, pembekuan darah intravaskular,
pembengkakan paru-paru, kolaps pada system pembuluh darah, dan eklampsia , yaitu
gangguan tahap lanjutan yang ditandai dengan serangan toxemia yang bisa berakibat
sangat serius bagi ibu dan bayinya.
Pada bayi, preeklampsia dapat mencegah plasenta (jalur penyaluran udara dan
makanan untuk janin) mendapat asupan darah yang cukup, sehingga bayi bisa
kekurangan oksigen ( hypoxia ) dan makanan. Hal ini dapat menimbulkan rendahnya
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
18
bobot tubuh bayi ketika lahir dan juga menimbulkan masalah lain pada bayi, seperti
kelahiran prematur sampai dengan kematian pada saat kelahiran ( perinatal death ).
Tetapi banyak wanita penderita preeklampsia tetap melahirkan bayi yang
sehat. Hal ini karena preeklampsia dapat dideteksi lebih awal apabila calon ibu rajin
merawat kehamilannya.
Berdasarkan penelitian di 6 negara yaitu Argentina, Egypt, India, Peru, South
Africa and Vietnam pada tahun 20012003 memperlihatkan bahwa angka kelahiran
mati 12,5 per 1000 kelahiran dan angka kematian neonatal dini adalah 9,0 per 1000
kelahiran pada kejadian preeklamsi dan eklamsi (Ngoc, 2006).
(b)
Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir setelah
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
19
kelahiran, prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis. Pecahnya
selaput ketuban jauh sebelum aterm merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas
perinatal (Wiknjosastro, 2007).
5. Riwayat Persalinan
Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan perdarahan, abortus, partus
prematuritas, kematian janin dalam kandungan, preeklamsia/eklamsia, Ketuban Pecah
Dini (KPD), kehamilan muda, kelainan letak pada hamil tua, hamil dengan tumor
(myoma atau kista ovari) serta semua persalinan tidak normal yang pernah dialami
ibu merupakan risiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Keadaan-keadaan tersebut
perlu diwaspadai karena kemungkinan ibu akan mendapatkan kesulitan dalam
kehamilan dan saat akan melahirkan (Princus, 1998).
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
20
Penerapan praktis pelayanan antenatal care sering dipakai standard minimal
meliputi 5T, yaitu: (1) timbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan yang
dapat dimanfaatkan untuk menilai suatu status gizi ibu; (2) pemeriksaan tekanan
darah; (3) pemeriksaan tinggi fundus uteri; (4) pemberian Tetanus Toksoid (TT) dua
kali selama hamil; (5) pemberian tabelt zat besi (Fe) minimal 90 tabelt selama hamil,
untuk pemeriksaan paripurna meliputi 7 T yaitu ditambah dengan test terhadap
penyakit menular seksual dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Antenatal care merupakan kegiatan pemeriksaan ibu dan janin selama
kehamilan yang dilakukan secara teratur. Pemeriksaan antenatal pertama kali
dilakukan pada bulan pertama kehamilan, selanjutnya periksa ulang 1 kali sebulan
dan periksa ulang 1 kali setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan. Adapun jadwal
pemeriksaan antenatal adalah : Trimester I dan II : (1) dilakukan setiap bulan; (2)
diambil data tentang laboratorium; (3) pemeriksaan Ultrasonografi; (4) nasehat diet :
empat sehat lima sempurna, protein gram/kg berat badan ditambah satu telor/hari;
(5) observasi : penyakit yang dapat memhubungani kehamilan, komplikasi
kehamilan,; (6) rencana : pengobatan penyakit, menghindari terjadinya komplikasi
kehamilan, dan imunisasi TT pertama. Trimester III : (1) dilakukan setiap seminggu
atau dua minggu sampai ada tanda kelahiran tiba; (2) evaluasi data laboratorium
untuk melihat hasil pengobatan; (3) diet empat sehat lima sempurna; (4) pemeriksaan
Ultrasonografi; (5) imunisasi TT kedua; (6) observasi : penyakit yang menyertai
kehamilan, komplikasi hasil trimester ketiga, berbagai kelainan kehamilan trimester
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
21
III; (7) nasehat dan petunjuk tentang tanda inpartus serta kemana harus datang untuk
melahirkan.
Frekuensi kunjungan masing-masing ibu hamil berbeda-beda tergantung pada
keadaan masing-masing ibu hamil. Frekuensi pelayanan antenatal care pada triwulan
pertama minimal 1 kali, triwulan kedua minimal 1 kali dan minimal 2 kali pada
triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan antenatal care tersebut untuk menjamin
mutu pelayanan, khususnya dalam memberi kesempatan yang cukup dalam
menangani kasus resiko tinggi yang ditemukan (Depkes, RI, 2005).
Tujuan pengawasan antenatal adalah menyiapkan sebaik-baiknya fisik dan
mental ibu hamil serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan
masa nifas sehingga keadaan ibu pada saat postpartum dalam keadaan sehat dan
normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental.
Adapun tujuan dari pelayanan antenatal care adalah; (1) Memantau kemajuan
kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin; (2)
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial janin; (3)
Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan; (4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat
baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin; (5) Mempersiapkan ibu
agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif; (6) Mempersiapkan
peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang
secara normal (Depkes, RI, 2002).
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
22
Penelitian di Brazil yang dikutip oleh Mutiara (1994) melaporkan bahwa
jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan berhasil menurunkan Angka Kematian
Perinatal (AKP) diantara wanita yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan
adalah 56,2 per 1000 kelahiran hidup, sementara untuk wanita yang melaksanakan
pemeriksaan kehamilan sebanyak 10 kali atau lebih mempunyai AKP 26,2 per 1000
kelahiran hidup.
Sedangkan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan terjamin sebagai
persalinan yang bersih dan aman karena selain pertolongan persalinan dilakukan
dengan bersih, bila terjadi gangguan dalam persalinan akan segera diketahui dan
ditangani atau dirujuk. Pada prinsipnya penolong persalinan harus memperhatikan
sterilisasi/ pencegahan penyakit, metode pertolongan persalinan yang sesuai standar
pelayanan serta merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi
(Depkes RI, 2005).
Dalam progran Kesehatan Ibu dan anak (KIA) dikenal beberapa jenis tenaga
yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat. Jenis tenaga tersebut
adalah dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat (Depkes, RI,
2005).
Penolong persalinan dalam memberikan pertolongan persalinan harus
memperhatikan; (1) Sterilitas/pencegahan infeksi, (2) Metode pertolongan persalinan
yang sesuai standar pelayanan dan (3) Merujuk kasus yang memerlukan tingkat
pelayanan yang lebih tinggi. Dengan program penempatan bidan di desa diharapkan
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
23
secara bertahap jangkauan persalinan oleh tenaga kesehatan terus meningkat dan
masyarakat semakin menyadari pentingnya persalinan yang bersih dan aman.
2.4
janin dapat terancam. Penentuan kehamilan risiko tinggi pada ibu maupun janin dapat
dilakukan dengan cara : (1) melakukan anamnese yang intensif berupa anamnese
identitas (istri dan suami), anamnese umum (tentang keluhan-keluhan, nafsu makan,
tidur, perkawinan, haid, riwayat kehamilan yang lalu dan sebagainya ); (2) melakukan
pemeriksaan fisik; (3)
seperti pemeriksaan
kehamilan
(pada
permulaan
dan
akhir
kehamilan);
pemeriksaan
Ultrasonografi (USG) untuk mengetahui letak plasenta, jumlah air ketuban, taksiran
berat badan janin, gerakan dan bunyi jantung janin (Depkes RI, 2001).
Ada 10 tanda bahaya yang perlu dikenali dalam pengawasan ibu dan bayi pada
saat kehamilan, yaitu (1) ibu tidak mau makan dan muntah terus, (2) berat badan ibu
hamil tidak naik, (3) perdarahan, (4) bengkak tangan/wajah, pusing dan dapat diikuti
kejang, (5) gerakan janin berkurang atau tidak ada, (6) kelainan letak janin dalam
rahim, (7) ketuban pecah sebelum wakyunya, (8) persalinan lama, (9) penyakit ibu
yang berhubungan terhadap kehamilan dan (10) demam tinggi pada masa nifas
(Depkes, RI, 2003).
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
24
2.5
Kerangka Teori
Untuk menganalisis hubungan kematian perinatal mengacu pada teori Mosley
and Chen (1984). Adapun kerangka teorinya seperti pada gambar dibawah ini:
Determinan Sosial Ekonomi
Faktor Ibu
1.Umur
2.Paritas
3.Jarak
Kehamilan
Pencemaran
Lingkungan
1.Udara
2.Makanan/air/jari
3.Kulit/tanah
4.Vektor
Kekurangan
Gizi
1.Kalori
2.Protein
3.Gizi-mikro
Luka
1.Kecelakaan
2.Luka Yang
Disengaja
Pengendalian
Penyakit
Perorangan
1.Preventif
Perorangan
2.Perawatan
Dokter
Sakit
Gangguan Pertumbuhan
Mortalitas
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
25
2.6
Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian
Faktor Ibu
1. Umur
2. Paritas
3. Jarak Antar Kelahiran
4. Riwayat Penyakit
5. Riwayat Persalinan
Kematian Perinatal
Pelayanan Kesehatan
1. Kunjungan Antenatal care
2. Penolong Persalinan
Tidak Mengalami
Kematian Perinatal
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
26
BAB 3
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pidie berdasarkan survei awal yang
telah dilakukan dimana jumlah kematian perinatal meningkat pada tahun 2008.
3.2.2
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Juli 2009.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan dan bayinya
3.3.2
Sampel
Sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan metode Purposive Sampling,
27
berdasarkan laporan audit perinatal di Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie,
(2) Responden berdomisili di wilayah Kabupaten Pidie dengan alamat yang jelas;
(3) Responden bersedia diwawancarai. Sedangkan penentuan kriteria eksklusi
didasarkan atas ; (1) Responden meninggal , (2) Responden pindah dari Kabupaten
Pidie.
Berdasarkan kriteria sampel diatas, maka besarnya jumlah sampel dalam
penelitian adalah 60 ibu yang bayinya mengalami kematian perinatal. Perbandingan
kasus dan kontrol adalah 1:1.
Kontrol dalam penelitian ini adalah ibu yang bayinya lahir hidup dan tidak
mati pada periode perinatal di Kabupaten Pidie dari bulan Januari sampai dengan
Desember 2008. Pemilihan kontrol disesuaikan dengan bulan kejadian kasus, diambil
dengan memperhatikan matching dan berada dalam satu wilayah puskesmas yang
sama dengan kejadian kasus.
Untuk mengurangi bias penelitian juga dilakukan matching pada pekerjaan
dan pendidikan ibu. Matching pendidikan dilakukan karena pendidikan berhubungan
dengan tingkat pengetahuan dan perilaku ibu dalam merawat kehamilan sehingga ibu
mengetahui
pentingnya
perawatan
kesehatan
pada
masa
kehamilan
yang
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
28
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan wawancara langsung
dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Kasus kematian
perinatal yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie melalui laporan audit
perinatal, ditelusuri ke tempat tinggal dimana kasus berada untuk dilakukan
wawancara. Penelusuran dilakukan melalui data yang diperoleh dari buku Kohort ibu
yang ada di puskesmas. Hanya kasus yang tercatat yang diikutsertakan dalam
penelitian. Data primer meliputi; (1) Umur; (2) Paritas; (3) Jarak antar kelahiran; (4)
Riwayat penyakit; (5) Riwayat persalinan; (6) Kunjungan antenatal care; (7)
Penolong persalinan.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil pencacatan dan pelaporan
yang ada di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie. Data sekunder
diperoleh dari buku register ibu dan anak, laporan laboratorium hasil pemeriksaan
Hb, laporan autopsi perinatal, formulir ANC serta data-data pendukung lainnya.
Variabel Terikat
Kematian perinatal adalah kejadian lahir mati dan kematian bayi berusia 0-7 hari.
Kategori
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
29
3.5.2
Variabel Bebas
1. Umur ibu adalah usia ibu saat melahirkan bayi pada tahun 2008 yang diperoleh
dari hasil wawancara terhadap responden.
Kategori : 1. Risiko, Umur < 20 tahun dan > 35 tahun
2. Tidak risiko, Umur 20-35 tahun
2. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik lahir hidup maupun
lahir mati yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden.
Kategori : 1. Risiko, Paritas 1 dan > 4
2. Tidak risiko, Paritas 2-3
3. Jarak Antar Kelahiran adalah Interval persalinan sebelumnya dengan awal
kehamilan terakhir diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden.
Kategori : 1. Risiko, < 2 tahun atau > 4 tahun
2. Tidak risiko, 2 - 4 tahun
4. Riwayat penyakit ibu adalah ibu yang menderita salah satu penyakit diabetes,
anemia, preeklamsia dan eklamsi, perdarahan antepartum dan ketuban pecah dini
(KPD)
Kategori : 1. Risiko, jika ibu menderita salah satu penyakit tersebut
2. Tidak risiko tinggi jika tidak menderita penyakit tersebut
5. Riwayat persalinan adalah riwayat persalinan yang diperoleh dari hasil
wawancara
Kategori : 1. Risiko, jika ibu pernah mengalami persalinan dengan tindakan
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
30
2. Tidak risiko, jika ibu tidak pernah mengalami persalinan dengan
tindakan
6. Kunjungan antenatal care adalah kunjungan ibu hamil kepelayanan kesehatan
dengan jumlah kunjungan minimal 4 (empat) kali selama hamil, 1 kali pada
trimester pertama, 1 kali pada trisemester kedua dan 2 kali pada trisemester ketiga
dengan standar 5T oleh tenaga kesehatan yang diperoleh dari hasil wawancara
terhadap responden.
Kategori : 1. Tidak lengkap, K1 dan K4 < 4
2. Lengkap, K1 dan K4 4
7. Penolong Persalinan adalah orang yang menolong ibu bersalin selama proses
Persalinan.
Kategori : 1. Bukan petugas kesehatan, jika yang melakukan persalinan adalah
dukun bayi terlatih atau tidak terlatih.
2. Petugas kesehatan, jika yang melakukan persalinan adalah dokter
spesialis kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat.
Variabel
Skala Ukur
Dokumen
Nominal
Variabel Terikat
1
Kematian perinatal
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
31
Lanjutan Tabel 3.1
No.
Variabel
Skala Ukur
Variabel Bebas
2
Umur Ibu
Wawancara (kuesioner)
Ordinal
Paritas
Wawancara (kuesioner)
Ordinal
Wawancara (kuesioner)
Ordinal
Wawancara (kuesioner)
Ordinal
Riwayat persalinan
Wawancara (kuesioner)
Nominal
Wawancara (kuesioner)
Ordinal
Penolong Persalinan
Wawancara (kuesioner)
Ordinal
Analisis Univariat
Analisis univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi atau
besarnya proporsi menurut berbagai karakteristik variable yang diteliti baik untuk
variabel bebas maupun variabel terikat.
3.7.2
Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variable yaitu
variable bebas dan variable terikat dengan menggunakan test kemaknaan berupa uji
Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% (=0,05). Hasil perhitungan statistik
dapat menunjukkan ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variable yang
diteliti yaitu dengan melihat nilai p. bila nilai p < 0,05 maka hasil perhitungan
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
32
statistik bermakna yang berarti ada hubungan yang signifikan antara satu variable
dengan variable lainnya.
Selain itu dilakukan juga perhitungan Odd Rasio (OR) untuk melihat estimasi
risiko terjadinya outcome. Estimasi confidence interval (CI) untuk OR ditetapkan
pada tingkat kepercayaan 95%. Interpretasinya adalah:
Bila OR >1 berarti sebagai faktor risiko menyebabkan terjadinya outcome
Bila OR=1 berarti tidak ada pengaruh faktor risiko dengan terjadinya outcome
Bila OR<1 berarti tidak hubungan faktor risiko dengan terjadinya outcome (sebagai
faktor proteksi atau pelindung).
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
33
BAB 4
HASIL PENELITIAN
b. Sosiodemografi
Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie berdasarkan hasil pendataan Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2007 sebanyak 428.285 jiwa yang terdiri dari 214,547 laki-laki
dan 213,738 perempuan.
33
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
34
Tingkat pendidikan di Kabupaten Pidie diuraikan sebagai berikut; SD
sebanyak 11,63%, SLTP sebanyak 5,75%, SLTA sebanyak 5,85% dan Perguruan
Tinggi sebanyak 66,60%. Tingkat pendidikan di Kabupaten Pidie berada pada tingkat
menengah keatas.
Mata pencaharian penduduk Kabupaten Pidie adalah pertanian, perkebunan
dan perikanan (65%), perdagangan, hotel dan restoran (13,21%), bangunan (5,43%),
pengangkutan dan komunikasi (4,71%), pegawai negeri (4,25%), keuangan,
persewaan dan jasa (2,14%) dan lain-lain
c. Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan sebanyak 1.117 orang yang bekerja di puskesmas,
puskesmas pembantu, polindes, rumah sakit, institusi pendidikan dan sarana
kesehatan lainnya.
Jumlah dokter spesialis di Kabupaten Pidie sebanyak 9 orang yang terdiri dari
2 orang spesialis kebidanan dan kandungan, 1 orang spesialis anak, 2 orang spesialis
mata, 1 orang spesialis bedah, 1 orang spesialis penyakit dalam, 1 orang spesialis
THT, dan 1 orang spesialis saraf, dokter umum berjumlah 57 orang dan dokter gigi
berjumlah 8 orang, sedangkan bidan berjumlah 675 orang dan bidan desa sebanyak
147 orang dan perawat 380 orang.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
35
4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dan pekerjaan menunjukkan
bahwa pada responden pendidikan terbanyak berpendidikan SMA sebanyak 34
responden (56,7%), SLTP sebanyak 12 responden (20%), SD sebanyak 9
responden(15%) sedangkan DIII/PT sebanyak 5 responden (8,3%), sedangkan pada
tingkat pekerjaan responden terbanyak adalah tidak bekerja sebanyak 52 responden
(86,7%), PNS sebanyak 5 responden (8,3%), petani 2 responden (3,3%) dan pegawai
swasta/wiraswasta sebanyak 1 responden (1,7%). Pendidikan dan pekerjaan
responden merupakan variable matching dalam penelitian ini. Hasil penelitian dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Kasus
Kontrol
9
12
34
5
60
15
20
56,7
8,3
100
9
12
34
5
60
15
20
56,7
8,3
100
2
1
5
52
60
3,3
1,7
8,3
86,7
100
2
1
5
52
60
3,3
1,7
8,3
86,7
100
Tingkat Pendidikan
SD
SMP
SMA
DIII/PT
Total
Pekerjaan
Petani
Pegawai Swasta/Wiraswasta
PNS/Polri
Tidak Bekerja
Total
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
36
4.2.2 Faktor Ibu
Faktor ibu yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: umur, paritas, jarak
antar kelahiran, riwayat penyakit dan riwayat persalinan. Berdasarkan hasil penelitian
dapat dilihat bahwa kelompok kasus, umur ibu pada kelompok umur < 20 atau > 35
tahun jumlahnya lebih besar (78,3%) dibandingkan dengan kelompok umur 20-35
tahun (21,7%) sedangkan untuk kelompok kontrol pada umur <20 atau > 35 tahun
sebanyak 34 responden (56,7%) dan umur 20-35 tahun sebanyak 26 responden
(43,3%).
Berdasarkan paritas maka pada kelompok kasus 55,0% adalah paritas 1 dan
>4 lebih besar dari paritas 2-3 yaitu 45,0% sedangkan pada kelompok kontrol paritas
1 dan >4 lebih kecil (35,0%) dari pada paritas 2-3 (65,0%).
Berdasarkan jarak antar kelahiran pada kelompok kasus dengan jarak <2 atau
>4 tahun jumlahnya lebih besar yaitu 52 responden (86,7%) dibandingkan dengan
jarak 2-4 tahun yaitu 8 responden (13,3%) sedangkan pada kelompok kontrol dengan
jarak berisiko (<2 atau > 4 tahun) yaitu 38 responden (63,3%) dibandingkan dengan
jarak yang tidak berisiko (2-4 tahun) yaitu 22 responden (36,7%).
Berdasarkan riwayat penyakit pada kelompok kasus yang berisiko jumlahnya
lebih besar yaitu 42 responden (70,0%) dibandingkan dengan yang tidak berisiko
yaitu 18 responden (30%) sedangkan pada kelompok kontrol yang berisiko
jumlahnya lebih kecil yaitu 16 responden (26,7%) dibandingkan dengan tidak
berisiko yaitu 44 responden (73,3%).
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
37
Berdasarkan riwayat persalinan pada kelompok kasus menunjukkan 35
responden (58,3%) mengalami persalinan dengan tindakan dan 25 responden (41,7%)
mengalami persalinan tidak dengan tindakan sedangkan pada kelompok kontrol
sebanyak 8 responden (13,3%) mengalami persalinan dengan tindakan dan 52
responden (86,7%) mengalami persalinan tidak dengan tindakan. Hasil penelitian
daapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Kontrol
Faktor Ibu
Umur
Risiko (<20 atau >35 tahun)
Tidak Risiko (20-35 tahun)
Total
Paritas
Risiko (1 dan >4 anak)
Tidak Risiko (2-3 tahun)
Total
Jarak Antar Kelahiran
Risiko (<2 atau >4 tahun)
Tidak Risiko (2-4 tahun)
Total
Riwayat Penyakit
Risiko
Tidak Risiko
Total
Riwayat Persalinan
Risiko
Tidak berisiko
Total
47
13
60
78,3
21,7
100
34
26
60
56,7
43,3
100
33
27
60
55,0
45,0
100
21
39
60
35,0
65,0
100
52
8
60
86,7
13,3
100
38
22
60
63,3
36,7
100
42
18
60
70,0
30,0
100
16
44
60
26,7
73,3
100
35
25
60
58,3
41,7
100
8
52
60
13,3
86,7
100
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
38
4.2.3 Faktor Pelayanan Kesehatan
Faktor pelayanan kesehatan dalam penelitian ini terbagi atas kunjungan
antenatal care dan penolong persalinan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa kunjungan antenatal care pada kelompok kasus dengan K1 dan K4<4
jumlahnya lebih besar yaitu 53 responden (88,3%) daripada K1 dan K4>4 yaitu 7
responden (11,7%) sedangkan pada kelompok kontrol dengan K1 dan K4 <4
sebanyak 26 responden (43,3%) lebih kecil dari K1 dan K44 yaitu 34 responden
(56,7%).
Berdasarkan penolong persalinan pada kelompok kasus yang bukan petugas
kesehatan hanya 1 responden (1,7%) sedangkan mayoritas penolong persalinan oleh
tenaga kesehatan sebesar 59 responden (98,3%), pada kelompok kontrol tidak ada
penolong kesehatan yang bukan tenaga kesehatan, seluruh responden (100%)
penolong persalinannya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Hasil penelitian dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Pelayanan
Kesehatan di Kabupaten Pidie Tahun 2008
Faktor Pelayanan Kesehatan
Kunjungan Antenatal care
Tidak Lengkap (K1 dan K4 <4)
Lengkap (K1dan K4 4
Total
Penolong Persalinan
Bukan Petugas Kesehatan
Petugas Kesehatan
Total
Kasus
Kontrol
53
7
60
88,3
11,7
100
26
34
60
43,3
56,7
100
1
59
60
1,7
98,3
100
0
60
60
0
100,0
100
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
39
4.3 Analisis Bivariat Hubungan Faktor Ibu dan Pelayanan Kesehatan dengan
Kematian Perinatal
4.3.1 Hubungan Umur Ibu dengan Kematian Perinatal
Hubungan umur ibu dengan kematian perinatal berdasarkan penelitian
menunjukkan bahwa pada kelompok kasus yaitu 47 responden (78,3%) merupakan
kelompok umur risiko (<20 atau >35 tahun) dan 13 responden (21,7%) merupakan
kelompok umur tidak risiko (20-30 tahun), sedangkan pada kelompok kontrol yang
berumur <20 atau >35 tahun sebanyak 34 responden (56,7%) dan 26 responden
(43,3%) yang berumur 20-35 tahun.
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X2=5,470 dan p Value adalah
0,019 yang berarti nilai p Value < 0,05 menunjukkan hubungan yang signifikan
antara umur ibu dengan kematian perinatal, nilai OR = 2,765 artinya ibu pada
kelompok umur <20 atau >35 tahun mempunyai risiko 2,765 kali untuk mengalami
kematian perinatal dibandingkan ibu pada kelompok umur 20-35 tahun. Hasil
penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Kasus
n
%
47 78,3
13 21,7
Kontrol
n
%
34 56,7
26 43,3
Total
60
60
Umur
100.0
X2 /
P(Value)
5,470
(0,019)
OR /
(CI 95%)
2,765
(1,244-6,145)
100.0
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
40
4.3.2 Hubungan Paritas dengan Kematian Perinatal
Hubungan paritas dengan kematian perinatal menunjukkan bahwa paritas
pada kelompok kasus yaitu 33 responden (55,0%) dengan paritas 1 dan >4 anak dan
27 (45,0%) dengan paritas 2-3, sedangkan pada kelompok kontrol 21 responden
(35,0%) dengan paritas 1 dan >4 anak dan 39 (65,0%) dengan paritas 2-3 anak.
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X2=4,074 dan p Value adalah
0,044 yang berarti nilai p Value < 0,05 menunjukkan hubungan yang signifikan
antara paritas dengan kematian perinatal, nilai OR = 2,270, artinya ibu dengan paritas
1 dan > 4 anak mempunyai risiko 2,270 kali untuk mengalami kematian perinatal
dibandingkan ibu dengan paritas 2-3 anak. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Kasus
n
%
33
55.0
27
45.0
60 100.0
Kontrol
n
%
21 35.0
39 65.0
60 100.0
X2 /
P(Value)
OR/
(CI 95%)
4,074
(0,044)
2,270
(1,088-4,733)
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
41
(63,3%) mempunyai jarak antar kelahiran <2 atau > 4 tahun dan 22 responden
(36,7%) mempunyai jarak antar kelahiran 2-4 tahun.
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X2=7,511 dan p Value adalah
0,006 yang berarti nilai p Value < 0,05 menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara jarak antar kehamilan dengan kematian perinatal, nilai OR = 3,763, artinya ibu
dengan jarak antar kelahiran <2 tahun atau > 4 tahun mempunyai risiko 3,763 kali
untuk mengalami kematian perinatal dibandingkan ibu dengan jarak antar kelahiran
2-4 tahun. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
OR/
(CI 95%)
63,3
7,511
3,763
22
36,7
(0,006)
(1,513-9,357)
60
100.0
Kasus
n
%
Kontrol
n
%
52
86,7
38
13,3
Total
60
100.0
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
42
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X2=20,857 dan p Value adalah
0,000 yang berarti nilai p Value < 0,05 menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara riwayat penyakit dengan kematian perinatal, nilai OR = 6,417, artinya ibu yang
mempunyai riwayat penyakit mempunyai
risiko 6,417
kematian perinatal kali dibandingkan ibu yang tidak mempunyai riwayat penyakit.
Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Risiko
Tidak Risiko
Kasus
n
%
42
70.0
18
30.0
Kontrol
N
%
16
26,7
44
73,3
Total
60
60
Riwayat Penyakit
100.0
X2 /
P(Value)
20,857
(0,000)
OR/
(CI 95%)
6,417
(2,897-14,212)
100.0
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
43
kematian perinatal dibandingkan ibu yang tidak mempunyai riwayat persalinan. Hasil
penelitian dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Kasus
n
%
35
58,3
25
41,7
60
100.0
Kontrol
N
%
8
13,3
52
86,7
60
100.0
X2 / P(Value)
24,500
(0,000)
OR/
(CI 95%)
9,100
(3,684-22,475)
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
44
dengan ibu yang melakukan kunjungan antenatal care lengkap (K1 dan K44). Hasil
penelitian dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Kunjungan Antenatal Care dengan
Kematian Perinatal di Kabupaten Pidie Tahun 2008
Kunjungan Antenatal care
Tidak Lengkap (K1 dan K4 <4)
Lengkap (K1dan K4 4
Total
Kasus
N
%
53
88,3
7
11,7
60 100.0
Kontrol
N
%
26 43,3
34 56,7
60 100.0
X 2/
( p Value)
OR/
(CI 95%)
25,045
(0,000)
9,901
(3,87125,325)
Kasus
n
%
1
1,7
59
98,3
60 100.0
Kontrol
n
%
0
0
60
10,00
60
100.0
X 2/
( p Value)
OR/
(CI 95%)
0,000
(1,000)
2,017
(1,683-2,418)
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
45
BAB 5
PEMBAHASAN
46
preeklamsi dan eklamsi, timbulnya kesulitan persalinan karena system reproduksi
belum sempurna, bayi lahir sebelum waktunya dan BBLR. Sedangkan umur yang
terlalu tua artinya hamil diatas 35 tahun. Risiko yang mungkin terjadi jika hamil pada
usia terlalu tua antara lain adalah terjadinya keguguran, preeklamsi dan eklamsi,
timbulnya kesulitan pada persalinan, perdarahan, BBLR dan cacat bawaan.
Hasil penelitian ini sama dengan pendapat Wiknjosastro (2007) bahwa
kematian perinatal cenderung terjadi pada ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun.
Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita adalah 20-35 tahun karena usia
tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah
mampu merawat bayi dan dirinya (Drapper, 2001)
5.1.2 Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir
hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko
mengalami kematian perinatal.
Proporsi ibu dengan paritas 1 dan >4 anak sebesar 33 responden (55,0%) dan
ibu dengan paritas 2-3 sebesar 27 responden (45,0%). Hasil uji statistik Chi-Square
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kematian perinatal
(sig=0,044), dengan nilai OR = 2,270, artinya ibu dengan paritas 1 dan > 4 anak
mempunyai risiko 2,270 kali mengalami kematian perinatal dibandingkan ibu dengan
paritas 2-3 anak.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
47
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati
(2001) bahwa risiko ibu dengan paritas 1 dan >4 anak dengan nilai OR=4,5 yang
artinya risiko untuk mengalami kematian perinatal pada paritas 1 dan >4 anak adalah
4,5 kali lebih dibandingkan dengan paritas 2-3 anak.
Menurut Manuaba (1998), paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah
dialami oleh ibu. Paritas terbagi atas 3 kelompok; (1) Golongan primipara adalah
golongan ibu dengan 0-1 paritas, (2) Golongan multipara adalah golongan ibu dengan
paritas 2-6 dan (3) Golongan grand multipara adalah golongan ibu paritas > 6 anak.
Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan kedua sampai keempat.
Kehamilan pertama dan setelah kehamilan keempat mempunyai risiko tinggi.
Kehamilan risiko tinggi sering disertai penyulit seperti kelainan letak, perdarahan
ante partus, perdarahan post partum,dan lain-lain (Martaadisoebrata, 2005)
Kehamilan dan persalinan yang mempunyai risiko adalah anak pertama dan
anak keempat atau lebih. Pada kehamilan dan persalinan pertama ada kekakuan dari
otot sedangkan pada anak keempat atau lebih adanya kemunduran daya lentur
jaringan yang sudah berulang kali diregangkan oleh kehamilan (Tjipta, 2002).
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
48
(sig=0,006), dengan nilai OR = 3,763, artinya ibu dengan jarak antar kelahiran <2
tahun atau > 4 tahun mempunyai risiko 3,763 kali mengalami kematian perinatal
dibandingkan ibu dengan jarak antar kelahiran 2-4 tahun.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Prameswari (2007), semakin
lebar jarak antar kelahiran maka semakin kecil risiko kematian perinatal. Jarak
kelahiran yang terlalu cepat dapat mengakibatkan meningkatnya angka kematian
perinatal karena kondisi kesehatan ibu belum sepenuhnya pulih akibat persalinan
sebelumnya.
Pola pengasuhan (asuh, asih dan asah) ibu pada tahun tahun pertama
anaknya sangatlah penting.Apabila seorang ibu belum pulih sempurna dari kehamilan
dan persalinan sebelumnya dan masih ada tugas mengasuh anak kecil lainnya maka
kualitas perawatan bayi yang baru dilahirkannya berkurang (Ranuh, 2008).
Menurut Iswarati (2007) yang mengutip pendapat Ruzicka bahwa jarak
kehamilan yang pendek mempengaruhi kesehatan ibu dan anak selain memberikan
risiko kematian anak menjadi tinggi, wanita yang melahirkan berturut-turut dalan
jangka waktu yang pendek tidak sempat memulihkan kesehatannya serta harus
membagi perhatiannya kepada dua anak pada waktu yang sama. Selain itu harus
menyapih anak yang besar yang seharusnya harus disusui untuk menyusui anak yang
baru lahir.
Salah satu metode yang paling ekonomis dan aman untuk menjaga jarak
kehamilan adalah dengan cara memberikan ASI kepada bayi selama mungkin. Lama
pemberian ASI dapat berhubungan terhadap periode tidak haid ibu baru melahirkan
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
49
yang panjang. Semakin lama ibu memberikan ASI kepada bayinya baik secara
ekslusif ataupun tidak, semakin lama pula periode tidak haid (amenorrheic) yang
akan dialami maka akan semakin lama kehamilan selanjutnya akan terjadi sebagai
akibat ovulasi yang tidak terjadi. Berarti ada tenggang waktu tidak subur setelah
melahirkan sedangkan jarak kehamilan yang terlalu panjang juga akan meningkatkan
risiko untuk mengalami kematian perinatal. Hal tersebut terjadi karena setelah lama
kehilangan keuntungan biologis dari kehamilan sebelumnya (Rahmadewi, 2007).
Salah satu manfaat menyusui menurut Roesli (2000) adalah dapat
menjarangkan kehamilan. Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah
dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak
akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil
sampai bayi berusia 12 bulan.
Menurut BKKBN (2008) keluarga berencana merupakan upaya pengaturan
kehamilan bagi pasangan usia subur (PUS) dalam mewujudkan keluarga sehat dan
harmonis melalui upaya promotif, preventif, pelayanan dan pemulihan termasuk
pengayoman medis terhadap efek samping, komplikasi dan kegagalan alat
kontrasepsi dengan memperhatikan hak-hak reproduksi.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
50
antara riwayat penyakit dengan kematian perinatal (sig=0,0000), dengan nilai OR =
6,417, artinya ibu yang mempunyai riwayat penyakit mempunyai berisiko 6,417 kali
mengalami kematian perinatal dibandingkan ibu yang tidak mempunyai riwayat
penyakit.
Riwayat penyakit yang dimaksud adalah penyakit akibat komplikasi langsung
dengan kehamilan seperti preeklamsi dan eklamsi, perdarahan antepartum, ketuban
pecah dini dan penyakit akibat komplikasi yang tidak langsung seperti diabetes
mellitus dan anemia.
Kesehatan dan pertumbuhan janin dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Bila ibu
mempunyai penyakit yang berlangsung lama maka kesehatan dan perkembangan
janin pun terancam (Depkes RI, 2001).
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sulistiyowati (2001) yang
menemukan ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit ibu dengan
kematian perinatal, nilai OR=2,56 berarti ibu yang mempunyai riwayat penyakit 2,56
kali lebih berisiko mengalami kematian perinatal dibandingkan ibu yang tidak
memiliki riwayat penyakit.
Menurut Mochtar (1995), wanita hamil dengan penyakit umum seperti
diabetes, preeklamsi dan eklamsi serta anemia merupakan faktor yang memperbesar
kematian perinatal.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
51
5.1.5 Riwayat Persalinan
Proporsi ibu yang melakukan persalinan dengan tindakan sebanyak 35
responden (58,3%) dan ibu yang melakukan persalinan tidak dengan tindakan sebesar
25 responden (41,7%). Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara riwayat persalinan dengan kematian perinatal (sig=0,0000),
nilai OR = 9,100, artinya ibu yang mempunyai riwayat persalinan dengan tindakan
mempunyai risiko 9,100 kali mengalami kematian perinatal dibandingkan ibu yang
tidak mempunyai riwayat persalinan .
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sulistiyowati (2001) yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat persalinan
dengan kematian perinatal dengan OR=2,4 kali pada ibu yang memiliki riwayat
persalinan dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat persalinan.
Menurut pincus (1998) semua persalinan tidak normal yang dialami ibu
merupakan risiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Keadaan tersebut perlu
diwaspadai karena kemungkinan ibu akan mendapatkan kesulitan dalam kehamilan
dan saat akan melahirkan.
Kematian ibu dan bayi saat persalinan sebenarnya bisa dicegah bila
komplikasi kehamilan dan keadaan risiko tinggi dapat dideteksi secara dini sehingga
segera mendapat penanganan yang akurat. Komplikasi kebidanan dan risiko tinggi
diperkirakan pada sekitar 15%-20% ibu hamil. Komplikasi dalam kehamilan dan
persalinan tidak selalu dapat diduga atau diramalkan sebelumnya sehingga ibu hamil
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
52
harus berada sedekat mungkin pada sarana pelayanan yang mampu memberikan
pelayanan obstetric dan neonatal emergensi dasar (PONEK) (Depkes RI, 2005)
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
53
cenderung tidak mengetahui perkembangan janin yang dikandungnya dan cenderung
mencari perawatan kehamilan berdasarkan pengalaman, sedangkan ibu dengan
kunjungan antenatal care yang lengkap (K1 dan K44) lebih banyak mengetahui
informasi tentang kehamilan, persalinan dan nifas dari tenaga kesehatan.
Menurut Rohjati (2003) bahwa pemeriksaan antenatal care merupakan
komponen penting pelayanan kehamilan yang diikuti dengan kegiatan komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) kepada ibu hamil, suami dan keluarga untuk
perencanaan persalinan aman dan persiapan rujukan terencana bila diperlukan.
Menurut Saifuddin (2006) tujuan asuhan antenatal care adalah untuk
memantau kemajuan kehamilan (memastikan ibu dan tumbuh kembang bayi),
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi,
mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil (termasuk penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan),
mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar nifas berjalan
normal dan pemberian asi eksklusif serta mempersiapkan peran ibu dan keluarga
dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Kunjungan ibu hamil merupakan kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan antenatal care sesuai standar 5T yaitu timbang berat
badan dan ukur tinggi badan, pemeriksaan tinggi fundus uteri, mengukur tekanan
darah, pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT)
pemberian tabelt besi minimal 90 tabelt selama hamil. Frekuensi pelayanan antenatal
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
54
care adalah minimal 1 kali pada triwulan pertama, triwulan kedua minimal 1 kali dan
minimal 2 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan tersebut adalah untuk
menjamin mutu pelayanan , khususnya dalam memberikan kesempatan yang cukup
dalam menangani kasus risiko tinggi yang ditemukan (Depkes RI, 2005).
Kunjungan antenatal care yang pertama sangatlah penting karena merupakan
kesempatan pertama menilai keadaan kesehatan ibu dan janinnya. Dalam kunjungan
pertama hal-hal yang ditanyakan berkaitan dengan identifikasi diri ibu hamil, jumlah
anak, jarak kehamilan, riwayat penyakit dan persalinan. Kunjungan K1 juga
menjelaskan umur kehamilan dan hari taksiran persalinan berdasarkan keterangan
ibu, sedangkan kunjungan K4 dinyatakan sebagai indikator tingkat perlindungan ibu
hamil. Kunjungan K4 sama pentingnya dengan kunjungan K1 karena pada kunjungan
K4 dibicarakan tentang rencana tempat persalinan (Depkes RI, 2000).
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
55
dengan OR=4. Ini menunjukkan bahwa risiko mengalami kematian perinatal 4 kali
lebih besar jika ditolong oleh tenaga non kesehatan.
Menurut peneliti, kematian perinatal tidak disebabkan oleh penolong
persalinan tetapi lebih disebabkan oleh kunjungan antenatal care yang pernah
dilakukan ibu selama kehamilan dan perawatan pasca persalinan (post partum).
Pelayanan antenatal care tidak hanya mempersiapkan persalinan cukup bulan dan ibu
melahirkan tetapi juga perawatan post partum dan perawatan bayi baru lahir
khususnya perawatan tali pusat bayi. Kematian perinatal banyak terjadi dari usia 0
sampai 7 hari ini berhubungan dengan perawatan bayi baru lahir. Ini sesuai dengan
penelitian Sarimawar (2004) bahwa 79,4% dari kematian neonatal terjadi sampai
dengan usia 7 hari dan 20,6% terjadi pada usia 8-28 hari.
Penolong persalinan hanya membantu pada saat persalinan sedangkan
perawatan post partum banyak dilakukan oleh tenaga non kesehatan khususnya
dukun bayi. Hal ini mengingat pendapatan keluarga yang rendah juga merupakan
faktor yang mempengaruhi melakukan perawatan post partum
dikarenakan biaya atau tarif yang dikenakan dukun bayi cenderung jauh lebih murah
dibandingkan dengan tarif tenaga kesehatan lain (Bangsu, 2001).
Perawatan post partum lebih banyak dilakukan oleh dukun bayi dan
mengingat pentingnya perawatan pasca nifas maka sangat perlu dilakukan pelatihan
dukun bayi. Pelatihan ini bukan hanya untuk mengingkatkan pengetahuan tentang
kehamilan dan pertolongan persalinan tetapi juga untuk meningkatkan pengetahuan
dukun bayi tentang perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
56
5.3 Keterbatasan Penelitian
5.3.1 Aspek Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain case control study yang meneliti kematian
perinatal, kemudian menyelidiki apa penyebab atau faktor risikonya. Penelitian ini
hanya menunjukkan besarnya hubungan (kemaknaan) faktor pemapar dalam
hubungannya dengan kematian perinatal. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi
bias dalam penelitian ini dengan melakukan matching terhadap pendidikan dan
pekerjaan sehingga diharapkan dengan melakukan matching variable tersebut dapat
mengurangi bias berdasarkan desain penelitian.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
57
yang dilakukan adalah mencari responden yang dalam waktu satu tahun terakhir
terjadi kematian perinatal dan membuat pertanyaan yang mudah dimengerti oleh
responden. Melakukan cek ke tiap puskesmas untuk memastikan data yang
berhubungan dengan penyakit dan jumlah kunjungan ibu. Baik dari laporan kohort
ibu maupun hasil laboratorium yang mendukung.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
58
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Faktor ibu yaitu umur ibu (p=0,019,OR=2,765), paritas (p=0,044,OR=2,270),
jarak antar kelahiran (p=0,006,OR=3,763), riwayat penyakit (p=0,000,OR=6,417),
riwayat persalinan (p=0,000,OR=9,100) berhubungan secara signifikan dengan
kematian perinatal.
2. Pelayanan kesehatan yaitu kunjungan antenatal care (p=0,000,OR=9,901)
berhubungan secara signifikan dengan kematian perinatal. Sedangkan penolong
persalinan tidak mempunyai hubungan dengan kematian perinatal.
6.2 Saran
1. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie melalui Sub Dinas Kesehatan Keluarga
agar lebih meningkatkan program kesehatan ibu dan anak dengan melakukan
pelatihan kepada bidan tentang pentingnya antenatal care yang dapat mendeteksi
risiko dalam kehamilan dan persalinan.
2. Kepada Puskesmas agar lebih memberdayakan peran bidan dalam memberikan
pelayanan dan informasi tentang pentingnya antenatal care kepada masyarakat.
3. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan
antenatal care baik di Puskesmas, Posyandu, pertemuan-pertemuan organisasi
58
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
59
kewanitaan seperti Darmawanita, Bhayangkari, Persit serta acara-acara perwiritan
dan acara-acara lain .
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
60
DAFTAR PUSTAKA
Bapenas 2007 , Laporan perkembangan pencapaian Millenium Development Goal
Indonesia
Bangsu, T, 2001 , Dukun Bayi Sebagai Pilihan Utama Tenaga Penolong
Persalinan.Jurnal Penelitian UNIB, Vol vii, No.2, Juli 2001.
BKKBN, 2008. Keluarga Berencana dan Upaya Penurunan Angka Kematian Bayi
dan Balita, Disajikan dalam Rakernas BKKBN tanggal 19 Februari 2008.
Depkes RI, 1993. Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Perinatal di Wilayah Kerja
Puskesmas. Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Direktorat
Jenderal Kesehatan Keluarga, Jakarta.
_________, 1998, Ibu Sehat, Bayi Sehat. Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan
Masyarakat, Jakarta
_________, 2000, Indonesia Sehat 2010, Visi Baru, Misi, Kebijakan dan Strategi
Pengembangan Kesehatan, Depkes, Jakarta
_________, 2001, Rencana Strategis National Making Pregnancy Safer (MPS) di
Indonesia 2001-2010, Tim Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
Depkes, Jakarta
_________, 2001, Yang Perlu diketahui Petugas Kesehatan tentang Kesehatan
Reproduksi, Depkes, Jakarta
_________, 2001, Buku Pedoman Tanda-Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan
dan Nifas, Depkes, Jakarta
_________, 2002, Program Safe Motherhood di Indonesia, Direktorat Jenderal
Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Jakarta
_________, 2005, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan anak
(PWS-KIA), Diretorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat
Kesehatan Keluarga, Jakarta
_________, 2007, Profil Kesehatan Indonesia 2005, Depkes, Jakarta
60
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
61
Dinas Kesehatan Propinsi NAD, 2007. Profil Kesehatan NAD Tahun 2006.
Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, 2007. Profil Kesehatan Kabupaten Pidie Tahun
2006.
Draper, E, 2001. Health of Infants and Children in Region:
1999.www.trentho.org.uk/produck. Diakses tanggal 10 Januari 2009.
1979-
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
62
Ngoc NTN et al., Causes of stillbirths and early neonatal deaths: data from 7993
pregnancies in six developing countries, International Family Planning
Perspectives Volume 32, Number 4, December 2006 .Bulletin of the World
Health Organization
Pincus, K, 1998, Kapita Selekta Pediatri, Edisi Kedua, Penterjemah Yohannes
Gunawan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Prameswari,F.M, 2007. Kematian Perinatal di Indonesia dan Faktor yang
Berhubungan Tahun 1997-2003. Jurnal Kesehatan masyarakat Vol,1,No.4,
Februari 2007.
Promoting Quality Maternal and Newbord Care: Reference Manual for Program
Managers, CARE: USAID, 1998
Ranuh, IG.N.Gde. Masalah Kesehatan Anak.Tumbuh Kembang Anak dan Remaja,
IDAI, 2005.
Rachmadewi, 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kehamilan Empat
Terlalu. Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun
1, No.1, 2007.
Rochjati, 2003, Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil,Pengenalan Faktor Risiko Deteksi
Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi, Airlangga University Press, Surabaya.
Roesli, U,2000. Mengenal ASI Eksklusif. Trubus Agriwidya, Jakarta
Roeshadi.R, 2006.Upaya Menurunkan Angka Kesakitan Dan Kematian Ibu Pada
Penderita Preeklamsia dan Eklamsia. Pidato Pengukuhan Guru Besar FK
USU.
Rukmini, R, 2007. Persepsi Dukun Bayi Terhadap Kemitraan Dengan Bidan Dalam
Pertolongan Persalinan di Pedesaan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan,
Surabaya.
Saifuddin,A,B, 2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Sarimawar,D, 2003. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir (Neonatal) dan
Sistem Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia.www.depkes.go.id.
Diakses tanggal 15 januari 2009.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
63
Salmah, Rusmiati, Maryanah, Susanti. N.N, 2006, Asuhan Kebidanan Antenatal,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Singarimbun,M, 1988. Kelangsungan Hidup Anak, Gadjah Mada University Press.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003, BPS, BKKBN, Depkes RI dan
IMI, Jakarta, 2003.
Tanjung. M.T.2004. Preeklamsia. Pustaka Bangsa Press.Medan
Tjipta, G.D, 2002, Makalah Bayi Resiko Tinggi Seminar Sehari pada Akademi
Kebidanan, Medan.
Unicef, 2006. Siaran Pers. Anak-anak yang terabaikan, terlupakan, dan tak
terjangkau.www.unicef.org. Diakses 15 Januari 2009.
USAID, 1999. Child Health Research Project Special Report: Reducing Perinatal and
Neonatal Mortality
Wiknjosastro, H. 2007, Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
WHO, 2001. Dibalik Angka. Pengkajian Kematian Maternal dan komplikasi untuk
mendapatkan kehamilan yang lebih aman.
Zein, U, 2008, Penyakit-Penyakit yang Mempengaruhi Kehamilan dan Persalinan,
USU Press
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
64
Lampiran 1
Formulir Pengumpul Data
HUBUNGAN FAKTOR IBU DAN FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN
DENGAN KEMATIAN PERINATAL
DI KABUPATEN PIDIE
TAHUN 2008
KUESIONER
No. Responden
Alamat
A. Identitas Responden
1. Nama ibu
2. Umur ibu
:
: ..tahun
3. Pendidikan
a.
Tamatan SD
b.
Tamatan SLTP
c.
Tamatan SLTA
d.
Tamatan DIII/PT
4. Pekerjaan
a.
Petani
b.
Pegawai swasta/Wiraswasta
c.
PNS/Polri
d.
Tidak Bekerja
B. Paritas
5. Berapa jumlah anak yang sudah ibu lahirkan
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
65
D. Riwayat Penyakit
7. Apakah ibu selama kehamilan pernah menderita penyakit
a. Ya
b. Tidak
8. Bila Ya, apakah ibu menderita penyakit dibawah ini :
a. Diabetes
b. Preaklamsi/eklamsi
c. Anemia
d. Perdarahan antepartuam
e. KPD
E. Riwayat Persalinan
9. Apakah persalinan ibu dilakukan secara:
a. Normal
b. Dengan Tindakan
10. Jika dengan tindakan, apakah dilakukan
a.Bedah seksio sesaria
b.Tindakan lain.......................................
F. Antenatal Care
11. Apakah ibu ada melakukan pemeriksaan selama kehamilan?
a. Ya
b. Tidak
12. Bila Ya, pada siapa ibu memeriksakan kehamilan?
a.
b.
c.
d.
Dokter
Bidan
Perawat
Dukun bayi
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
66
14. Pada umur kehamilan 0-3 bulan apakah ibu ada melakukan pemeriksaan
kehamilan?
a. Ya
b. Tidak
15. Pada umur kehamilan 4-6 bulan apakah ibu ada melakukan pemeriksaan
kehamilan?
a. Ya
b. Tidak
16. Pada umur kehamilan 7-9 bulan apakah ibu ada melakukan pemeriksaan
kehamilan?
a. Ya
b. Tidak
17. Kalau Ya, berapa kali pemeriksaan dilakukan pada kehamilan 7-9 bulan
a. 1 kali
b. 2 kali
18. Pelayanan kesehatan apakah yang diterima ibu saat memeriksakan
kehamilan
a. Penimbangan berat badan
b. Pemeriksaan tekanan darah
c. Pemeriksaan tinggi fundus (perut)
d. Pemberian imunisasi TT
e.Pemberian tablet Fe
G. Penolong persalinan
19. Siapa yang menolong ibu pada saat persalinan?
a. Dokter
b. Bidan
c. Perawat
d. Dukun Bayi
H. Kematian Perinatal
20. Bagaimana keadaan bayi yang dilahirkan:
a. Lahir mati dan bayi meninggal 0-7 hari
b. Bayi hidup 0-7 hari
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
67
Lampiran 2
Master Data Kematian Perinatal di Kabupaten Pidie Tahun 2008
KASUS
No
PENDIDIKAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
Tamatan SD
Tamatan SD
Tamatan SLTP
Tamatan SLTA
Tamatan SLTP
Tamatan SLTP
Tamatan SD
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTP
Tamatan SLTP
Tamatan SLTP
Tamatan SLTA
Tamatan SD
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTP
Tamatan SLTA
Tamatan SD
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTP
Tamatan SLTA
Tamatan SLTP
Tamatan DIII/PT
Tamatan DIII/PT
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SD
Tamatan DIII/PT
Tamatan SD
Tamatan SD
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SD
Tamatan DIII/PT
Tamatan SLTP
Tamatan SLTP
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTP
Tamatan DIII/PT
Tamatan SLTA
58
59
60
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
PEKERJAAN
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Petani
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
PNS/Polri
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
PNS/Polri
PNS/Polri
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
PNS/Polri
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Petani
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
PNS/Polri
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Pegawai
Swasta/Wiraswasta
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
PERIN
ATAL
UMUR
KAT
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
RiwPeny
Riw-salin
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
1
2
2
1
1
2
1
2
2
2
1
2
2
1
1
1
1
2
1
1
2
1
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
1
2
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
1
1
2
2
2
2
1
1
2
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
1
2
1
2
1
1
2
2
2
PARITAS
JARAK
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
1
2
2
1
1
2
1
1
1
2
1
2
1
1
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
2
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
PENOLONG
ANC
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
68
KONTROL
No
PENDIDIKAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
Tamatan SD
Tamatan SD
Tamatan SLTP
Tamatan SLTA
Tamatan SLTP
Tamatan SLTP
Tamatan SD
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTP
Tamatan SLTP
Tamatan SLTP
Tamatan SLTA
Tamatan SD
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTP
Tamatan SLTA
Tamatan SD
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTP
Tamatan SLTA
Tamatan SLTP
Tamatan DIII/PT
Tamatan DIII/PT
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SD
Tamatan DIII/PT
Tamatan SD
Tamatan SD
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SD
Tamatan DIII/PT
Tamatan SLTP
Tamatan SLTP
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTP
Tamatan DIII/PT
Tamatan SLTA
58
59
60
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
Tamatan SLTA
PEKERJAAN
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Petani
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
PNS/Polri
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
PNS/Polri
PNS/Polri
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
PNS/Polri
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Petani
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
PNS/Polri
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
Pegawai
Swasta/Wiraswasta
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
PERIN
ATAL
UMUR
KAT
JARA
K
Riw-Peny
Riw-salin
PARITAS
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
1
1
2
1
1
1
2
1
2
2
2
1
1
2
1
2
1
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
2
2
1
2
1
1
2
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
2
1
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
1
2
2
2
1
1
2
1
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
1
2
1
1
2
1
1
1
1
2
1
2
2
2
2
1
2
2
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2
1
1
2
1
1
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
1
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
1
2
2
2
PENOLONG
ANC
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
69
Lampiran 3
Analisis Univariat
Crosstabs
Case Processing Summary
N
Kategori umur ibu * Kematian Perinatal
Kategori Paritas * Kematian Perinatal
Kategori Jarak persalinan * Kematian
Perinatal
Kategori Riwayat Penyakit * Kematian
Perinatal
Kategori Riwayat persalinan * Kematian
Perinatal
Kategori Kunjungan ANC * Kematian
Perinatal
Kategori Penolong Persalinan * Kematian
Perinatal
Valid
Percent
Cases
Missing
N Percent
Total
Percent
120
100.0%
.0%
120
100.0%
120
100.0%
.0%
120
100.0%
120
100.0%
.0%
120
100.0%
120
100.0%
.0%
120
100.0%
120
100.0%
.0%
120
100.0%
120
100.0%
.0%
120
100.0%
120
100.0%
.0%
120
100.0%
Kategori
umur ibu
Risiko (<20atau>35)
Total
Count
% within Kematian
Perinatal
Count
% within Kematian
Perinatal
Count
% within Kematian
Perinatal
Kematian Perinatal
Total
Kasus
Kasus
Kontrol
47
34
81
78.3%
56.7%
67.5%
13
26
39
21.7%
43.3%
32.5%
60
60
120
100.0%
100.0%
100.0%
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
70
Kategori Paritas * Kematian Perinatal Crosstabulation
Kematian Perinatal
Total
Kasus
Kategori
Paritas
Risiko(1atau>4)
Count
Tidak risiko(2-4)
Total
Kontrol
33
21
54
55.0%
35.0%
45.0%
Count
% within Kematian Perinatal
27
39
66
45.0%
65.0%
55.0%
60
60
120
100.0%
100.0%
100.0%
Count
% within Kematian Perinatal
Total
Count
% within Kematian
Perinatal
Count
% within Kematian
Perinatal
Count
% within Kematian
Perinatal
Kontrol
52
38
90
86.7%
63.3%
75.0%
22
30
13.3%
36.7%
25.0%
60
60
120
100.0%
100.0%
100.0%
Total
berisiko
Count
% within Kematian Perinatal
tidak berisiko
Count
% within Kematian Perinatal
Count
% within Kematian Perinatal
Kasus
42
Kontrol
16
58
70.0%
26.7%
48.3%
18
30.0%
60
44
73.3%
60
62
51.7%
120
100.0%
100.0%
100.0%
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
71
Katagori Riwayat persalinan * Kematian Perinatal Crosstabulation
Kematian Perinatal
Kasus
Katagori Riwayat
persalinan
Count
% within Kematian
Perinatal
Count
% within Kematian
Perinatal
Count
% within Kematian
Perinatal
Total
Kontrol
Kasus
35
43
58.3%
13.3%
35.8%
25
52
77
41.7%
86.7%
64.2%
60
60
120
100.0%
100.0%
100.0%
Kontrol
Count
53
26
79
88.3%
7
11.7%
60
43.3%
34
56.7%
60
65.8%
41
34.2%
120
100.0%
100.0%
100.0%
bukan petugas
kesehatan
Petugas kesehatan
Total
Count
% within Kematian Perinatal
Count
% within Kematian Perinatal
Count
% within Kematian Perinatal
Kontrol
1.7%
59
98.3%
60
.0%
60
100.0%
60
.8%
119
99.2%
120
100.0%
100.0%
100.0%
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
72
Lampiran 4
Analisis Bivariat
Crosstabs
Case Processing Summary
N
Kategori umur ibu * Kematian Perinatal
Kategori Paritas * Kematian Perinatal
Kategori Jarak antar persalinan * Kematian
Perinatal
Kategori Riwayat Penyakit * Kematian Perinatal
Kategori Riwayat persalinan * Kematian Perinatal
Kategori Kunjungan ANC * Kematian Perinatal
Kategori Penolong Persalinan * Kematian Perinatal
Valid
Percent
Cases
Missing
N Percent
Total
Percent
120
100.0%
.0%
120
100.0%
120
100.0%
.0%
120
100.0%
120
100.0%
.0%
120
100.0%
120
100.0%
.0%
120
100.0%
120
100.0%
.0%
120
100.0%
120
100.0%
.0%
120
100.0%
120
100.0%
.0%
120
100.0%
Risiko (<20atau>35)
Total
Count
% within Kategori umur ibu
Total
Kasus
47
Kontrol
34
Kasus
81
58.0%
42.0%
100.0%
78.3%
56.7%
67.5%
% of Total
Count
% within Kategori umur ibu
39.2%
13
28.3%
26
67.5%
39
33.3%
66.7%
100.0%
21.7%
43.3%
32.5%
% of Total
Count
% within Kategori umur ibu
10.8%
60
21.7%
60
32.5%
120
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% of Total
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
73
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correction(a)
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
Value
6.420b
5.470
6.513
6.366
df
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-sided)
.011
.019
.011
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.019
.009
.012
N of Valid Cases
120
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.50.
Risk Estimate
Value
Lower
2.765
1.244
6.145
1.741
1.076
2.816
.630
.449
.884
N of Valid Cases
120
Risiko(1atau>4)
Tidak Risiko(2-4)
Total
Count
% within Kategori Paritas
% within Kematian Perinatal
% of Total
Count
% within Kategori Paritas
% within Kematian Perinatal
% of Total
Count
% within Kategori Paritas
% within Kematian Perinatal
% of Total
Kasus
33
61.1%
55.0%
27.5%
27
40.9%
45.0%
22.5%
60
50.0%
100.0%
50.0%
Kontrol
21
38.9%
35.0%
17.5%
39
59.1%
65.0%
32.5%
60
50.0%
100.0%
50.0%
54
100.0%
45.0%
45.0%
66
100.0%
55.0%
55.0%
120
100.0%
100.0%
100.0%
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
74
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correction(a)
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
4.848b
4.074
4.883
df
1
1
1
4.808
Asymp. Sig.
(2-sided)
.028
.044
.027
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.043
.022
.028
120
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27.00.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Kategori Paritas (1atau>4 / 2-4)
For cohort Kematian Perinatal = Kasus
For cohort Kematian Perinatal = Kontrol
N of Valid Cases
95% Confidence
Interval
Lower
2.270
Upper
1.088
Lower
4.733
1.494
.658
120
1.043
.446
2.140
.972
Total
Count
% within Kategori Jarak persalinan
% within Kematian Perinatal
% of Total
Count
% within Kategori Jarak persalinan
% within Kematian Perinatal
% of Total
Count
% within Kategori Jarak persalinan
% within Kematian Perinatal
% of Total
52
Kontrol
38
90
57.8% 42.2%
86.7% 63.3%
43.3% 31.7%
8
22
26.7% 73.3%
13.3% 36.7%
6.7% 18.3%
60
60
50.0% 50.0%
100.0% 100.0%
50.0% 50.0%
100.0%
75.0%
75.0%
30
100.0%
25.0%
25.0%
120
100.0%
100.0%
100.0%
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
75
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correction(a)
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
8.711b
7.511
8.981
df
1
1
1
8.639
Asymp. Sig.
(2-sided)
.003
.006
.003
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.006
.003
.003
120
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.00.
Risk Estimate
Value
Lower
3.763
1.513
9.357
2.167
1.167
4.024
.576
.416
.796
N of Valid Cases
120
Berisiko
tidak berisiko
Total
Count
% within Kategori Riwayat Penyakit
% within Kematian Perinatal
% of Total
Count
% within Kategori Riwayat Penyakit
% within Kematian Perinatal
% of Total
Count
% within Kategori Riwayat Penyakit
% within Kematian Perinatal
% of Total
42
Kontrol
16
58
72.4% 27.6%
70.0% 26.7%
35.0% 13.3%
18
44
29.0% 71.0%
30.0% 73.3%
15.0% 36.7%
60
60
50.0% 50.0%
100.0% 100.0%
50.0% 50.0%
100.0%
48.3%
48.3%
62
100.0%
51.7%
51.7%
120
100.0%
100.0%
100.0%
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
76
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correction(a)
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Value
22.558b
20.857
23.328
22.370
120
df
Asymp. Sig.
(2-sided)
1
.000
1
.000
1
.000
1
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.000
.000
.000
6.417
2.897
14.212
2.494
.389
120
1.638
.249
3.797
.607
Kasus
Kontrol
Kasus
35
43
81.4%
18.6%
58.3%
29.2%
25
13.3%
6.7%
52
32.5%
67.5%
41.7%
86.7%
20.8%
60
43.3%
60
50.0%
50.0%
100.0
%
100.0%
50.0%
50.0%
Count
Total
% of Total
Count
% within Katagori Riwayat
persalinan
% within Kematian Perinatal
% of Total
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
100.0
%
35.8%
35.8%
77
100.0
%
64.2%
64.2%
120
100.0
%
100.0
%
100.0
%
77
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity
Correction(a)
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
24.500
.000
27.965
.000
Value
26.421b
df
26.201
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.000
.000
.000
120
Risk Estimate
Value
Lower
Odds Ratio for Katagori
Riwayat persalinan
(Risiko (dengan tindakan)
/ Tidak risiko (tidak
dengan tindakan))
For cohort Kematian
Perinatal = Kasus
For cohort Kematian
Perinatal = Kontrol
N of Valid Cases
95% Confidence
Interval
Upper
Lower
9.100
3.684
22.475
2.507
1.762
3.566
.275
.145
.525
120
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
78
Total
Count
% within Kategori Kunjungan
ANC
% within Kematian Perinatal
% of Total
Count
% within Kategori Kunjungan
ANC
% within Kematian Perinatal
% of Total
Count
% within Kategori Kunjungan
ANC
% within Kematian Perinatal
% of Total
Kontrol
53
26
79
67.1%
32.9%
100.0%
88.3%
44.2%
7
43.3%
21.7%
34
65.8%
65.8%
41
17.1%
82.9%
100.0%
11.7%
5.8%
60
56.7%
28.3%
60
34.2%
34.2%
120
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
50.0%
100.0%
50.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity
Correction(a)
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
25.045
.000
28.777
.000
Value
27.008b
26.783
df
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.000
.000
.000
120
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.50.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
79
Risk Estimate
Value
Lower
Upper
Lower
9.901
3.871
25.325
3.929
1.967
7.850
.397
.281
.560
120
bukan petugas
kesehatan
Petugas kesehatan
Total
Count
% within Kategori Penolong
Persalinan
% within Kematian Perinatal
% of Total
Count
% within Kategori Penolong
Persalinan
% within Kematian Perinatal
% of Total
Count
% within Kategori Penolong
Persalinan
% within Kematian Perinatal
% of Total
1
100.0%
1.7%
.8%
59
49.6%
98.3%
49.2%
60
Kontrol
0
.0% 100.0%
.0%
.0%
60
.8%
.8%
119
50.4% 100.0%
100.0%
50.0%
60
99.2%
99.2%
120
50.0%
50.0% 100.0%
100.0%
50.0%
100.0% 100.0%
50.0% 100.0%
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
80
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity
Correction(a)
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig.
(2-sided)
.315
.000
1.000
1.395
.238
Value
1.008b
df
1.000
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
1.000
.500
.317
120
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50.
Risk Estimate
Value
Lower
For cohort Kematian
Perinatal = Kasus
N of Valid Cases
2.017
95% Confidence
Interval
Upper
1.683
Lower
2.418
120
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009