Anda di halaman 1dari 2

Rabu, 19 Maret 2008

'85 Persen Sukuk tak Sesuai Syariah'


Pembeli sukuk tidak memiliki klaim legal atas aset yang dijadikan underlying.

DUBAI -- Dewan Syariah Accounting & Auditing Organization for Islamic Financial Institutions
(AAOIFI) menerbitkan resolusi kesesuaian syariah baru yang mengatur penerbitan obligasi
syariah (sukuk). Langkah tersebut, sebagaimana dilansir situs berita Bloomberg, Senin (17/3),
dilakukan untuk mengatasi banyaknya sukuk global yang tak sesuai dengan prinsip syariah.
Dewan Syariah AAOIFI yang beranggotakan 18 ulama dan pakar syariah dan dipimpin oleh
Sheikh Muhammad Taqi Usmani, bulan lalu, mengungkapkan bahwa sebagian besar obligasi
syariah atau sukuk di dunia hingga saat ini cenderung tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Bahkan, menurut catatan mereka, sebanyak 85 persen sukuk di dunia hanya mensyaratkan
terjadinya perpindahan aliran kas tanpa perpindahan aset dari penerbit sukuk kepada investor.
Januari lalu, berdasarkan laporan Standard & Poors', Jebel Ali Free Zone FZE menjaring dana
investasi sebesar dua miliar dolar AS melalui penerbitan sukuk di Timur Tengah. Nilai sukuk
tersebut merupakan nilai sukuk terbesar di Teluk dalam enam bulan terakhir. Namun, investor
atau pembeli sukuk perusahaan tersebut tidak memiliki klaim legal atas aset yang dijadikan
underlying dalam transaksi sukuk tersebut.
Perpindahan kepemilikan aset dari penerbit kepada investor dinilai penting dalam transaksi
penerbitan sukuk. Pasalnya, berdasarkan prinsip syariah, bila yang berpindah hanya aliran kas
atau uang saja, transaksi sukuk itu berpotensi tidak sesuai syariah karena margin uang dalam
transaksi tersebut bisa dikategorikan sebagai bunga dan diharamkan.
Karena itu, berdasarkan informasi bersumber situs resmi www.aaoifi.com, AAOFI melakukan
serangkaian studi atas sukuk yang dihadiri perwakilan berbagai bank syariah dan lembaga
keuangan syariah global. Studi pertama dan kedua dilakukan di Madinah pada 27 Juni 2007 dan
Makkah pada 8 September 2007. Sedangkan studi ketiga dilakukan di Bahrain pada 13-14
Februari 2008.
Berdasarkan hasil studi tersebut, Dewan Syariah AAOIFI kemudian membuat serangkaian
resolusi baru terkait penerbitan sukuk. Salah satunya adalah mengharuskan terjadinya
perpindahan kepemilikan legal dan sesuai syariah atas underlying asset kepada investor sukuk.
Dengan demikian, transaksi sukuk menjadi tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Selain itu, peraturan baru juga mewajibkan terjadinya pembagian risiko dan untung adil antara
penerbit sukuk dan investor. Alasannya, pembagian risiko dan untung adil merupakan salah satu
unsur penting dalam transaksi keuangan syariah.
Meskipun sebagian besar sukuk global cenderung tidak sesuai syariah, konsultan finansial
AAOIFI, Majd Bakir, menyatakan perusahaan yang telah menerbitkan sukuk tidak perlu
merestrukturisasi sukuk mereka. Pasalnya, peraturan baru berlaku bagi penerbitan sukuk baru.
Menanggapi penerbitan peraturan baru tersebut, Head of Islamic Finance, Barclays Capital
Dubai, Arul Kandasamy, menilai yang dilakukan para ulama dan pakar syariah AAOIFI
mendasarkan pada prinsip syariah. Mereka berupaya untuk membuat penerbitan sukuk benar
didukung aset nyata.
Tak terpengaruh
Chief Executive Officer (CEO) dan Executive Deputy Chairman grup RAM Holdings Bhd, C

Rajandram, menyatakan, isu kesesuaian syariah sukuk global tidak akan berpengaruh pada
pesatnya penerbitan instrumen investasi syariah tersebut di pasar global. Alasannya, kata dia,
minat berbagai negara untuk menjaring dana investasi syariah melalui sukuk cukup tinggi.
''Cina, Timur Tengah, dan negara lain di dunia telah menunjukkan ketertarikan di pasar sukuk.
Hal ini diperkuat dengan besarnya kemungkinan aliran dana Timur Tengah ke Asia dalam
beberapa tahun mendatang,'' katanya sebagaimana dilansir situs berita www.theedgedaily.com,
Senin, (17/3).
Menurut Rajandram, pasar obligasi di Malaysia juga akan tumbuh pesat tahun ini, termasuk
penerbitan sukuk. Kata dia, banyak perusahaan yang mencari pendanaan alternatif. Saat ini,
Malaysia merupakan negara dengan nilai penerbitan sukuk terbesar di dunia. `'Kita melihat pada
2008, ada banyak perusahaan masuk melalui pasar obligasi syariah dan konvensional untuk
menjaring dana investasi,'' ujar dia.
Sementara itu, Bloomberg melansir, hingga kini, penjualan sukuk global jatuh menjadi 856 juta
dolar AS. Padahal, hingga kuartal pertama 2008 penjualan sukuk global telah mencapai sebesar
4,7 miliar dolar AS. aru
Resolusi Dewan Syariah AAOIFI
1. Sukuk yang diperdagangkan harus merepresentasi kepemilikan legal dan sejalan dengan
prinsip syariah atas aset bagi pemegang (investor) sukuk.
2. Sukuk yang diperdagangkan tidak diperbolehkan merepresentasi aliran pendapatan atau utang
kecuali dalam kasus perdagangan atau lembaga keuangan yang menjual seluruh asetnya.
3. Manajer sukuk tidak diperbolehkan menawarkan pinjaman kepada pemegang sukuk ketika
laba aktual tidak sesuai dengan laba diharapkan.
4. Manajer investasi (mudarib), sharik (mitra) atau wakil (agen investasi) tidak diperbolehkan
menyetujui pembelian aset dari pemegang sukuk dengan harga nominal saat jatuh tempo.
Pembelian aset hanya diperbolehkan dengan harga pasar atau harga disepakati kedua pihak.
5. Penyewa dalam transaksi sukuk ijarah diperbolehkan membeli aset disewa ketika sukuk jatuh
tempo dengan harga nominal. Hal itu bisa dilakukan bila penyewa tersebut bukan mudarib,
sharik, atau wakil.
6. Tanggung jawab dewan pengawas syariah belum selesai usai menerbitkan rekomendasi
syariah atas struktur sukuk tertentu. Mereka tetap bertanggung jawab untuk mengawasi dan
mengkaji seluruh kontrak dan dokumen yang terkait transaksi aktual sukuk. aru
sumber : situs berita Bloomberg, Sabtu (15/3).

Anda mungkin juga menyukai