40 Tahun Dewan Dakwah
40 Tahun Dewan Dakwah
Nasution. Tahun 1973, secara resmi, buku karya Harun Nasution yang berjudul
"Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya" dijadikan sebagai buku wajib dalam
studi Islam di seluruh perguruan tinggi Islam. Perkembangan sekularisasi dan
liberalisasi di Indonesia sudah sering kita bahas dalam catatan ini.
Menghadapi situasi dakwah yang seperti itu, para tokoh Islam yang dulunya
aktif dalam Partai politik Masyumi, mulai merumuskan langkah dakwah yang
baru. Mereka kemudian berkumpul di Masjid al-Munawarah Tanah Abang Jakarta.
Dari situlah tercetus ide pembentukan Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, yang
secara resmi didirikan pada 27 Februari 2007.
Para tokoh Dewan Da'wah kemudian merumuskan langkah-langkah dakwah yang
sistematis, yang dalam istilah Dr. Moh. Natsir, dibagi dalam dua jenis,
yaitu "binaan wa difa'an. Dakwah adalah melakukan pembinaan di tengah umat
dalam berbagai bentuknya, dan juga sekaligus mempertahankan Islam dari
berbagai serangan yang merusak Islam. Bisa dikatakan, ini adalah rumusan
'al-amru bil ma'ruf wal nahyu 'anil munkar'.
Sejak saat itu, Dewan Da'wah menjadi salah satu komponen umat Islam yang
menjadi garda depan dalam pengembangan dakwah di Indonesia. Di
kampus-kampus, Dewan Da'wah memelopori pembangunan masjid kampus dan
pembinaan keislaman dosen-dosen serta mahasiswa Islam. Dewan Da'wah juga
aktif membantu pengiriman dosen dan mahasiswa Islam untuk melanjutkan studi
ke luar negeri. Bersama Badan Kerjasama Pondok Pesantren, Dewan Da'wah pun
terlibat dalam pembangunan dan pengembangan pesantren. Belum lagi pembinaan
dai dan masjid-masjid di seluruh Indonesia. Di bidang penerbitan, Dewan
Da'wah tercatat sangat aktif dalam berbagai bentuk penerbitan Islam, baik
buku, majalah, maupun buletin dakwah di masjid-masjid.
Apa yang dilakukan oleh Dewan Da'wah, terutama melalui pemikiran tokohnya,
Moh. Natsir, merupakan sesuatu yang sangat berarti dalam perjalanan dakwah
di Indonesia. Tetapi, saat ini, sebagian kalangan Muslim sendiri mencoba
mengecilkan nama dan arti seorang Natsir, dengan mengangkat nama Nurcholish
Madjid sebagai cendekiawan terbesar dan tokoh Islam kultural di Indonesia.
Dalam sebuah diskusi terbatas, saya pernah mengkritik draft naskah sebuah
buku terbitan sebuah universitas di Australia yang menyebutkan tokoh Islam
kultural di Indonesia adalah Nurcholish Madjid. Nama Moh. Natsir, Hamka, dan
sebagainya, justru tidak disebut-sebut sebagai tokoh Islam kultural.
Padahal, Nurcholish Madjid sendiri sering bangga dijuluki sebagai 'Natsir
muda'.
Kini diusianya yang sudah 40 tahun, Dewan Da'wah telah jauh berkembang.
Dewan Da'wah memiliki perwakilan di 32 propinsi dan lebih dari 200 daerah
tingkat II di Indonesia. Berbagai kegiatan dakwah yang terus dilakukan Dewan
Da'wah diantaranya: Pengelolaan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad
Natsir, penerbitan majalah, buletin, buku, program bantuan sosial,