Naskah Seminar
Naskah Seminar
mengganggu sektor pertanian dan pangan (Wiyarno, 2009). Mikroalga dapat mengurangi pencemaran
karena merupakan mikroorganisme yang mampu berfotosintesis (Mata et al., 2010). Permasalahan
yang timbul dalam proses pembuatan biofuel dari mikroalga adalah pembudidayaan dan ekstraksinya.
Menurut Wiyarno (2009), beberapa hal yang perlu dikendalikan dalam proses pembudidayaan
mikroalga secara umum antara lain: tingkat keasaman, suhu, salinitas, suplai CO 2, nutrisi, intensitas
cahaya, dan kedalaman, sedangkan proses ekstraksinya ada beberapa metode, yaitu metode pelarut,
ekspeller, enzimatis, superkritikal, ultrasonik, osmotik, dan elektromekanik. Ekstraksi lipid dengan
pelarut dapat dilakukan langsung dari mikroalga kering dan menjadi metode ekstraksi cepat dan efisien
yang sedikit mengurangi kelemahan metode lain (Mata et al., 2010). Biasanya pelarut yang digunakan
untuk mengambil lipid mikroalga adalah pelarut dengan tingkat kepolaran yang tinggi seperti nheksana dan kloroform (Wiyarno, 2009). Metode pelarut juga terus mengalami perkembangan dengan
adanya penggunaan pelarut ganda yang biasa disebut metode Bligh & Dyer. Metode ekstraksi ini
menggunakan kombinasi pelarut antara kloroform, metanol, dan air sehingga lipid yang diperoleh lebih
tinggi dibandingkan menggunakan pelarut tunggal (Petrick et al., 2013).
Pada penelitian ini akan dilakukan percobaan dengan variasi perbandingan volume pelarut
(dalam bentuk fraksi kloroform dalam total pelarut) serta waktu ekstraksi pada ekstraksi lipid
mikroalga dengan metode Bligh & Dyer untuk memperoleh hasil lipid yang optimal. Diharapkan
penelitian ini dapat menjadi studi pendahuluan yang kemudian akan dikembangkan menjadi bahan
bakar yang siap untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Page 2
METODE PENELITIAN
Jenis mikroalga yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nannochloropsis sp. yang
diperoleh dari Balai Besar Budidaya Laut Lampung. Percobaan dilaksanakan dengan memasukkan
campuran pelarut kloroform dan metanol sebanyak 50 mL dengan perbandingan tertentu ke dalam
beaker glass yang berisi mikroalga kering sebanyak 5 gram seperti pada Gambar 1. Selain pelarut,
ditambahkan pula larutan NaCl 1% sebanyak 15 mL ke dalam campuran untuk menghindari pengikatan
lipid asam menjadi lipid terdenaturasi. Proses dilakukan pada tekanan 1 atm dan temperatur 27 oC
dengan kecepatan pengadukan 180 rpm. Setelah proses ekstraksi selama waktu tertentu, dilakukan
pemisahan fase ekstrak dan rafinat dengan corong pemisah. Ekstrak berada pada bagian bawah,
sedangkan rafinat pada bagian atas. Kemudian ekstrak dipisahkan antara pelarut dan zat terlarutnya
(lipid) melalui proses distilasi.
Analisis hasil percobaan meliputi empat parameter yaitu: angka asam, angka iodium, dan angka
penyabunan dengan metode titrasi asam-basa serta untuk mengetahui komposisi asam lemak dalam
lipid mikroalga digunakan kromatografi gas (GC).
HASIL & PEMBAHASAN
Page 3
a.
b.
10
20
30
40
50
60
70
hingga 60 menit yield lipid mengalami penurunan sebanyak 3,8% yaitu dari 52,4% menjadi 48,6%. Hal
ini terjadi karena pada waktu ekstraksi 50 menit kemungkinan titik jenuh terlarutnya lipid telah tercapai
sehingga bertambahnya waktu ekstraksi tidak akan memperbanyak lipid yang terekstraksi.
c.
Berat Lipid
Terambil
(gram)
1,47
1,94
2,76
Yield Lipid
(%)
29,4
38,8
55,2
Dari data di atas diperoleh grafik hubungan antara fraksi volume kloroform dalam pelarut dengan yield
lipid yaitu,
Page 5
60
50
40
Yield (%) 30
20
10
0
0.45
0.5
0.55
0.6
0.65
0.7
0.75
0.8
Gambar 3. Hubungan fraksi volume kloroform dalam pelarut dengan yield lipid
Berdasarkan data Tabel 2 dan Gambar 3 di atas, dapat dikatakan bahwa dengan waktu ekstraksi
tetap selama 50 menit dan semakin banyak komposisi kloroform dibandingkan metanol maka yield
lipid yang diperoleh cenderung semakin besar. Hal ini terjadi karena kelarutan lipid lebih banyak ke
kloroform dan semakin sedikit metanol juga membuat metanol semakin mudah larut dalam air
sehingga mudah dipisahkan pada corong pemisah.
Page 6
d.
Nilai Rata
Metode
Nilai Standar
Rata
23,8257
3,4952
Analisa
FBI-A01-03
FBI-A04-03
Biodiesel
Maks. 0,8
Maks. 115
Maks. 500
375,4315
FBI-A03-03
Hasil
analisis
kimia
menunjukkan
bahwa
sampel
lipid mikroalga
memiliki angka asam rata rata sebanyak 23,8257 mg KOH/g. Sementara itu, batas angka asam yang
harus dimiliki oleh suatu biodiesel menurut standar di Indonesia adalah maksimal 0,8 (Soerawidjaja,
2005). Hal tersebut menunjukkan bahwa angka asam lipid mikroalga yang didapatkan berada jauh di
luar batas kisaran angka asam yang harus dimiliki oleh biodiesel. Perbedaan ini disebabkan oleh
perbedaan jenis lipid yang dianalisis. Pada penelitian ini, sampel yang dianalisis berupa minyak mentah
dari mikroalga sedangkan pada standar digunakan sampel berupa biodiesel.
Oleh karena itu, angka asam lipid mikroalga ini dibandingkan dengan angka asam minyak biji
jarak yang dilaporkan Pramanik (2003). Minyak biji jarak dijadikan sebagai pembanding karena telah
dikenal sebagai salah satu bahan biodiesel yang paling produktif. Berdasarkan penelitian tersebut,
minyak biji jarak memiliki angka asam sebanyak 38,2 mg KOH/g. Angka asam lipid mikroalga
ternyata lebih kecil dibandingkan angka asam minyak jarak. Hal tersebut secara tidak langsung
menunjukkan bahwa tingginya angka asam dapat diatasi melalui proses transesterifikasi minyak
mentah menjadi biodiesel.
Parameter kedua dan ketiga yang dianalisis adalah angka iodium dan angka penyabunan. Hasil
analisis menunjukkan bahwa lipid mikroalga memiliki angka iodium rata rata 3,4952 g I 2/100 g dan
angka penyabunan rata rata sebanyak 375,4315 mg KOH/g. Sedangkan batas maksimum angka
iodium dan angka penyabunan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI-04-7182-2006) adalah
115 g I2/100 g dan 500 mg KOH/g. Oleh karena itu, lipid mikroalga yang diperoleh pada penelitian ini
Page 7
memenuhi Standar Nasional Indonesia sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Parameter keempat
yang dianalisis adalah komposisi asam lemak dalam lipid mikroalga dengan analisis instrumentasi yaitu
kromatografi gas. Komposisi asam lemak lipid mikroalga jenis Nannochloropsis sp. dapat dilihat pada
Tabel 4. Trabi (1998) melaporkan komposisi asam lemak minyak biji jarak antara lain asam miristat,
asam palmitat, asam stearat, arachidic acid, behedic acid, asam palmitoleat, asam oleat, asam linoleat,
dan asam linolenat yang dapat dilihat pada Tabel 5. Setelah dilakukan perbandingan antara komposisi
asam lemak lipid mikroalga dengan komposisi asam lemak minyak biji jarak ternyata komposisi asam
lemak lipid mikroalga memiliki beberapa kesamaan jenis dengan kandungan asam lemak minyak biji
jarak sehingga lipid mikroalga dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
Tabel 4. Komposisi asam lemak lipid mikroalga dengan kromatografi gas
Asam Lemak
Kadar (%)
C 8:1 Asam kaprilat
1,5191
C 10:0 Asam kaprat
4,0862
C 12:0 Asam laurat
1,2872
C 14:0 Asam miristat
8,8416
C 16:0 Asam palmitat
26,1353
C 16:1 Asam palmitoleat
17,6625
C 18:0 Asam stearat
0,5139
C 18:1 Asam oleat
7,8981
C 18:2 Asam linoleat
3,4980
C 20:5 Asam Eikosapentanoat (EPA)
15,1109
Tabel 5. Komposisi asam lemak minyak jarak pagar
Asam Lemak
C 14:0 Asam miristat
C 16:0 Asam palmitat
C 16:1 Asam palmitoleat
C 18:0 Asam stearat
C 18:1 Asam oleat
C 18:2 Asam linoleat
C 18:3 Asam linolenat
C 20:0 Arachidic acid
C 22:0 Behedic acid
Kadar (%)
0 0,1
14,1 15,3
0 1,3
3,7 9,8
34,5 45,8
29,0 44,2
0 0,3
0 0,3
0 0,2
(Trabi, 1998)
1. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan titik optimum yaitu pada waktu ekstraksi 50 menit dan
perbandingan volume pelarut antara kloroform dengan metanol yaitu 0,75 dengan 0,25 serta
diperoleh yield lipid sebanyak 55,2%.
2. Pengaruh waktu ekstraksi dapat diketahui dari hasil analisis kuantitatif biodiesel. Semakin lama waktu
ekstraksi maka kandungan lipid yang diperoleh semakin banyak, tetapi dari waktu 50 menit ke
60 menit mengalami penurunan karena telah tercapai titik jenuh.
3. Sedangkan pengaruh komposisi volume juga diketahui dari kandungan lipid yang diperoleh. Semakin
besar komposisi volume kloroform dibandingkan metanol maka kandungan lipid yang diperoleh
semakin banyak. Untuk bahan baku sebanyak 5 gram disarankan menggunakan fraksi volume
pelarut antara kloroform dan metanol sebanyak 0,75 dan 0,25.
4. Karakteristik lipid mikroalga dapat diketahui dari analisis kimia, yaitu diperoleh angka asam sebanyak
23,8257 mg KOH/g, angka iodium sebanyak 3,4952 g I 2/100 g, dan angka penyabunan
sebanyak 375,4315 mg KOH/g. Selain itu, analisis kandungan asam lemak dengan kromatografi
gas (GC) dapat diketahui bahwa lipid mikroalga dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
5. Lipid mikroalga yang dihasilkan masih berwarna hijau pekat sehingga saran penulis yaitu perlu
dilakukan pemurnian lebih lanjut agar dapat dijadikan sebagai bahan baku biodiesel.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dibiayai oleh Pemerintah Indonesia melalui DIKTI dalam Program Kreativitas
Mahasiswa bidang Penelitian tahun 2012.
DAFTAR PUSTAKA
British Petroleum P.L.C. 2011. British Petroleum Statistical Review of World Energy 2011. BP. London.
Mata, T.M., A.A. Martins, dan N.S. Caetano. 2010. Microalgae for Biodiesel Production and Other
Applications: A Review. Renewable and Sustainable Energy Reviews 14: 217 232.
Petrick, I., L. Dombrowski, M. Kroger, T. Beckert, T. Kuchling, dan S. Kureti. 2013. Algae Biorefinery
Material and Energy Use of Algae. DBFZ Deutsches Biomasseforschungszentrum
gemeinntzige GmbH. Leipzig.
Pramanik, K. 2003. Properties and Use of Jathropa Curcas Oil and Diesel Fuel Blends in Compression
Ignition Engine. Renewable Energy 28 (1): 239 248.
Page 9
Soerawidjaja, T.H. 2005. Biodiesel dan Bioetanol serta Penelitian dan Pengembangannya di ITB. ITB.
Bandung.
Trabi, M, G.M. Gubitz, W. Steiner, dan N. Foidl. 1998. Fermentation of Jatropha curcas Seeds and
Press Cake with Rhizopus oryzae. In: Biofules and Industrial Product from Jatropha curcas
Symposium: 206 210.
Wiyarno, B. 2009. Biodiesel Microalgae, Bahan Bakar Alternatif Generasi Ketiga. IndoAlgaeTech
Consultant. Yogyakarta.
Page 10