Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia semakin hari kualitasnya semakin rendah.
Pembelajarannya hingga saat ini masih di anggap belum maksimal. Pembelajaran di
sekolah memberikan dampak pada pendidikan di Indonesia. Berdasarkan survey
United Nation Education, Scientific and Cultural Organization (UNIESCO),
terhadap kualitas di negara-negara berkembang di Asia Pasifik, Indonesia
menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan kualitas para guru, kualitasnya
berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.
Kemerosotan pendidikan di Indonesia yang tertinggal dari negara-negara lain
sangat erat kaitannya dengan masalah-masalah kurikulum yang di jalankan oleh para
tenaga pendidik dan mendiknas. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting
bagi keberhasilan suatu pendidikan, tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat maka
akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.
Dalam teori kurikulum (Anita Lie: 2012) keberhasilan suatu kurikulum
merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal
tentang pendidikan, perumusan masalah desain kurikulum, persiapan pendidik dan
tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum,
termasuk pembelajaran dan penilaian pembelajaran serta kurikulum.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasioanal, Pasal 1 ayat 19 dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan
bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum yang
digunakan oleh bangsa tersebut.
Dalam sejarah, Indonesia pernah memiliki kurikulum Rencana Pelajaran
Terurai (1947), Rencana Pendidikan Dasar (1964), Kurikulum Sekolah Dasar
(1968), Kurikulum Proyek Perintisan Sekolah Pembangunan atau PPSP (1973),
Revisi Kurikulum Sekolah Dasar (1975), Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Revisi
Kurikulum 1994 atau yang dikenal dengan Kurikulum 11997, Kurikulum Berbasis

Kompetensi atau KBK (2004), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP
(2006), dan yang terakhir yaitu Kurikulum 2013.
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan
sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Berdasarkan landasan filosofis atas perubahan kurikulum, yaitu adanya
kebutuhan akan pendidikan yang berorientasi pada pengembangan kompetensi.
Filosofi pendidikan yang dijalankan berbasis pada nilai-nilai luhur, akademik, juga
kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Disadari bahwa pada saat ini, bangsa ini
memerlukan langkah perbaikan pendidikan dasar dan menegah yang tidak boleh
keliru guna menghadapi peluang Demography Window (Jendela Demografi) atau
Peluang Emas Indonesia 2045. Apapun metode kurikulum baru yang diperkenalkan
pada saat ini akan meletakkan dasar lompatan budaya bangsa Indonesia menuju
budaya masa depan yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Mohammad Nuh mengatakan bahwa perubahan kurikulum dirasa perlu sebagai
jawaban

atas

tantangan

zaman.

Dalam

dokumen

wawancara

di

laman

kemdikbud.go.id, Nuh menekankan bahwa perubahan zaman menuntut perubahan


sistem. Nanti kita akan memproduksi generasi yang usang, yang tidak cocok
dengan zamannya. Akibatnya, nanti jadi beban. Termasuk tidak terserap di
ketenagakerjaan, terang Nuh memaparkan alasannya melakukan perubahan
kurikulum.

B. Rumusan Masalah
Dimaksudkan makalah ini dapat dipahami dan dimengerti oleh semua orang dalam
memahami hal-hal yang menyangkut dunia pendidikan khususnya tentang magemen
kurikulum pendidikan dalam menerapkannya.
Dalam pengertian pentingnya system manajemen yang juga sebagai komponen
penting yang mendukung hal tersebut dapat terwujud dan terlaksana dengan baik.
Berikut adalah beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas dalamd iskusi ini,
antara lain:
1. Apa Pengertian Kurikulum dan Manajemen kurikulum?
2. Apa saja yang ada dalam Dimensi-dimensi Kurikulum?
3. Apa Fungsi dan Peranan kurikulum?
4. Teori kurikulum?
5. Hubungan Kurikulum dengan Pembelajaran?
6. Apa saja Komponen Kurikulum?
2

7. Evaluasi Kurikulum?
C. Tujuan
1. Memahami pentingnya pendidikan untuk menuju ke arah yang lebih baik.
2. Memberikan informasi tentang penerapan kurikulum pendidikan
3. Mengetahui pentingnya system manajemen untuk penerapan kurikulum.
4. Mengetahui kinerja sekolah dalam menerapkan kurikulum yang sesuai.
5. Mengetahui bagaimana konsep pendidikan itu diterapkan.
6. Mengetahui kekurangan dan kelebihan di dalam kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, istilah kurikulum berasala dari bahasa Yunani, yaitu curir
yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Secara terminologiy
istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah,
sekalipun pengertian ini tegolong tradisional, tetapi paling tidak ada orang bisa
mengenal dan mengetahui pengertian kurikulum yang pertama. Implikasi dari
pengertian tradisional adalah:
1. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, peserta didik harus
mempelajari dan menguasai seluruh mata pelajaran;
2. Mata pelajaran tersebut hanya di pelajari di sekolah secara terpisah-pisah;
dan
3. Tujuan akhir kurikulum adalah untuk memperoleh ijazah.
Akhir-akhir ini terjadi pergeseran pemikiran tentang tugas mendidik anak. Hal
ini berdampak pula terhadap perubahan pengertian kurikulum secara luas. Gerakan
kurikulum modern sebenarnya sudah ada di Amerika sejak tahun 1950-an. Pengertian
kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial yang telah
disusun secara ilmiah, baik yang terjadi didalam kelas, dihalaman sekolah maupun
diluar sekolah atas tanggung jawab sekolah mencapai tujuan pendidikan. Implikasi
dari pengertian modern adalah:
1. Kurikulum tidak hanya terdiri atas sejumlah mata pelajaran, tetapi juga
meliputi semua kegiatan dan pengalaman potensial disusun secara ilmiah;
2. Kegiatan pengalam belajar tidak hanya terjadi disekolah tetapi juga diluar
sekolah atas tanggunga jawab sekolah;
3. Guru sebagai pengembang kurikulum perlu menggunakan multistrategi
dan pendekatan serta berbagai sumber belajar secara bervariasi; dan
4. Tujuan akhir kurikulum bukan untuk memperoleh ijazah tetapi untuk
mencapai tujuan pendidikan.

Sedangkan pengertian kurikulum menurut para ahli adalah:

1. Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum adalah


semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu
ataupun secara berkelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
2. Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha
menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid
memperoleh hasil pembelajaran yang sudah di tentukan.
3. Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan Evans (1967): Kurikulum
adalah semua pengalaman yang di rancang dan di kemukakan oleh pihak
sekolah.
4. Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp (1968): Kurikulum adalah
dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajarkan
kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu,
rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973): Kurikulum
adalah kumpulan kursus ataupun urutan pelajaran yang sistematik.
Sedangkan pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003: kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Implikasi dari
pengertian menurut UU No. 20 Tahun 2003 adalah:
1. Kurikulum harus memiliki renana. Rencana tersebut berkaitan dengan
proses belajar maupun pengembangan peserta didik pada semua jenis dan
jenjang pendidikan.
2. Didalam kurikulum terdapat tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
3. Kurikulum harus ada hasil sesuai tujuan pendidikan, baik yang berbentuk
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Hasil yang dimaksud
merupakan hasul belajar peserta didik sebagai akibat terjadinya kegiatan
belajar.

A. Dimensi-Dimensi Kurikulum
1. Kurikulum sebagai suatu Ide
Dimensi kurikulum sebagai ide, biasanya dijadikan langkah awal dalam
pengembangan kurikulum, yaitu ketika melakukan studi pendapat. Dari sekian
5

banyak ide-ide yang berkembang dalam studi pendapat tersebut, maka akan dipilih
dan ditentukan ide-ide mana yang dianggap paling kreatif, inovatif, dan konstruktif
sesuai dengan visi misi dan tujuan pendidikan nasional. Tim pengembang kurikulum
biasanya akan mengacu pada ide atau konsep kurikulum menurut menteri
pendidikan nasional, selanjutnya ide-ide mendiknas dituangkan dalam sebuah
kebijakan umum sampai menjadi dimensi kurikulum sebagai rencana.
2. Kurikulum sebagai suatu Rencana Tertulis
Dimensi kurikulum ini pada dasarnya merupakan realisasi dari dimensi kurikulum
sebagai ide. Aspek-aspek penting yang dibahas, antara lain : pengembangan tujuan
dan kompetensi, struktur kurikulum, kegiatan pengalaman be;ajar, organisasi
kurikulum, manajemen kurikulum, hasil belajar, dan sistem evaluasi. Kurikulum
sebagai ide harus mengikuti pola dan ketentuan-ketentuan kurikulum sebagai
rencana. Sering kali kurikulum sebagai rencana banyak mengalami kesulitan, karena
ide-ide yang ingin disampaikan terlalu umum dan banyak yang tidak dimengerti oleh
para pelaksana kurikulum,
3. Kurikulum sebagai suatu Kegiatan
4. Kurikulum sebagai Hasil Belajar
Meskipun hasil belajar bukan satu-satunya objek evaluasi kurikulum tapi hasil
belajar dapat dijadikan sebagai slah satu dimensi pengertian kurikulum. Hasil belajar
sebagai bagian dari kurikulum terdiri atas berbagai domain, seperti pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai.
5. Kurikulum sebagai suatu Disiplin Ilmu
Kurikulum sebagai disiplin ilmu adalah kurikulum memiliki konsep, prinsip,
prosedur, asumsi, dan teori yang dapat dianalisis dan dipelajari oleh pakar
kurikulum, penelitian kurikulum, guru atau calon guru, kepala sekolah, pengawas
atau tenaga kerja kependidikan lainnya yang ingin mempelajari tentang kurikulum.
Tujuan kurikulum sebagai disiplin ilmu adalah untuk mengembangkan ilmu tentang
kurikulum dan sistem kurikulum.
6. Kurikulum sebagai suatu Sistem
Sistem kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan,
sistem persekolahan, dan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum di sekolah
merupakan sistem tentang kurikulum apa yang akan disusun dan bagaimana
kurikulum itu dlaksanakan. Dapat dikatakan bahwa sistem kurikulum mencakup
tahap-tahap pengembangan kurikulum itu sendiri, mulai dari perencanaan
kurikulum,

pelaksanaan

kurikulum,

evaluasi

kurikulum,

perbaikan

dan

penyempurnaan kurikulum. Kurikulum sebagai suatu sistem juga menggambarkan


tentang komponen-komponen.
6

B. Fungsi dan Peranan Kurikulum


Fungsi Kurikulum :
1. Fungsi kurikulum dilihat dari sisi pengembang kurikulum
a. Fungsi preventi, yaitu mencegah kesalahan para pengembang kurikulum
terutama dalam melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana kurikulum
b. Fungsi Korektif, yaitu mengoreksi dan membetulkan kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh pengembang kurikulum dalam melaksanakan kurikulum
c. Fungsi Kontruktif, yaitu memberikan arah yang jelas bagi para pelaksana dn
pengembang kurikulum untuk membangun kurikulum yang lebih baik lagi
dimasa yang akan datang.
2. Fungsi kurikulum dilihat dari sisi peserta didik
a. Fungsi penyesuaian, yaitu membantu peserta didik untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya secara menyeluruh
b. Fungsi Pengintegrasian, yaitu mementuk pribadi-pribadi yang terintegrasi
sehingga mampu bermasyarakat
c. Fungsi perbedaan, yaitu membantu memberikan pelayanan terhadap perbedaanperbedaan individual dalam masyarakat
d. Fungsi persiapan, yaitu mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi
e. Fungsi pemilihan, yaitu memberikan kesempatan kepada peseta didik untuk
memilih program-program pembelajaran secara selektif sesuai kemampuan,
minat, dan kebutuhannya
f. Fungsi diagnostic, yaitu membantu peserta didik untuk memahami dirinya
sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimilikinya
3. Fungsi kurikulum ditinjau dalam berbagai perspektif :
a. Fungsi Kurikulum dalam Mencapai Tujuan Pendidikan
Fungsi kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu alat
untuk membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan visi, misi dan tujuan
pendidikan nasional, termasuk berbagai tingkatan tujuan pendidikan yang ada di
bawahnya. Kurikulum sebagai alat dapat diwujudkan dalam bentuk program,
yaitu kegiatan dan pengalaman belajar yang dilaksanakan oleh guru dan peserta
didik dalam proses pembelajaran.
b. Fungsi Kurikulum bagi Kepala Sekolah
Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah merupakan pedoman untuk mengatur dan
membimbing kegiatan sehar-hari disekolah, baik kegiatan intrakurikuler,
ekstrakulikuler maupun kokurikuler. Pengaturan kegiatan ini penting agar tidak
terjadi tumpang tindih, seperti jenis program pendidikan apa yang sedang dan
7

akan dilaksanakan, bagaimana prosedur pelaksanaan program pendidikan akan


dilaksanakan.

Bagi

kepala

sekolah,

kurikulum

merupakan

barometer

keberhasilan program pendidikan disekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah


dituntut untuk menguasai administrasi kurikulum dan mengontrol kegiatankegiatan pembelajaran yang dilaksanakan agar susuai dengan kurikulum yang
berlaku. Disinilah pentingnya pemerintah melibatkan kepala sekolah dalam
merancang kurikulum, termasuk sosialisasi kurikulum baru.
c. Fungsi Kurikulum bagi Setiap Jenjang Pendidikan
1. Fungsi kesinambungan, yaitu sekolah pada tingkat yang lebih atas harus
mengetahui dan memahami kurikulum sekolah yang dibawahnya, sehingga
dapat dilakukan penyesuaian kurikulum
2. Fungsi penyiapan tenaga, yaitu apabila sekolah tertentu diberi wewenang
mempersiapkan

tenaga-tenaga

terampil,

maka

sekolah

tersebut

perlu

mempelajari apa yang diperlukan oleh tenaga terampil, baik mengenai


kemampuan akademik, kecakapan atau keterampilan, kepribadian maupun halhal yang berkaitan dengan kehidupan sosial

d. Kurikulum bagi Guru


Guru tidak hanya berfungsi sebagai pengembang kurikulum, tetapi juga sebagai
pelaksana kurikulum. Dalam praktik, guru merupakan ujung tombak
pengembangan kurikulum sekaligus sebagai pelaksana kurikulum dilapangan.
Guru juga sebagai faktor kunci dalam keberhasilan suatu kurikulum.
Bagaimanapun baiknya suatu kurikulum disusun, pada akhirnya akan sangat
bergantung pada kemampuan guru dilapangan. Guru betul-betul dituntut untuk
selalu meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan kurikulum itu
sendiri, perkembangan IPTEK, perkembangan masyarakat, perkembangan
psikologi belajar, dan perkembangan ilmu pendidikan. Guru harus memiliki
kompetensi professional, kompetensi pedagogic, kompetensi personal, dan
kemampuan sosial secara seimbang dan terpadu. Guru dan kurikulum tidak bisa
dipisahkan, tetapi harus merupakan satu kesatuan yang utuh sehingga menjadi
satu raga.
e. Fungsi Kurikulum bagi Pengawas(Supervisor)
Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman,
patokan atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di sekolah. Kurikulum
8

dapat digunakan pengawas untuk menetapkan hal apa saja yang memerlukan
penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pengembangan kurikulum dan
peningkatan mutu pendidikan. Pengawas juga perlu mencari data dan informasi
mengenai faktor pendukung dan penghambat implementasi kurikulum dalam
hubungannya dengan peningkatan mutu guru, kelengkapan sarana pendidikan,
pemantapan sistem administrasi, bimbingan dan konseling, keefektifan
penggunaan perpustakaan, dan lain-lain. Implikasinya adalah pengawas harus
menguasai kurikulum yang berlaku agar dapat memberikan bimbingan secara
professional kepada guru-guru, terutama dalam pengembangan program
pembelajaran dan implementasinya.
f. Fungsi Kurikulum bagi Masyarakat
Bagi masyarakat, kurikulum dapat memberikan pencerahan dan memperluas
wawasan pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui kurikulum
masyarakat dapat mengetahui apakah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kurikulum suatu
sekolah
g. Fungsi Kurikulum bagi Pemakai Lulusan
Para pemakai lulusan harus mengenal kurikulum yang telah ditempuh calon
tenaga kerja. Studi kurikulum akan banyak membantu pemakai lulusan dalam
menyeleksi calon tenaga kerja yang anadal, energik, disiplin, bertanggung
jawab, jujur, ulet, tepat, dan berkualitas. Karena bagaimanapun juga, kadar
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dimiliki calon tenaga
kerja, merupakan produk dari kurikulum yang ditempuhnya.
Peranan Kurikulum :
Tiga jenis peranan Kurikulum menurut Oemar Hamalik (1990 ) :
1. Peranan

Konservatif

adalah

peranan

kurikulum

untuk

mewariskan,

mentransmisikan, dan menafsirkan nilai-nilai sosial dan budaya masa lampau yang
tetap eksis dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut tentu merupakan nilai-nilai positif
dan bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik di masa yang
akan dating. Sekolah sebagai prantara sosial harus dapat mempengaruhi dab
membimbing tingkah laku peserta didik sesuai dengan visi, misi, dan tujuan
pendidikan nasional.

2. Peranan Kritis dan Evaluatif adalah peranan kurukulum untuk menilai dan memilih
nilai-nilai sosial-budaya yang akan di wariskan kepada peserta didik berdasarkan
kriteria tertentu. Jangan sampai peserta didik terkontaminasi oleh nilai-nilai budaya
asing yang bertentangan dengan Pancasila.
3. Peranan Kreatif adalah peranan kurikulum untuk menciptakan dan menyusun
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan konstruktif sesuai dengan perkembangan peserta
didik dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum harus dapat mengembangkan semua
potensi yang dimiliki peserta didik melalui berbagai kegiatan dan pengalaman
belajar yang kreatif, efektif, dan kondusif. Kurikulum harus dapat merangsang pola
berfikir dan pola bertindak peserta didik untuk menciptakan sesuatu yang baru
sehingga bermanfaat bagi dirinya, keluarga, bangsa, dan negara.
C. Hubungan Kurikulum dan Pembelajaran
Telah kita ketahui bersama, apa itu kurikulum yang dibahas diawal.
Salah satu tokoh berendapat bahwa, kurikulum lebih luas dari
sekedar rencana pengajaran, tetapi meliputi segala pengalaman
atau proses belajar siswa yang direncanakan dibawah bimbingan
satuan

pendidikan.

Artinya

bahwa

kurikulum

bukan

hanya

dokumen bahan cetak melainkan rangkaian aktivitas siswa yang


dilakukan di dalam kelas, diluar kelas, di laboraturium, di lapangan
maupun di lingkungan masyarakat yang direncanakan serta
dibimbing oleh sekolah.
Berbicara tentang pengertian kurikulum ini sangat fundamental
dan menggambarkan posisi sesungguhnya kurikulum dalam suatu
proses pendidikan. Sedangkan pembelajaran menurut

Gagne

adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan


maksud untuk mempermudah terjadi suatu proses. Pembelajaran
adalah proses

yang sengaja dirancang untuk menciptakan

terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu. Dengan kata lain,


pembelajarn merupakan sesuatu hal yang bersifat eksternal dan
sengaja dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar
internal dalam diri individu.

10

Dilihat secara saksama antara kurikulum dan pembelajaran diatas,


dapat dikatakan bahwa kurikulum dan pembelajaran merupakan
dua hal yang tidak terpisahkan, artinya mempunyai hubungan satu
sama lain, meski berada pada posisi yang berbeda. Saylor (1981)
mengemukakan bahwa kurikulum dan pembelajaran bagaikan
Romeo dan Juliet. Artinya bahwa berbicara tentang Romeo harus
disertai dengan Juliet dan demikian sebaliknya. Tanpa kurikulum
sebagai rencana, maka pelaksanaanpembelajaran atau pengajaran
tidak akan efektif, demikian juga sebaliknya tanpa pembelajaran
dan pengajaran sebagai implementasi sebuah rencana, maka
kurikulum tidak akan memiliki arti apa-apa. Hal ini juga dipertegas
dengan

pendapatnya

Mac

Donald,

menurutnya

sistem

persekolahan terbentuk atas mepat subsistem, yaitu:


1. Mengajar yang merupakan kegiatan atau perlakuan profesional
yang diberikan oleh guru kepada peserta didik.
2. Belajar merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan siswa
sebagai respon terhadap kegiatan mengajar yang diberikan oleh
guru.
3. Pembelajaran adalah keseluruhan pertautan kegiatan yang
memungkinkan dan berkenaan dengan terjadinya interaksi
belajar-mengajar.
4. Kurikulum merupakan sutau rencana yang memberi pedoman
atau pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar.
Pendapat yang sama, Zais menjelaskan bahwa kebaikan suatu
kurikulum tidak dapat dinilai dari dokumen tertulis saja, melainkan
harus dinilai dalam proses pelaksanaan fungsinya didalam kelas.
Kurikulum

bu;kan

hanya

merupakan

rencana

tertulis

bagi

pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi


dalam kelas, memberikan pedoman dan mengatur lingkungan
kegiatan

yang

berlangsung

didalam

kelas.

Rencana

tertulis

merupakan dokumen kurikulum (curriculum documen or inert


curriculum), sedangkan kurikulum yang dioperasional di kelas
merupakan kurikulum fungsional.
11

Menurut Taba, batas antara kurikulum dan pembelajaran sangat


relatif, bergantung pada tafsiran guru. Sebagai contoh dalam
kurikulum (tertulis), isi harus digambarkan serinci mungkin agar
mudah dipahami guru, tetapi cukup luas dan umum sehingga
memungkiankan mencakup semua bahan yang dapat dipilih oleh
guru sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa serta kemampuan
guru.

Kurikulum

memberika

pegangan

bagi

pelaksanaan

pengajaran di kelas, tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab


guru uuntuk membelajarkannya.
Dalam sebuah pendidikan, terdapat sebuah atau suatu rencana
yang dibuat secara terarah yang biasa disebut kurikulum, tapi
semua yang di susun, direncanakan tidak akan terlaksana tanpa
adanya

implementasi.

Implementasi

itu

didapat

dengan

pembelajaran. Untuk itu, mengapa kurikulum dan pembelajaran


memiliki

keterkaitan

yang

sangat

penting

dan

tidak

dapat

dipisahkan. Dan pada kakekatnya kedua hal ini sama, karena


sama-sama memuat isi, tujuan, materi dan strategi pembelajaran.
Dalam

proses KBM membutuhkan desain pembelajaran, yang

selanjutnya pada desai pembelajaran terdapat materi dan tujuan


kegiatan belajar dan pembelajaran. Letak perbedaannya pada
implementasi kurikulum bagi sekolah dan guru.

KAITAN PENDIDIKAN, KURIKULUM, dan PEMBELAJARAN

12

Kurikulu
m

Pendidi
kan
Pembelaj
ran

D. Landasan Pengembangan Kurikulum


Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Landasan
menurut Hornby c. C dalam The anvance leaners dictionaru of current English
mengatakan: foundation .... that on which an idea or belief rest an underlying
principles as the foundations of religious belie the basis or starting point..... jadi
menurut Hornby, landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi
sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari sesuatu. Contohnya dalam agama Islam
yang menjadi landasan utama umat muslim dalam melaksanakan ibadah kepada
Allah SWT adalh Al-Quran dan sunnah. Jadi, landasan kurikulum dapat diartikan
sebagai suatu gagasan atau prinsip yang bersumber dari kepercayaan dan menjadi
sandaran atau pijakan untuk pengembangan kurikulum yang dinamis.
Pada hakikatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha untuk mencari
bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang
sesuai dengan perkembangan dna kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu dalam
suatu lembaga. Pengembangan kurikulum di arahkan pada pencapaian nialai-nilai
umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang akan menjadi isi kurikulum
yang di susun dengan fokus pada nilai-nilai tadi.
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 bab X tentang kurikulum, pasa 36 ayat 1 bahwa
pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
13

pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Setiap pengembangan


kurikulum, selain harus berpijak pada sejumlah landasan, juga harus menerapkan
atau menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Dengan adaya prinsip, setiap
pengembangan kurikulum diikat oleh ketentuan atau hukum sehingga dalam
pengembangannya mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip yang telah
disepakati.prinsip-prinsip pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Prinsip Relevansi
Prinsip ini berkenan dengan kesesuaian antara komponen tujuan, isi, strategi dan
evaluasi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu
relevansi keluar artinya tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam
kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan
masyarakat, dan relevansi di dalam artinya ada kesesuaian antara komponenkomponen kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian.
Relevansi ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.
b. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip ini berkenan dengan kebebasan/keluwesan yang dimiliki guru dalam
mengimplementasikan kurikulum dan adanya altermnatif pilihan program
pendidikan bagi siswa sesuai minat dan bakatnya.
c. Prinsip Kontinuitas
Prinsip ini berkenan dengan adanya kesinambungan materi pelajaran antar
berbagai jenis dan jenjang sekolah serta antar tingkatan kelas. Perkembangan
dan proses belajar berlangsung secara berkesinambungan, tidak terpurus-putus
atau berhenti-henti.
d. Prinsip Praktis dan Efisiensi
Kurikulum harus mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan
biayanya juga murah tapi berkualitas. Tepat pelaksanaannya dan menghasilkan
sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya.
e. Prinsip Efektifitas
Keberhasilan pelaksanaan kurikulum harus diperhatikan, baik kualitas maupun
kuantitas. Keberhasilan kuantitas ditinjau dari komponen-komponen kurikulum,
seperti tujuan, isi, proses belajar dan evaluai. Sedangkan keberhasilan
kualitassnya dilihat dari hasil dari pelaksanaan kurikulum yang ada atau
outputnya.
f. Prinsip Khusus
Prinsip khusus yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum,
antara lain: prinsip keimanan, nilai dan budi pekerti luhur, penguasaan integrasi
nasional, keseimbangan etika, logika, estetika dan kinetika, kesamaan
14

memperoleh kesempatan, tekhnologi informasi, pengembangan keterampilan


hidup, berpusat pada anak, serta pendekatan menyeluruh dan kemitraan.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup
sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan
hasil pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum didalam pendidikan
dan dalam perkembangan kehidupan manusia, penyusunan kurikulum tidak
dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan
landasan yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian
yang mendalam.
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan
memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan
lingkungan, kebutuhan pembangunan sosial, perkembangan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing
satuan pendidikan. Adapun berbagai landasan utama dalam pengembangan
suatu kurikulum, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan budaya,
serta perkembangan ilmu dan tekhnologi.

Landasan Filosofis
Pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama antar pendidik dan terdidik
untuk mencapai tujuan pendidikan. Di dalam interaksi tersebut terlibat isi yang
diinteraksikan serta bagaimana interaksi tersebut berlangsung.
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama halnya
dengan filsafat pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai filsafat, seperti:
perenialisme, essensialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dengan merujuk
kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di uraikan tentang isi dari masing-maisng
aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum:
1. Parelianisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dn
keindahan dari warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap
lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang
menganut faham ini menenkankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal
yang tidka terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa
lalu.
2. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota
15

masyarakat yang berguna. Matematika, sains, dan mata plajaran lainnya dianggap
sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di
masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essensialisme juga lebih
berorientasi pada masa lalu.
3. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang
hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami
dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan bagaimana saya hidup di dunia? Apa
pengalaman itu?
4. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual,
berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme
merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
5. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada
rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditentukan. Disamping
menekankan

tentang

perbedaan

individual

seperti

pada

progresivisme,

rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir


kritis dan sejenisnya. Aliran ini mempertanyakan untuk apa berpikir kritis,
memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan
pada hasil belajar dan proses.
Aliran filsafat Parenialisme, Essensialisme, eksistensialisme merupakan aliran filsafat
yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis.
Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model
Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak
diterapkan dalam Pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Pandangan-pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan, terutama dalam
menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat akan menentukan arah kemana
peserta didik akan dibawa. Untuk itu harus ada kejelasan tentang pandangan hidup
manusia atau tentang hidup dan eksistensinya. Filsafat atau pandangan hidup yang
dianut oleh suatu bangsa atau kelompak masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut
oleh perorangan akan sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Sedangkan tujuan pendidikan sendiri pada dasarnya merupakan rumusan yang
komperhensif mengenai apa yang seharusnya dicapai.
Tujuan pendidikan memuat pernyataan-pernyataan mengenai kemampuan yang
diharapakan dapat dimiiki oleh peserta didik selaras dengan sistem nilai dan falsafat
16

yang dianutnya. Dengan demikian, sistem nilai atau filsafat yang dianut oleh suatu
komunitas akan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan rumusan tujuan
pendidikan yang dihasilkannya. Dengan kata lain, filsafat suatunegara tidak bisa
dipugkiri akan mempengaruhi tujuan pendidikan dinegara tersebut. Oleh karena itu,
tujuan pendidikan disuatu negara akan berbeda dengan tujuan pendidikan dinegara
lainnya, sebagai implikasi dari adanya perbedaan filsafat yang dianutnya.

Landasan Psikologis
Dalam psikologis perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan
perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu,
serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum. Psikologis belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu dalam konteks belajar. Psikologis belajar mengkaji tentang hakekatnya
belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam
belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus
mendasari pengembangan kurikulum.
Masih berkenaan degan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teoriteori psikologis yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip
pemikiran Spencer, ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa
kompetensi merupakan karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan
hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang
terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi.
Psikologi belajar dan pengembangan kurikulum psikologi belajar merupakan suatu
studi tentang bagaimana individu belajar. Pembahasan tentang psikologi belajar erat
kaitannya dengan teori belajar. pemahaman tentang teori-teori belajar berdasarkan
pendekatan psokologis adalah upaya mengenai kondisi objektif terhadap individu
anak yang sedang mengalami proses belajar dalam rangka pertumbuhan dan
perkembangan menuju kedewasaannya. Pemahaman yang luas dan komperhensif
tentang berbagai teori belajar akan memberikan kontribusi yang sangat berharga
bagi para pengembang kurikulum baik di tingkat makro maupun tingkat mikro untuk
merumuskan model kurikulum yang diharapkan. Pendekatan terhadap berdasarkan
satu teori tertentu merupakan asumsi yang perlu dipertimbangkan dalam

17

pelaksanaannya berkaitan dengan aspek-aspek dan akibat yang mungkin

ditimbulkannya.
Landasan Sosial Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu
rancangan,kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan.Kita maklumi
bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun
kelingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata,namun
memberikan bekal pengetahuan ,keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup,bekerja
dan mencpai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat,mendapatkan pendidikan baik formal maupun
informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat
pula. Kehidupan masyarakat,dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya
menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia

yang

menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya,tetapi justru melalui pendidikan di


harapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyarakatnya.
Oleh karena itu,tujuan isi,maupun proses pendidikan harus di sesuaikan dengan
kebutuhan,kondisi,karakteristik,kekayaan

dan

perkembangan

yang

ada

masyarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki-sosial budaya

di
yang

mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat .salah satu
aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur
cara berkehidupan dan perilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat
bersumber dari agama,budaya,politik,atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat
untuk

melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntunan perkembangan

yang terjadi di sekitar masyarakat.


Israel Scheffer (Nana syaodih sukamdinata,1997) mengemukakan bahwa melalui
pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu,turut serta dalam peradaban
sekarang

dan

demikian,kurikulum

membuat
yang

peradaban
di

masa

yang

kembangkan

akan

datang.Dengan

sudah

seharusnya

mempertimbangkan,merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial budaya


dalam suatu masyarakat,baik dalam koteks lokal,nasional maupun global

Landasan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi


18

Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis


yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan tekhnologi adalah aplikasi
dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah paraktis dalam
kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Sejak abad pertengaahan ilmu
pengetahuan telah berkembang dengan pesat. Perkembanagan ilmu pengetahuan
pada masa kini banyak didasari oleh penemuan dan hasil pemikiran para filsuf purba
seperti Plato, Socrates, Aristoteles, John Dewey, Archimedes, dan lain-lain.
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan
sesuatu yag tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan
menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat
kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Telhnologi pada pertengahan abad
ke-20, pesat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang
pertama yang berhasil menginjakkan kaki di bulan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi secara langsung berimplikasi
terhadap pengembangan kurikulum yang didalamnya mencakup pengembangan
isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta
penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan
untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan
masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi juga
dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.

E. Komponen Kurikulum
Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi; (3)
strategi, pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan (5) evaluasi. Kelima komponen
tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Untuk lebih
jelasnya, di bawah ini akan diuraikan tentang masing-masing komponen tersebut.
a. Komponen Tujuan
Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik,
selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang
ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan
tertentu.

19

Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan


tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan
umum pendidikan berikut.
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah

kejuruan

adalah

meningkatkan

kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
b. Komponen isi
Isi/materi pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
dikembangkan dan disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Secara
umum, isi kurikulum itu dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Logika, yaitupengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan.
2. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk nilai dan moral.
3. Estetika, yaitu pengetahuan tentang indah jelek yang ada nilai seni.
Berdasarkan pengelompokkan isi kurikulum, maka pengembangan isi kurikulum
harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Mengandung bahan kajian atau topik-topik yang dapat dipelajari peserta didik
dalam proses pembelajaran
2. Berorientasi pada standar kompetensi lulusan, standar kompetensi mata
pelajaran, dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan
Disamping prinsip-prinsip tersebut, pengembang kurikulum hendaknya juga
memperhatikan aspek-aspek yang ada dalam isi kurikulum, yaitu :
1. Teori,yaitu seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling
berhubungan
2. Konsep, yaitu definisi dari apa secara singkat dari sekelompok fakta atau
gejala.Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati dan menentukan
variabel-variabel mana yang ada hubungan empiris
3. Generalisasi, yaitu kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus,
bersumber dari hasil analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian

20

4. Prinsip, yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengambangkan hubungan anatara beberapa konsep.
5. Prosedur, yaitu serangkaian langkah-langkah yang berurutan yang ada dalam
materi pembelajaran dan harus dilakukan oleh siswa
6. Fakta, yaitu sejumlah informasi khusus dalam materi yang dipandang
mempunyai kedudukan penting
7. Istilah, yaitu kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus, yang
diperkenalkan dalam materi
8. Contoh, yaitu sesuatu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas, sehingga suatu uraian/pendapat menjadi lebih jelas dan mudah
dimengerti oleh pihak lain
9. Definisi, yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian suatu hal, suatu kata
dalam garis besarnya
10. Preposisi, yaitu suatu pernyataan atau pendapat yang tak perlu diberi
argumentasi.

Kriteria pemilihan isi kurikulum :


1.
2.
3.
4.

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.


Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Bermanfaat bagi peserta didik, masyarakat, dunia kerja, bangsa, dan negara.
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selanjutnya dalam pengambangan isi kurikulum, ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan, yaitu ruang lingkup, urutan, dan penempatan bahan, dan bentuk
organisasi dan isi. Pada kurikulum pendidikan formal, pada umumnya organisasi
isi/materi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran atau bidang studi yang
tertuang dalam struktur kurikulum sesuai dengan tujuan institusional masingmasing. Ada beberapa jenis struktur kurikulum, yaitu :
1. Pendidikan umum, yaitu program pendidikan yang bertujuan membina
mahasiswa agar menjadi warga negara yang baik
2. Pendidikan akademik, yaitu program pendidikan yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual sehingga diharapkan peserta didik
memperoleh kualifikasi pengetahuan yang fungsional menurut tuntutan disiplin
ilmu masing-masing.

21

3. Pendidikan kecakapan hidup, yaitu program pendidikan yang bertujuan untuk


memperoleh kecakapan dan keterampilan tertentu, sebagai bekal hidup peserta
didik di masyarakat.
4. Pendidikan kejuruan, yaitu program yang mempersiapkan peserta didik untuk
memperoleh keahlian atau pekerjaan tertentu sesuai dengan jenis sekolah yang
ditempuhnya.
c. Komponen Proses
Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran,
yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta didik, baik disekolah melalui
kegiatan tatap muka, maupun diluar sekolah melalui kegiatan terstruktur dan
mandiri. Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam
menyampaikan isi kurikulum, antara lain :
1. Strategi ekspositori klasikal, yaitu guru lebih banyak menjelaskan materi yang
sebelum nya telah diolah sendir, sementara siswa lebih banyak menerima materi
yang telah jadi
2. Strategi pembelajaran heuristik
3. Strategi pembelajaran kelompok kecil (kerja kelompok dan diskusi kelompok)
4. Strategi pembelajaran individual
Sumber belajar adalah bagian yang tak terpisahkan dalam proses pembelajaran.
Dalam sistem pembelajaran yang tradisional, penggunaan sumber belajar terbatas
pada informasi yang diberikan oleh guru, dan beberapa buku sumber belajar yang
lain cenderung kurang mendapat perhatian, sehingga aktivitas belajar peserta didik
kurang berkembang.
d. Komponen Evaluasi
Komponen organisasi digunakan untuk mengetahui efektifitas kurikulum dan dalam
upaya memperbaiki serta menyempurnakan kurikulum maka diperlukan evaluasi
kurikulum
e. Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum adalah susunan pengalaman dan pengetahuan baku yang harus
disampaikan dan dilakukan peserta didik untuk menguasai kompetensi yang telah
ditetapkan. Ada dua jenis pengalaman yang berhubungan dengan kurikulum yaitu :
1. Pengalaman langsung adalah pengalaman yang diperoleh peserta didik sebagai
hasil interaksi secara langsung dengan dunia sekitarnya.
2. Pengalaman tidak langsung adalah pengalaman yang diperoleh peserta didik
melalui perantara, seperti pengalaman yang diperoleh dari buku sumber.

22

Organisasi kurikulum berhubungan erat dengan kualitas kegiatan dan pengalaman


belajar peserta didik. Tujuan pengembangan organisasi kuikulum yang luas adalah
untuk membentuk peserta didik sedemikian hingga memperoleh sesuatu yang
berharga dari program pendidikan yang telah di tetapkan. Adpun unsur-unsur yang
terdapat dalam organisasi kurikulum antara lain :
1. Konsep, yaitu definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Konsep
merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, menentukan variabel-variabel
mana yang ingin kita tentukan.
2. Generalisasi, yaitu kesimpuan-kesipulan yang merupakan kristalisasi dari suatu
analisis
3. Keterampilan, yaitu kemampuan dalam menentukan organisasi kurikulum dan
digunakan sebagai dasar untuk menyusun program yang berkesinambungan
4. Nilai-nilai, yaitu norma atau kepercayaan yang digunakan, sesuatu yang bersifat
absolut untuk mengendalikan prilaku.

F. Komponen kurikulum
Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi; (3) strategi,
pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan (5) evaluasi. Kelima komponen tersebut
memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Untuk lebih jelasnya, di
bawah ini akan diuraikan tentang masing-masing komponen tersebut.
Komponen Tujuan
Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik,
selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang
ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan
tertentu.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan
tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan
umum pendidikan berikut.
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
23

Komponen isi
Isi/materi pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
dikembangkan dan disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Secara umum,
isi kurikulum itu dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Logika, yaitupengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan.
2. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk nilai dan moral.
3. Estetika, yaitu pengetahuan tentang indah jelek yang ada nilai seni.
Berdasarkan pengelompokkan isi kurikulum, maka pengembangan isi kurikulum
harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Mengandung bahan kajian atau topik-topik yang dapat dipelajari peserta didik
dalam proses pembelajaran
2. Berorientasi pada standar kompetensi lulusan, standar kompetensi mata
pelajaran, dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan
Disamping prinsip-prinsip tersebut, pengembang kurikulum hendaknya juga
memperhatikan aspek-aspek yang ada dalam isi kurikulum, yaitu :
1. Teori,yaitu seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang
saling berhubungan
2. Konsep, yaitu definisi dari apa secara singkat dari sekelompok fakta atau
gejala.Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati dan
menentukan variabel-variabel mana yang ada hubungan empiris
3. Generalisasi, yaitu kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus,
bersumber dari hasil analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian
4. Prinsip, yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengambangkan hubungan anatara beberapa konsep.
5. Prosedur, yaitu serangkaian langkah-langkah yang berurutan yang ada dalam
materi pembelajaran dan harus dilakukan oleh siswa
6. Fakta, yaitu sejumlah informasi khusus dalam materi yang dipandang
mempunyai kedudukan penting
7. Istilah, yaitu kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus, yang
diperkenalkan dalam materi
8. Contoh, yaitu sesuatu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas, sehingga suatu uraian/pendapat menjadi lebih jelas dan mudah
dimengerti oleh pihak lain

24

9. Definisi, yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian suatu hal, suatu
kata dalam garis besarnya
10. Preposisi, yaitu suatu pernyataan atau pendapat yang tak perlu diberi
argumentasi

Kriteria pemilihan isi kurikulum :


1.
2.
3.
4.

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.


Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Bermanfaat bagi peserta didik, masyarakat, dunia kerja, bangsa, dan negara.
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selanjutnya dalam pengambangan isi kurikulum, ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan, yaitu ruang lingkup, urutan, dan penempatan bahan, dan bentuk
organisasi dan isi. Pada kurikulum pendidikan formal, pada umumnya organisasi
isi/materi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran atau bidang studi yang
tertuang dalam struktur kurikulum sesuai dengan tujuan institusional masing-masing.
Ada beberapa jenis struktur kurikulum, yaitu :
1. Pendidikan umum, yaitu program pendidikan yang bertujuan membina
mahasiswa agar menjadi warga negara yang baik
2. Pendidikan akademik, yaitu program pendidikan yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual sehingga diharapkan peserta
didik memperoleh kualifikasi pengetahuan yang fungsional menurut
tuntutan disiplin ilmu masing-masing.
3. Pendidikan kecakapan hidup, yaitu program pendidikan yang bertujuan
untuk memperoleh kecakapan dan keterampilan tertentu, sebagai bekal
hidup peserta didik di masyarakat.
4. Pendidikan kejuruan, yaitu program yang mempersiapkan peserta didik
untuk memperoleh keahlian atau pekerjaan tertentu sesuai dengan jenis
sekolah yang ditempuhnya.
Komponen Proses
Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran,
yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta didik, baik disekolah melalui kegiatan
tatap muka, maupun diluar sekolah melalui kegiatan terstruktur dan mandiri. Ada
beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan isi
kurikulum, antara lain :
25

a. Strategi ekspositori klasikal, yaitu guru lebih banyak menjelaskan materi yang
sebelum nya telah diolah sendir, sementara siswa lebih banyak menerima materi
yang telah jadi
b. Strategi pembelajaran heuristik
c. Strategi pembelajaran kelompok kecil (kerja kelompok dan diskusi kelompok)
d. Strategi pembelajaran individual
Sumber belajar adalah bagian yang tak terpisahkan dalam proses pembelajaran.
Dalam sistem pembelajaran yang tradisional, penggunaan sumber belajar terbatas
pada informasi yang diberikan oleh guru, dan beberapa buku sumber belajar yang lain
cenderung kurang mendapat perhatian, sehingga aktivitas belajar peserta didik kurang
berkembang.

Komponen Evaluasi
Komponen organisasi digunakan untuk mengetahui efektifitas kurikulum dan dalam
upaya memperbaiki serta menyempurnakan kurikulum maka diperlukan evaluasi
kurikulum

Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum adalah susunan pengalaman dan pengetahuan baku yang harus
disampaikan dan dilakukan peserta didik untuk menguasai kompetensi yang telah
ditetapkan. Ada dua jenis pengalaman yang berhubungan dengan kurikulum yaitu :
1. Pengalaman langsung adalah pengalaman yang diperoleh peserta didik sebagai
hasil interaksi secara langsung dengan dunia sekitarnya.
2. Pengalaman tidak langsung adalah pengalaman yang diperoleh peserta didik
melalui perantara, seperti pengalaman yang diperoleh dari buku sumber.
Organisasi kurikulum berhubungan erat dengan kualitas kegiatan dan pengalaman
belajar peserta didik. Tujuan pengembangan organisasi kuikulum yang luas adalah
untuk membentuk peserta didik sedemikian hingga memperoleh sesuatu yang berharga
dari program pendidikan yang telah di tetapkan. Adpun unsur-unsur yang terdapat
dalam organisasi kurikulum antara lain :
a. Konsep, yaitu definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Konsep
merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, menentukan variabel-variabel
mana yang ingin kita tentukan.

26

b. Generalisasi, yaitu kesimpuan-kesipulan yang merupakan kristalisasi dari suatu


analisis
c. Keterampilan, yaitu kemampuan dalam menentukan organisasi kurikulum dan
digunakan sebagai dasar untuk menyusun program yang berkesinambungan
d. Nilai-nilai, yaitu norma atau kepercayaan yang digunakan, sesuatu yang bersifat
absolut untuk mengendalikan prilaku.

KOMPONEN UTAMA PENDIDIKAN

Pendidik
Interaksi

Lingkunga
n

Isi
Proses
Evaluasi

Kurikulu
m

Tujuan

Pendidikan
Terdidik

Alam, Sosial, Budaya,


Ekonomi, Religi

BAB III
PENUTUP
27

A. Kesimpulan
Kurikulum sangat berpengaruh terhadap tingkat pendidikan di Indonesia.
Baik buruk suatu pendidikan tergantung dari kurikulum yang dijalankan oleh para
tenaga pendidik dan mendiknas, tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat maka akan
sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.
Dalam teori kurikulum (Anita Lie: 2012) keberhasilan suatu kurikulum
merupakan suatu proses panjang. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 19 dinyatakan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana
bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh
bangsa tersebut.
Dalam sejarah, Indonesia pernah memiliki kurikulum Rencana Pelajaran
Terurai (1947), Rencana Pendidikan Dasar (1964), Kurikulum Sekolah Dasar
(1968), Kurikulum Proyek Perintisan Sekolah Pembangunan atau PPSP (1973),
Revisi Kurikulum Sekolah Dasar (1975), Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Revisi
Kurikulum 1994 atau yang dikenal dengan Kurikulum 11997, Kurikulum Berbasis
Kompetensi atau KBK (2004), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP
(2006), dan yang terakhir yaitu Kurikulum 2013.
Seperti yang menjadi realitas pendidikan sekarang dinegara ini, dunia
pendidikan seolah mencari jati diri yang tepat dan seolah masih kebingungan dalam
mendapatkan format yang pas untuk mengembangkan dunia pendidikan kearah
yang lebih baik. Dampaknya, pencarian format ini terkesan menimbulkan masalah
baru yang terjadi ditataran praksis pendidikan, dimana anak didik dan pendidik di
buat bingung dengan serangkaian kebijakan pendidikan yang selalu berubah-ubah.
Apalagi jika dunia pendidikan sudah dikaitkan dengan politik, dimana saat ada
pergantian peerintahan, berganti pula kebijakan pendidikannya. Akibatnya, format
pendidikan yang ada di indonesia ini tidak mecapai format yang baku dan mampu

28

memberikan kosistensi belajar mengajar pada tataran praksis, yakni pelaku


pendidikan itu sendiri.
B. Saran
Pendidikan di Indonesia semakin hari kualitasnya semakin rendah.
Pembelajarannya hingga saat ini masih di anggap belum maksimal. Pembelajaran di
sekolah memberikan dampak pada pendidikan di Indonesia. Berdasarkan survey
United Nation Education, Scientific and Cultural Organization (UNIESCO),
terhadap kualitas di negara-negara berkembang di Asia Pasifik, Indonesia
menempati peringkat 10 dari 14 negara.
Pendidikan, kurikulum dan pengajara memiliki keterkaitan yang sangat
penting. Pendidikan sebagai wadah atau sebagai lembaga yang menampung, dimana
dalam sebuah lembaga terdapat sebuah rencana yang terencana dan terarah yang
disebut sebagai kurikulum. Atpi semua itu tidak akan terlaksana tanpa adanya
implementasi untuk didapat dengan pembelajaran. Untuk itu, diharapkan ouput dari
sekolah atau perguruan tinggi itu benar-benar berkualitas dan profesional, jangan
hanya mengandalkan kepandaian atau IPK saja tetapi semuanya karena pendidik
dan tenaga kependidikan harus bisa sebagai pengajar, pembimbing, pelatih,
penasehat,

pembaharuan,

model,

teladan,

peneliti,

pendorong

kreatifitas,

pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah (membantu memindahkan


peserta didik meninggalkan hal-hal buruk yang lama pada hal-hal baru yang sangat
bermanfaat), pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan
kulminator.
Semoga kualitas pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik dengan kita para
mahasiswa pendidikan matematika khususnya matematika 3 A ini, Amin.

29

Anda mungkin juga menyukai