PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia semakin hari kualitasnya semakin rendah.
Pembelajarannya hingga saat ini masih di anggap belum maksimal. Pembelajaran di
sekolah memberikan dampak pada pendidikan di Indonesia. Berdasarkan survey
United Nation Education, Scientific and Cultural Organization (UNIESCO),
terhadap kualitas di negara-negara berkembang di Asia Pasifik, Indonesia
menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan kualitas para guru, kualitasnya
berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.
Kemerosotan pendidikan di Indonesia yang tertinggal dari negara-negara lain
sangat erat kaitannya dengan masalah-masalah kurikulum yang di jalankan oleh para
tenaga pendidik dan mendiknas. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting
bagi keberhasilan suatu pendidikan, tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat maka
akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.
Dalam teori kurikulum (Anita Lie: 2012) keberhasilan suatu kurikulum
merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal
tentang pendidikan, perumusan masalah desain kurikulum, persiapan pendidik dan
tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum,
termasuk pembelajaran dan penilaian pembelajaran serta kurikulum.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasioanal, Pasal 1 ayat 19 dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan
bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum yang
digunakan oleh bangsa tersebut.
Dalam sejarah, Indonesia pernah memiliki kurikulum Rencana Pelajaran
Terurai (1947), Rencana Pendidikan Dasar (1964), Kurikulum Sekolah Dasar
(1968), Kurikulum Proyek Perintisan Sekolah Pembangunan atau PPSP (1973),
Revisi Kurikulum Sekolah Dasar (1975), Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Revisi
Kurikulum 1994 atau yang dikenal dengan Kurikulum 11997, Kurikulum Berbasis
Kompetensi atau KBK (2004), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP
(2006), dan yang terakhir yaitu Kurikulum 2013.
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan
sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Berdasarkan landasan filosofis atas perubahan kurikulum, yaitu adanya
kebutuhan akan pendidikan yang berorientasi pada pengembangan kompetensi.
Filosofi pendidikan yang dijalankan berbasis pada nilai-nilai luhur, akademik, juga
kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Disadari bahwa pada saat ini, bangsa ini
memerlukan langkah perbaikan pendidikan dasar dan menegah yang tidak boleh
keliru guna menghadapi peluang Demography Window (Jendela Demografi) atau
Peluang Emas Indonesia 2045. Apapun metode kurikulum baru yang diperkenalkan
pada saat ini akan meletakkan dasar lompatan budaya bangsa Indonesia menuju
budaya masa depan yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Mohammad Nuh mengatakan bahwa perubahan kurikulum dirasa perlu sebagai
jawaban
atas
tantangan
zaman.
Dalam
dokumen
wawancara
di
laman
B. Rumusan Masalah
Dimaksudkan makalah ini dapat dipahami dan dimengerti oleh semua orang dalam
memahami hal-hal yang menyangkut dunia pendidikan khususnya tentang magemen
kurikulum pendidikan dalam menerapkannya.
Dalam pengertian pentingnya system manajemen yang juga sebagai komponen
penting yang mendukung hal tersebut dapat terwujud dan terlaksana dengan baik.
Berikut adalah beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas dalamd iskusi ini,
antara lain:
1. Apa Pengertian Kurikulum dan Manajemen kurikulum?
2. Apa saja yang ada dalam Dimensi-dimensi Kurikulum?
3. Apa Fungsi dan Peranan kurikulum?
4. Teori kurikulum?
5. Hubungan Kurikulum dengan Pembelajaran?
6. Apa saja Komponen Kurikulum?
2
7. Evaluasi Kurikulum?
C. Tujuan
1. Memahami pentingnya pendidikan untuk menuju ke arah yang lebih baik.
2. Memberikan informasi tentang penerapan kurikulum pendidikan
3. Mengetahui pentingnya system manajemen untuk penerapan kurikulum.
4. Mengetahui kinerja sekolah dalam menerapkan kurikulum yang sesuai.
5. Mengetahui bagaimana konsep pendidikan itu diterapkan.
6. Mengetahui kekurangan dan kelebihan di dalam kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, istilah kurikulum berasala dari bahasa Yunani, yaitu curir
yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Secara terminologiy
istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah,
sekalipun pengertian ini tegolong tradisional, tetapi paling tidak ada orang bisa
mengenal dan mengetahui pengertian kurikulum yang pertama. Implikasi dari
pengertian tradisional adalah:
1. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, peserta didik harus
mempelajari dan menguasai seluruh mata pelajaran;
2. Mata pelajaran tersebut hanya di pelajari di sekolah secara terpisah-pisah;
dan
3. Tujuan akhir kurikulum adalah untuk memperoleh ijazah.
Akhir-akhir ini terjadi pergeseran pemikiran tentang tugas mendidik anak. Hal
ini berdampak pula terhadap perubahan pengertian kurikulum secara luas. Gerakan
kurikulum modern sebenarnya sudah ada di Amerika sejak tahun 1950-an. Pengertian
kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial yang telah
disusun secara ilmiah, baik yang terjadi didalam kelas, dihalaman sekolah maupun
diluar sekolah atas tanggung jawab sekolah mencapai tujuan pendidikan. Implikasi
dari pengertian modern adalah:
1. Kurikulum tidak hanya terdiri atas sejumlah mata pelajaran, tetapi juga
meliputi semua kegiatan dan pengalaman potensial disusun secara ilmiah;
2. Kegiatan pengalam belajar tidak hanya terjadi disekolah tetapi juga diluar
sekolah atas tanggunga jawab sekolah;
3. Guru sebagai pengembang kurikulum perlu menggunakan multistrategi
dan pendekatan serta berbagai sumber belajar secara bervariasi; dan
4. Tujuan akhir kurikulum bukan untuk memperoleh ijazah tetapi untuk
mencapai tujuan pendidikan.
A. Dimensi-Dimensi Kurikulum
1. Kurikulum sebagai suatu Ide
Dimensi kurikulum sebagai ide, biasanya dijadikan langkah awal dalam
pengembangan kurikulum, yaitu ketika melakukan studi pendapat. Dari sekian
5
banyak ide-ide yang berkembang dalam studi pendapat tersebut, maka akan dipilih
dan ditentukan ide-ide mana yang dianggap paling kreatif, inovatif, dan konstruktif
sesuai dengan visi misi dan tujuan pendidikan nasional. Tim pengembang kurikulum
biasanya akan mengacu pada ide atau konsep kurikulum menurut menteri
pendidikan nasional, selanjutnya ide-ide mendiknas dituangkan dalam sebuah
kebijakan umum sampai menjadi dimensi kurikulum sebagai rencana.
2. Kurikulum sebagai suatu Rencana Tertulis
Dimensi kurikulum ini pada dasarnya merupakan realisasi dari dimensi kurikulum
sebagai ide. Aspek-aspek penting yang dibahas, antara lain : pengembangan tujuan
dan kompetensi, struktur kurikulum, kegiatan pengalaman be;ajar, organisasi
kurikulum, manajemen kurikulum, hasil belajar, dan sistem evaluasi. Kurikulum
sebagai ide harus mengikuti pola dan ketentuan-ketentuan kurikulum sebagai
rencana. Sering kali kurikulum sebagai rencana banyak mengalami kesulitan, karena
ide-ide yang ingin disampaikan terlalu umum dan banyak yang tidak dimengerti oleh
para pelaksana kurikulum,
3. Kurikulum sebagai suatu Kegiatan
4. Kurikulum sebagai Hasil Belajar
Meskipun hasil belajar bukan satu-satunya objek evaluasi kurikulum tapi hasil
belajar dapat dijadikan sebagai slah satu dimensi pengertian kurikulum. Hasil belajar
sebagai bagian dari kurikulum terdiri atas berbagai domain, seperti pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai.
5. Kurikulum sebagai suatu Disiplin Ilmu
Kurikulum sebagai disiplin ilmu adalah kurikulum memiliki konsep, prinsip,
prosedur, asumsi, dan teori yang dapat dianalisis dan dipelajari oleh pakar
kurikulum, penelitian kurikulum, guru atau calon guru, kepala sekolah, pengawas
atau tenaga kerja kependidikan lainnya yang ingin mempelajari tentang kurikulum.
Tujuan kurikulum sebagai disiplin ilmu adalah untuk mengembangkan ilmu tentang
kurikulum dan sistem kurikulum.
6. Kurikulum sebagai suatu Sistem
Sistem kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan,
sistem persekolahan, dan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum di sekolah
merupakan sistem tentang kurikulum apa yang akan disusun dan bagaimana
kurikulum itu dlaksanakan. Dapat dikatakan bahwa sistem kurikulum mencakup
tahap-tahap pengembangan kurikulum itu sendiri, mulai dari perencanaan
kurikulum,
pelaksanaan
kurikulum,
evaluasi
kurikulum,
perbaikan
dan
Bagi
kepala
sekolah,
kurikulum
merupakan
barometer
tenaga-tenaga
terampil,
maka
sekolah
tersebut
perlu
dapat digunakan pengawas untuk menetapkan hal apa saja yang memerlukan
penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pengembangan kurikulum dan
peningkatan mutu pendidikan. Pengawas juga perlu mencari data dan informasi
mengenai faktor pendukung dan penghambat implementasi kurikulum dalam
hubungannya dengan peningkatan mutu guru, kelengkapan sarana pendidikan,
pemantapan sistem administrasi, bimbingan dan konseling, keefektifan
penggunaan perpustakaan, dan lain-lain. Implikasinya adalah pengawas harus
menguasai kurikulum yang berlaku agar dapat memberikan bimbingan secara
professional kepada guru-guru, terutama dalam pengembangan program
pembelajaran dan implementasinya.
f. Fungsi Kurikulum bagi Masyarakat
Bagi masyarakat, kurikulum dapat memberikan pencerahan dan memperluas
wawasan pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui kurikulum
masyarakat dapat mengetahui apakah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kurikulum suatu
sekolah
g. Fungsi Kurikulum bagi Pemakai Lulusan
Para pemakai lulusan harus mengenal kurikulum yang telah ditempuh calon
tenaga kerja. Studi kurikulum akan banyak membantu pemakai lulusan dalam
menyeleksi calon tenaga kerja yang anadal, energik, disiplin, bertanggung
jawab, jujur, ulet, tepat, dan berkualitas. Karena bagaimanapun juga, kadar
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dimiliki calon tenaga
kerja, merupakan produk dari kurikulum yang ditempuhnya.
Peranan Kurikulum :
Tiga jenis peranan Kurikulum menurut Oemar Hamalik (1990 ) :
1. Peranan
Konservatif
adalah
peranan
kurikulum
untuk
mewariskan,
mentransmisikan, dan menafsirkan nilai-nilai sosial dan budaya masa lampau yang
tetap eksis dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut tentu merupakan nilai-nilai positif
dan bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik di masa yang
akan dating. Sekolah sebagai prantara sosial harus dapat mempengaruhi dab
membimbing tingkah laku peserta didik sesuai dengan visi, misi, dan tujuan
pendidikan nasional.
2. Peranan Kritis dan Evaluatif adalah peranan kurukulum untuk menilai dan memilih
nilai-nilai sosial-budaya yang akan di wariskan kepada peserta didik berdasarkan
kriteria tertentu. Jangan sampai peserta didik terkontaminasi oleh nilai-nilai budaya
asing yang bertentangan dengan Pancasila.
3. Peranan Kreatif adalah peranan kurikulum untuk menciptakan dan menyusun
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan konstruktif sesuai dengan perkembangan peserta
didik dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum harus dapat mengembangkan semua
potensi yang dimiliki peserta didik melalui berbagai kegiatan dan pengalaman
belajar yang kreatif, efektif, dan kondusif. Kurikulum harus dapat merangsang pola
berfikir dan pola bertindak peserta didik untuk menciptakan sesuatu yang baru
sehingga bermanfaat bagi dirinya, keluarga, bangsa, dan negara.
C. Hubungan Kurikulum dan Pembelajaran
Telah kita ketahui bersama, apa itu kurikulum yang dibahas diawal.
Salah satu tokoh berendapat bahwa, kurikulum lebih luas dari
sekedar rencana pengajaran, tetapi meliputi segala pengalaman
atau proses belajar siswa yang direncanakan dibawah bimbingan
satuan
pendidikan.
Artinya
bahwa
kurikulum
bukan
hanya
Gagne
10
pendapatnya
Mac
Donald,
menurutnya
sistem
bu;kan
hanya
merupakan
rencana
tertulis
bagi
yang
berlangsung
didalam
kelas.
Rencana
tertulis
Kurikulum
memberika
pegangan
bagi
pelaksanaan
implementasi.
Implementasi
itu
didapat
dengan
keterkaitan
yang
sangat
penting
dan
tidak
dapat
12
Kurikulu
m
Pendidi
kan
Pembelaj
ran
Landasan Filosofis
Pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama antar pendidik dan terdidik
untuk mencapai tujuan pendidikan. Di dalam interaksi tersebut terlibat isi yang
diinteraksikan serta bagaimana interaksi tersebut berlangsung.
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Sama halnya
dengan filsafat pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai filsafat, seperti:
perenialisme, essensialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dengan merujuk
kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di uraikan tentang isi dari masing-maisng
aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum:
1. Parelianisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dn
keindahan dari warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap
lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang
menganut faham ini menenkankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal
yang tidka terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa
lalu.
2. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota
15
masyarakat yang berguna. Matematika, sains, dan mata plajaran lainnya dianggap
sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di
masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essensialisme juga lebih
berorientasi pada masa lalu.
3. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang
hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami
dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan bagaimana saya hidup di dunia? Apa
pengalaman itu?
4. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual,
berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme
merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
5. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada
rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditentukan. Disamping
menekankan
tentang
perbedaan
individual
seperti
pada
progresivisme,
yang dianutnya. Dengan demikian, sistem nilai atau filsafat yang dianut oleh suatu
komunitas akan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan rumusan tujuan
pendidikan yang dihasilkannya. Dengan kata lain, filsafat suatunegara tidak bisa
dipugkiri akan mempengaruhi tujuan pendidikan dinegara tersebut. Oleh karena itu,
tujuan pendidikan disuatu negara akan berbeda dengan tujuan pendidikan dinegara
lainnya, sebagai implikasi dari adanya perbedaan filsafat yang dianutnya.
Landasan Psikologis
Dalam psikologis perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan
perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu,
serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum. Psikologis belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu dalam konteks belajar. Psikologis belajar mengkaji tentang hakekatnya
belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam
belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus
mendasari pengembangan kurikulum.
Masih berkenaan degan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teoriteori psikologis yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip
pemikiran Spencer, ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa
kompetensi merupakan karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan
hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang
terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi.
Psikologi belajar dan pengembangan kurikulum psikologi belajar merupakan suatu
studi tentang bagaimana individu belajar. Pembahasan tentang psikologi belajar erat
kaitannya dengan teori belajar. pemahaman tentang teori-teori belajar berdasarkan
pendekatan psokologis adalah upaya mengenai kondisi objektif terhadap individu
anak yang sedang mengalami proses belajar dalam rangka pertumbuhan dan
perkembangan menuju kedewasaannya. Pemahaman yang luas dan komperhensif
tentang berbagai teori belajar akan memberikan kontribusi yang sangat berharga
bagi para pengembang kurikulum baik di tingkat makro maupun tingkat mikro untuk
merumuskan model kurikulum yang diharapkan. Pendekatan terhadap berdasarkan
satu teori tertentu merupakan asumsi yang perlu dipertimbangkan dalam
17
ditimbulkannya.
Landasan Sosial Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu
rancangan,kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan.Kita maklumi
bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun
kelingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata,namun
memberikan bekal pengetahuan ,keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup,bekerja
dan mencpai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat,mendapatkan pendidikan baik formal maupun
informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat
pula. Kehidupan masyarakat,dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya
menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia
yang
dan
perkembangan
yang
ada
masyarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki-sosial budaya
di
yang
mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat .salah satu
aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur
cara berkehidupan dan perilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat
bersumber dari agama,budaya,politik,atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat
untuk
dan
demikian,kurikulum
membuat
yang
peradaban
di
masa
yang
kembangkan
akan
datang.Dengan
sudah
seharusnya
E. Komponen Kurikulum
Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi; (3)
strategi, pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan (5) evaluasi. Kelima komponen
tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Untuk lebih
jelasnya, di bawah ini akan diuraikan tentang masing-masing komponen tersebut.
a. Komponen Tujuan
Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik,
selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang
ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan
tertentu.
19
kejuruan
adalah
meningkatkan
kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
b. Komponen isi
Isi/materi pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
dikembangkan dan disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Secara
umum, isi kurikulum itu dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Logika, yaitupengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan.
2. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk nilai dan moral.
3. Estetika, yaitu pengetahuan tentang indah jelek yang ada nilai seni.
Berdasarkan pengelompokkan isi kurikulum, maka pengembangan isi kurikulum
harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Mengandung bahan kajian atau topik-topik yang dapat dipelajari peserta didik
dalam proses pembelajaran
2. Berorientasi pada standar kompetensi lulusan, standar kompetensi mata
pelajaran, dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan
Disamping prinsip-prinsip tersebut, pengembang kurikulum hendaknya juga
memperhatikan aspek-aspek yang ada dalam isi kurikulum, yaitu :
1. Teori,yaitu seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling
berhubungan
2. Konsep, yaitu definisi dari apa secara singkat dari sekelompok fakta atau
gejala.Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati dan menentukan
variabel-variabel mana yang ada hubungan empiris
3. Generalisasi, yaitu kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus,
bersumber dari hasil analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian
20
4. Prinsip, yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengambangkan hubungan anatara beberapa konsep.
5. Prosedur, yaitu serangkaian langkah-langkah yang berurutan yang ada dalam
materi pembelajaran dan harus dilakukan oleh siswa
6. Fakta, yaitu sejumlah informasi khusus dalam materi yang dipandang
mempunyai kedudukan penting
7. Istilah, yaitu kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus, yang
diperkenalkan dalam materi
8. Contoh, yaitu sesuatu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas, sehingga suatu uraian/pendapat menjadi lebih jelas dan mudah
dimengerti oleh pihak lain
9. Definisi, yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian suatu hal, suatu kata
dalam garis besarnya
10. Preposisi, yaitu suatu pernyataan atau pendapat yang tak perlu diberi
argumentasi.
Selanjutnya dalam pengambangan isi kurikulum, ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan, yaitu ruang lingkup, urutan, dan penempatan bahan, dan bentuk
organisasi dan isi. Pada kurikulum pendidikan formal, pada umumnya organisasi
isi/materi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran atau bidang studi yang
tertuang dalam struktur kurikulum sesuai dengan tujuan institusional masingmasing. Ada beberapa jenis struktur kurikulum, yaitu :
1. Pendidikan umum, yaitu program pendidikan yang bertujuan membina
mahasiswa agar menjadi warga negara yang baik
2. Pendidikan akademik, yaitu program pendidikan yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual sehingga diharapkan peserta didik
memperoleh kualifikasi pengetahuan yang fungsional menurut tuntutan disiplin
ilmu masing-masing.
21
22
F. Komponen kurikulum
Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi; (3) strategi,
pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan (5) evaluasi. Kelima komponen tersebut
memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Untuk lebih jelasnya, di
bawah ini akan diuraikan tentang masing-masing komponen tersebut.
Komponen Tujuan
Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik,
selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang
ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan
tertentu.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan
tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan
umum pendidikan berikut.
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
23
Komponen isi
Isi/materi pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang
dikembangkan dan disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Secara umum,
isi kurikulum itu dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Logika, yaitupengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan.
2. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk nilai dan moral.
3. Estetika, yaitu pengetahuan tentang indah jelek yang ada nilai seni.
Berdasarkan pengelompokkan isi kurikulum, maka pengembangan isi kurikulum
harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Mengandung bahan kajian atau topik-topik yang dapat dipelajari peserta didik
dalam proses pembelajaran
2. Berorientasi pada standar kompetensi lulusan, standar kompetensi mata
pelajaran, dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan
Disamping prinsip-prinsip tersebut, pengembang kurikulum hendaknya juga
memperhatikan aspek-aspek yang ada dalam isi kurikulum, yaitu :
1. Teori,yaitu seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang
saling berhubungan
2. Konsep, yaitu definisi dari apa secara singkat dari sekelompok fakta atau
gejala.Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati dan
menentukan variabel-variabel mana yang ada hubungan empiris
3. Generalisasi, yaitu kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus,
bersumber dari hasil analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian
4. Prinsip, yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengambangkan hubungan anatara beberapa konsep.
5. Prosedur, yaitu serangkaian langkah-langkah yang berurutan yang ada dalam
materi pembelajaran dan harus dilakukan oleh siswa
6. Fakta, yaitu sejumlah informasi khusus dalam materi yang dipandang
mempunyai kedudukan penting
7. Istilah, yaitu kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus, yang
diperkenalkan dalam materi
8. Contoh, yaitu sesuatu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas, sehingga suatu uraian/pendapat menjadi lebih jelas dan mudah
dimengerti oleh pihak lain
24
9. Definisi, yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian suatu hal, suatu
kata dalam garis besarnya
10. Preposisi, yaitu suatu pernyataan atau pendapat yang tak perlu diberi
argumentasi
Selanjutnya dalam pengambangan isi kurikulum, ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan, yaitu ruang lingkup, urutan, dan penempatan bahan, dan bentuk
organisasi dan isi. Pada kurikulum pendidikan formal, pada umumnya organisasi
isi/materi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran atau bidang studi yang
tertuang dalam struktur kurikulum sesuai dengan tujuan institusional masing-masing.
Ada beberapa jenis struktur kurikulum, yaitu :
1. Pendidikan umum, yaitu program pendidikan yang bertujuan membina
mahasiswa agar menjadi warga negara yang baik
2. Pendidikan akademik, yaitu program pendidikan yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual sehingga diharapkan peserta
didik memperoleh kualifikasi pengetahuan yang fungsional menurut
tuntutan disiplin ilmu masing-masing.
3. Pendidikan kecakapan hidup, yaitu program pendidikan yang bertujuan
untuk memperoleh kecakapan dan keterampilan tertentu, sebagai bekal
hidup peserta didik di masyarakat.
4. Pendidikan kejuruan, yaitu program yang mempersiapkan peserta didik
untuk memperoleh keahlian atau pekerjaan tertentu sesuai dengan jenis
sekolah yang ditempuhnya.
Komponen Proses
Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran,
yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta didik, baik disekolah melalui kegiatan
tatap muka, maupun diluar sekolah melalui kegiatan terstruktur dan mandiri. Ada
beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan isi
kurikulum, antara lain :
25
a. Strategi ekspositori klasikal, yaitu guru lebih banyak menjelaskan materi yang
sebelum nya telah diolah sendir, sementara siswa lebih banyak menerima materi
yang telah jadi
b. Strategi pembelajaran heuristik
c. Strategi pembelajaran kelompok kecil (kerja kelompok dan diskusi kelompok)
d. Strategi pembelajaran individual
Sumber belajar adalah bagian yang tak terpisahkan dalam proses pembelajaran.
Dalam sistem pembelajaran yang tradisional, penggunaan sumber belajar terbatas
pada informasi yang diberikan oleh guru, dan beberapa buku sumber belajar yang lain
cenderung kurang mendapat perhatian, sehingga aktivitas belajar peserta didik kurang
berkembang.
Komponen Evaluasi
Komponen organisasi digunakan untuk mengetahui efektifitas kurikulum dan dalam
upaya memperbaiki serta menyempurnakan kurikulum maka diperlukan evaluasi
kurikulum
Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum adalah susunan pengalaman dan pengetahuan baku yang harus
disampaikan dan dilakukan peserta didik untuk menguasai kompetensi yang telah
ditetapkan. Ada dua jenis pengalaman yang berhubungan dengan kurikulum yaitu :
1. Pengalaman langsung adalah pengalaman yang diperoleh peserta didik sebagai
hasil interaksi secara langsung dengan dunia sekitarnya.
2. Pengalaman tidak langsung adalah pengalaman yang diperoleh peserta didik
melalui perantara, seperti pengalaman yang diperoleh dari buku sumber.
Organisasi kurikulum berhubungan erat dengan kualitas kegiatan dan pengalaman
belajar peserta didik. Tujuan pengembangan organisasi kuikulum yang luas adalah
untuk membentuk peserta didik sedemikian hingga memperoleh sesuatu yang berharga
dari program pendidikan yang telah di tetapkan. Adpun unsur-unsur yang terdapat
dalam organisasi kurikulum antara lain :
a. Konsep, yaitu definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Konsep
merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, menentukan variabel-variabel
mana yang ingin kita tentukan.
26
Pendidik
Interaksi
Lingkunga
n
Isi
Proses
Evaluasi
Kurikulu
m
Tujuan
Pendidikan
Terdidik
BAB III
PENUTUP
27
A. Kesimpulan
Kurikulum sangat berpengaruh terhadap tingkat pendidikan di Indonesia.
Baik buruk suatu pendidikan tergantung dari kurikulum yang dijalankan oleh para
tenaga pendidik dan mendiknas, tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat maka akan
sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.
Dalam teori kurikulum (Anita Lie: 2012) keberhasilan suatu kurikulum
merupakan suatu proses panjang. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 19 dinyatakan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana
bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh
bangsa tersebut.
Dalam sejarah, Indonesia pernah memiliki kurikulum Rencana Pelajaran
Terurai (1947), Rencana Pendidikan Dasar (1964), Kurikulum Sekolah Dasar
(1968), Kurikulum Proyek Perintisan Sekolah Pembangunan atau PPSP (1973),
Revisi Kurikulum Sekolah Dasar (1975), Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Revisi
Kurikulum 1994 atau yang dikenal dengan Kurikulum 11997, Kurikulum Berbasis
Kompetensi atau KBK (2004), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP
(2006), dan yang terakhir yaitu Kurikulum 2013.
Seperti yang menjadi realitas pendidikan sekarang dinegara ini, dunia
pendidikan seolah mencari jati diri yang tepat dan seolah masih kebingungan dalam
mendapatkan format yang pas untuk mengembangkan dunia pendidikan kearah
yang lebih baik. Dampaknya, pencarian format ini terkesan menimbulkan masalah
baru yang terjadi ditataran praksis pendidikan, dimana anak didik dan pendidik di
buat bingung dengan serangkaian kebijakan pendidikan yang selalu berubah-ubah.
Apalagi jika dunia pendidikan sudah dikaitkan dengan politik, dimana saat ada
pergantian peerintahan, berganti pula kebijakan pendidikannya. Akibatnya, format
pendidikan yang ada di indonesia ini tidak mecapai format yang baku dan mampu
28
pembaharuan,
model,
teladan,
peneliti,
pendorong
kreatifitas,
29