Anda di halaman 1dari 53

Error! Bookmark not defined.

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI CAMPURAN UNTUK


PENINGKATAN KEKUATAN BETON

SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan untuk memenuhi syarat sebagai sarjana
sains

KHAIRUL LAKUM. C
030801028

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Khairul Lakum C. : Pemanfaatan Abu Sekam Padi Sebagai Campuran Untuk Peningkatan Kekuatan Beton, 2009.
USU Repository 2009

PERSETUJUAN

Judul

Kategori
Nama
Nomor Induk Mahasiswa
Program Studi
Departemen
Fakultas

: PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI


SEBAGIAN SEMEN DALAM PEMBUATAN
BETON
: SKRIPSI
: KHAIRUL LAKUM. C
: 030801028
: SARJANA (SI) FISIKA
: FISIKA
: MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM(FMIPA)UNIVERSITASSUMATERA
UTARA

Diluluskan di,
Medan, Oktober 2008

Diketahui/disetujui oleh

Ketua Departemen Fisika FMIPA USU

Pembimbing

(Dr. Marhaposan Situmorang)


NIP. 130 817 771

(Drs. Syahrul Humaidi. M.sc)


NIP : 132 050 870

PERNYATAAN

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI CAMPURAN UNTUK


PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja sendiri, kecuali beberapa kutipan
dan ringkjasan yang masing masing di sebutkan sumbernya.

Medan, Oktober 2008

KHAIRUL LAKUM. C
030801028

PENGHARGAAN

Sebagai makhluk ciptaan, syukur penulis panjatkan pada sang pencipta segala,
Allah S.W.T. yang merupakan zat yang memberikan penulis ruh, akal dan pikiran,
mata dan pendengaran, serta waktu dan kesehatan, ridho dan kasih sayang, sehingga
penulis dapat mnyelesaikan skripsi ini dalam waktu yang ditetapkan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada bapak Drs.Syahrul Humaidi.
Msc. Yang bersedia membimbimbing saya dalam penulisan skripsi ini. Ucapan
terimakasih juga saya sampaikan kepada bapak Bachtiar Effendi ST sebagai
pembimbing lapangan.
Terima kasih saya ajukan kepada ketua departemen fisika FMIPA USU, Dr.
Marhaposan Situmorang dan Dra. Yustinon, MS, Dekan, dan staf stafnya. Dan tak
lupa kepada bapak Drs. Anwar Dharma Sembiring. MS. Selaku dosen wali selama
masa perkuliahan.
Spesial untuk rekan rekan mahasiswa fisika 2003, Nur Ayu Ramadhani,
yang selalu memberikan banyak pelajaran hidup, Rismawati, Brian, Daniel, Nolida
sebagai motivator dalam penulisan skripsi ini.
Pada Ayahanda Syahnul Chaniago, dan Ibunda Asniah Pasaribu, Uda Syahdan
Alkisah Chaniago, Teta Nilpaida Chaniago, Uning Musdalifah chaniago, Uti Syahidal
amin Chaniago, abang Mukhrizal Chaniago, Kaccu Akmansyah Chaniago, Adik
adik ku Thaiba Chaniago dan Atika Suri Chaniago. Terima kasih yang tiada terkira
atas semua,yang diberikan kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan
diperkuliahan. Moga Allah membalas nantinya melebihi apa yang diberikan kepada
saya. Amin.!

Penulis

ABSTRAK

Abu sekam padi dihasilkan dari pembakaran sekam padi. Belakangan ini
banyak peneliti yang memanfaatkan abu sekam padi dalam membuat suatu bahan
seperti pembuatan keramik, pembuatan batu bata, dan lain lain. Dalam penelitian ini,
abu sekam padi digunalkan sebagai pengganti sebagian semen dalam pembuatan
beton. Kadar abu sekam padi yang dipergunakan adalah 5%,10%,15%,20%, dan 25%
dari jumlah semen. Benda uji dibuat dengan komposisi campuran 1 semen : 2 pasir :
3 kerikil, untuk pembuatan beton normal. Dan penambahan abu sekam padi untuk
pembuatan beton dengan campuran abu sekam padi. Pengujian yang dilakukan
terhadap beton, meliputi pengujian kuat tekan, porositas, dan penyerapan air. Dan dari
hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan abu sekam padi dengan kadar 5% dan
10% dari jumlah semen, akan dapat meningkatkan kuat tekan beton sebesar 28,48%
dan 47,25%, dari kuat tekan beton normal. Selain itu pemanfaatan abu sekam padi
dengan kadar 5% dan 10% pada pembuatan beton, juga akan memperkecil porositas
dan penyerapan air oleh beton, dari hasil penelitian penyerapan air berkurang 1,6%
dan 2,42% dari beton normal.dan porositas beton berkurang sebesar 2,65% dan 6,22%
dari beton normal..

ABSTRACT
Dusty luced up paddy directed by incediarism luced up paddy, This time,
many scientist used dusty up paddy to make a material, like ceramik, etc.in this
research, dusty luced up paddy used as subsitute a part of cement in making concrete.
The proportion of dusty luced up paddy which used is 5%,10%,15%,20%, and 25%
from the mount of cement. The test material are made with composition : 1 cement, 2
sand and 3 gravel to make a normal concrete, and by adding dusty luced up paddy to
make concrete with mixing dusty luced paddy. The test are doing to concrete over
load the test of compressive strength, porosity, and water absorbtion and from the
result of the researching to indicate the used of dusty luced up paddywith proportion
5% and 10%.from the mount cement will increase compressive strength concrete up
to 28,48% and 47,25%. From compressive strength normal concrete, except that ,
using of dusty luced up paddy which proportion 5% and 10%, the making of concrete
will also smalles porosity and water absorbtion by concrete. From the result of
research, water absorbtioan decrease 1,6% and 2,42% from normal concrete. And
porosity of concrete decrease 2,65% and 6,22% from normal concrete.

DAFTAR ISI

Halaman
Persetujuan ... i
Pengharagaan. ii
Abstrak.. iii
Daftar isi iv
Daftar tabel v
Daftar gambar... vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
1.2 Batasan Masalah..
1.3 Tujuan penelitian.
1.4 Manfaat Penelitian...........
1.5 Tempat Penelitian ...........
1.6 Sistematika Penulisan..

1
3
3
3
3
4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sekam Padi...
2.2 Abu Sekam Padi...
3.3 Pozzolan...
2.4 Beton

5
6
7
8

2.4.1 Semen... 9
2.4.1.1 Jenis jenis semen pordlant. 10
2.4.2 Agregat............ 12
2.4.2.1 Agregat Halus 12
2.4.2.2 Agregat kasar............ 14
2.4.3 Air............ 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan 17
3.1.1 Peralatan... 17
3.1.2 Bahan Bahan............. 17
3.2 Metodologi Penelitian............ 18
3.2.1 Diagram Alir pembuatan
beton abu sekam padi . 18
3.2.2 Diagram alir pembuatan beton normal 19
3.3 Prosedur Pembuatan Benda Uji Beton.......... 20
3.3.1 Prosedur Pengujian Kuat tekan Beton 20
3.3.2 Prosedur Pengujian Serapan Air. 21
3.3.3 Prosedur Pengujian Porositas. 22
3.3.4 Pengujian sampel 23
3.3.4.1 Pengujian Kuat tekan . 23
3.3.4.2 Pengujian Penyerapan Air 23

3.3.4.3 Pengujian Porositas.. 24


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data. .. 25
4.1.1 Pengujian Kuat Tekan . 25
4.1.2 Pengujian Penyerapan Air 35
4.1.3 Pengujian Porositas. 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan . .. 41
5.2 Saran .. 42

DAFTAR PUSTAKA .. 43

Lampiran

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Komposisi kimia abu sekam padi ..

Tabel 2.2 Kelas dan mutu beton

Tabel 2.3 Persyaratan dan Gradasi Untuk


Agregat Pada Beton Berbobot Normal... 13
Tabel 4.3 Batas Izin Air Untuk Kekuatan Beton

16

Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton


Dengan Waktu pengeringan 7 hari. 26
Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
Dengan waktu Pengeringan 14 hari 28
Tabel 4.3 Data hasil Pengujian kuat Tekan Beton
dengan waktu pengeringan 28 hari. 30
Tabel 4.4 Data hasil pengujian Penyerapan air..

35

Tabel 4.5 Data hasil Pengujian Porositas..

38

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Grafik kuat tekan beton normal
dan beton Abu sekam pad terhadap waktu pengeringan .32
Gambar 4.2 Grafik Penyerapan Air Terhadap
Penambahan Abu sekam padi.. 37
Gambar 4.3 Grafik Porositas Beton Terhadap
penambahan abu sekam padi... 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Beton merupakan suatu campuran antara semen, agregat halus dan


agregat kasar, dan air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara.Campuran bahan
bahan yang membentuk beton harus ditetapkan sedemikian rupa, sehingga
menghasilkan basah yang mudah dikerjakan, memenuhi kekuatan tekan rencana
setelah mengeras dan cukup ekonomis.

Beton

merupakan

dipergunakan dalam struktur

salah

satu

bahan

kontruksi

yang

banyak

bangunan modern. Beton diperoleh dengan cara

mencampurkan semen pordland, air, agregat dan kadang kadang bahan tambahan
(admixtur) yang berupa bahan kimia, serat, bahan non kimia dengan perbandingan
tertentu. Baton banyak dipergunakan karena keunggulan keunggulannya, antara lain
karena kuat tekan beton tinggi, mudah dalam perawatan, mudah dalam pembentukan
serta mudah mendapatkan bahan penyusunan.

Beton sangat banyak digunakan untuk konstruksi disamping kayu dan


baja. Pembangunan suatu konstruksi diperlukan beton dengan kemampuan menahan
beban yang cukup tinggi dan ketahanan terhadap waktu yang memadai. Kekuatan
beton pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
1. mutu agrerat halus dan kasar (yang meliputi modulus kehalusan, porositas,
berat jenis, dan asalnya).
2. Jenis semen, rasio w/c, dan lainnya.

Teori faktor air semen (faktor w/c) menyatakan bahwa untuk sebuah
kombinasi bahan yang sudah memenuhi konsistensi yang telah dikerjakan, kekuatan
beton pada umur tertentu tergantung pada perbandingan berat air dan berat beton.
Dengan perkataan lain, jika angka perbandingan air terhadap beton sudah tertentu,
maka kekuatan beton pada umur tertentu pada dasarnya dapat diperoleh, dengan
10

syarat bahwa campurannya plastis, dapat dikerjakan, dan agregatnya baik dan tahan
lama, dan bebas material yang merugikan.

Perbandingan antara gabah dan jerami biasanya adalah 1: 1,25 atau 1 : 1.


Gabah sendiri biasanya mengandung 35% sekam dan 65% beras.disamping
beras,pertanian padi juga menghasilkan jerami, merang, dan sekam. Sekam biasanya
merupakan bahan buangan yang pembuangannya sering menjadi masalah. Cara yang
biasa yang dilakukan untuk membuang sekam adalah dengan cara membakar ditempat
terbuka. Melalui pembakaran secara terkontrol sekam diubah menjadi abu yang dapat
merupakan sumber silika dalam bentuk amorphous untuk keperluan berbagai industri.
Panas yang dihasilkan dalam pembakaran ( 3000 kcal/kg) dapat ditampung dan
disalurkan kedalam berbagai keperluan.

Pencampuran abu sekam dengan (20% 30%) kapur dapat


menghailkan semen hidrolik untuk pembuatan bata tahan asam. emen portland hitam
dapat dibentuk dengan mencampurkan 10 % abu sekam padi pada semen portland.

Pembakaran sekam padi memiliki unsur yang bermanfaat untuk


peningkatan kekuatan beton, mempunyai sifat pozzolan dan mengandung silika yang
sangat menonjol, bila unsur ini dicampur dengan semen akan menghasilkan kekuatan
yang lebih tinggi.

11

1.2. BATASAN MASALAH


.
Adapun batasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Menerangkan secara rinci pembuatan beton dengan menggunakan abu sekam


padi sebagai bahan campuran.
2. Menjelaskan secara garis besar fungsi abu sekam padi sebagai bahan
campuran dalam konstruksi bangunan.
3. Melakukan pengujian kekuatan mekanik pada campuran beton yang meliputi:
a. Pengujian kuat tekan beton.
b. Pengujian penyerapan air
c. Pengujian porositas

1.3.TUJUAN PENELITIAN
.
Tujuan dilakukannya penellitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh abu sekam padi sebagai campuran terhadap
kekuatan beton.
2. Membandingkan kekuatan beton biasa dengan beton campuran abu sekam
padi.

1.4. MANFAAT PENELITIAN


.
Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui fungsi lebih
dari abu sekam padi. Selain itu diharapkan abu sekam padi dapat dipergunakan oleh
masyarakat sebagai bahan campuran dalam pembuatan beton yang digunakan dalam
teknologi beton.

1.5. TEMPAT PENELITIAN

PENDIDIKAN TEKNOLGI KIMIA INDUSTRI (PTKI), MEDAN

12

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistmatika penulisan masing-masing bab adalah sebagai berikut :

BAB I

Pendahuluan
Bab ini mencakup latar belakang penelitian, tujuan penelitian, batasan
masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II

Tinjauan pustaka
Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian.

BAB III

Metodologi Penelitian
Bab ini membahas tentang diagram alir penelitian, Peralatan, bahanbahan,Pembuatan sampel uji, dan pengujian sampel.

BAB IV

Hasil dan Pembahasan


Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan mnganalisis data yang
diperoleh dari penlitian.

BAB V

Kesimpulan dan Saran


Menyimpulkan

hasil-hasil

yang

didapat

memberikan saran untuk penelitian lebih lanjut.

13

dari

penelitian

dan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sekam padi

Sekam padi adalah limbah dari hasil penggilingan padi, karena bentuk
butirnya tidak begitu halus ( 3 mm) dan bobotnya ringan, pnyimpanan limbah ini
memerlukan tempat yang luas.
Kulit padi (sekam) merupakan salah satu bahan/material sisa dari
proses pengolahan padi yang sering dianggap sebagai limbah. Besarnya konsumsi
beras sebagai makanan pokok dan meningkatnya produksi padi dapat memberikan
perkiraan makro akan jumlah material tersebut dari tahun ke tahun. Produksi padi di
Indonesia pada tahun 2004 mencapai 53,67 juta ton gabah kering giling (GKG),
dimana dapat menghasilkan sekam padi sebanyak 20% - 25% dari berat keseluruhan.
Sekam padi umumnya hanya digunakan sebagai bahan bakar utama
atau tambahan pada industri pembuatan bata atau batu, bahan dekorasi, media tumbuh
bagi tanaman hias, atau bahkan dibuang. Sudah diketahui bahwa sekam padi
mengandung banyak Silika amorf apabila dibakar mencapai suhu 700C dalam waktu
sekitar 2 jam. Oleh karena itu, kini mulai dikembangkan pemanfaatan abu sekam padi
(sisa pembakaran sekam padi) dalam berbagai bidang, salah satunya di bidang
konstruksi. Reaktivitas antara silika dalam abu sekam padi dengan kalsium hidroksida
dalam pasta semen dapat berpengaruh pada peningkatan mutu beton.

Sekam padi dapat digunakan untuk pembuatan hard board, dimana


pada pembuatan hard board perekat yang digunakan adalah urea formaldehid atau
fenol formaldehid, sedangkan pada pembuatan soft board perekat yang digunakan
adalah latex hard board, sekam mempunyai sifat tahan air, dan tahan rayap, oleh
karena itu dapat digunakan untuk bagian dalam atau bagian luar rumah.

14

2.2 Abu Sekam Padi

Abu sekam padi merupakan hasil dari sisa pembakaran sekam padi,
Abu sekam padi merupakan salah satu bahan yang potensial digunakan di Indonesia
karena produksi yang tinggi dan penyebaran yang luas. Bila abu sekam padi dibakar
pada suhu terkontrol, abu sekam yang dihasilkan dari sisa pembakaran mempunyai
sifat pozzolan yang tinggi karena mengandung silika.

Selama proses perubahan sekam padi menjadi abu, pembakaran


memghilangkan

zat-zat

organik

dan

meninggalkan

sisa

yang

kaya

akan

silika.perlakuan panas pada sekam menghasilkan perubahan struktur yang


berpengaruh pada dua hal. Yaitu tingkat aktivitas pozzolan dan kehalusan butiran
abunya.

Komposisi kimia abu sekam padi adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Komposisi kimia abu sekam padi


Persentase

No

Komponen

SiO2

94,5

Al2O3

1.05

Fe2O3

1,05

Cao

0,25

MgO

0,23

SO4

1,13

CaO bebas

Na2O

0,78

K2O

kompposisi (%)

Dari tabel diatas, terlihat bahwa abu sekam padi mempunyai


kandungan silika hingga 94%. Komposisi silika yang cukup besar pada abu sekam
padi, membuat abu sekam padi menjadi bersifat pozzolan yang bila dicampur dengan
semen menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi.

15

2.3 Pozzolan

Pozzolan adalah bahan tambahan yang berasal dari alam atau buatan, yang
sebagian besar terdiri dari unsur unsur silika dan alumina yang reaktif. Pozzolan
sendiri tidak mempunyai sifat semen. Tetapi dalam keadaan halus bereaksi dengan
kapur bebas dan air menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air. Pozzolan
dapat ditambahkan pada campuran adukan beton atau mortar (sampai pada batas
tertentu dapat menggantikan semen), untuk memperbaiki kelecakan (workability),
membuat beton menjadi lebih kedap air (mengurangi permeabilitas) dan yang bersifat
agresif. Penambahan pozzolan juaga dapat meningkatkan kuat tekan beton, karena
adanya reaksi peningkatan kapur bebas (Ca(OH)2) oleh silikat atau aluminat menjadi
tober morit (3.CaO.2.SiO2.3H2O).
Pozzolan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Pozzolan alam.

: yaitu bahan alam yang merupakan sedimentasi dari

abu atau lava atau gunung yang mengandung silikat aktif, yang bila
dicampur dengan kapur padam akan mengadakam sementasi.
2. Pozzolan buatan

: jenis ini banyak macamnya baik merupakan sisa

pembakaran dari tungku, maupun pemanfaatan limbah yang diolah menjadi


abu yang mengandung silika reaktif dengan proses pembakaran, seperti abu
terbang (Fly ash), silika fume, dll.

Pemakaian bahan pozzolan dalam beton, akan menghasilkan beton yang lebih
kedap air. Silikat dalam jumlah tertentu dapat menggantikan semen dan juga berperan
sebagai pengisi antara partikel partikel semen sehingga adanya silikat maka
porositas beton akan menjadi lebih kecil dan selanjutnya kedapan beton akan menjadi
bertambah sehingga permeabilitas semakin kecil.

Pozzolan dapat dipakai sebagai bahan tambahan atau sebagai pengganti semen
pordland. Bila dipakai sebagai pengganti sebagian semen pordland umumnya berkisar
antara 5% sampai 35%.

16

2.4 Beton

Beton biasanya campuran dari empat komponen, yaitu semen, agregat


halus, agregat kasar, dan air. Untuk mendapatkan tujuan tujuan khusus atau sifat
sifat tertentu, beton di tambah dengan satu atau lebih admixture sebagai komponen
kelima dalam campuran. Beton dalam berbagai variasi sifat kekuatan dapat diperoleh
dengan pengaturan yang sesuai dari perbandingan jumlah material pembentuknya,
semen - semen khusus (seperti semen- semen kekuatan tinggi), agregat agregat
khusus ( seperti bermacam macam agregat ringan dan agregat berat), metode
metode pemulihan khusus (seperti metode pemulihan uap) memungkinkan untuk
mendapatkan variasi sifat sifat beton yang lebih luas lagi.

Susunan beton secara umum, yaitu: 7-15 % PC, 16-21 % air, 25-30%
pasir, dan 31-50% kerikil. Kekuatan beton terletak pada perbandingan jumlah semen
dan air, rasio perbandingan air terhadap semen (W/C ratio) yang semakin kecil akan
menambah kekuatan (compressive strength) beton. Kekuatan beton ditentukan oleh
perbandingan air semen, selama campuran cukup plastis, dapat dikerjakan dan beton
itu dipadatkan sempurna dengan agregat yang baik.

Sifat beton yang meliputi : mudah diaduk, di salurkan, di cor, di


padatkan dan diselesaikan, tanpa menimbulkan pemisahan bahan susunan adukan dan
mutu beton yang disyaratkan oleh konstruksi tetap di penuhi.

Sifat sifat tersebut untuk adukan beton dipengaruhi oleh :


1. kekentalan
2. Mobilitas setelah aliran dimulai.
3. kohesi atau perlawanan terhadap pemisaham bahan bahan komponen
4. sifat saling melekat (hubungannya dengan kohesi ), berarti bahan bahan
susunannya tidak akan mudah terpisah pisah sehingga memudahkan
pengerjaan yang perlu dilakukan.

Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalam pembuatan
struktur. Sifat-sifat dan karakteristik material penyusun beton akan mempengaruhi
kinerja beton yang dibuat. Kinerja beton ini harus disesuaikan dengan kelas dan mutu
17

beton yang dibuat. Sehingga dalam penggunaannya dapat disesuaikan dengan


bangunan ataupun kontruksi yang akan dibangun untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan dan sesuai dengan dibutuhkan. Menurut PBI 71 beton dibagi dalam
kelas dan mutu sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kelas dan Mutu Beton


Kelas Beton

Mutu Beton

Kekuatan Tekan

Tujuan

Minimum

Pemakaian Beton

Kgf
2
cm

Bo

50-80

Non-Struktual

II

B1

100

Rumah Tinggal

K125

125

Perumahan

K175

175

Perumahan

K225

225

Perumahan

dan

Bendungan
III

K>225

>225

Jembatan,Bangunan
tinggi, Terowongan kereta
api

(sumber : Gunawan, 2000)

2.4.1 Semen

Semen adalah suatu bahan yang meiliki sifat adhesif dan kohesif yang
memungkinkan melekatnya fragmen fragmen mineral menjadi suatu massa yang
padat. Meskipun defenisi ini dapat diterapkan dalam jenis bahan , semen yang
dimaksud adalah bahan yang menjadi mengeras dengan adanya air yang dinamakan
semen hidraulik (Hydraulik cement). Semen semacam ini terutama terdiri dari silikat
(silicate) dan lime yang terbuat dari kapur dan tanah liat (batu tulis) yang digerinda.,
di campur, di bakar dalam pembakaran kapur (klin), dan kemudian dihancur menjadi
tepung. Semen semacam ini secara kimia dicampur dengan air (hydration) untuk
membentuk massa yang mengeras. Semen hidrolik biasa digunakan dalam pembuatan
beton bertulang yang di sebut dengan semen pordlant.

18

Fungsi utama dari semen adalah untukmengikat partikel agregat yang


terpisah sehingga menjadi satu kesatuan. Bahan dasar pembentuk semen adalah :
a. 3CaO.SiO2 (tricalcium silikat) disingkat C3S (58% - 69%)
b. 2CaO.SiO2 (dicalcium silikat) disingkat C2S (8% - 15%)
c. 3CaO.Al2O3 (tricalcium aluminate) disingkat C3A (2% - 15%)
d. 4CaO.Al2O3.Fe2O3 (tetracalcium aalummoferrit) disingkat C4AF (6% 14%)

C3S dan C2S merupakan senyawa yang membuat sifat sifat perekat,
C3A adalah senyawa yang paling reaktif, sedangkan C4F berfungsi sebagai katalisator
yang menurunkan temperatur pembakaran dalam pembentukan calcium silicat.

Faktor semen sangatlah mempengaruhi karakteristik campuran mortar .


Kandungan semen hidraulis yang tinggi akan memberikan banyak keuntungan, antara
lain dapat membuat campuran mortar menjadi lebih kuat, lebih padat, lebih tahan air,
lebih cepat mengeras, dan juga memberikan rekatan yang lebih baik. Kerugiannya
adalah dengan cepatnya campuran mortar mengeras, maka dapat menyebabkan susut
kering yang lebih tinggi pula. Mortar dengan kandungan hidrulik rendah akan lebih
lemah dan mudah dalm pergerakan .

Semen pordland dibuat dari serbuk halus kristalin yang komposisi


utmanya adalah kalsium dan aluminium silikat. Bahan baku utama dalam pembuatan
semen pordland adalh sebagai berikut :

Kapur (CaO) dari batu kapur

(60 -65%)

Silika (SiO2) dari lempung

(17 25%)

Alumina (Al2O3) dari lempung

(3% 8%)

2.4.1.1. Jenis jenis semen pordland

Pada umumnya semen pordland yang biasa kita jumpai dipasaran adalah jenis
semen pordlant biasa (ordinary cement pordlan), yaitu semen portland yang
digunakan untuk tujuan umum. Jenis semen pordland dapat dibagi kedalam beberapa
segi, yaitu segi kebutuhan dan segi penggunaan dan kekuatan.

19

Ditinjau dari penggunaannya, semen pordland dapat dikelompokan


sebagai berikut :
a.

Jenis I (Normal pordland cement)


Yaitu jenis semen pordland untuk penggunaan dalam konstruksi beton
secara umum yang tidak memerlukan sifat sifat khusus. Misalnya untuk
pembuatan trotoar dan lain-lain.

b.

Jenis II (hifh early strength pordland cement)


Jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat
digunakan untuk perbaikan bangunan beton yang perlu segera digunakan
atau acuannya segera perlu dilepas.

c.

Jenis III (modifid pordland cement)


Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan keluarnya panas lebih
lambat.jenis ini di gunakan untuk bangunan tebal seperti pilar dengan
ukuran besar. Panas hidrasi yang sangat rendah dapat mengurangi
terjadinya retak retak pergeseran.

d.

Jenis IV (low heat pordland cement)


Jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan
panas hidrasi serendah rendahnya. Kekuatannya tumbuh lambat . jenis
ini di gunakan untuk bangunan beton massa seperti bendungan gravitasi
gravitasi besar.

e.

Jenis V (Sulfate resisting porldland cement)


Jenis ini merupakan jenis khusus maksudnya hanya pada penggunaan
bangunan bangunan yang kena sulfat, seperti ditanah yang kadar
alkalinya tinggi. Pengerasan berjalan lebih lambat dari p[ada semen
pordlan biasa.

f.

pordland pozzolan cement (PPC)


Semen pordland pozzolan adalah campuran dari semen tipe I biasa dengan
pozzolan. Pozzolan adalah suatu campuran silika yang halus atau silika
dengan bahan aluminium yang memiliki sedikit sifat semen, akan tetapi
berada pada bentuk tepung dan yang dengan kelembaban akan bereaksi
secara kimiawi dengan kalsium hidrolik pada suhu biasa dan membentuk
bahan yang memiliki sifat semen.semen campuran dengan pozzolan
memperoleh kekuatan lebih lambat dibandingkan dengan semen yang
tanpa pozzolan dan mengeluarkan suhu yang rendah sewaktu hidrasi.
20

Proses hidrasi yang terjadi pada semen pordland dapat dinyatakan dalam
persamaan kimia sebagai berikut :
2(3CaO.SiO2) + 6H2O

3CaO.SiO2.. 3H2O + 3Ca (OH)2

2(3CaO.SiO2) + 4H2O

3CaO.SiO2.. 2H2O + Ca (OH)2

Kalsium silikat salam air akan terhidrolisa kalsium silikat hidrat


(3CaO.SiO2.. 3H2O) yang berupa padatan berongga yang sering disebut
tobermorite gel dan kalsium hidroksida Ca (OH)2 atau kapur bebas yang
merupakan sisa reaksi antara C3S dan C2S dengan air.

2.4.2 Agregat
Agregat biasanya menempati 75% dari isi total beton, maka sifat sifat
dari agregat ini mempunyai pengaruh yang besar perilaku dari beton yang sudah
mengeras. Sifat agregat bukan hanya mempengaruhi sifat beton, akan tetapi juga
mempengruhi ketahanan (durbility, daya tahan kemunduran mutu akibat siklus dari
pembekuan pencairan). Agregat lebih murah dari pada semen, maka logis
mempergunakannya dengan persentase yang setinggi mungkin.

Agregat dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi atau


pemecahan massa batuan induk yang lebih besar. Oleh karena itu, sifat agregat
tergantung dari sifat batuan induk. Sifat-sifat tersebut diantaranya, komposisi kimia
dan mineral, klasifikasi petrografik , berat jenis, kekerasan (hardness), kekuatan,
stabilitas fisika dan kimia, struktur pori, warna dan lain-lain. Namun, ada juga sifat
agregat yang tidak bergantung dari sifat batuan induk, yaitu ukuran dan bentuk
partikel, tekstur dan absorbsi permukaan.
Agregat di bagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Agregat halus (pasir alami dan buatan)
2. Agregat kasar (kerikil, batu pecah, atau pecahan pecahan dari Bkast furnace)

21

Agregat halus
Agregat halus (pasir) adalah material yang lolos dari ayakan no 4 (yaitu)
lebih kecil dari 5mm didalam diameter). Agregat halus yang baik harus bebas dari
bahan organik, lempung, atau bahan bahan lain yang dapat merusak campuran
beton.variasi ukuran dalam campuran harus mempunyai gradasi yang baik yang sesuai
dengan standart analisis saringan dari analisis dari ASTM (american society of testing
and materials).
Gradasi yang direkomendasikan untuk agregat kasar dan halus yang akan digunakan
sebagai beton berbobot normal dicantumkan pada tabel berikut :
Tabel 2.3 Persyaratan gradasi untuk agregat pada beton berbobot normal
(ASTM C-33)
Persen lewat
Ukuran
saringan
standart
amerika

Agregat kasar

Agregat
halus

No.4
sampai 2 in

No.4 sampai 1
1
/2 in

No.4 sampai
1 in

No.4 sampai
3
/4 in

2 in
(50 mm)

95 - 100

100

1 1/2 in (37,5
mm)

95 - 100

100

1 in
(25 mm)

25 - 70

95 - 100

100

35 - 75

90 - 100

in (12,5
mm)

10 30

25 - 60

/8 in (9,5
mm)

10 - 30

20 - 55

100

N0. 4
(4,75 mm)

0-5

0-5

0 - 10

0 - 10

95 -100

No.8
(2,36 mm)

0-5

1-5

80 100

No. 16
(1,18 mm)

50 85

inc
(19 mm)

22

No. 30
(600 m)

25 60

2 - 10

N0. 50
(300 m)
No. 100
(150 m)

Agregat kasar
Yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat yang berukuran
lebih besar dari 5 mm. sifat yang paling penting dari suatu agregat kasar adalah
kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan yang dapat mempengaruhi
ikatannya dengan semen, porositas beton dan karakteristik penyerapan air yang
mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan
agresi kimia. Serta ketahanan terhadap penyusutan.
Jenis agregat kasar secara umum adalah sebagai berikut :
1. Batu pecah alami : Bahan ini diperoleh dari cadas atau batu pecah alami yang
digali, yang berasal dari gunung merapi.
2. kerikil alami : kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi
maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir.
3. Agregat kasar buatan : terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan
untuk beton berbobot ringan. Biasanya hasil dari proses lain seperti dari blast
furnace dan lain lain.
4. agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat : dengan adanya tuntutan
yang spesifik pada zaman atom yang sekarang ini, juga untuk pelindung dari
radaisi nuklir sebagai akibat banyaknya pembangkit atom an stasiun tenga
nuklir, maka perlu ada beton yang melindungi dari sinar X, sinar gamma, dan
neutron. Pada beton demikian syarat ekonomis maupun syarat kemudahan
pengerjaan tidak begitu menentukan. Agregat yang diklasifikasikan disini
misalnya baja pecah, barit, magnatit, dan limonit.

23

2.4.3 Air.
Air sangat diperlukan dalam pembuatan beton, beton tidak akan
terbentuk tanpa adanya air sebagai campurannya. karena semen tidak akan bereaksi
dan menjadi pasta apabila tidak ada air. Air selalu diperlukan dalm campuran beton,
tidak saja untuk proses hidrasi semen, tapi juga mengubah semen menjadi pasta
sehingga beton menjadi lecak dan mudah dikerjakan terutama pada saat penuangan
beton dalam cetakan.

Air memiliki beberapa pengaruh terhadap kekuatan beton antara lain :


1. Air merupakan media pencampuran pada pembuatan pasta
2. kekuatan dari pasta pengerasan semen ditentukan oleh perbandingan berat
antara air dan faktor semen
3. kandungan air yang tinggi menghalangi proses pengikatan, dan kandungan air
yang rendah reaksi tidak selesai. Kandungan air yang tinggi dapat
mengakibatkan
- Mudah mengerjakannya
- Kekuatan rendah
- Beton dapat menjadi poros
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi syarat
syarat sebagai berikut :
. 1. Air tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, bahan padat, sulfat, klorida,
dan bahan lainnya yang dapat merusak beton, sebaiknya digunakan air yang
dapat diminum
2. Air yang keruh sebelum digunakan diendapkan selama minimal 24 jam atau jika
dapt dissaing terlebih dahulu.

24

Tabel. 2.7 Batas dan izin air untuk campuran beton.

Batas yang di izinkan


Ph

8.5

Bahan padat

2000 ppm

Bahan terlarut

2000 ppm

Bahan organik

2000 ppm

Minyak

2% berat semen

Sulfat (SO3)

10000 ppm

Chlor (Cl)

10000 ppm

Air digunakan untuk membuat adukan menjadi bubur kental dan juga
sebagai bahan untuk menimbulkan reaksi pada bahan lain untuk mengeras. Oleh
karena itu air sangat dibutuhkan dalam pengerjaan bahan, tanpa air konstruksi bahan
tidak akan terlaksana dengan baik dan semprna.

25

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. ALAT DAN BAHAN

3.1.1 Peralatan.
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah
sebagai berikut ;
a. Universal testing machine

Merek : MAEKAWA TASTING MACHINE MFG.CO

Kecepatan : 3,5 cm/menit

Type MR-20-CT

Alat ini berfungsi sebagai alat pengujian kuat tekan pada saat sampel
berumur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.
b. Neraca Analitik
Neraca Analitik berfungsi untuk menimbang sampel
c. Gelas ukur 100 mL
Gelas ukur berfungsi sebagai takaran dari perbandingan volume dari
bahan.
d. Cetakan
a. kubus (5cm x 5cm x 5cm), sebanyak 72 buah.
b. silinder (2cm x 5 cm) sebanyak 18 buah.

3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
-

Semen pordland Tipe I

Agregat yang terdiri dari batu pecah dan pasir

Abu sekam padi

Air PDAM TIRTANADI MEDAN

26

3.2 Metodologi Penelitian


3.2.1 Diagram Alir Pembuatan beton campuran abu sekam padi

BATU
PECAH

SEMEN + ABU SEKAM


PADI (Variasi canmpuran
5% - 25%)

PASIR

AIR

PENCAMPURAN

PENGADUKAN

PENCETAKAN

PENGERINGAN
(didiamkan selama
24 jam)

PERENDAMAN

- pengujian kuat tekan


- pengujian penyerapan air
- pengujian porositas

PENGUJIAN
BETON

ANALISA DATA

HASIL/LAPORAN
PENELITIAN

27

3.2.2 Diagram alir pembuatan beton normal


SEMEN

PASIR

BATU PECAH

AIR

PENCAMPURA
N
PENGADUKAN

PENCETAKAN

PENGERINGAN
(didiamkan
selama 24 jam)

PERENDAMAN

- pengujian kuat tekan


- pengujian penyerapan air
- pengujian porositas

PENGUJIAN
BETON

ANALISA DATA

HASIL/LAPORAN
PENELITIAN

28

3.3 PROSEDUR PEMBUATAN BENDA UJI BETON.


3.3.1 Prosedur Pengujian Kuat Tekan
Prosedur yang dilakukan dalam uji kuat tekan adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Bahan
Seluruh material seperti semen, pasir, kerikil, abu sekam padi, disiapkan
2. Pencampuran
a. Semen, pasir, dan batu pecah dicampur dengan perbandingan 1 : 2 : 3
b. Untuk beton dengan campuran abu sekam padi
Abu sekam padi ditambah kedalam campuran dengan variasi 5% - 25%
yang diambil atau dikurangi dari semen.
c. campuran diberi air

2.Pencetakan
Disiapkan cetakan berbentuk silinder dengan ukuran 5x5x5 cm3

3. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara didiamkan selama 24 jam dalam suhu
kamar (27oC).

4. Perendaman
Perendaman dilakukan agar terjadi proses hidrasi antara semen dengan air.

5. Pengujian
Pengujian beton dilakukan pada saat beton berumur 7hari, 14hari, 28 hari.

29

3.3.2 Prosedur Pengujian penyerapan Air


Prosedur yang dilakukan dalam uji penyerapan air adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Bahan
Seluruh material seperti semen, pasir, kerikil, abu sekam padi, disiapkan
2. Pencampuran
a

Semen, pasir, dan batu pecah dicampur dengan perbandingan 1 : 2 : 3

Untuk beton dengan campuran abu sekam padi


Abu sekam padi ditambah kedalam campuran dengan variasi 5% - 25%
yang diambil atau dikurangi dari semen.

campuran diberi air

3. Pencetakan
Disiapkan cetakan berbentuk silinder dengan ukuran (2cm x 5 cm)
sebanyak 18 buah.

4. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara didiamkan selama 24 jam dalam suhu
kamar (27oC).

5. Penimbangan
Setelah 28 hari benda uji di timbang untuk mendapatkan massa kering.

6. Perendaman
Perendaman dilakukan selama 2 hari agar mendapatkan penyerapan air pada
beton

7. Penimbangan
Setelah direndam beton kembali ditimbang untuk mendapatkan massa basah.

30

3.3.3Prosedur Pengujian Porositas


Prosedur yang dilakukan dalam uji porositas adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Bahan
Seluruh material seperti semen, pasir, kerikil, abu sekam padi, disiapkan

2. Pencampuran
a

Semen, pasir, dan batu pecah dicampur dengan perbandingan 1 : 2 : 3

Untuk beton dengan campuran abu sekam padi


Abu sekam padi ditambah kedalam campuran dengan variasi 5% - 25%
yang diambil atau dikurangi dari semen.

campuran diberi air

3. Pencetakan
Disiapkan cetakan berbentuk kubus dengan ukuran
2cm
(
x 5 cm)
sebanyak 18 buah.

4. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara didiamkan selama 24 jam dalam suhu
kamar (27oC).

5. Penimbangan
Setelah 28 hari benda uji di timbang untuk mendapatkan massa kering.

6. Perendaman
Perendaman dilakukan selama 2 hari agar mendapatkan penyerapan air pada
beton

7. Penimbangan
Setelah direndam beton kembali ditimbang untuk mendapatkan masa basah.

31

3.3.4

Pengujian Sampel

33.4.1 Pengujian Kuat Tekan Beton

Pengujian kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui kuat tekan hancur
dari benda uji. Pengujian kuat tekan dilakukan saat sampel berumur 7 hari, 14 hari,
dan 28 hari. Jumlah beton yang di uji adalah 54 beton dengan bentuk kubus. Yang
terdiri dari 9 buah beton normal, 9 buah beton dengan campuran 5% abu sekam padi,
9 buah beton dengan campuran sekam padi 10%, 9 buah beton dengancampuran abu
sekam padi 15%. 9 buah beton dengan campuran 20%, dan 9 buah beton dengan
campuran abu sekam padi 25%.

Kuat tekan beton dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

fc =

P
A

(3.1)

(sumber : RSNI, 2005)

Dimana :
fc

= Kuat tekan (Mpa)

= Beban maksimum (N)

= Luas bidang permukaan (m2)

3.3.4. Pengujian Penyerapan Air ( Water Absorbtion)

Uji penyerapan air di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui persentase


penyerapan air oleh benda uji. Uji penyerapan air ( water absorbtion) di lakukan
dengan menggunakan benda uji berbentuk silinder. Jumlah bahan uji saat bahan uji
berumur 28 hari adalah 18. Terdiri dari 3 beton normal, 3 beton dengan campuran abu
sekam padi 5%, 3 beton dengan campuran abu sekam padi 10%. 3 beton dengan
campuran abu sekam padi 15%. 3 beton dengan campuran abu sekam padi 20%. Dan

32

3 beton dengan campuran abu sekam padi 25%. Pengujian penyerapan air dilakukan
saat benda uji berumur 28 hari.

Persentase penyerapan air dapat diperoleh dengan rumus :

Penyerapan air (%) =

Mb Mk
x100% (3.2)
Mk

(Sumber : Van Vlack, lawrence, 1989)

Dimana :
Mb = Massa basah dari benda uji (gram)
Mk = Massa kering dari benda uji (garam)

3.3.4.3 Pengujian Porositas

Pengujian porositas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya


porositas pada benda uji. Semakin besar porositas pada benda uji maka semakin
rendah kekuatannya. Pengujian porositas dilakukan dengan menggunakan benda uji
berbentuk silinder. Jumlah sampel dalm pengujian porositas ini adalah 18 sampel.
Yang terdiri dari 3 buah beton normal, 3 beton dengan campuran abu sekam padi 5%,
3 beton dengan campuran abu sekam padi 10%, 3 beton dengan campuran abu sekam
padi 15%, 3 beton dengan campuran abu sekam padi 20%. Dan 3 beton dengan
campuran abu sekam padi 25%. Pengujian porositas dilakukan saat sampel berumur
28 hari.

Porositas dari benda uji diperoleh dengan menggunakn rumus :

Porositas =

Mb Mk
1
x
x100%
Vb
air

(sumber : Anwar Dharma Sembiring)

33

Dimana :
Mb = Massa benda uji dalam keadaan basah (gram)
Mk = Massa benda uji dalam keadaan kering (gram)

air = massa jenis air (1 gr/cm3)


Vb = Volum benda uji (cm3)

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data

4.1.1 Pengujian Kuat Tekan


Pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan menggunakan alat Universal
Testing Machine. Kuat tekan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
fc =

P
(4.1)
A

Dimana :
fc

= Kuat tekan (Mpa)

= Beban maksimum (N)

= Luas bidang permukaan (m2)

Tabel 4.1 Data hasil pengujian kuat tekan beton dengan waktu
pengeringan 7 hari.

No

Variasi
Campuran

Hari ke
-

Normal

5%

10%

15%

20%

25%

Kuat
(Mpa)
5,21
5,12
5,05
5,68
5,42
5,28
6,27
6,34
6,19
4,59
4,84
4,52
3,92
4,02
3,89
2,03
2,36
2,05

35

tekan

Rata-rata
(Mpa)
5,12

5,43

6,27

4,65

3,91

2,11

Contoh perhitungan pengujian kuat tekan adalah sebagai berikut


:

Kuat tekan beton

Beban maksimum ( P)

= 1330. kg.f
= 1330. kg x 9,8 m/s2
= 13034 N

Luas permukaan (A)

= 5cm x 5 cm
= 25 cm2
= 2500 mm2

Maka :

fc

P
A

13034 N
2500mm 2

= 5,21MPa

Untuk perhitungan kuat tekan rata rata :


5,21MPa + 5,12 MPa + 5,03MPa
3
= 5,12 MPa
=

36

Tabel 4.2 Data hasilpengujian kuat tekan beton dengan waktu


pengeringan 14 hari.

No

Variasi
Campuran

Hari
ke -

Kuat tekan Rata-rata


(Mpa)
(Mpa)

Normal

14

7,10
7,14
7,21

7,15

5%

14

8,02
7,84
7,93

7,93

10%

14

8,54
8,22
8,44

8,40

6,74

15%

14

6,97
6,51
6,73

20%

14

4,69
4,70
4,89

4,76

25%

14

3,31
3,31
3,34

3,32

Contoh perhitungan pengujian kuat tekan adalah sebagai berikut :

Kuat tekan beton

Beban maksimum ( P)

= 1811 kg.f
= 1811 kg x 9,8 m/s2
= 17750 N

37

Luas permukaan (A)

= 5cm x 5 cm
= 25 cm2
= 2500 mm2

Maka :

fc =

P
A
17750 N
2500mm 2

= 7,10 MPa

Untuk perhitungan kuat tekan rata rata :


7,10 MPa + 7,14 MPa + 7,21MPa
3
= 7,15MPa

38

Tabel 4.3 Data hasilpengujian kuat tekan beton dengan waktu


pengeringan 28 hari.

No

Variasi
Campuran

Hari
ke -

Kuat tekan Rata-rata


(Mpa)
(Mpa)

Normal

28

7,92
7,87
7,71

7,83

5%

28

10,38
10,34
9,46

10,06

10%

28

12,25
11,17
11,17

11,53

6,90

15%

28

6,52
6,89
7,06

20%

28

6,46
6,17
5,97

6,17

25%

28

3,70
3,92
4,32

3,98

Contoh perhitungan pengujian kuat tekan adalah sebagai berikut :

Kuat tekan beton

Beban maksimum ( P)

= 2020 kg.f
= 2020 kg x 9,8 m/s2
= 19800 N

Luas permukaan (A)

= 5cm x 5 cm
= 25 cm2
= 2500 mm2

39

Maka :

fc

P
A

19800 N
2500mm 2

= 7,92 MPa

Untuk perhitungan kuat tekan rata rata :


7,92 MPa + 7,87 MPa + 7,71MPa
3
= 7,83MPa
=

40

Gambar 4.1 Grafik kuat tekan beton normal dan beton


abu sekam padi terhadap waktu pengeringan

kuat tekan beton (MPa)

14
12
10
8
6
4
2
0
normal

campuran campuran campuran campuran campuran


20%
25%
5%
10%
15%

7 hari

5.12

5.43

6.27

4.65

3.91

2.11

14 hari

7.15

7.93

8.4

6.74

4.76

3.32

28 hari

8.16

10.06

11.53

6.9

6.17

3.98

waktu pengeringan

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kuat tekan beton tanpa campuram abu
sekam padi adalah sebesar 5,12 MPa untuk waktu pengeringan selama 7 hari,
sedangkan waktu untuk pengeringan 14 hari dan 28 hari kekuatan beton semakin
meningkat yaitu sebesar 7,15 MPa dan 8,16 MPa. Peningkatan ini sesuai dengan sifat
dari beton, di mana beton akan mengalami perubahan kekuatan saat beton berumur 7
hari sampai 28 hari. Hal ini di sebabkan kadar air yang terdapat pada beton tersebut
akan semakin berkurang sesuai dengan lama waktu pengeringan.

Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 5% kuat tekan pada waktu
pengeringan 7 hari adalah 5,43 Mpa,dan 7,93MPa. Untuk waktu pengeringan selama
14 hari. kuat tekan beton semakin meningkat yaitu sebesar 10.06 MPa pada saat beton
berumur 28 hari.

Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 10% kuat tekan pada waktu
pengeringan 7 hari adalah 6,27 Mpa,dan 8,4 MPa. Untuk waktu pengeringan selama

41

14 hari. kuat tekan beton semakin meningkat yaitu sebesar 11,53 MPa pada saat beton
berumur 28 hari.
]
Meningkatnya kekuatan tekan beton dengan mencampuran abu sekam padi
dengan kadar 5% dan 10% disebabkan oleh semakin berkurangnya pori pori yang
terdapat pada beton, pori pori pada beton semakin berkurang karena diisi oleh
serbuk serbuk halus abu sekam padi yang mengakibatkam beton lebih padat.

Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 15% kuat tekan pada waktu
pengeringan 7 hari adalah 4,66 Mpa,dan 6,74 MPa. Untuk waktu pengeringan selama
14 hari. kuat tekan beton semakin meningkat yaitu sebesar 6.9 MPa pada saat beton
berumur 28 hari.

Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 20% kuat tekan pada waktu
pengeringan 7 hari adalah 3,91 MPa,dan 4,76 MPa. Untuk waktu pengeringan selama
14 hari. kuat tekan beton semakin meningkat yaitu sebesar 6,17 MPa pada saat beton
berumur 28 hari.

Untuk beton dengan campuran abu sekam padi 25% kuat tekan pada waktu
pengeringan 7 hari adalah 2,11 MPa,dan 3,32 MPa. Untuk waktu pengeringan selama
14 hari. kuat tekan beton semakin meningkat yaitu sebesar 3,38 MPa pada saat beton
berumur 28 hari.

Kuat tekan beton semakin meningkat saat beton berumur 28 hari,. Hal ini
disebabkan karena saat beton berumur 28 hari, beton benar benar dalam keadaan
kering. Atau dengan kata lain tidak terdapat kadar air pada beton tersebut. Dengan
adanya kadar air pada beton, akan menyebabkan beton menjadi lemah.

Dari grafik terlihat juga bahwa kekuatan beton semakin meningkat jika
kadar campuran abu sekam padi berkisar 5% - 10% dari jumlah semen. Sedangkan
pencampuran kadar abu sekam padi lebih dari 10% akan mengurangi kuat tekan
beton. Dengan demikian dapat dikatakan penggunaan abu sekam padi dengan kadar
10%, merupakan kadar campuran optimum pada campuran ini. Jika digunakan abu

42

sekam pedi melebihi kadar tersebut, maka akan di hasilkan beton yang lebih lacak
atau mangandung kadar air yang terlalu banyak.

Unsur C3S dan C2S merupakan bagian terbesar dan paling dominan dalam
memberikan sifat semen. Bila semen terkena air, maka C3S akan segera berhidrasi dan
memberikan pengaruh yang besar dalam proses pengerasan semen, terutama sebelum
mencapai umur 14 hari. Unsur C2S bereaksi dengan air lebih lambat sehingga hanya
berpengaruh setelah beton nberumur 7 hari. Unsur C3S bereaksi dengan cepat dan
memberikan kekuatan setelah 24 jam. Semen mengandung unsur C3A lebih dari 10%
akan berakibat kurang tahan terhadap sulfat. Unsur yang paling sedikit dalam semen
adalah C2AF, sehingga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kekerasan pasta atau beton.

Proses hydrasi yang terjadi pada semen portlant dapat dinyatakan dalam
persamaan kimia sebagai berikut :
2(3CaO.SiO2) + 6H2O

3CaO.SiO2.. 3H2O + 3Ca (OH)2

2(3CaO.SiO2) + 4H2O

3CaO.SiO2.. 2H2O + Ca (OH)2

Hasil utama dari hidrasi semen adalah C3H2H3 (tobermorite) yang


berbentuk jel dan menghasilkan panas hidrasi selama reaksi berlangsung. Hasil yang
lain berupa kapur bebas Ca(OH)2, yang merupakan sisa dari reaksi antara C3S dan
C2S dengan air. Kapur bebas ini dalam jangka panjang cenderung melemahkan beton,
karena dapat bereaksi dengan zat asam maupun sulfat yang ada dilingkungan sekitar,
sehingga menimbulkan proses korosi pada beton.

43

4.1.2 Pengujian Penyerapan Air.

Pengujian penyerapan air dilakukan pada saat beton berumur 28 hari.


Penyerapan air dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Water Absorbtion =

Mb Mk
x100% (4.2)
Mk

Dimana :
Mb = Massa benda uji keadaan basah (gram)
Mk = Massa benda uji keadaan kering (gram)

Tabel 4.4 Data hasil pengujian penyerapan air (Water absorbtion)

Type

Masss
basah
(gram)

Massa
kering
(Gram)

Penyerapan Rata-rata
(%)
(%)

Normal

45,40
45,10
45,90

41,25
41,14
41,93

10,06
9,62
10,49

10,06

Campuran 5%

46,73
46,30
45,80

43,22
42,50
42,28

8,12
8,94
8,32

8,46

46,70
45,48
45,75
44,50
42,74
44,80
43,85
44,35
44,85
41,84
41,42
40,81

43,25
42,25
42,55
40,29
38,76
40,55
37,85
39,10
39,15
37,71
37,02
36,30

7,97
7,44
7,52
10,44
10,24
10,48
15,83
13,42
14,54
9,78
11,88
12,42

No

Campuran 10%

Campuran 15%

Campuran 20%

Campuran 25%

44

7,64

10,38

14,26

11,36

Contoh perhitungan penyerapan air sebagai berikut :

Penyerapan Air

Massa Basah (Mb) = 46,70 gram


Massa kering (Mk) = 43,25 gram
Maka :
WaterAbsorbtion =

Mb Mk
x100% (4.2)
Mk

46,70 gr 41,95 gr
x100%
41,95 gr
= 8,12%
=

Perhitungan Penyerapan air rata-rata :


8,12% + 8,94% + 8,32%
x100%
3
= 8,46%
=

45

Gambar 4.2. Grafik pengujian penyerapan air


beton terhadap persentase campuran abu sekam
padi

persentase penyerapan air

16
14
12
10
8
6
4
2
0
Normal

campuran
5%

campuran
10%

campuran
15%

campuran
20%

campuran
25%

persentase abu sekam padi


28 hari

Dari grafik diatas dapat dilihat persentase penyerapan air untuk beton
tanpa abu sekam padi atau beton normal yaitu : 10,06%. Sedangkan persentase
penyerapan air untuk beton dengan campuran abu sekam padi 5% yaitu 8,46%,
menurun sebesar 1,6 % dari penyerapan air oleh beton normal. Pada beton dengan
campuran abu sekam padi 10%, persentase penyerapan air yaitu sebesar 7,64%,
menurun sebesar 2,42% dari beton normal. Sedangkan beton dengan campuran abu
sekam padi 15%, 20%, dan 25% memiliki persentase penyerapan air masing masing
10,38%, 14,26%, dan 11,36%. Atau semakin meningkat dibandingkan dengan beton
normal
Pada beton dengan campuran abu sekam padi melebihi 10%, akan bersifat
penyerap air yang sangat tinggi, dengan demikian kekuatan beton akan semakin
berkurang, atau akan lebih mudah retak, dan daya kuat tekannya akan berkurang. Hal
ini disebabkan karena penggunaan jumlah abu sekam padi yang terlalu banyak akan
menyebabkan beton menjadi lebih berongga.

Pemakaian bahan pozzolan pada kadar tertentu dalam beton menghasilkan


beton yang lebih kedap air. Silika pada jumlah tertentu dapat menggantikan jumlah
semen dan juga berperan sebagai pengisi antara partikel pertikel semen sehingga
adanya silikat maka porositas beton menjadi lebih kecil dan selanjutnya kedapan air
beton menjadi bertambah sehingga penyerapan air semakin kecil.

46

Pengujian Porositas

Pengujian porositas dilakukan pada saat beton berumur 28 hari. Porositas


beton dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Porositas =

Mb Mk
1
x
x100%
Vb
air

Dimana :
Mb = Massa benda uji dalam keadaan basah (gram)
Mk = Massa benda uji dalam keadaan kering (gram)

air = Massa jenis air (1 gr/cm3)


Vb = Volum benda uji (cm3)

Tabel 4.6 Data hasil pengujian porositas

Type

Masss
basah
(gram)

Massa
kering
(Gram)

Porositas
(%)

Rata-rata
(%)

Normal

45,40
45,10
45,90

41,25
41,14
41,93

26,43
25,22
25,28

25,64

Campuran 5%

Campuran 10%

Campuran 15%

Campuran 20%

Campuran 25%

46,73
46,30
45,80
46,70
45,48
45,75
44,50
42,74
44,80
43,85
44,35
44,85
41,84
41,42
40,81

43,22
42,50
42,28
43,95
42,25
42,55
40,29
38,76
40,55
37,85
39,10
39,15
37,71
37,02
36,30

22,35
24,20
22,42
17,51
20,44
20,31
26,81
25,35
27,07
38,21
33,43
36,30
24,01
28,02
28,72

No

47

22,99

19,42

26,41

36,01

26,91

Contoh Perhitungan Pengujian poroitas adalah sebagai berikut :

Porositas

Massa Basah (Mb) = 45,40 gram


Massa kering (mk) = 42,24 gram
Volumebendauji =

d 2L

3,14 2
(2) .5
4
= 15,70cm 3
=

Maka ;

Porositas =

Mb Mk
1
x
x100%
Vb
air

45,40 gram 41,25 gram


1
x
3
15,70cm
1gr / cm 3
= 26,43%
=

Untuk perhitungan porositas rata-rata :


26,43% + 25,22% + 25,28%
3
= 25,64%
=

48

Gambar 4.3. Grafik pengujian penyerapan air


beton terhadap persentase campuran abu sekam
padi

persentase penyerapan air

16
14
12
10
8
6
4
2
0
Normal

campuran
5%

campuran
10%

campuran
15%

campuran
20%

campuran
25%

persentase abu sekam padi


28 hari

Dari grafik di atas terlihat persentase porositas beton normal (beton


tanpa campuran abu sekam padi sebesar 25,64%. Sedangkan untuk beton dengan
campuran abu sekam padi 5% adalah sebesar 22,99%, atau turun sebesar 2,65% dari
beton normal, untuk beton dengan campuran abu sekam padi sebesar 10% memiliki
porositas sebesar 19,42%, atau turun sebesar 6,22% dari beton normal.

Pada beton dengan kadar sekam padi sebesar 15%, 20%, dan 25% pada
beton, mempunyai porositas 19,42%, 36,01%, dan 26,91%. Atau mengalami
pertambahan porositas di bandingkan dengan beton normal.

Dari grafik, kadar abu sekam padi yang di perbolehkan adalah 5% 10%. Penggunaan kadar abu sekam padi yang terlalu banyak akan meningkatkan
porositas beton serta mengurangi kuat tekan dari beton. Sehingga menyebabkan
kekuatan beton semakin berkurang.

Silikat yang merupakan kandungan terbesar dari abu sukam padi


mempunyai sifat pozzolan.sehingga bila dicampur dengan kapur dan air akan bereaksi
membentuk cementing agent. Atau di sebut juga reaksi pozzolanic :
Ca(OH)2

Ca2+ + 2OH

Ca2+ + 2OH + SiO2

CaSiO2H2O

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Dari data penelitian yang diperoleh dan dari analisa data yang telah dilakukan,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kuat tekan beton dengan menggunakan abu sekam padi, lebih tinggi dari
beton normal, dengan kadar komposisi abu sekam padi 5% - 10%.
2. Penggunaan abu sekam padi lebih dari 10%, akan mengakibatkan kekuatan
beton akan semakin berkurang.
3. Dari hasil penelitian diperoleh nilai penyerapan air dengan menggunakan
abu sekam padi yaitu 7,64% - 11,36%.
4. Dari hasil percobaan besarnya porositas yang diperoleh dengan
menggunakan abu sekam padi adalah 19,42% - 36,01%.
5. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa abu sekam padi dapat
dipergunakan sebagai campuran untuk pengganti semen dalam pembuatan
beton.
6. Pemanfaatan abu sekam padi pada pembuatan beton, akan menghasilkan
beton yang lebih kuat dan ekonomis

50

5.2 Saran
Beberapa saran untuk penelitian lebih lanjut, untuk memperoleh hasil
penelitian yang lebih baik sebagai berikut :
1. Diharapkan agar campuran antara semen dan abu sekam padi serta
material material pembentuk lainnya benar benar homogen agar
menghasilkan beton yang baik.
2. Dalam penggunaan air, diharapkan lebih teliti, karena penggunaan air yang
cukup banyak akan menghasilkan beton yang tidak optimal.
3. Dalam melakukan pencetakan, diharapkan adonan benar dalam kondisi
padat agar mendapatkan beton dengan hasil optimal.

51

DAFTAR PUSTAKA

Chu Kia Wang, 1994, Disain Beton Bertulang, Terjemahan oleh Binsar Harianja,
Jilid I, Edisi Keempat, Peenerbit Erlangga, Jakarta.
Daryanto, 1994, Pengetahuan Tehnik Bangunan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Gunawan, Margaret, (2000), Konstruksi Beton I, Penerbit Delta Teknik Group,Jakarta
I Made Alit Karyawan Salin, Perbandingan Kuat Tekan dan Permeabilitas Beton
Yang

Menggunakan

Semen

Pordlant

Poozzolan

dengan

Yang

Menggunakan Semen Portlan Tipe I, 2007.


I Swamy, R.N.1986, Cement Replacement Materials, Edisi ke II, Surrey University
Press, New Delhi.
Lea F.M, 1970, The Chemistry Of Cement and Concrete, Third Edition, Edward
Arnold Ltd, London.
Mehta, P, K, 1986, Concrete stucture properties and Material, Englewood Cliffs,
New Jersey.
Kadiyono, L .J, & Brook, K.M, 1991, Bahan dan Praktek Beton, Terjemahan Oleh
Stephanus Hindarko, Erlangga, Jakarta.
Nawy . G . Edwad, 1998, Beton Bertulang, Terjemahan Oleh bambang Surycatmono,
Penerbit PT. Refika Aditama, Bandung.
S. Timoshenko, 1999, Dasar Dasar Perhitungan Kekuatan Bahan, Terjemahan
Oleh Gulo D.H, Penerbit Restu Agung, Jakarta.
Tjokrodimuljo, K, 1996, Teknologi Beton, Nafigiri, Yogyakarta.
Van Vlack, H lawrence, 1989, Ilmu Dan Teknologi Bahan, Edisi Kelima,
Terjemahan Oleh Sriati Djaprie, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Winter, George, 1993, PerencanaanStruktur Beton Bertulang, Terjemahan Oleh
Besari M. Sahari, dkk, PT. Prandnya Paramita, Jakarta.
http://www. Google. Co. id.

52

Anda mungkin juga menyukai