Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Praktek Kerja Lapangan merupakan salah satu tugas mata kuliah wajib di
Fakultas

Teknik,

Program

Studi

Teknik

Mesin

Universitas

Medan

Area.Pelaksanaan kerja Praktek ini salah satu bagian dari proses pembelajaran
dan mempunyai nilai tersendiri untuk mahasiswa. Praktek kerja lapangan itu
sendiri mempunyai tujuan pembelajaran secara langsung tentang ilmu yang telah
didapatkan selama kuliah. Dengan ini diharapkan mahasiswa dapat menambah
ataupun membandingkan secara langsung ilmu yang didapat di lapangan dengan
ilmu yang didapatkan dikampus. Selain untuk menambah ilmu praktek kerja
lapangan ini juga bertujuan untuk mengambil data yang nantinya akan dibuat
dalam bentuk laporan yang merupakan syarat awal dalam pengajuan Tugas Akhir.
Kerja Praktek dilaksanakan di Laboratorium Teknik Mesin UMA dan juga di luar
lingkungan Kampus selama kurang lebih 1 bulan, dan pada akhirnya mahasiawa
di wajibkan membuat dan menyerahkan laporan prakteknya kepada Fakultas
Tenik Mesin Universitas Medan Area. Dalam Kerja Praktek ini penulis Membuat
suatu alat, dengan judul Pembuatan Alat Pengujian Prestasi Mesin Pendingin
dengan daya 0.5 HP .

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah pada tugas

kerja praktek di sini adalah bagaimana merangkai ulang Sistem Mesin Pendingin
dan sistem kelistrikannya dengan sedemikian rupa, pada sebuah meja peraga.
Maka yang harus diselesaikan adalah :
1.

Pembuatan meja peraga, dimana meja tersebutlah akan di tempatkan

2.

Sistem mesin pendingin tersebut,


Pemasangan Komponen-komponen utama, yaitu sebuah Kompresor,
Kondensor, Evaporator, dan pipa khusus untuk saluran sirkulasi
refrigerant tersebut, dengan spesifikasi Kompresor yang terpasang
adalah sebagai berikut :

3.
4.
5.
6.

1.3.

Merk

: ACC

Type

: MP 12 FB

Daya

: 0.5 HP

Frekuensi

: 50 Hz

Voltage

: 220-240 V

Pemasangan dan Pengelasan pipa sirkulasi


Pemvakuman udara pada pipa sirkulasi Refrigerant
Pengisian bahan Refrigerant dengan menggunakan Intake manifold
Pengkondisisan sistem kelistrikan

Batasan Masalah

Mengingat perlunya mempelajari secara detail dari Sistem mesin


pendingin, maka permasalahan ini kami tekankan pada pemasangan komponenkomponen-nya saja. Sebagai batasan masalah dalam penyusunan laporan ini
adalah Perakitan Sistem Mesin Pendingin pada meja peraga.
Dengan demikian, diharapkan peserta kerja praktek dapat memahami
cara kerja Sistem Mesin Pendingin dalam rangka Syarat dan sekaligus dapat
mengambil judul Tugas Akhir.

1.4. Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek


Tujuan yang ingin penulis sampaikan dalam pengerjaan laporan dari
Kerja Praktek ini, dalam hal mengenai Pembuatan Sistem Prestasi Mesin
Pendingin ini adalah :
1.

Tujuan Individual : Sebagai satu persyaratan kurikulum serta syarat


kelulusan bagi mahasiswa Program Studi Strata I (Fakultas Teknik)

2.

Universitas Medan Area.


Tujuan Fungsional : Penulisan ini di harapkan berguna bagi peserta
Kerja Praktik, pembaca maupun bagi pihak Universitas, baik sebagai
pengetahuan,masukan dan bahkan pertimbangan dalam melaksanakan
riset yang lebih mendalam pada Sistem Prestasi mesinn pendingin .

3.

Tujuan Operasional : Mengetahui cara kerja dari mesin Pendingin


tersebut.

Dengan menyusun Laporan Kerja Praktik ini Pembuatan Alat Pengujian Prestasi
Mesin Pendingin Berdasarkan teori referensi dan pengerjaan, maka Laporan
Kerja Praktik ini bermanfaat bagi :
1.

Penulis
Menambah wawasan penulis dalam bidang teknik Mesin

Pengkondisian udara.
Sebagai sarana penerapan ilmu teknik yang telah di dapat di
bangku

2.

kuliah

dan

mengaplikasikan-nya

dalam

hal

yang

sebenarnya.
Menambah Pengetahuan literatur-literatur yang terkait.
Akademik
Laporan kerja praktek ini hendaknya menjadi tolak ukur dalam
mengamati perkembangan mahasiswa dan sebagai tambahan

3.

referensi.
Pembaca
Laporan kerja praktik Pembuatan Alat Pengujian Prestasi Mesin
Pendingin dapat digunakan pembaca sebagai acuan dalam
Pembuatan dan pengoperasian Sistem Mesin Pendingin.

1.5. Tempat dan waktu Pelaksanaan


Kerja Praktek ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Teknik Mesin
Universitas Medan Area. di jalan Kolam No.I Medan Estate, dan juga di luar
Lingkungan Kampus. yang dimulai dari bulan Oktober 2014 sampai Desember
2014.

1.6. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan kerja
praktek serta penyusunan laporan kerja kerja ini adalah sebagai berikut:
1.

Studi Literatur : Data-data dikumpulkan dari buku-buku, paper, dan


literature, jurnal yang diperoleh dari pembimbing, perpustakaan, dan

2.

juga dari Internet yang mendukung proses pembuatan laporan ini.


Diskusi : Dilakukan dengan dosen pembimbing (mentor),
team/kelompok, dan juga teman-teman, baik di kampus dan juga di

3.

luar kampus.
Observasi Lapangan
pengamatan/uji

4.

coba

Data
secara

diperoleh

dengan

langsung

terhadap

melakukan
alat

yang

direncanakan.
Analisa Permasalahan : Analisa dilakukan dengan arahan pembimbing
(mentor) sehingga analisis dapat diambil kesimpulan dan saran
perbaikan yang sesuai dengan disiplin ilmu teknik mesin.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Umum Mesin Pendingin


Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisi udara merupakan
modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai

bertujuan untuk memberikan udara yang sejuk dan menyediakan uap air yang
dibutuhkan bagi tubuh. Untuk negara beriklim tropis yang terdiri dari musim
hujan dan musim panas, pada saat musim panas, suhu ruangan tinggi sehingga
penghuni tidak nyaman.Di lingkungan tempat kerja, AC juga dimanfaatkan
sebagai salah satu cara dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Karena
dalam beberapa hal manusia membutuhkan lingkungan udara yang nyaman untuk
dapat bekerja secara optimal. Tingkat kenyamanan suatu ruang juga ditentukan
oleh temperatur, kelembapan, sirkulasi dan tingkat kebersihan udara. Untuk dapat
menghasilkan udara dengan kondisi yang di-inginkan, maka peralatan yang
dipasang harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan beban pendinginan yang
dimiliki ruangan tersebut. Untuk itu diperlukan survey dan menentukan besarnya
beban pendinginan. Secara garis besar beban pendinginan terbagi atas dua
kelompok, yaitu beban pendinginan sensibel dan beban pendinginan laten. Beban
pendinginan sensibel adalah beban panas yang dipengaruhi oleh perbedaan suhu,
seperti beban panas yang lewat kontruksi bangunan, peralatan elektronik, lampu,
dll. Sedangkan beban pendinginan laten adalah beban yang dipengaruhi oleh
adanya perbedaan kelembaban udara.
Di dalam ruang Pengajaran Umun, untuk merencanakan penggunaan Air
Conditioning (AC) perubahan pembebanan terjadi pada peralatan yang
menghasilkan kalor seperti: lampu, komputer. Selain itu faktor manusia dan
kecepatan udara yang masuk ke dalam ruangan juga mempengaruhi perubahan
pembebanan, yang nilai bebannya dapat berubah-ubah baik secara acak maupun
teratur.

2.2. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

Gambar. 2.1. Sistem Kerja Mesin Pendingin

Kompresor AC yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai


alat untuk memampatkan fluida kerja (refrigerant), jadi refrigerant yang masuk ke
dalam kompresor AC dialirkan ke kondensor yang kemudian dimampatkan di
kondensor. Di bagian kondensor ini refrigerant yang dimampatkan akan berubah
fase dari refrigeran fase uap menjadi refrigeran fase cair, maka refrigerant
mengeluarkan kalor yaitu kalor penguapan yang terkandung didalam refrigerant.
Adapun besarnya kalor yang dilepaskan oleh kondensor adalah jumlah dari energi
kompresor yang diperlukan dan energi kalor yang di-ambil evaporator dari

substansi yang akan di-dinginkan. Pada kondensor tekanan refrigerant yang


berada dalam pipa-pipa kondensor relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
tekanan refrigerant yang berada pada pipa-pipa evaporator.
Prinsip pendinginan udara pada AC melibatkan siklus refrigerasi, yakni
udara didinginkan oleh refrigerant / pendingin (freon), lalu freon di-tekan
menggunakan kompresor sampai tekanan tertentu dan suhunya naik, kemudian didinginkan oleh udara lingkungan sehingga mencair. Proses tersebut di-atas
berjalan berulang-ulang sehingga menjadi suatu siklus yang disebut siklus
pendinginan pada udara yang berfungsi mengambil kalor dari udara dan
membebaskan kalor ini ke luar ruangan.

2.3. Jenis-jenis Pendingin Ruangan


Berdasarkan jenisnya ada 4 jenis AC yang sering dipergunakan pada
rumah tangga yatiu AC Split, AC Window, AC Sentral dan Standing AC.
1.

AC Split : Pada AC jenis split komponen AC dibagi menjadi dua unit


yaitu unit indoor yang terdiri dari filter udara, evaporator dan
evaporator blower, ekspansion valve dan controll unit, serta unit
outdoor yang terdiri dari kompresor, kondenser, kondenser blower dan

refrigeran filter. Selanjutnya antara unit indoor dengan unit outdoor


dihubungkan dengan 2 buah saluran refrigerant, satu buah untuk
menghubungkan evaporator dengan kompresor dan satu buah untuk
menghubungkan refrigeran filter dengan ekspansion valve serta kabel
power untuk memasok arus listrik untuk kompresor dan kondenser
blower.AC Split cocok untuk ruangan yang membutuhkan ketenangan,
seperti ruang tidur, ruang kerja atau perpustakaan.
Kelebihan AC Split :

Bisa dipasang pada ruangan yang tidak berhubungan dengan udara

luar
Suara di dalam ruangan tidak berisik.

Kekurangan AC Split :

Pemasangan

pertama

maupun

pembongkaran

apabila

akan

dipindahkan membutuhkan tenaga yang terlatih.


Pemeliharaan / perawatan membutuhkan peralatan khusus dan tenaga

yang terlatih.
Harganya lebih mahal.

2.

AC Window : Pada AC jenis window, semua komponen AC seperti


filter udara, evaporator, blower, kompresor, kondenser, refrigerant
filter, ekspansion valve dan controll unit terpasang pada satu base

plate, kemudian base plate beserta semua komponen AC tersebut


dimasukkan kedalam kotak plat sehingga menjadi satu unit yang
kompak. Biasanya dipilih karena pertimbangan keterbatasan ruangan,
seperti pada rumah susun.
Kelebihan AC window :

Pemasangan pertama maupun pembongkaran kembali apabila akan

dipindahkan mudah dilaksanakan.


Pemeliharaan / perawatan mudah dilaksanakan.
Harga murah.

Kekurangan AC window :

Karena semua komponen AC terpasang pada base plate yang


posisinya dekat dengan ruangan yang didinginkan, maka cederung

menimbulkan suara berisik (terutama akibat suara dari kompresor).


Tidak semua ruangan dapat dipasang AC window, karena AC window
harus dipasang dengan cara bagian kondenser menghadap ketempat
terbuka supaya udara panas dapat dibuang ke alam bebas.

3.

AC Sentral : Pada AC jenis ini udara dari ruangan didinginkan pada


cooling plant di luar ruangan tersebut, kemudian udara yang telah
dingin dialirkan kembali kedalam ruangan tersebut. Biasanya cocok

10

untuk dipasang disebuah gedung bertingkat (berlantai banyak), seperti


di hotel atau mall.
Kelebihan AC sentral :

Suara di dalam ruangan tidak berisik sama sekali.


Estetika ruangan terjaga, karena tidak ada unit indoor.

Kekurangan AC sentral :

Perencanaan, instalasi, operasi dan pemeliharaan membutuhkan

tenaga yang betul-betul terlatih.


Apabila terjadi kerusakan pada waktu beroperasi, maka dampaknya

dirasakan pada seluruh ruangan.


Pengaturan temperatur udara hanya dapat dilakukan pada sentral

cooling plant.
Biaya investasi awal serta biaya operasi dan pemeliharaan tinggi.

4.

Standing AC : Jenis AC ini cocok dipergunakan untuk kegiatankegiatan situasional dan mobil karena fungsinya yang mudah
dipindahkan, seperti seminar, pengajian outdoor dsb.

11

2.4. Komponen Utama Sistem Pendingin


1.
Kompresor
Kompresor atau pompa isap mempunyai fungsi yang vital. Dengan
adanya kompresor, refrigerant bisa mengalir ke seluruh sistem pendingin.
Sistem kerjanya adalah dengan mengubah tekanan, sehingga terjadi
perbedaan tekanan yang memungkinkan refrigeran mengalir (berpindah)
dari sisi bertekanan rendah ke sisi bertekanan tinggi.

Gambar.2.2. Kompresor Rotary


Ketika bekerja, refrigerant yang dihisap dari evaporator dengan suhu dan
tekanan rendah dimampatkan sehingga suhu dan tekanannya naik. Gas yang
dimampatkan ini ditekan keluar dari kompresor lalu dialirkan ke kondensor, tinggi
rendahnya suhu dikontrol dengan thermostat. Jenis kompresor yang banyak
digunakan adalah kompresor torak, kompresor rotary, kompresor sudu, dan
kompresor sentrifugal.
a.

Kompresor torak (Reciprocating compressor) : Pada saat langkah


hisap piston, gas refrigerant yang bertekanan rendah ditarik masuk

12

melalui katup hisap yang terletak pada piston atau di kepala


kompresor. Pada saat langkah buang, piston menekan refrigerant dan
mendorongnya keluar melalui katup buang, yang biasanya terletak
b.

pada kepala silinder.


Kompresor rotary : Rotor adalah bagian yang berputar didalam stator,
rotor terdiri dari dua baling-baling.Langkah hisap terjadi saat katup
mulai terbuka dan berakhir setelah katup tertutup.Pada waktu katup
sudah tetutup dimulai langkah tekan sampai katup pengeluaran
membuka, sedangkan pada katup secara bersamaan sudah terjadi

c.

langkah hisap, demikian seterusnya.


Kompresor sudu : Kompresor jenis ini kebanyakan digunakan untuk
lemari es, frezer, dan pengkondisan udara rumah tangga, juga
digunakan sebagai kompresor pembantu pada bagian tekanan rendah
sistem kompresi bertingkat besar.

2.

Kondenser
Kondensor berfungsi untuk membuang kalor yang diserap dari

evaporator dan panas yang diperoleh dari kompresor, serta mengubah wujud
gas menjadi cair. Banyak jenis kondensor yang dipakai, untuk kulkas rumah
tangga digunakan kondensor dengan pendingin air. Jenis lain kondensor
berpendingin air memiliki pipa-pipa yang dapat dibersihkan.

13

Gambar 2.3. Kondenser

Kondensor dibedakan

menjadi 3 jenis, yakni Air-cooled

Condensor, Water-cooled Condensor dan Evaporative-cooled Condensor.


a.

Air-cooled

Condensor

Dalam Air-cooled

condensor,

kalor

dipindahkan dari refrigeran ke udara dengan menggunakan sirkulasi


alamiah atau paksa.Kondensor dibuat dari pipa baja, tembaga dengan
diberi sirip untuk memperbaiki transfer kalor pada sisi udara.
Refrigeran mengalir didalam pipa dan udara mengalir diluarnya. Air
cooled condensor hanya digunakan untuk kapasitas kecil seperti
b.

refrigerator dan small water cooler.


Water cooled Condensor : Water cooled condensor dibedakan menjadi
3 jenis yakni shell and tube, shell and coil, double tube.

Shell and Tube : Salah satu jenis alat penukar kalor yang
menurut kontruksinya dicirikan oleh adanya sekumpulan pipa
(tabung) yang dipasangkan didalam shell (pipa galvanis) yang

14

berbentuk silinder dimana 2 jenis fluida saling bertukar kalor

yang mengalir secara terpisah (air dan freon).


Shell and Coil :Terdiri dari sebuah cangkang yang dilas elektrik

dan berisi koil air, kadang-kadang juga dengan pipa bersirip.


Double Tube :Refrigeran mengembun diluar pipa dan air
mengalir dibagian dalam pipa pada arah yang berlawanan.
Double tube digunakan dalam hubungan dengan cooling tower

c.

dan spray pond.


Evaporative Condensor : Refrigerant pertama kali melepaskan kalorya
ke air kemudian air melepaskan kalornya ke udara dalam bentuk uap
air. Udara meninggalkan uap air dengan kelembaban yang tinggi
seperti dalam cooling tower. Oleh karena itu kondensor evaporative
menggabungkan fungsi dari sebuah kondensor dan cooling tower.
Evaporative

condensor

banyak

digunakan

dipabrik

amoniak.

Kondensor yang sering terjadi fluktuasi pada temperaturnya.


Watercooled condensor ini ditempatkan di antara kompresor dan alat
pengatur bahan pendingin (pipa kapiler). Posisinya ditempatkan
berhubungan langsung dengan udara luar agar gas di dalam kondensor
juga didinginkan oleh suhu ruangan.Gas yang berasal dari kompresor
memiliki suhu dan tekanan tinggi, ketika mengalir di dalam pipa
kondensor, gas mengalami penurunan suhu hingga mencapai suhu
kondensasi kemudian mengembun. Wujud gas berubah menjadi cair
dengan suhu rendah sedangkan tekanannya tetap tinggi.

3.

Katup Ekspansi

15

Komponen utama yang lain untuk mesin refrigerasi adalah katup


ekspansi. Katup ekspansi ini dipergunakan untuk menurunkan tekanan dan
untuk mengekspansikan secara adiabatik cairan yang bertekanan dan
bertemperatur tinggi sampai mencapai tingkat tekanan dan temperatur
rendah, atau mengekspansikan refrigeran cair dari tekanan kondensasi ke
tekanan evaporasi, refrigerant cair diinjeksikan keluar melalui oriffice,
refrigerant segera berubah menjadi kabut yang tekanan dan temperaturnya
rendah.
Selain itu, katup ekspansi juga sebagai alat kontrol refrigerasi yang berfungsi :

Mengatur jumlah refrigeran yang mengalir dari pipa cair menuju

evaporator sesuai dengan laju penguapan pada evaporator.


Mempertahankan perbedaan tekanan antara kondensor dan evaporator
agar penguapan pada evaporator berlangsung pada tekanan kerjanya.

Pipa Kapiler
Pipa kapiler adalah salah satu alat ekspansi. Alat ekspansi ini mempunyai
dua kegunaan yaitu untuk menurunkan tekanan refrigeran cair dan untuk
mengatur aliran refrigeran ke evaporator. Cairan refrigeran memasuki pipa kapiler
tersebut dan mengalir sehingga tekanannya berkurang akibat dari gesekan dan
percepatan refrigeran. Pipa kapiler hampir melayani semua sistem refrigerasi yang
berukuran kecil, dan penggunaannya meluas hingga pada kapasitas regrigerasi 10
kW. Pipa kapiler mempunyai ukuran panjang 1 hingga 6 meter, dengan diameter
dalam 0,5 sampai 2 mm (Stoecker, 1996). Diameter dan panjang pipa kapiler
ditetapkan berdasarkan kapasitas pendinginan, kondisi operasi dan jumlah

16

refrigeran dari mesin refrigerasi yang bersangkutan. Konstruksi pipa kapiler


sangat sederhana, sehingga jarang terjadi gangguan. Pada waktu kompresor
berhenti bekerja, pipa kapiler menghubungkan bagian tekanan tinggi dengan
bagian tekanan rendah, sehingga menyamakan tekanannya dan memudahkan start
berikutnya.Pipa kapiler ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar.2.4. Pipa Kapiler


4.

Evaporator ( Penguap )
Evaporator adalah komponen pada sistem pendingin yang berfungsi

sebagai penukar kalor, serta bertugas menguapkan refrigerant dalam sistem,


sebelum dihisap oleh kompresor. Panas udara sekeliling diserap evaporator
yang menyebabkan suhu udara disekeliling evaporator turun. Suhu udara
yang rendah ini dipindahkan ketempat lain dengan jalan dihembus oleh
kipas, yang menyebabkan terjadinya aliran udara.

17

Gambar.2.5. Evaporator
Ada beberapa macam evaporator sesuai tujuan penggunaannya dan
bentuknya dapat berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan karena media yang
hendak didinginkan dapat berupa gas, cairan atau padat. Maka evaporator
dapat dibagi menjadi beberapa golongan, sesuai dengan refrigeran yang ada
di dalamnya, yaitu : jenis ekspansi kering, jenis setengah basah, jenis basah,
dan sistem pompa cairan.

Jenis ekspansi kering : Dalam jenis ekspansi kering, cairan refrigerant


yang diekspansikan melalui katup ekspansi pada waktu masuk ke
dalam evaporator sudah dalam keadaan campuran cair dan uap,

sehingga keluar dari evaporator dalam keadaan uap air.


Evaporator jenis setengah basah : Evaporator jenis setengah basah
adalah evaporator dengan kondisi refrigeran diantara evaporator jenis
ekspansi kering dan evaporator jenis basah. Dalam evaporator jenis
ini, selalu terdapat refrigeran cair dalam pipa penguapnya.

18

Evaporator jenis basah : Dalam evaporator jenis basah, sebagian besar


dari evaporator terisi oleh cairan refrigerant.

Perpindahan Kalor di dalam Evaporator


Perpindahan panas yang terjadi pada evaporator adalah konveksi paksa
yang terjadi di dalam dan di luar tabung serta konduksi pada tabungnya.
Perpindahan panas total yang terjadi merupakan kombinasi dari ketiganya. Harga
koefisien perpindahan panas menyeluruh dapat ditentukan dengan terlebihi dahulu
menghitung koefisien perpindahan kalor pada sisi refrigeran dan sisi udara yang
telah dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya koefisien perpindahan panas total
dihitung berdasarkan luas permukaan dalam pipa dan berdasarkan luas permukaan
luar pipa.

2.5. Thermodinamika Sistem Refrigerasi


2.5.1. Siklus Refrigerasi Carnot
Siklus refrigerasi carnot merupakan kebalikan dari mesin carnot. Mesin
carnot menerima energi kalor dari temperatur tinggi, energi kemudian diubah
menjadi suatu kerja dan sisa energi tersebut dibuang ke sumber panas pada
temperatur rendah. Sedangkan siklus refrigerasi carnot menerima energi pada
temperatur rendah dan mengeluarkan energi pada temperatur tinggi. Oleh sebab
itu pada siklus pendingin diperlukan penambahan kerja dari luar. Dan untuk Daur
Refigerasi carnot ditunjukan pada Gambar 2.3.

19

Gambar.2.6. Daur Refrigerasi Carnot


Proses-proses yang membentuk daur refrigerasi carnot :

Proses kompresi adiabtik


Proses pelepasan kalor isothermal
Proses ekspansi adiabatic
Proses penyerapan kalor isothermal

(1-2)
(23)
(34)
(41)

Tujuan utama dari daur ini adalah penyerapan kalor dari sumber bersuhu
rendah pada proses 4-1 yaitu penyerapan kalor isothermal.
2.5.2. Siklus Kompresi Uap Standar (teoritis)
Siklus kompresi uap standar merupakan siklus teoritis, dimana pada
siklus tersebut mengasumsikan beberapa proses sebagai berikut :

Proses Kompresi :
Proses kompresi berlangsung dari titik 1 ke titik 2. Pada siklus

sederhana diasumsikan refrigeran tidak mengalami perubahan kondisi


selama mengalir dijalur hisap. Proses kompresi diasumsikan isentropik
sehingga pada diagram tekanan dan entalpi berada pada satu garis entropi
konstan, dan titik 2 berada pada kondisi super panas. Proses kompresi
memerlukan kerja dari luar dan entalpi uap naik dari h1 ke h2, besarnya

20

kenaikan ini sama dengan besarnya kerja kompresi yang dilakukan pada uap
refrigeran.

Proses Kondensasi :
Proses 2-3 merupakan proses kondensasi yang terjadi pada kondensor,

uap panas refrigeran dari kompresor didinginkan oleh air sampai pada
temperatur kondensasi, kemudian uap tersebut dikondensasikan. Pada titik 2
refrigeran pada kondisi uap jenuh pada tekanan dan temperatur kondensasi.
Proses 2-3 terjadi pada tekanan konstan, dan jumlah panas yang
dipindahkan selama proses ini adalah beda entalpi antara titik 2 dan 3.

Proses Ekspansi :
Proses ekspansi berlangsung dari titik 3 ke titik 4. Pada proses ini

terjadi proses penurunan tekanan refrigeran dari tekanan kondensasi (titik 3)


menjadi tekanan evaporasi (titik 4). Pada waktu cairan di ekspansi melalaui
katup ekspansi atau pipa kapiler ke evaporator, temperatur refrigeran juga
turun dari temperatur kondensat ke temperatur evaporasi. Proses 3-4
merupakan proses ekspansi adiabatik dimana entalpi fluida tidak berubah
disepanjang proses. Refrigeran pada titik 4 berada pada kondisi campuranuap.

Proses Evaporasi
Proses 4-1 adalah proses penguapan yang terjadi pada evaporator dan

berlangsung pada tekanan konstan. Pada titik 1 seluruh refrigeran berada


pada kondisi uap jenuh. Selama proses 4-1 entalpi refrigeran naik akibat

21

penyerapan kalori dari ruang refrigerasi. Besarnya kalor yang diserap adalah
bedaentalpi titik 1 dan titik 4 biasa disebut dengan efek pendinginan.
Tekanan entalpi siklus kompresi uap standart ditunjukan pada Gambar 2.7.

Gambar.2.7. Diagram tekanan entalpi siklus kompresi uap standar

2.5.3. Siklus Kompresi Uap Aktual


Siklus kompresi uap yang sebenarnya (aktual) barbeda dari siklus standar
(teoritis). Perbedaan ini muncul karena asumsi yang ditetapkan dalam siklus
standar. Pada siklus aktual terjadi pemanasan lanjut uap refrigeran yang
meninggalkan evaporator sebelum masuk ke kondensor.Pemanasan lanjut ini
terjadi akibat tipe peralatan ekspansi yang di gunakan atau dapat juga karena
penyerapan panas dijalur masuk (suction line) antara evaporator dan kompresor.
Demikian juga pada refrigeran cair mengalami pendinginan lanjut atau bawah

22

dingin sebelum masuk katup ekspansi atau pipa kapiler. Keadaan diatas adalah
peristiwa normal dan melakukan fungsi yang diinginkan untuk menjamin bahwa
seluruh refrigeran yang memasuki kompresor atau alat ekspansi dalam keadaan
100 % uap atau cair.
Perbedaan yang penting antara daur nyata (aktual) dan standar terletak
pada penurunan tekanan dalam kondensor dan evaporator. Daur standar dianggap
tidak mengalami penurunan tekanan pada kondensor dan evaporator, tetapi pada
daur nyata terjadi penurunan tekanan karena adanya gesekan antara refrigeran
dengan dinding pipa. Akibat dari penurunan tekanan ini, kompresor pada titik 1
dan 2 memerlukan lebih banyak kerja dibandingkan dengan daur standar. Untuk
Silkus aktual dan siklus standar ditunjukan pada Gambar 2.8.

Gambar.2.8. Perbandingan siklus aktual dan siklus standar

23

Garis 4-1 diperlihatkan penurunan tekanan yang terjadi pada refrigeran


pada saat melewati suction line dari evaporator ke kompresor. Garis 1-1
diperlihatkan terjadinya panas lanjut pada uap refrigeran yang ditunjukkan dengan
garis yang melewati garis uap jenuh. Proses 1-2 adalah proses kompresi uap
refrigeran didalam kompresor. Pada siklus teoritis proses kompresi diasumsikan
isentropik, yang berarti tidak ada perpindahan kalor diantara refrigeran dan
dinding silinder. Pada kenyataannya proses yang terjadi bukan isentropik maupun
politropik. Garis 2-3 menunjukkan adanya penurunan tekanan yang terjadi pada
pipa-pipa kondensor. Sedangkan pada garis 3-3 menunjukkan tekanan yang
terjadi dijalur cair.

2.6. Klasifikasi Sistem Refrigerasi


Ditinjau dari prinsip kerjanya, sistem refrigerasi di bagi menjadi 3 jenis,
yaitu:

Sistem refrigerasi kompresi uap


Sistem refrigerasi absorbs
Sistem refrigerasi udara

2.6.1. Sistem refrigerasi Kompresi uap


Siklus refrigerasi kompresi mengambil keuntungan dari kenyataan bahwa
fluida yang bertekanan tinggi pada suhu tertentu cenderung menjadi lebih dingin
jika dibiarkan mengembang. Jika perubahan tekanan cukup tinggi, maka gas yang
ditekan akan menjadi lebih panas dari pada sumber dingin di luar (contoh udara di
24

luar) dan gas yang mengembang akan menjadi lebih dingin dari pada suhu dingin
yang dikehendaki. Dalam kasus ini, fluida digunakan untuk mendinginkan
lingkungan bersuhu rendah dan membuang panas ke lingkungan yang bersuhu
tinggi. Untuk Sistem refrigerasi kompresi uap di tunjukan pada Gambar 2.9.

Gambar.2.9. Sistem refrigerasi kompresi uap

2.6.2. Sistem Refrigerasi Absorbsi


Dalam siklus refrigerasi absorbsi, dipergunakan penyerap untuk
menyerap refrigeran yang diuapkan di dalam evaporator sehingga menjadi suatu
larutan absorbsi. Kemudian, larutan absorbsi tersebut dimasukan ke dalam sebuah
generator untuk memisahkan refrigeran dari larutan absorbsi tersebut dengan cara
memanasi, yang sekaligus akan menaikan tekanannya sampai mencapai tingkat
keadaan mudah diembunkan. Untuk Sistem refrigerasi absorbsi di tunjukan pada
Gambar 2.10.

25

Gambar.2.10. Sistem Refrigerasi Absorbsi

2.6.3. Sistem Refrigerasi Udara


Pada siklus ini, udara bertindak sebagai refrigerant, yang menyerap panas
pada tekanan konstan P, di dalam refrigerator.Udara panas keluar refrigerator,
dikompressi untuk dibuang panasnya ke lingkungan melalui cooler pada tekanan
konstan P2 (P2 > P1). Udara keluar cooler dikembalikan ke keadaan awal oleh
mesin ekspansi untuk dapat melakukan langkah awal pada siklus berikutnya.
Sitem refrigerasi di tunjukan pada Gambar 2.8.

26

Gambar.2.11.Sistem Refrigerasi Udara

2.7. Proses Pengisian Refrigerant


Pengisian refrigeran kedalam sistem harus dilakukan dengan baik dan
jumlah refigeran yang diisikan sesuai atau tepat dengan takaran. Kelebihan
refigeran dalam sistem dapat menyebabkan temperatur evaporasi yang tinggi
akibat dari refigerant tekanan yang tinggi.Selain itu dapat menyebabkan
kompresor rusak akibat kerja kompresor yang terlalu berat dan adanya
kemungkinan liquid suction. Sebaliknya bila jumlah refigeran yang diisikan
sedikit, dengan kata lain kurang dari yang ditentukan, maka sistem akan
mengalami kekurangan pendinginan. Pemasangan Manifold untuk pengisian
refrigeran ditunjukkan pada Gambar 2.12.

27

Sebaik mungkin dan karena proses pengisian refigeran ke dalam sistem ada
beberapa cara, diantaranya yaitu:
a.
b.

Mengisi sistem berdasarkan berat refigeran.


Mengisi sistem berdasarkan banyaknya bunga es yang terjadi di

c.

evaporator.
Mengisi sistem berdasarkan temperatur dan tekanan.

Gamba.2.12. Sistem Pengisian Refrigerant

28

2.8. Beban Pendinginan


Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada waktu melakuan
perhitungan beban pendinginan dan penentuan perlengkapan sistem tata udara
serta sistem control, antara lain :penggunaan atau fungsi ruang, jenis konstruksi
bangunan, pola beban pengkondisian, kondisi dalam ruangan.Pada tahap
perencanaan, perhitungan beban pendinginan yang tepat harus dilakukan karena
hasil perhitungan beban pendinginan yang tepat akan menjadi dasar untuk
pemilihan jenis dan kapasitas peralatan pendinginan.Didalam ruang Pengajaran
Umum beban pendinginan ada 2 macam,yaitu : Beban sensibel dan beban laten.
Beban sensibel antara lain : beban kalor melalui dinding, atap, langit-langit, lantai,
peralatan listrik (komputer dan lampu) karena beban infiltrasi ruangan. Dinding
yang terbuat dari bahan triplek dan kaca tidak terdapat beban kalor karena tidak
terkena panas radiasi matahari. Sedangkan beban kalor laten antara lain: penghuni
(orang) dan beban kalor pada infiltrasi ruangan.Sebelumnya ditentukan dulu
kondisi ruangan perancangan sebelum melakukan perhitungan beban kalor dari
ruangan tersebut.

29

BAB III
ALAT PENGUJI MESIN PENDINGIN

3.1. Peralatan Penguji


Dalam pengujian ini membutuhkan alat yang utama maupun alat bantu
untuk

medorong

kesuksesan

dalam

pengujian.

Adapun

alat-alat

yang

digunakan didalam pengujian sebagai berikut :


Jenis-jenis Perangkat yang digunakan dalam pengujian yaitu :
3.1.1. Pompa Vakum
Pompa vakum adalah alat yang diperlukan untuk mengosongkan
refrigeran dari sistem pendingin sehingga dapat menghilangkan gas-gas yang
tidak terkondensasi seperti udara dan uap air. Pompa vakum dapat dilihat seperti
pada Gambar 3.3.

Gambar.3.3. Pompa Vakum

30

3.1.2. Pressure Gauge


Pressure gauge adalah alat yang dapat didefinisikan sebagai alat
untuk membaca tekanan dengan pengamatan langsung. dalam bahasa yang
formal, pressure gauge adalah suatu field instrument untuk mengukur pressure
(psia/bar) dengan pengamatan direct reading measurement type. Preassure
gauge yang biasanya digunakan dalam penelitian ini ada dua tipe, pertama high
preassure dan coumpound pressure. Untuk mengetahui bentuk dan tipenya
dapat dilihat pada Gambar 3.4 warna merah untuk high pressure dan warna
ungu untuk coumpound pressure.

Gambar.3.4. Pressure Gauge


3.1.3. Termometer
Termometer adalah alat untuk menyatakan derajat panas dingin suatu
benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu. Untuk thermometer model
digital tidak menggunakan air raksa, tapi menggunakan sebuah sensor panas dan
pembacaannya ditampilkan dalam digit angka. Disarankan menggunakan
thermometer

digital

karena

lebih

akurat

dan

mudah

dalam

pembacaannya.Termometer dapat dilihat seperti pada Gambar 3.5.

31

Gambar.3.5. Termometer Digital


3.1.4. Amperemeter
Amperemeter digunakan untuk mengukur kuat arus

listrik yang ada

dalam rangkaian tertutup yang berfungsi sebagai mendeteksi arus listrik


pada rangkaian. Arus yang mengalir pada kumparan yang selimuti medan magnet
akan menimbulkan

gaya

lorentz

yang

dapat

menggerakkan

jarum

amperemeter. Amperemeter dapat dilihat seperti pada Gambar 3.6.

Gambar.3.6. Amperemeter Digital

32

3.1.5. Voltmeter
Voltmeter adalah alat/perkakas untuk mengukur besar tegangan dalam
suatu tegangan listrik. Voltmeter disusun secara paralel terhadap letak komponen
yang

diukur

dalam

rangkaian.

Gaya

magnetic

tersebut

akan

mampu

membuat jarum alat pengukur voltmeter bergerak saat ada arus listrik.
Voltmeter dapat dilihat seperti pada Gambar 3.7.

Gambar.3.7. Voltmeter
3.1.6. Manifold Gauge
Manifold

gauge

pengukuran

adalah

alat

yang

berfungsi

untuk

mengkosongkan/mengisi refrigerant juga sebagai alat untuk mengidentifikasi


gangguan. Manifold gauge dipenelitian ini digunakan untuk mengetahui tekanan
evaporator atau tekanan isap (suction) kompresor, dan tekanan kondensor
atau tekanan keluar (discharge) kompresor. Manifold gauge dapat dilihat seperti
pada Gambar 3.8.

33

Gambar.3.8. Intake Manifold


3.1.7. Timbangan
Timbangan adalah alat yang di pakai untuk melakukan pengukuran massa
suatu benda. Timbangan digunakan untuk mengetahui berapakah massa
refrigerant yang masuk kedalam alat uji baik untuk refrigeran R-22 maupun
refrigeran MC-22. Disini mengunakan timbagan digital untuk mepermudah
dalam pembacaan. Timbangan yang digunakan dalam peneitian ini dapat dilihat
seperti pada Gambar 3.9.

34

Gambar.3.9. Alat Timbangan Digital


3.1.8. Refrigerant
Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi)
atau mesin pengkondisian udara (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap
panas dari benda atau udara yang didinginkan dan membawanya kemudian
membuangnya

ke

udara

sekeliling

di

luar

benda/ruangan

yang

didinginkan.Refrigeran yang digunakan dalam penelitian ini adalah refrigeran


R-22 dan refrigeran MC-22 dapat dilihat seperti pada Gambar 3.10.

Gambar.3.10. Refrigerant-22

35

3.1.9. Anemometer
Anemoter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan udara.
Anemometer dipenelitian ini digunakan sebagai pengukur kecepatan laju
udara dari blower evaporator dan suhu yang keluar dari blower evaporator.
Anemometer dapat dilihat seperti pada Gamabar 3.13.

Gambar.3.11. Anemometer

3.2. Langkah Pengujian


3.2.1. Pemeriksaan Sebelum Pengujian
Pemeriksaan semua alat uji dan perlengkapannya adalah langkah pertama
yang akan dilakukan untuk menjaga keselamatan dan kondisi peralatan agar
senantiasa baik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum pengujian adalah:


36

1.

Memeriksa seluruh kondisi peralatan uji antara lain seperti power

2.

supply dan sistem kelistrikan.


Memastikan kipas kondensor dan blower evaporator bekerja dengan

3.
4.
5.

baik.
Mencoba menyalakan alat uji untuk memeriksa adanya kebocoran.
Menyalakan lampu sebagai pembebanan.
Menempatkan wadah air untuk tempat pembuangan air.

3.2.2. Pemakuman Sistem


Sebelum sistem pengkondisian udara ini disi refrigeran, perlu dilakukan
proses pemvakuman terlebih dahulu. Hal ini penting untuk memastikan
bahwa tidak ada kotoran-kotoran, uap air (bunga es) dan udara di dalam
kompresor dan pipa-pipa refrigerasi yang dapat menyebabkan terjadinya
penyumbatan di pipa kapiler.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pemvakuman sistem sebagai
berikut :
1.
2.
3.

Memasang manifold gauge untuk kedua katup pada kompresor.


Menutup kedua katup manifold gauge.
Menghubungkan hose tekanan tinggi (merah) pada manifold gauge ke
sisi buang kompresor dan hose tekanan rendah (hijau) ke sisi hisap

4.

kompresor.
Menyambungkan hose tengah (kuning) pada manifold gauge ke saluran

5.
6.

hisap pompa vakum (vacum pump).


Membuka kedua katup pada manifold gauge.
Menghidupkan pompa vakum sekitar 20 menit, sehingga tekanan di

7.

manifold gauge mencapai -30 in Hg.


Menutup kedua katup manifold gauge dan mematikan pompa vakum.

37

8.

Membiarkan kondisi ini lebih dari 5 menit dan memperhatikan tekanan

9.

pada manifold gauge.


Jika terdapat kenaikan tekanan setelah langkah no. 8 berarti terdapat

kebocoran dari sistem, maka harus memeriksa dan memperbaikinya.


10. Mengulangi langkah pemvakuman l-8 kembali hingga tidak terdapat
kebocoran pada saluran.
3.2.3. Pengisian Refrigerant
Pengisian refrigeran R-22

dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:
1.
Meletakan tabung R-22 diatas timbangan dan mencatat berat awal.
2. Menghubungkan nipple pada tabung R-22 menggunakan hose tengah
pada manifold gauge.
3. Membuka katup tabung R-22 agar refrigeran dapat masuk ke hose
tengah ke manifold gauge dengan posisi kedua katup di manifold gauge
tetap tertutup.
4. Memutar sedikit conection pada manifold gauge dengan hose tengah
untuk membuang udara yang ada pada hose tengah tersebut kemudian
mengencangkannya kembali. Membuka kedua katup pada manifold gauge
5.

untuk memasukan refrigeran.


Menutup kedua katup pada manifold gauge.

3.2.4. Pengambilan Data


Pengambilan data pada saat menggunakan refrigeran R-22 dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.

Mempersiapkan alat tulis dan lembar pengambilan data.

38

2.

Mempersiapkan dan menempatkan seluruh alat ukur pada posisinya

3.

dan memastikannya dalam kondisi baik.


Menghidupkan mesin uji dan menunggu hingga kondisinya benar-benar

4.

stabil atau steady.


Menempatkan saklar pengkondisi udara pada posisi ON dan mengatur
blower evaporator pada posisi high cool dan pada suhu evaporator
dengan setting kontrol sesuai dengan suhu yang telah ditentukan untuk

5.

pengujian pada suhu 5 oC.


Mengatur suhu ruangan pada suhu yang telah ditentukan (30 oC) suhu
dan tekanan pada P1 dan tekanan yang telah ditentukan untuk pengujian

6.

dengan pembebanan.
Mencatat parameter-parameter tekanan dan suhu refrigeran

yang

masuk dan keluar dari kompresor, kodensor, katup ekspansi dan


7.

evaporator setiap terdapat perubahan pada T1.


Mencatat semua suhu udara dan kecepatan laju udara yang keluar dari

blower evaporator serta suhu ruangan (Tr) setiap ada perubahan pada T1.
8. Mencatat ampermeter dan voltmeter pada setiap perubahan pada T1.
9. Mematikan mesin uji sistem pengkondisian udara.
10. Mengulangi langkah 1 sampai 10 untuk setiap variasi yang telah
ditentukan (variasi tekanan dengan pembebanan dan variasi tekanan
tanpa pembebanan dengan suhu evaporator dan tekanan di P 1 sesuai
variasi yang telah diditentukan)
11. Mematikan alat uji dan menata kembali perlengkapan yang akan
digunakan.

39

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Penggunaan R-22 pada mesin pendingin kompresi uap yang sama akan
mempengaruhi kinerja komponen mesin pendingin. Efek pendinginan, panas
buang kondensor dan kerja kompresi yang dihasilkan pada mesin yang
menggunakan R-22 lebih besar,namun tidak diikuti dengan laju pendinginan yang
cepat. Besarnya nilai ketiga parameter ini dikarenakan besarnya laju aliran massa
yang terjadi. Suhu evaporasi yang dapat dicapai R-22 rendah.

4.2. Saran
Dalam pembuatan alat ini belum sepenuhnya maksimal, dan dari
pembuatan alat ini masih dapat lagi dikembangkan, jadi diharapkan kedepannya
nanti, mahasisiwa ditahun yang akan berjalan dapat memaksimalkan apa yang
diharapkan Pembimbing. Mohon maaf jika ada kesalahan dan kekurangan dalam

40

Penulisan Laporan ini, kritik dan saran menjadi bahan pertimbangan kami, Terima
kasih.

DAFTAR PUSTAKA
[1]. Afdhal Kurniawan Mainil, 2012 Jurnal Mechanical Kaji Eksperimental
Performansi Mesin Pendingin Kompresi Uap dengan Menggunakan
Refrigeran Hidrokarbon (Hcr12) Sebagai Alternatif Refrigeran Pengganti
R12 dengan Sistem Penggantian Langsung (Drop In Substitute).
[2]. Amna
Citra Fahrani, 2007 Skripsi Pengaruh Penggantian
Refrigeran R-12 Menjadi R-22 Pada Perfomansi Mesin Pembeku.
[3]. Angky Puspawan, 2013 Jurnal Ilmiah Percobaan Sistem Pengkondisian
Udara menggunakan jenis Refrigeran-134a
[4]. ASHRAE, 1906 Handbook of Aplication ,
[5]. Cengel, Junus A., Engineering Thermodinamic,

An

Engineering

Approach,Third Edition, Mc Graw Hill, New York , 1998.


[6]. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT, Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a
pada Mesin Pendingin.
[7]. Mardi Margoyungan, 2008 skripsi Perencanaan unit mesin pendingin untuk
kebutuhan Pengkondisian Udara Pada bangunan Kantor ADPEL di Medan
[8]. Stocker, Wilbert F.,and William C. Jerold, Air Conditioning and
Refrigeration,Second Edition, Mc-Graw Hill,New York,1978
41

[9]. Urip Prayogi, Desember 2012 SAINTEK Jurnal Ilmiah Penggunaan


Refrigerant R-22 pada Freezer dengan Modifikasi Double Expansion Valve

42

Anda mungkin juga menyukai