Anda di halaman 1dari 3

Pada hari Jumat ini tanggal 12 Februari 2010, saya diundang oleh teman saya untuk

bersama-sama dating ke kediamannya sekedar silaturahmi dan mencicipi sedikit


makanan. Karena hari ini adalah hari Jumat, saya ikut melaksanakan shalat Jumat di
masjid dekat rumah rekan tersebut. Hal yang menarik, dan dapat dijadikan sebuah ilmu
untuk pembaca adalah khutbah yang disampaikan oleh siapa, namun dari wajahnya sih
mirip-mirip menteri kominfo saat ini, mungkin masih kerabat.

Di saat-saat awal khutbah, karena saya habis makan yang sedikit berat, biasa setan
ngantuk datang dan membuat saya agak terkantuk-kantuk. Ditambah, suara khatib saat itu
kok ya iramanya agak pelan dan disampaikan sambil terus tersenyum, kayaknya saya
bakal ketiduran, saya pikir. Namun, tidak lama kemudian beliau mulai bercerita,
mengenai cerita yang belum pernah saya dengar. Beliau menyampaikan cerita yang saya
sendiri belum tahu, atau agak lupa asalnya dari mana, jadi coba konfirmasi kalau ada
yang pernah mendengarnya. Ceritanya kurang lebih seperti ini:

Pada saat itu, tepatnya di Bagdad, Irak, kemarau panjang sedang melanda, dan warga
dengan penuh harap-harap cemas mengadakan shalat Istisqo untuk mendatangkan hujan,
berdoa kepada Allah SWT, supaya diturunkan hujan. Warga pun datang berduyun-duyun
ke sebuah lapangan. Namun, kenyataannya lain daripada apa yang diharapkan, kota
Bagdad tidak juga kunjung dibasahi oleh air hujan walaupun setitik.

Ditengah kecemasan warga Bagdad, terlihatlah seorang lelaki yang berjalan dan
mendatangi lapangan kosong yang juga menjadi tempat shalat istisqo. Hal ini disaksikan
oleh sang ahli kisah, yang saya pun tidak tahu siapa, kecuali dari cerita si Khatib. Sang
ahli kisah melihat si lelaki datang dan melaksanakan shalat istisqo sendirian, ia shalat
dengan khusyukknya dan di akhir, si lelaki berdoa sambil menengadahkan tangan ke
langit, bunyi doanya sendiri sang Khatib tidak begitu menjelaskan. Hal yang jelas, pada
saat tangan si lelaki yang menengadah ke langit diturunkan, seketika itu pula hujan turun,
subhanallah.

Si ahli kisah merasa penasaran, maka diikutilah si lelaki olehnya. Sampai masuklah si
lelaki kedalam sebuah rumah panti asuhan. Si ahli kisah masuk ke dalam panti asuhan
tersebut dan bertemu dengan mudir/direktur dari panti asuhan tersebut.

Kepada mudir panti asuhan tersebut, si ahli kisah membuat cerita bahwa ia memerlukan
seorang pekerja, dan ia ingin mengambil seorang penghuni panti untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut. Untuk urusan tersebut dipertemukanlah si ahli kisah dengan seluruh
penghuni panti, dimana ia mengenali si lelaki tadi dan mengajaknya pulang.

Sesampainya di rumah si lelaki disuruh untuk mandi, ganti baju, karena baju yang
dikenakan si lelaki ternyata compang-camping. Kemudian ia dipersilahkan untuk makan.
Si ahli kisah saat itu menceritakan apa yang pernah dia lihat, dan bertanya siapakah
gerangan si lelaki, yang doanya dapat segera dikabulkan oleh Allah SWT, sedangkan doa
penduduk Bagdad saja tidak dikabulkan. Tentunya mendengar apa yang baru saja
dikatakan, si lelaki menjadi gemetar.
Si lelaki hanya mengucapkan sedikit kata. Ujarnya: Izinkanlah sebelumnya saya
melakukan salat sunnat dulu. Mendengar hal tersebut, tentunya si ahli kisah
memperkenankan, karena toh syaratnya tidak sulit untuk dipenuhi. Syahdan, si lelaki
tersebutpun shalatlah, dan di akhir ia berdoa. Ya Allah, kiranya ada seseorang yang
mengetahui hubungan hamba ini dengan Mu, maka menjadi tidak istimewalah hubungan
ini, semoga Engkau memberikan penerangan kepada hamba-Mu ini. Di akhir doanya,
ternyata meninggal-dunialah si lelaki tersebut, tanpa bisa menjawab keheranan si ahli
kisah tersebut.

Ibroh yang dapat diambil dari cerita ini adalah, apa yang dapat kita lakukan untuk
menjadi seperti si pemuda tersebut, dimana, ia memiliki hubungan yang istimewa dengan
Allah SWT. Sudah sebaik apa ibadah yang telah kita lakukan, bagaimana amalan sunnah
kita. Tentunya hal ini sesuai dengan apa yang pernah saya dengar dari hadits yang
dibacakan oleh khatib Khatib: “Engkau memiliki keinginan, namun Aku juga memiliki
keinginan, dan tidak akan terkabul keinginanmu melainkan yang terkabul adalah
keinginan-Ku......” dan diakhir hadits tersebut ”maka bila engkau memiliki keinginan,
sandarkanlah kepadaku, sandarkanlah kepadaku, sandarkanlah kepadaku..” Logika kita
akan menyatakan bahwa seseorang yang menyandarkan keinginannya kepada Allah
ta’ala lah yang akan terkabul keinginannya. Dan, apa yang telah kita lakukan untuk
memiliki hubungan yang istimewa dengan Allah SWT.

"Wahai hambaKu engkau berkeinginan, Akupun memiliki keinginan. Jika engkau


sandarkan apa yang engkau inginkan padaKu, maka akan Aku cukupkan apa yang
engkau butuhkan. Namun jika engkau tidak sandarkan apa yang engkau inginkan
padaKu, maka akan Aku berikan keletihan dan kesengsaraan. Sesungguhnya apa yang
terjadi adalah apa yang Aku inginkan" (Hadis Qudsi).

Di hadits lain yang disampaikan pada khotbah Jumat tersebut adalah: “Sekurang-
kurangnya lakukanlah tiga ibadah sunnah, yaitu Shalat witir 3 rakaat setiap malam, salat
dhuha 2 rakaat di saat dhuha dan shaum pada tanggal 14, 15, 16 di setiap bulan hijriah”,
dan manfaat dari melakukan ibadah sunnah ini salah satunya adalah tolak bala.

Dalam buku Edisi Indonesia ” Tahajjud Nabi “terjemahan Aris Munandar dengan judul
aslinya “Qiyamul Lail” karya Dr. Sa’id bin Ali Wahf Al Qohthani terdapat Hadist
serupa yaitu Hadist dari Sahabat Abu Hurairah ra dan dari Sahabat Abu Darda ra.

• Dari Abu Hurairah ra dia berkata : “Kekasihku Nabi SAW mewasiatkan tiga perkara
kepadaku, yaitu berpuasa tiga hari pada setiap bulan, Shalat dua raka’at Dhuha dan
berwitir sebelum tidur.” (HR. Bukhari)

• Dari Abu Darda ra. dia berkata : “Kekasihku Nabi SAW memberikan wasiat kepadaku
untuk melakukan tiga hal, yang tidak akan aku tinggalkan seumur hidupku, yaitu puasa
tiga hari pada setiap bulan, Shalat Dhuha dan tidak tidur sebelum berwitir.” (HR
Muslim)
Semoga apa yang saya dapatkan pada kesempatan shalat Jumat ini dapat menjadi
kebaikan bagi anda sekalian, wassalam.

Anda mungkin juga menyukai