PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disadari atau tidak, saat ini kita sedang berada di tengah-tengah kemajuan
peradaban manusia yang kita sebut sebagai era globalisasi, dengan berbagai
karakteristiknya termasuk derasnya arus informasi dan teknologi, persaingan yang
semakin ketat, transportasi yang membuat dunia terasa semakin sempit, serta berbagai
pengaruh dari arus kebudayaan yang keluar-masuk yang kalau tidak kita sadari dapat
merongrong kebudayaan nasional yang kita miliki sejak dahulu.
Dari perspektif ekonomi, politik, dan pertahanan, era globalisasi menuntut setiap
bangsa termasuk Indonesia untuk berpacu menghasilkan sumber daya manusia (SDM)
yang memiliki daya saing tinggi, yang akan siap berkompetisi secara internasional,
karena hanya SDM yang menguasai pengetahuan termasuk sains dan teknologi yang
akan mampu bersaing dan membangun bangsanya secara berkelanjutan, sementara
mereka yang tidak responsive dengan perubahan besar ini akan selalu terbelakang dan
menjadi bangsa yang peradabannya jauh tertinggal dari bangsa-bangsa yang lain. Lagilagi semua masalah yang menyangkut kemajuan suatu bangsa dikaitkan dengan
dinamika penyelenggaraan pendidikan dalam bangsa itu. Bagaimanapun juga taraf
keberhasilan pendidikan suatu bangsa merupakan tolak ukur kemajuan dari bangsa
tersebut.
Sains sebagai bagian dari pendidikan menempati posisi yang strategis untuk
menyiapkan anak bangsa dalam mengadaptasi setiap kemajuan ilmu dan teknologi.
Sains menjadi dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
penguasaan terhadap konsep-konsep Sains sangat penting untuk mewujudkan
masyarakat yang literasi Sains.
Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sains, khususnya pada tingkat
sekolah dasar, peran seorang guru sebagai fasilitator dan mediator sangatlah penting.
Keberhasilan proses belajar Sains siswa SD sangatlah tergantung pada keprofesionalan
guru dalam mengajar, sebab pemahaman awal siswa terhadap ilmu Sains
terjadi
pertama kali pada jenjang pendidikan dasar. Jika pembelajaran Sains di sekolah dasar
tidak dilaksanakan secara efektif dan menyenangkan, maka siswa akan menganggap
Sains sebagai ilmu yang membosankan, yang pada akhirnya akan menurunkan minat
dan motivasi belajar siswa terhadap ilmu Sains. Namun sebaliknya, jika pembelajaran
1
Sains dilaksanakan secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan maka
ketertarikan siswa pada Sains akan meningkat. Konsekuensi logis dari hal tersebut
adalah terwujudnya pelajar-pelajar yang kreatif, kritis, peka lingkungan, dan memiliki
jiwa kompetitif yang tinggi. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan guru-guru
kreatif yang memiliki kompetensi untuk merancang dan melaksanakan metode
pembelajaran Sains yang inovatif.
Melihat begitu pentingnya peran guru dalam mewujudkan proses belajarmengajar yang mampu menumbuhkembangkan minat siswa terhadap Sains pada
jenjang pendidikan dasar, maka penulis melakukan observasi untuk menyusun sebuah
laporan yang berjudul Keprofesionalan Guru dalam Pembelajaran Sains di SD
Negeri 1 Baktiseraga, Singaraja
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka terdapat beberapa rumusan masalah
yang dibahas dalam laporan ini yaitu sebagai berikut,
1. Bagaimana penerapan layanan pedagogik, administrasi, dan bimbingan
dalam pembelajaran Sains di SD Negeri 1 Baktiseraga, Singaraja?
2. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan kompetensi diri dan kualitas
pembelajaran Sains di SD Negeri 1 Baktiseraga, Singaraja?
1.3 Tujuan
Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam laporan ini adalah sebagai berikut,
1. Mengetahui penerapan layanan pedagogik, administrasi, dan bimbingan
dalam pembelajaran Sains di SD Negeri 1 Baktiseraga, Singaraja.
2. Mengetahui upaya guru dalam meningkatkan kompetensi diri dan
kualitas pembelajaran Sains di SD Negeri 1 Baktiseraga, Singaraja.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh melalui penyusunan laporan ini yaitu sebagai
berikut,
1.4.1 Bagi Mahasiswa
1. Memberikan pengetahuan terkait sistematika penyusunan laporan
observasi.
dan inovatif.
Membantu guru untuk mengurangi penggunaan metode mengajar
konvensional (seperti ceramah) yang cenderung dapat menghambat
sisi kreativitas siswa dalam mengeksplorasi ilmu pengetahuan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Profesionalitas dan Kompetensi Guru
Kompetensi guru merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam
melaksanakan profesi keguruannya (Usman, 1995: 14). Kompetensi guru berkaitan
dengan profesionalisme, yaitu guru yang profesional adalah guru yang kompeten
(berkemampuan), karena itu kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai
kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya dengan
kemampuan tinggi (Syah, 1995: 230)
Kompetensi Pribadi
Kompetensi pribadi yang semestinya ada pada seorang guru, yaitu
memiliki pengetahuan yang dalam tentang materi pelajaran yang menjadi
tanggung jawabnya.
2. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial yang dimiliki seorang guru adalah menyangkut
kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka.
3.
b.
c.
d.
Beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam proses belajarmengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:
a). Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa,
b). Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati,
menyenangkan,
c). Pemahaman siswa secara empatik,
d). Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan
membantu siswa untuk menyadari perasaannya itu.
Guru juga dapat melakukan tugas-tugas bimbingan dalam proses
pembelajaran seperti berikut:
a). Melaksanakan kegiatan diagnostik kesulitan belajar pada siswa.
b). Guru dapat memberikan bantuan dengan kemampuan dan
kewenangannya kepada murid dalam memecahkan masalah
pribadi.
2. Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan di Luar Kelas
Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan
belajar-mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan
bimbingan di luar kelas. Tugas-tugas bimbingan itu antara lain:
a). Memberikan pengajaran perbaikan (remedial teaching)
b). Memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa.
c). Melakukan kunjungan rumah (home visit).
d). Menyelenggarakan kelompok belajar dan les.
2.3 Metode Pembelajaran Sebagai Penunjang Kegiatan Belajar Mengajar
Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional, metode
pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh,
dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap
metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelaran tertentu
(Yamin, 2007: 132).
Sedangkan menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmad (dalam Suryosubroto, 1997)
metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal
bagaimana teknisnya suatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah.
Dalam proses belajar mengajar guru dihadapkan untuk memilih metode-metode dari
sekian banyak metode yang telah ditemukan oleh para ahli sebelum ia menyampaikan
materi pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tanya Jawab
Penampilan
Diskusi
Menganalisis/memecahkan masalah
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensintesis/
mengevaluasi/melakukan sesuatu hal yang bersifat kognitif
maupun psikomotor
NO
1
2
METODE
Ceramah
Demonstrasi
6
Studi Mandiri
7
8
9
Kegiatan
Pembelajaran
Terpogram
Latihan Bersama
Teman
Menjelaskan konsep/prinsip/prosedur
Melakukan sesuatu keterampilan
11
Pemecahan
Masalah
Studi Kasus
12
Insiden
13
Praktikum
14
Proyek
15
Bermain Peran
16
Seminar
Menganalisis/memecahkan masalah
17
Simposium
Menganalisis masalah
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
konsep/prosedur/prinsip
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
konsep/prosedur/prinsip
10
18
19
Simulasi
Tutorial
Deduksi
20
21
Induksi
Computer Assisted
Learning
(Sumber: Yamin,2007:139)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Implementasi Layanan Pedagogik, Administrasi, dan Bimbingan dalam
Pembelajaran Sains di SD Negeri 1 Baktiseraga
Untuk melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru harus
memperhatikan tiga jenis layanan dalam proses pendidikan di sekolah. Ketiga layanan
itu antara lain layanan pedagogik, administrasi, dan bimbingan. Layanan pedagogik
dalam kegiatan belajar mengajar Sains di SD Negeri 1 Baktiseraga dilaksanakan dengan
menerapkan metode pembelajaran dan menggunakan media atau perangkat penunjang
kegiatan belajar mengajar. Sebelum menjelaskan suatu pokok bahasan dalam mata
pelajaran Sains, guru di sana melakukan pretest (tes awal). Pretest yang diberikan
kepada siswa berupa pertanyaan lisan terkait materi aiar yang sudah dijelaskan pada
pertemuan sebelumnya dan juga sepintas tentang materi ajar baru yang hendak
dipelajari pada saat itu. Tujuan dilakukannya pretest ini adalah untuk mengetahui
pemahaman awal siswa terhadap suatu subbahasan yang akan diajarkan, selain itu juga
untuk mengingatkan siswa terhadap materi ajar yang telah diajarkan sebelumnya.
Untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar (PBM) pada mata
pelajaran Sains, guru menerapkan beberapa metode pembelajaran. Metode yang
9
digunakan pertama yaitu ceramah (metode konvensional) untuk menjelaskan topik yang
akan dipelajari pada jam tersebut. Selanjutnya guru juga menerapkan diskusi kelas
kepada siswa untuk memecahkan beberapa persoalan. Setelah siswa melaksanakan
diskusi, kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab mengenai topik
yang baru
diterangkan. Guru juga menanyakan apakah ada penjelasan yang belum dapat dipahami
oleh siswa. Kadangkala untuk menjelaskan topik tertentu, misalnya mengenai fungsi
bagian-bagian tubuh serangga (belalang), guru menerapkan metode demonstrasi yaitu
dengan menunjukkan secara langsung (kontekstual) bagian-bagian tubuh belang beserta
fungsinya dengan memperlihatkan belalang yang masih hidup. Hal ini dilakukan agar
suasana PBM tidak monoton. Dengan menggunakan objek nyata yaitu belalang yang
masih hidup, siswa diharapkan semakin tertarik untuk mengikuti PBM.
Dalam menerapkan metode mengajar tersebut, terdapat kendala yang dialami
oleh guru. Namun yang menjadi kendala utamanya yaitu masih banyak siswa yang
kurang memperhatikan penjelasan guru. Banyak siswa yang suka bercanda dan tidak
fokus dalam PBM. Untuk mengatasi kendala seperti itu, biasanya guru mengawali atau
menyelingi PBM dengan mengajak seluruh siswa untuk bernyanyi atau melakukan
permainan, seperti menirukan suara hewan, memperagakan tingkah laku hewan, dan
sebagainya. Setelah menyanyi atau melakukan permainan, suasana PBM akan menjadi
riang dan kondusif bagi siswa untuk mengikutinya.
Kegiatan PBM pada mata pelajaran Sains di SD Negeri 1 Baktiseraga juga
ditunjang oleh media dan perangkat pembelajaran seperti Televisi, VCD dan kaset, alat
peraga listrik, gambar sistem pencernaan manusia dan hewan, gambar susunan gigi
manusia, miniatur tubuh manusia, tiruan kerangka tulang manusia, dan lain sebagainya.
Jika tidak ada media atau alat peraga yang berhubungan dengan topik yang akan
diajarkan, guru menyiasatinya dengan menggambarnya, misalnya gambar sistem
pernapasan ikan, atau membawa langsung objeknya, misalnya belalang yang masih
hidup, daun kelapa, ketela, dan daun mangga (untuk mengamati struktur tulang daun
pada tumbuhan).
Untuk menjamin kualitas prestasi belajar siswa di seluruh sekolah di Indonesia
maka melalui otonomi pendidikan setiap sekolah memiliki wewenang untuk
menetapkan nilai standar ketuntasan belajar minimal (SKBM). Tidak terkecuali di SD
Negeri 1 Baktiseraga. Nilai SKBM di SD Negeri 1 Baktiseraga adalah 5,9. Namun
dengan nilai standar seperti itu, masih terdapat siswa yang belum mencapainya. Hal ini
10
dikarenakan oleh berbagai faktor, antara lain motivasi belajar siswa, peran guru,
ataupun suasana belajar. Siswa yang belum mencapai nilai SKBM tersebut diberikan
remidi sebanyak satu kali. Namun jika siswa yang bersangkutan masih belum berhasil
mencapai nilai SKBM meski telah mengikuti satu kali ujian remidi, maka ia akan
dipertimbangkan untuk tidak naik kelas.
Pada layanan administrasi, guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk setiap pertemuan yaitu 2 kali 35 menit. RPP tersebut berisi standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar,
dan penilaian (assesmen). RPP ini dibuat sebagai acuan bagi guru dalam mengajar di
kelas. Dengan adanya RPP, maka kegiatan PBM akan semakin terarah, efektif, efisien
dan terstruktur sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.
Sebagai salah satu wujud layanan bimbingan yang dilakukan guru kepada para
siswa yang memiliki kekurangan dalam prestasi belajar, maka pihak sekolah
mengadakan jam tambahan berupa les yang dilaksanakan sore hari (dil luar jam
pelajaran sekolah). Les tersebut merupakan program sekolah yang didanai langsung dari
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dari hasil wawancara, narasumber selaku
guru bidang studi Sains menerangkan bahwa ia tidak membuka les pribadi karena
beberapa alasan seperti kesibukan mengurus rumah tangga, serta kesibukan kuliah.
Bentuk layanan bimbingan yang lain, khususnya bimbingan belajar, yaitu
dengan memberi pembinaan kepada siswa-siswa yang akan mengikuti ajang
perlombaan khususnya pada mata pelajaran Sains. Pembinaan ini dilakukan melalui
latihan soal, ataupun pengarahan teknis saat lomba yang mana pembinaan ini
dilaksanakan pada saat jam kosong, atau sore hari. Pembinaan ini bertujuan untuk
memantapkan persiapan, baik dari segi teknis atau psikologis siswa yang hendak
mengikuti perlombaan.
3.2
narasumber yang pernah mengajar di SD 5 Ampenan, Mataram ini telah dan sedang
mengikuti dan melaksanakan berbagai kegiatan, seperti mengikuti pelatihan atau
seminar tentang peningkatan profesi keguruan, melanjutkan perkuliahan jenjang S1,
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu
sebagai berikut,
1. Penerapan layanan pedagogik pada pembelajaran Sains di SD Negeri 1
Baktiseraga dilaksanakan dengan melakukan pretest; menerapkan beberapa
metode pembelajaran; mengawali atau menyelingi PBM dengan beryanyi atau
melakukan permainan; PBM yang ditunjang oleh media dan perangkat
pembelajaran seperti Televisi, VCD dan kaset, alat peraga listrik, dan lain-lain;
Membuat ilustrasi atau gambar jika tidak ada media atau alat peraga yang
berhubungan dengan topik yang akan diajarkan,; memberikan remidi
sebanyak satu kali bagi siswa yang belum mencapai nilai SKBM. Penerapan
layanan administrasi yaitu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk setiap pertemuan yaitu 2 kali 35 menit. Sedangkan penerapan
layanan Bimbingan dilaksanakan dengan mengadakan jam tambahan berupa
les yang dilaksanakan sore hari, serta memberi pembinaan kepada siswa-siswa
yang akan mengikuti ajang perlombaan.
2. Untuk meningkatkan komptensi sebagai tenaga pendidik profesional yaitu
dengan mengikuti dan melaksanakan berbagai kegiatan, seperti mengikuti
pelatihan atau seminar, kuliah, dan belajar menggunakan komputer secara
12
13
14