PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya Penyakit
Karantina dan Penyakit Menular Potensial Wabah, Kekarantinaan, Pelayanan Kesehatan terbatas
di wilayah kerja Pelabuhan/ Bandara dan Lintas Batas, serta Pengendalian Dampak Kesehatan
Lingkungan. (Pasal 2 Kepmenkes 265/2004)1
KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit
potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit
baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan
radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. (Pasal 2
PERATURAN
MENTERI
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR
12. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan
lintas batas darat negara;
13. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di bandara, pelabuhan, dan
lintas batas darat negara;
14. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan, dan surveilans
kesehatan pelabuhan;
15. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat
negara;
16. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP
2. Organisasi, Tugas Pokok Dan Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kantor Kesehatan Pelabuhan, selanjutnya disingkat KKP, adalah unit pelaksana teknis
Departemen Kesehatan RI yang berada di pintu masuk negara (Pelabuhan, Bandara, Pos Lintas
Batas Darat) dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.
a. Tugas Pokok
KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit
potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit
baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan
radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
b. Fungsi
negara;
pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit baru, dan penyakit
(KLB)
dan
bencana
bidang
kesehatan,
serta
kesehatan
matra
termasuk
melaksanakan
tugas,
Bidang
Pengendalian
Karantina
dan
Surveilans
4) kajian dan diseminasi informasi kekarantinaan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan
lintas batas darat negara;
5) pendidikan dan pelatihan bidang kekarantinaan;
6) pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kekarantinaan;
7) pelaksanaan pengembangan teknologi bidang kekarantinaan di wilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
8) penyusunan laporan bidang pengendalian karantina dan surveilans epidemiologi.
Seksi Pengendalian Karantina mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan
pemeriksaan dan sertifikasi OMKABA ekspor dan impor, pengembangan, pengawasan dan
tindakan kekarantinaan terhadap kapal, pesawat udara, dan alat transportasi lainnya, penerbitan
dokumen kesehatan kapal laut, pesawat udara, dan alat transportasi lainnya, pengangkutan orang
sakit/jenazah, kajian, pengembangan teknologi, serta pendidikan dan pelatihan di bidang
kekarantinaan.
Seksi Surveilans Epidemiologi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan surveilans
epidemiologi penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit baru, dan penyakit yang muncul
kembali, jejaring kerja surveilans epidemiologi nasional/internasional, serta kesiapsiagaan,
pengkajian, advokasi, dan penanggulangan KLB, bencana/pasca bencana bidang kesehatan
2. Unit PRL
Bidang Pengendalian Risiko Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan perencanaan,
pemantauan, dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang Pengendalian vektor dan binatang
penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, jejaring kerja, kemitraan, kajian dan
pengembangan teknologi, serta pendidikan dan pelatihan bidang pengendalian risiko lingkungan
di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
Dalam melaksanakan tugas Bidang Pengendalian Risiko Lingkungan menyelenggarakan
fungsi:
1) pengawasan penyediaan air bersih, serta pengamanan makanan dan minuman;
2) hygiene dan sanitasi lingkungan gedung/bangunan;
3) pengawasan pencemaran udara, air dan tanah;
4) pemeriksaan dan pengawasan higiene dan sanitasi kapal/pesawat/alat transportasi lainnya
di lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
5) pemberantasan serangga penular penyakit, tikus dan pinjal di lingkungan bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
6) kajian dan pengembangan teknologi di bidang pengendalian risiko lingkungan bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
7) pendidikan dan pelatihan bidang pengendalian risiko lingkungan bandara, pelabuhan, dan
lintas batas darat negara;
8) pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di bidang pengendalian risiko lingkungan
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;
9) penyusunan laporan di bidang pengendalian risiko lingkungan.
Seksi Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit mernpunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi
pelaksanaan pemberantasan serangga penular penyakit, tikus, dan pinjal, pengamanan pestisida,
kajian dan diseminasi informasi, pengembangan jejaring kerja, kemitraan dan teknologi serta
pendidikan dan pelatihan bidang pengendalian vector dan binatang penular penyakit di
lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
Seksi Sanitasi dan Dampak Risiko Lingkungan mernpunyai tugas melakukan penyiapan
bahan, perencanaan, pemantuan, evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan
pengawasan penyediaan air bersih, serta pengamanan makanan dan minuman, hygiene dan
sanitasi kapal laut dan pesawat, hygiene dan sanitasi gedung/bangunan, pengawasan pencemaran
udara, air, tanah, kajian dan diseminasi informasi, pengembangan jejaring kerja, kemitraan dan
teknologi serta pendidikan dan pelatihan bidang sanitasi lingkungan bandara, pelabuhan, dan
lintas batas darat negara.
3. Unit UKLW
Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah mernpunyai tugas melaksanakan
perencanaan dan evaluasi serta penyusunan laporan di bidang pelayanan kesehatan terbatas,
kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra, vaksinasi internasional, pengembangan jejaring
kerja, kemitraan, kajian dan teknologi, serta pendidikan dan pelatihan bidang upaya kesehatan
pelabuhan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
Dalam
melaksanakan
tugas,
Bidang
Upaya
Kesehatan
dan
Lintas
Wilayah
menyelenggarakan fungsi:
1) pelayanan kesehatan terbatas, rujukan dan gawat darurat medik di wilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
2) pemeriksaan kesehatan haji, kesehatan kerja, kesehatan matra di wilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
3) pengujian kesehatan nahkoda/pilot dan anak buah kapal/pesawat udara serta penjamah
makanan;
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut (Lembaran Negara Tahun
1962, Tambahan Lembaran. Negara Nomor 2373);
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara (Lembaran Negara Tahun
1962, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2374);
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran
Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273); UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);
5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3848);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3447);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan (Lembaran Negara
Tahun 2001 Nomor 127. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4145);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara
Tahun 2001 Nomor 128. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4737);
10. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 62/Kep/MenPAN/7/2003
tentang Pedoman Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen dan Lembaga
Pemerintah Non Departemen;
BAB II
LAPORAN KEGIATAN
A. Tinjauan Pustaka
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan
bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan dari
setiap orang hidup secara produktif baik sosial dan ekonomi. Untuk itu upaya kesehatan bagi tiap
individu perlu dijaga dan ditingkatkan di manapun individu itu berada, tidak terkecuali di tempat
kerja, karena di tempat kerja terdapat berbagai macam faktor fisik yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Salah satu faktor fisik yang ada di tempat kerja yaitu
penerangan.
Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan berkurangnya daya
efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar
mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan Penerangan yang baik adalah
penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek yang dikerjakannya secara
jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu.
Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera
penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu
yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman Sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 tahun 2002, tentang Persyaratan Lingkungan Kerja
Industri, Pencahayaan di Ruangan, untuk jenis kegiatan pekerjaan rutin, seperti : pekerjaan
kantor/administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin dan perakitan/penyusun tingkat pencahayaan
minimalnya adalah 300 Lux.
1. Pengertian Penerangan Di Tempat Kerja
Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas permukaan.
Penerangan berdasar sumbernya dibagi menjadi tiga, pertama penerangan alami yaitu
penerangan yang berasal dari cahaya matahari, kedua penerangan buatan yaitu penerangan yang
berasal dari lampu, dan yang ketiga adalah penerangan alami dan buatan yaitu penggabungan
antara penerangan alami dari sinar matahari dengan lampu/penerangan buatan.
Ada tiga metode penerangan, yaitu : penerangan umum, penerangan lokal dan penerangan
cahaya aksen. Penerangan umum atau baur menerangi ruangan secara merata dan umumnya
terasa baur. Penerangan lokal atau penerangan untuk kegunaan khusus, menerangi sebagian
ruang dengan sumber cahaya biasanya dipasang dekat dengan permukaan yang diterangi.
Sedangkan penerangan aksen adalah bentuk dari pencahayaan lokal yang berfungsi menyinari
suatu tempat atau aktivitas tertentu atau obyek seni atau koleksi berharga lainnya.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penglihatan
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langitlangit dan dinding bagian atas
kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat
menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan
sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya
mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.
3. Standart Pencahayaan di Ruangan
Kebutuhan intensitas penerangan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan
yang membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila keadaan cahaya di tempat kerja tidak
memadai. Untuk lebih jelas, lihat tabel di bawah ini :
Tabel 1. Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Contoh Pekerjaan
Tidak teliti
Agak teliti
Teliti
Sangat teliti
Penimbunan kurang
Pemasangan tak teliti
Membaca, menggammbar
pemasangan
Tingkat penerangan
yang dibutuhkan (Lux)
80-170
170-350
350-700
700-1000
Tabel 2. Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002
Jenis Pekerjaan
Tingkat
Pencahayaan
Minimal ( Lux )
100
200
Pekerjaan rutin
300
500
Keterangan
Ruang penyimpanan dan ruang
peralatan/instalasi yang
memerlukan pekerjaan yang
kontinyu
Pekerjaan dengan mesin dan
perakitan kasar
Ruang administrasi, ruang
kontrol, pekerjaan mesin &
perakitan/ penyusun
Pembuatan gambar atau
bekerja dengan mesin, kantor,
pekerja pemeriksaan atau
Pekerjaan halus
1000
Pekerjaan amat
halus
1500
Tidak menimbulkan
bayangan
Pekerjaan terinci
3000
Tidak menimbulkan
bayangan
pekerjaan dengan
mesin.
Pemilihan warna, pemrosesan
tekstil, pekerjaan mesin halus
& perakitan
halus.
Mengukir dengan tangan,
pemeriksaan pekerjaan mesin
dan perakitan yang sangat
halus.
Pemeriksaan pekerjaan,
perakitan sangat halus.
B. Pelaksanaan Kegiatan
1. Tujuan
1) Untuk melakukan penyuluhan akan pentingnya pencahayaan ditempat kerja
2) Untuk memberikan infomasi kepada pekerja pelabuhan akan pentingnya pencahayaan
ditempat kerja
3) Untuk memberikan informasi bahaya akan kurangnya penerangan di tempat kerja
4) untuk memberikan informasi akan pencahayaan normal ditempat kerja
2. Manfaat
1) Pekerja dapat mengetahui tentang pencahayaan yang baik dan benar ditempat kerja
2) Pekerja dapat mengetahui bahaya akan kurangnya pencahayaan di tempat kerja
3) Pekerja mengetahuhi nilai kebutuhan pencahayaan normal ditempat kerja
C. Sasaran
Waktu dan Lokasi
1 Waktu pelaksanaan
: Rabu, 27 Mei 2015
2 Lokasi
: Pelabuhan Nusantara Kota Kendari
D. Metode kegiatan
Adapun metode kegiatan ini adalah dengan melakukan penyuluhan menggunakan brosur
yang dibagikan terhadap semua pekerja di Pelabuhan Nusantara Kota Kendari terkhusus para
ABK kapal di pelabuhan nusantara
E. Hasil Kegiatan
Kegiatan ini di ikuti oleh 8 orang yang terdiri dari 4 orang dari dokter muda Fakultas
Kedokteran UHO, 4 orang pegawai dari Kantor Kesehatan Pelabuhan. Seluruh buruh pelabuhan
yang ada di pelabuhan Nusantara dan ABK kapal di pelabuhan Nusantara. Kegiatan ini berjalan
dengan baik, peserta cukup antusias dalam mengikuti dan memperhatikan serta menyajukan
pertanyaan saat kegiatan ini berlangsung.
F. Hambatan
Adapun hambatan yang terjadi saat kegiatan berlangsung adalah:
1 Peserta penyuluhan tidak terlalu banyak, karena penyuluhan dilakukan saat kapal
2
penyuluhan
G. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada kegiatan ini adalah:
1. Pada kegiatan ini di ikuti oleh 8 Orang
2. Kegiatan penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan tentang dampak yang
ditimbulkan oleh pencahayaan yang kurang ditempat kerja
3. Peserta penyuluhan dapat mengetahui bagaimana pencahayaan yang baik ditempat
kerja dan dampaknya untuk kesehatan diri pekerja
H. Saran
Adapun saran setelah melakukan kegiatan ini adalah: Kepada petugas kesehatan sebaiknya
sering melakukan penyuluhan agar meningkatkan kesadaran para pekerja akan pentingnya
mengetahui pentingnya pencahayaan yang baik ditempat kerja
Mengetahui,
Kepala Seksi Upaya Kesehatan dan
Lintas Wilayah KKP Kelas II Kendari
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3