Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Perkembangan demokrasi politik diikuti naiknya praktik korupsi. Hampir semua partai politik
tersandung korupsi. Penyalahgunaan kekuasaan yang paling klasik.
Kenapa pertumbuhan demokrasi selalu diikuti pertumbuhan korupsi? Pertama, corak demokrasi kita
sekarang ini liberal. Kebebasan tanpa batas menimbulkan anarki, termasuk mencari keuntungan
pribadi. Kedua, tak ada rasa tanggung jawab. Tanggung jawab adalah sisi lain kekuasaan. Ketika
kekuasaan dipegang, tanggung jawab adalah kontrolnya. Tanpa tanggung jawab, kekuasaan
menjadi koruptif.
BAB II
Pembahasan
2.1 Korupsi
Kata korupsi digunakan pertama kali oleh Poerwadarminta dalam Kamus Bahsa Indonesia, merupakan
terjemahan dari kata bahasa Belanda corruptive. Kemudian Korupsi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaanuntuk
keuntungan pribadi atau orang lain.
Jadi, inti korupsi adalah penyalahgunaan kepercayaan orang banyak untuk kepentingan pribadi.
Pitlo, dkk[9] mengutip pendapat Schroder yang mengatakan bahwa pertama-tama haruslah
dipahami bahwa tidak ada definisi korupsi yang mengikat secara umum, dan bahwa korupsi
didefinisikan secara berbeda-beda oleh masyarakat yang satu dengan yang lain. Kemudian
Pitlo dkk mencoba memberikan batasan penegertian korupsi berdasarkan konsep-konsep ilmu
pengetaahuan, antara lain:
a.
Dalam Ilmu politik, secara umum berlaku definisi korupsi merupakan penyelahgunaan
jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri
maupun orang lain yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga
menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan atau pribadi lainnya.
b.
Ilmu Ekonomi, para ahli ekonomi memberikan definisi yang konkret tentang korupsi
sebagai berikut: bagi para pihak yang terlibat, korupsi merupakan pertukaran yang
menguntungkan (antara prestasi dan kontraprestasi dengan imbalan materi atau non materi)
yang terjadi secara diam-diam dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku,
dan setidaknya merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki oleh salah
satu pihak yang terlibat dalam bidang publik maupun swasta.