Anda di halaman 1dari 5

Di Amerika Serikat, hampir 60.000 pasien per hari mendapat anestesi umum untuk operasi.

1
Anestesi umum adalah kondisi reversible yang disebabkan oleh obat yang meliputi ciri-ciri
perilaku dan fisiologis tertentu misalnya tidak sadarkan diri, amnesia, analgesia, dan akinesia
dengan stabilitas otonom, kardiovaskular, pernapasan, dan pengaturan termoregulasi.2 Anestesi
umum menghasilkan pola yang berbeda pada elektroensefalogram (EEG), yang paling umum
adalah merupakan peningkatan progresif dalam frekuensi rendah, aktivitas amplitude yang
tinggi sebagai kedalaman tingkat anestesi umum3,4 (Gbr. 1). Bagaimana obat bius menyebabkan
pasien tidak sadar dan menjaga kondisi perilaku pada anestesi umum adalah pertanyaan yang
penting dalam medis dan neurosains.6 wawasan substansial dapat diperoleh dengan
mempertimbangkan hubungan anestesi umum untuk tidur dan untuk koma.
Manusia menghabiskan sekitar sepertiga dari hidup mereka untuk tidur. Tidur, keadaan
gairah yang menurun yang aktif dihasilkan oleh nukleus di hipotalamus, batang otak, dan basal
otak depan, yang sangat penting untuk pemeliharaan kesehatan.7,8. Manusia normal memiliki dua
siklus hidup yaitu : tidur rapid-eye-movement (REM) dan bukan tidur REM - intervalnya sekitar
90 menit. Tidur REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat, bermimpi, respirasi dan detak
jantung yang iregular, ereksi penis dan klitoris, dan saluran napas dan otot rangka mengalami
hipotonus.7 Dalam tidur REM, EEG menunjukkan frekuensi tinggi yang aktif dan ritme
amplitudo yang rendah (Gbr. 1). Tidur yang bukan REM memiliki tiga tahap EEG yang berbeda,
dengan amplitude tinggi, frekuensi irama yang lebih rendah disertai oleh lentur dan melemahnya
otot, penurunan suhu tubuh, dan penurunan detak jantung. Koma adalah keadaan tanpa respon
yang mendalam, biasanya pasien koma adalah hasil dari cedera berat. 9 Pasien koma biasanya
berbaring dengan mata tertutup dan tidak dapat merespon meskipun dengan rangsang yang kuat.
Pasien koma mungkin meringis, menggerakkan anggota badan, dan memiliki respon terhadap
rangsang nyeri. Pada koma dalam, respon pasien terhadap rangsangan nyeri bahkan bisa
berkurang atau hilang. Telah diamati pola aktivitas EEG pada pasien koma, polanya tergantung
pada sejauh mana cedera otak, kadang terlihat seperti amplitude yang tinggi, irama frekuensi
yang rendah terlihat pada pasien dengan anestesi umum (Gbr. 1). 10 Anestesi umum, pada
kenyataannya, koma akibat obat reversibel. Namun demikian, ahli anestesi menyebutnya sebagai
"tidur" untuk menghindari menggelisahkan pasien. Sayangnya, ahli anestesi juga menggunakan
kata "tidur" di deskripsi teknis untuk merujuk pingsan disebabkan oleh obat-obatan anestesi.11\

Ulasan ini membahas fitur klinis dan neurofisiologis umum anestesi dan hubungannya
dengan tidur dan koma, berfokus pada mekanisme saraf dari ketidaksadaran yang disebabkan
oleh obat anestesi intravena.

Gambar 1. Pola elektroensefalografik (EEG) ketika pasien sadar, anestesi umum dan tidur.
Panel A menunjukkan pola EEG ketika pasien terjaga dengan mata terbuka (kiri) dan irama alpha
(10 Hz) dengan mata tertutup (kanan). Panel B menunjukkan pola EEG selama fase anestesi
umum: eksitasi paradoks, fase 1 dan 2, fase koma, dan catatan isoelektrik. Panel C menunjukkan
pola EEG selama tahap tidur: tidur rapid-eye-movement (REM); Tahap 1 non-REM tidur; Tahap
2 tidur non-REM, dan tahap 3 tidur non-REM (slow-wave). Pola EEG selama pemulihan dari
koma - koma, stase vegetative, dan sadar, - menyerupai pola selama dalam fase anestesi umum,
tidur, dan fase terjaga. penelusuran EEG saat tidur adalah dari Watson et al.5

Gejala Klinis dan pola EEG dari pasien tidak sadar yang disebabkan oleh
anestesi umum.
Gejala klinis dan pola EEG dari ketidaksadaran akibat induksi anestesi umum dapat digambarkan
dalam kaitannya dengan tiga periode yaitu: induksi, pemeliharaan, dan kembali seperti semula.

Periode induksi
Sebelum induksi, pasien sadar, EEG normal dengan aktivitas gelombang alpha yang
menonjol (10 Hz) ketika mata tertutup (Gbr. 1). Pemberian dosis kecil obat hipnosis seperti
propofol, barbiturat, atau etomidate, dan semua jenis yang bertindak sebagai reseptor asam aminobutyric tipe A (GABA), yang menghasilkan efek sedasi yang membuat pasien tenang dan
lebih mudah dikontrol umumnya matanya tertutup.12 jika dinaikkan perlahan, pasien mungkin
bisa masuk pada fase eksitasi paradoxal,13 yang ditandai dengan gerakan tanpa tujuan atau
defensif, berbicara tanpa tujuan, euforia atau disforia, dan peningkatan aktivitas gelombang beta
pada EEG (13 ke 25 Hz).3,4,13-16 Fase ini disebut paradoks karena obat yang dimaksudkan untuk
menginduksi menjadi tidak sadar tetapi sebagai gantinya ada eksitasi.
Sebagian besar obat hipnosis diberikan biasanya lewat bolus selama 10 sampai 15 detik pola pernapasan menjadi tidak teratur yang akan berkembang menjadi apnea, waktu dimana alat
bantu napas ventilasi harus diberikan. Kehilangan tonus otot rangka dan perintah lisan
menghilang secara bersamaan. Kehilangan kesadaran dapat dengan mudah dinilai dengan cara
melihat pergerakan mata pasien mengikuti jari tangan dokter anestesinya kemudian tidak
sadarkan diri, gerakan mata berhenti, dan kemungkinan nistagmus muncul, dan berkedip
meningkat. okulosefalik, refleks bulu mata dan refleks kornea menghilang, 17 namun refleks
cahaya pupil tetap ada.18
Beberapa terdapat peningkatan atau penurunan tekanan darah, sedangkan detak jantung
biasanya meningkat. Pemberian opioid atau benzodiazepin sebelum atau selama induksi dapat
mengurangi peningkatan respon detak jantung, dan vasopressor dapat diberikan untuk menjaga
tekanan darah. Intubasi trakhea biasanya dilakukan pada akhir induksi, setelah pemberian obat
relaksan otot.

Periode pemeliharaan
Anestesi umum terdiri dari kombinasi antara obat hipnosis, obat inhalasi, opioid, dan obatobat relaksan otot, obat penenang, dan obat-obatan kardiovaskular, bersama dengan ventilasi dan

dukungan termoregulasi. Selama masa pemeliharaan, perubahan detak jantung dan tekanan darah
antara tanda-tanda klinis yang digunakan untuk memantau tingkat anestesi umum.
Ketika keadaan anestesi umum tidak memadai untuk stimulasi nosiseptif untuk operasi, detak
jantung dan tekanan darah dapat meningkat secara dramatis, untuk mengingatkan ahli anestesi
untuk lebih waspada. Indikator lain dari anestesi umum memadai atau tidak adalah keringat,
menangis, perubahan ukuran pupil, dan kembalinya tonus otot, serta adanya gerakan, 19 dan
perubahan aktivitas EEG otak.20 Pada waktu yang tepat untuk operasi, anestesi umum dapat
dikira seperti kematian batang otak,21 karena pasien tidak sadar, refleks batang otak telah
menghilang, tidak menanggapi rangsangan nosiseptif, apneu, dan memerlukan dukungan
kardiorespirasi dan termoregulasi.9
Empat pola EEG menentukan tahapan masa pemeliharaan (Gambar. 1). Tahap 1, fase awal
dari anestesi umum, ditandai dengan penurunan aktivitas EEG beta (13-30 Hz) dan peningkatan
aktivitas EEG alpha (8 sampai 12 Hz) dan aktivitas delta (0 sampai 4 Hz). 22 Selama tahap 2, fase
intermediet, aktivitas beta menurun dan alpha dan aktivitas delta meningkat, dengan apa yang
disebut anteriorization - yaitu, peningkatan aktivitas alpha dan delta di EEG anterior mengarah
ke relatif posterior.22,23 EEG dalam tahap 2 menyerupai yang terlihat pada tahap 3, non-REM
(atau slow wave) tidur. Tahap 3 adalah tahap yang lebih dalam, di mana EEG ini ditandai dengan
periode datar diselingi dengan periode alpha dan aktivitas beta - pola yang disebut excitation
suppression.15 pada fase ini, waktu antara periode aktivitas alpha memanjang, dan amplitudo
mengalami penurunan aktivitas alpha dan beta.
Pembedahan biasanya dilakukan selama fase 2 dan 3. Tahap 4 adalah tahap yang paling
dalam dari anestesi umum, EEG terlihat isoelektrik (benar-benar datar).
Periode sadar kembali
Periode sadar kembal dari anestesi umum adalah proses yang tergantung pada jumlah obat yang
diberikan; di tempat mana obat itu bekerja, potensi obat, dan farmakokinetik; karakteristik
fisiologis pasien; dan jenis serta durasi operasi. Pemulihan dari anestesi umum, umumnya dinilai
dengan memantau tanda-tanda fisiologis dan perilaku. Kembalinya respirasi spontan biasanya
salah satu tanda-tanda klinis pertama diamati setelah blockade neuromuskular menurun. Ini
menandai kembalinya pasien dari keadaan fungsional yang mendekati kematian batang otak
(Tabel 1). Detak jantung dan tekanan darah biasanya meningkat, efek farmakologik disangkal,

keluar air liur dan mulai menangis, diikuti oleh lokalisasi terhadap rangsangan nyeri, diibaratkan
seperti vegetative state tetapi mata tetap tertutup. Kembalinya tonus otot-rangka, pasien mulai
meringis, menelan, muntah, dan batuk dan membuat gerakan defensif, seperti meraih endotrakeal
atau tabung nasogastrik. Pada saat seperti ini anestesi akan melakukan ekstubasi, asalkan ada
pengembalian reflex batang otak yang cukup untuk mempertahankan respirasi spontan dan
perlindungan jalan nafas, bahkan jika tidak ada respon untuk perintah lisan. Mata mungkin masih
tidak terbuka secara spontan. Sebagai pasien dengan anestesi umum, pola EEG akan kembali tapi
terbalik, tahap 3 ke tahap 2 lalu akan sepenuhnya sadar (Gbr. 1). Antara ekstubasi dan
memulangkan pasien dari unit perawatan post anestesi, pasien harus mampu menjawab
pertanyaan sederhana dan menyampaikan rasa tidak nyaman, seperti nyeri atau mual. 27

Anda mungkin juga menyukai