Latar Belakang
Kegiatan budidaya perikanan air tawar telah memberikan kontribusi yang nyata
bagi pembangunan nasional, baik dalam hal pemenuhan kebutuhan protein hewani
maupun sebagai penghasil devisa negara dan sekaligus menciptakan lapangan kerja
yang produktif. Peningkatan usaha budidaya tersebut menurut ketersediaan benih yang
cukup, berkualitas dan berkesinambungan. Hal ini merupakan permasalahan yang sering
dihadapi dalam usaha budidaya ikan yang sangat menentukan keberhasilan usaha
budidaya (Kelabora dan Sabariah, 2010).
Pengembangan kegiatan budidaya untuk meningkatkan produksi dibatasi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah keterbatasan air, lahan dan polusi terhadap
lingkungan. Air sebagai media pemeliharaan ikan harus selalu diperhatikan kualitasnya.
Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan diatas adalah
mengaplikasikan sistem resirkulasi akuakultur. Sistem resirkulasi pada prinsipnya
adalah penggunaan kembali air yang dikeluarkan dari kegiatan budidaya (Putra, 2011).
Sistem resirkulasi merupakan aplikasi lanjutan dari sistem budidaya air
mengalir, yaitu sistem pemeliharaan ikan dimana air yang sudah dipakai tidak dibuang
melainkan diolah kembali sehingga bisa dimanfaatkan lagi. Penggunaan sistem
resirkulasi diharapkan bisa meningkatkan daya dukung media budidaya, karena air yang
digunakan dapat dikontrol dengan baik, efektif dalam pemanfaatan air dan lebih ramah
lingkungan untuk kehidupan maupun pertumbuhan ikan (Zonneveld, dkk., 1991).
Jenis-jenis komoditas ikan air tawar yang dapat dibudidayakan adalah ikan mas,
gurame, patin, arwana, nila, mola, tawes, sepat siam, tambakan, lele, udang galah, sidat,
belut. Ciri-ciri fisik lingkungan yang penting bagi pengembangan budidaya perikanan
sangatbergantung
kepada
ketersediaan
dan
kecocokanfisik
dari
areal
untuk
pengembangan budidaya perikanan yaitu tersedianya lahan dan sumber air, topografi
dan elevasi lahan,sifat sifat tanah, tekstur dan kemampuan menahan air, sifat
oseanografi perairan, frekuensi, jumlah dan disfiibusi hujan, Mutu, kuantitas,
ketersediaan dan aksesibilitas, kondisi cuaca (Sukadi, 2002).
Ikan Patin adalah salah satu ikan air tawar yang paling banyak dibudidayakan,
karena merupakan salah satu ikan unggul. Ikan Patin merupakan ikan penting di dunia
karena daging patin tergolong enak, lezat, dan gurih. Di samping itu, patin mengandung
protein yang tinggi dan kolesterol yang rendah. Penggemar daging patin bahkan
terdapat di berbagai negara melintasi benua. Selain merupakan ikan berukuran besar dan
pertumbuhannya cepat (Minggawati dan Saptono, 2011).
Rumusan Masalah
Air merupakan faktor penentu daya dukung kolam budidaya. Jika mutu air baik,
daya dukung kolam akan semakin tinggi pula, sebaliknya jika mutu air rendah maka
daya dukung pun rendah. Untuk menjaga mutu air, terutama di kolam, maka salah satu
caranya adalah dengan penyaringan air dengan media filter (resirkulasi). Selain itu juga
pengembangan industri akuakultur saat ini dihadapkan dengan terbatasnya ketersediaan
air dan lahan oleh karena itu,
pengelolaan air untuk dimasa yang akan datang dan penentu tingkat kelangsungan hidup
ikan budidaya.
Pemeliharaan
Tanpa Resirkulasi
Pemeliharaan
Dengan Sistem
Resirkulasi
Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup
Analisis
Laju pertumbuhan dan
Kualitas Air
Tujuan Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur laju pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan patin yang dipelihara dalam sistem resirkulasi.
2. Dan mengukur kualitas air (suhu, oksigen terlarut, pH, Nitrat, fosfat, dan amoniak)
pada kolam sirkulasi dan kolam non sirkulasi.
Manfaat
a. Memberikan informasi bagi pihak kegiatan budidaya perikanan khususnya
dalam pengelolalaan air yang berkelanjutan.
b. Pemanfaatkan bahan atau material yang mudah didapat dan relatif murah seperti
batu kerikil, ijuk, pasir, zeolit, arang aktif dan tumbuhan eceng gondok untuk
sistem resirkulasi.
Hipotesis
Pemeliharaan ikan patin (Pangasius sp.) dengan sistem resirkulasi diduga
berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan patin.