Disusun Oleh :
1. Aat Mujizat
(13040001)
(13040021)
3. Mala Oktaviani
(13040023)
4. Reza Sudrajat
(13040061)
5. Astrianingsih
(13040057)
(13040005)
Disusun Oleh :
1. Aat Mujizat
(13040001)
(13040021)
3. Mala Oktaviani
(13040023)
4. Reza Sudrajat
(13040061)
5. Astrianingsih
(13040057)
(13040005)
Allah telah menciptakan Al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman bagi umat
manusia, Al-Quran mengandung segala permasalahan secara paripurna dan
lengkap, baik menyangkut masalah duniawi maupun ukhrawi, tidak ada suatu
masalah yang tertinggal, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Anam (6)
ayat : 38.
Yang Artinya : Tidak ada sesuatu yang kami tinggalkan dalam Al-Kitab.
Keterangan dalam Al-Quran sangat sempurna dan tidak meninggalkan
sesuatu, tetapi penjelasan/maknanya yang secara global perlu diterangkan secara
rinci dari sunnah, oleh karena itu salah satu fungsi Hadits terhadap Al-Quran
yaitu sebagai penjelas makna-makna kandungan tersebut. Al-Quran merupakan
sumber hukum Islam yang utama, diikuti dengan Hadits yang merupakan sumber
hukum kedua dalam Islam setelah Al-Quran. Karena itu, mempelajari Hadits
merupakan salah satu kewajiban bagi umat Islam.
Ilmu hadits timbul sejak masa Rasulullah, perhatian para sahabat terhadap
sunnah sangat besar. Demikian juga perhatian generasi setelah tabi tabiin.
Mereka memelihara hadits dengan cara menghapal, mengingat bermudzakarah,
menulis, menghimpun, dan mengodifikasikannya kedalam kitab-kitab hadits yang
tidak terhitung jumlahnya. Akan tetapi di samping gerakan pembinaan hadits
tersebut, timbul pula kelompok minoritas atau secara individual bedusta membuat
hadits yang disebut dengan hadits mawdhu (hadits palsu). Salah satu upaya para
ulama dalam membendung tersebarnya hadits mawwdhu yaitu dengan
mempersyaratkan adanya sanad (Sandaran periwayatan) bagi perawi hadits,
membuat kaidah-kaidah penerimaan hadits yang diterima dan ditolak dan lainlain.
ii
ABSTRAK ..................................................................................................
ii
iii
PEMBAHASAN
PENGANTAR STUDI HADITS
A. Pengertian Hadits ...............................................................................
D. Macam-Macam Hadits.......................................................................
10
1. Ilmu Hadits
...................................................................................
10
15
17
KESIMPULAN...........................................................................................
20
SARAN .......................................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA
iii
PEMBAHASAN
PENGANTAR STUDI HADITS
A. Pengertian Hadits
Hadits mempunyai beberapa sinonim/muradif menurut para pakar ilmu
hadits yaitu Sunnah, Khabar, dan Atsar. Kata Hadits (Haditst) berasal dari
akar kata:
Hadits dari akar kata di atas memiliki beberapa maka, di antaranya :
1. ( al-jiddah = baru).
2.
maupun sikap
persetujuan. Definisi
diatas
B. Kedudukan Hadits
1. Hadits Sumber Hukum Islam
Dari segi urutan tingkatan dasar Islam, sunnah menjadi dasar hukum Islam
(tasyriiyyah) kedua setelah Alquran, hal ini dikarenakan beberapa alasan
berikut :
a. Fungsi sunnah sebagai penjelas terhadap Alquran
Teks Alquran sebagai pokok asal, sedang sunnah sebagai penjelas
(tafsir) yang dibangun karenanya. Alquran mengandung segala
permasalahan secara paripurna dan lengkap, baik menyangkut masalah
duniawi maupun ukhrawi, tidak ada suatu masalah yang tertinggal,
sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Anam (6) : 38.
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.
b. Dalil Hadits
Hadits yang dijadikan dalil kehujahan Sunnah diantaranya, yaitu :
.... Taroktu fikum amroini lan tadillu matamassaktum bihima
kitabillahi wasunnati nabiyyih ....
Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat
selama berpegang teguh kepada keduanya yaitu kitab Allah dan
Sunnahku. (HR. Al-Hakim dan Malik)
Artinya:
Dan kami turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu menerangkan
kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan.
Hanya penjelasan itu kemudian oleh para ulama diperinci ke berbagai
bentuk penjelasan, yaitu sebagai berikut:
1. Bayan Taqrir
Posisi hadits sebagai penguat (Taqrir) atau memperkuat keterangan
Al-Quran (takid).Sebagian ulama menyebut bayan takid atau bayan
taqrir. Artinya hadits menjelaskan apa yang sudah dijelaskan Al-Quran,
misalnya hadits tentang shalat, zakat, puasa, dan haji, menjelaskan ayatayat Al-Quran tentang hal itu juga:
2. Bayan Tafsir
Yang dimaksud dengan Bayan Tafsir adalah bahwa kehadiran hadits
berfungsi untuk memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat alQuran yang masih bersifat global (mujmal), memberikan penjelasan atau
batasan
(taqyid)
ayat-ayat
Al-Quran
yang
bersifat
mutlak,
dan
Rahman, Andi. 2011. Kajian Ulumul Hadits. (Jakarta Selatan : Fakultas Ushuluddin, Institut
Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran, 2011) hal : 19.
dirikanlah
shalat
tanpa
disertai
petunjuk
bagaimana
Artinya:
Allah mensyariatkan bagimu tentang (bagian pusaka untuk) anakanamu. Yaitu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua
orang perempuan.
Kandungan ayat diatas mejelaskan pembagian harta pusaka
terhadap ahli waris, baik anak laki-laki, anak perempuan, satu, dan atau
banyak, orang tua (bapak dan ibu) jika ada anak atau tidak anak, jika
ada saudara atau tidak ada dan seterusnya. Ayat harta warisan ini
bersifat umum, kemudian dikhususkan (takhshish) dengan hadits Nabi
yang melarang mewarisi harta peninggalan para Nabi, berlainan agama,
dan pembunuh.
c. Taqyid Al-Muthlaq
Hadits membatasi kemutlakan ayat-ayat Al-Quran.Artinya AlQuran keterangannya secara mutlak, kemudian di-takhshish dengan
hadits yang khusus. Sebagian ulama menyebut bayan taqyid. Misalnya
firman Allah dalam Surah Al-Maidah : 38
Artinya:
Pencuri lelaki dan pencuri perempuan, maka potonglah tangantangan mereka.
D. Macam-Macam Hadits
Hadits itu terbagi menjadi tiga macam : Shahih, Hasan dan Dhaif.2
1. Hadits Shahih adalah hadits yang bersih dari celaan pada sanad (silsilah
perawi)-nya dan matan (kandungan hadits)-nya. Di antara hadits shahih
ada yang telah disepakati keabsahannya (muttafaq alaihi), yaitu hadits
yang dikumpulkan oleh dua orang Imam (Bukhari dan Muslim) di dalam
kitab Shahih mereka.
2. Hadits Hasan adalah hadits yang derajatnya di bawah hadits shahih dalam
hal tingkat kekuatan hafalan dan kecermatan (para perawinya). Generasi
sebelumnya menyebutnya dengan nama al-Khabar al-Qawi (hadits yang
kuat).
3. Hadits Dhaif adalah hadits yang tidak termasuk salah satu dari kedua
macam hadits di atas.
2
Syaikh DR. Muhammad bin Hadi al-Madkhl. Ringkasan Ilmu Hadits Bagi Pemula. (PortalIslam.net. 2012) hal : 3.
bermudzakarah,
menulis,
menghimpun,
dan
atau
peraturan-peraturan
yang
ketat
bagi
seorang
yang
meriwayatkan hadits yang nantinya ilmu ini disebut ilmu hadits. Dr. M.
Syuhudi Ismail menjelaskan latar belakang perlunya penelitian hadits
karena enam hal, empat diantaranya hadits Nabi sebagai salah satu
sumber ajaran Islam, tidak seluruh hadits tertulis pada zaman Nabi masih
hidup, telah timbul berbagai pemalsuan hadits, dan proses pembukuan
hadits memakan waktu yang lama. Salah satu upaya dalam membendung
tersebarnya hadits mawdhu para ulama mempersyaratkan adanya sanad
(Sandaran periwayatan) bagi perawi hadits, membuat kaidah-kaidah
penerimaan hadits yang diterima dan ditolak dan lain-lain.
10
bahasa
Indonesia
sering
disebut
riwayat
dalam
arti
11
yang mennyangkut
diri
Nabi
dari segala
aspek
12
13
yakni
macam-macam
periwayatan
apakah
hadits)
dan
ada
(menyampaikan
periwayatan),
14
Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. (Jakarta : Bulan
Bintang. 1954), hal :153.
Endang Soetari. Ilmu Hadits Kajian Riwayah dan Dirayah. (Bandung : Mimbar Pustaka. 2008),
hal : 205.
15
ilmu
yang
menerangkan
hadits-hadits
yang
sudah
16
17
18
perawi, ali dan nazil, hafal sejumlah besar matan hadits, dan mempelajari
al-Kutub as- Sittah di samping Musnad Ahmad, Sunan al-Baihaqi, Mujam
ath-Thabrani serta seribu juz hadits.
5. Hafidz
Menurut banyak pakar hadits, al-hafidz artinya sama dengan muhaddits.
Ada yang berpendapat bahwa al-hafidz martabatnya lebih tinggi dari alMuhaddits, karena ia lebih banyak mengetahui dari pada ketidak
tahuannnya terhadap setiap tingkatan (thabaqat) para perawi Hadits.
6. Hakim
Menurut sebagian ahli ilmu hadits, al-hakim berarti orang yang
pengetahuannya mencakup seluruh hadits, hanya sedikit saja yang tidak
diketahuinya.
7. Amirul Mukminin
Amirul Mukminin dalam ilmu Hadits tidak terkait dengan kekhalifahan
dalam politik/kenegaraan, melainkan berkaitan dengan penguasaan hadits
seseorang. Amirul Mukminin dalam Ilmu Hadits merupakan gelar
tertinggi dalam Ilmu Hadits yang diberikan kepada seorang penghafal
hadits dan mengetahui Ilmu Dirayah dan Riwayah hadits pada masa
tertentu, sehingga ia menjadi imam atau raja hadits yang banyak dikagumi
oleh para ulama.
19
Ulumul Hadits merupakan ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk hadits,
yang terbagi dalam Ilmu Hadits Riwayah dan Ilmu Hadits Dirayah. Melalui
Ulumul Hadits ini dapat kita ketahui mengenai kualitas suatu hadits ditinjau dari
berbagai sudut pandang, sehingga dapat diputuskan hadits tersebut dapat dijadikan
dalil dalam agama ataupun kehidupan sehari-hari atau tidak.
Hadits tersusun dari sanad dan matan (isi hadits). Sanad inilah yang menjadi
neraca untuk menimbang derajat atau kualitas suatu hadits. Hadits tidak dapat
dijadikan hujjah jika terdapat persyaratan yang tidak terpenuhi dalam keshahihan
suatu hadits, walaupun mungkin hadits tersebut pada hakikatnya benar, demi lebih
berhati-hati dalam menentukan suatu hukum. Terutama pada hadits-hadits yang
menyinggung masalah aqidah. Namun, dalam hadits-hadits sosial selama tidak
menyalahi kemashlahatan umat dan tidak bersinggungan dengan aqidah, walau
derajat hadits bukan shahih sebagian pendapat membolehkan untuk dipakai.
20
21