Anda di halaman 1dari 21

CHRONIC HEPATITIS C IN CHILDREN

SPECTRUM AND HISTOPATHOLOGICAL STUDY

Disusun oleh kelompok 6:


Alfi Nurfita Chasanah
Risky Ayu Apriliandi
Charnis Nurul Mauliddini
Rahmawati Dianpratama
Galih Adi Pratama
Melinda Diah Asmoro
Rizka Patria Sari
Mirnawati
Soviyani

15775
15786
15796
15806
15816
15895
15907
16114
16153

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas individu yang berjudul Chronic Hepatitis C in
Children Spectrum and Histopathological Study ini sesuai dengan rencana.
1

Tujuan penugasan ini adalah agar dapat mengidentifikasi dan menganalisis jurnal
mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada kesehatan kardiovaskuler. Dalam pengerjaan dan
penyelesaian tugas ini, penulis mendapat dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dwi Harjanto, S.Kep selaku dosen pembimbing
2. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas analisis jurnal ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Untuk itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan karya penulis selanjutnya.

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................. 2
Daftar Isi............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hepatitis................................................................................................................ 7
2.1.1 Definisi Hepatitis.................................................................................... 7
2.1.2 Jenis Jenis Hepatitis............................................................................ 7
2.1.3 Pemeriksaan Hepatitis............................................................................ 8
2.2 Hapatitis C............................................................................................................. 9
2.2.1 Definisi Hepatitis C................................................................................ 9
2.2.2 Penularan Hepatitis C............................................................................. 9
2.2.3 Patofisiologi Hepatitis C........................................................................ 9
2.2.4 Penyebab Hepatitis C............................................................................. 10
2.2.5 Epidemiologi Hepatitis C....................................................................... 11
2.2.6 Penanganan Hepatitis C......................................................................... 11
2.3 Biopsi Hati............................................................................................................. 12
2.3.1 Definisi Biopsi Hati................................................................................ 12
2.3.2 Alasan Dilakukan Biopsi Hati................................................................ 13
2.3.3 Mekanisme Biopsi Hati.......................................................................... 13
2.3.4 Penilaian Biopsi Hati.............................................................................. 14
2.3.5 Efek Samping Biopsi Hati...................................................................... 14
2.3.6 Pasca Dilakukan Biopsi Hati.................................................................. 15
BAB III ANALISIS JURNAL
3.1 Judul Jurnal.......................................................................................................... 16
3.2 Hasil Penelitian.................................................................................................... 16
3.3 Pembahasan.......................................................................................................... 18
3.4 Implikasi Keperawatan......................................................................................... 19
BAB IV KESIMPULAN................................................................................................... 21
BAB V SARAN................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 23
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dunia terdapat lima jenis virus yang telah dikenal yaitu Hepatitis A, B, C, D
dan E. Masing - masing jenis hepatitis ini memiliki riwayat tersendiri dalam kehidupan
manusia. Infeksi virus hepatitis merupakan infeksi sistemik dimana hati merupakan organ
target utamanya. Dampak yang ditimbulkannya sangat bervariasi, mulai dari hepatitis
kronis, fibrosis, sirosis hingga kankerhati (hepatocellular carcinoma). Diperkirakan 180 juta
orang terinfeksi di seluruh dunia dan Mesir memiliki 0,1 prevalensi tertinggi infeksi HCV,
rata-rata 15-25% dari masyarakat pedesaan.
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C. Hepatitis C Virus (HCV) atau virus
hepatitis C menjadi salah satu masalah kesehatan utama di dunia, dimana virus ini dapat
berkembang dan berangsur - angsur menjadi penyakit komplikasi yang serius, mulai dari
hepatitis kronis, sirosis hingga kanker hati (hepatocellular carcinoma). Diperkirakan hampir
180 juta penduduk dunia terinfeksi virus tersebut. Di Mesir angka prefalensi yang terinfeksi
HCV cukut tinggi, sekitar 15 - 25% terdapat di daerah pedesaan. Dari sekian banyak kasus
infeksi tersebut, 90% kesus merupakan kasus infeksi HCV genotip tipe 4.
Resiko penularan infeksi HCV adalah melalui transfusi darah atau produk darah
yang saat ini sangat bertanggung jawab menyebabkan kasus hepatitis C kronis. Resiko lain
penularan infeksi HCV dapat disebabkan oleh transmisi perinatal (vertical transmission),
prosedur medis yang tidak aman dan penggunaan obat-obatan intravena. Namun
epidemiologi HCV tersebut masih belum jelas karena lebih dari separuh jumlah pengidap
hepatitis C kronis masih belum dapat diketahui dengan jelas darimana sumber resiko
infeksinya. Walaupun dapat mengenai semua umur, tetapi infeksi pada anak relatif sangat
jarang terjadi.
Pada umumnya infeksi HCV bersifat asimptomatik termasuk pada anak. Karena
tidak ada gejala yang jelas pada infeksi HCV tersebut maka diagnosis infeksi HCV hanya
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan awal laboratorium. Infeksi akut tidak disertai dengan
gejala dan tanda-tanda yang spesifik, namun sedikitnya pasien (< 30%) akan mengalami
demam, malaise, nausea, tidaknyaman pada perut dan jaundice.
4

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang dapat
dikemukakan adalah sebagai berikut :
1

Bagaimana cara atau prosedur untuk menentukan seseorang terinfeksi Hepatitis C Virus ?

Bagaimana cara penularan infeksi Hepatitis C Virus?

Apa saja manifestasi klinis dari infeksi Hepatitis C Virus ?

Bagaimana therapy atau pengobatan pasien HCV ?

1.3 Tujuan Penelitian


Dari rumusan masalah tersebut, maka adapun tujuan yang dapat dikemukakan
dari analisis jurnal ini yaitu sebagai berikut:
1

Untuk mengetahui cara atau prosedur untuk menentukan seseorang terinfeksi Hepatitis C
Virus.

Untuk mengetahui cara penularan infeksi Hepatitis C Virus.

Untuk mengetahui manifestasi klinis dari infeksi Hepatitis C Virus.

Untuk mengetahui therapy atau pengobatan pasien HCV.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat dikemukakan dari analisis jurnal ini yaitu sebagai
berikut:
1

Menambah wawasan perawat tentang cara atau prosedur untuk menentukan seseorang
terinfeksi Hepatitis C Virus.

Menambah wawasan perawat tentang cara penularannya.

Menambah wawasan perawat tentang manifestasi klinis dari infeksi Hepatitis C Virus.

Menambah wawasan perawat tentang therapy atau pengobatan pasien Hepatitis C Virus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hepatitis
2.1.1 Definisi Hepatitis
Hepatitis merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel yang merupakan kumpulan perubahan klinis biokimia, serta
seluler yang khas. ( Bruner & Suddarth 2001 : 1169 )
2.1.2 Jenis-jenis Hepatitis
Hepatitis A (HAV)
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A. virus hepatitis A merupakan
virus dengan rantai tunggal linier RNA positif, yang diklasifikasikan ke dalam
genus heptovarius dan family ke picomavius. Hanya diketahui satu serotype dari
virus hepatitis A.Virus hepatitis A resisten terhadap denaturasi panas,
Hepatitis B (HBV)
Virus Hepatitis B adalah suatu virus DNA untai-ganda yang disebut
partikel Dane. Virus ini memiliki sejumlah antigen dan permukaan yang telah
diketahui secara rinci yang dapat diindetifikasi di lboratorium dari sampel darah.
Antigen yang biasanya dihasilkan pertama kali oleh hepatosit yang terinfeksi
adalah antigen permukaan di selubung viurus yang disebut HBsAG. Identifikasi
antigen ini, bersifat diagnostic untuk infeksi hepatitis B aktif (Corwin. 1997).
HBV menular melalui kontak dengan cairan tubuh. Manusia merupakan satu satunya host (pejamu) dari virus ini. Darah dan cairan tubuh yang lain merupakan
faktor penting untuk media penularan. Trasmisi atau perjalanan alamiah VHB
hingga terinfeksi pada manusia terjadi melalui 4 cara penularan yaitu perinatal,
horizontal, kontak seksual, dan parenteral (WHO, 2002).
Hepatitis C (HCV)
Hepatitis C dahulu disebut hepatitis non A noin B , diidentifikasi tahun
1989. Virus RNA ini saat ini merupakan penyebab tersering infeksi hepatitis yang
ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara yang
6

sama sseperti HBV, terutama melaui tranfusi darah. Virus ini juga dapat
menimbulkan keadaan kronik. Individu yang terinfeksi HCV beresiko kanker hati
( Corwin, 1997)
Virus hepatitis C paling berbahaya dibandingkan dengan virus hepatitis
lainnya, karena 80% penderita terinfeksi bisa menjadi infeksi yang menahun dan
bisa berkelanjutan menjadi hepatitis kronik kemudian sirosis hati, kanker hati dan
kematian. Proses perjalanan ini memerlukan waktu yang panjang hingga belasan
atau puluhan tahun. Virus ini dapat bermutasi dengan cepat, perubahan - protein
kapsul yang membantu virus menghindarkan sistim imun. Genotip genotip yang
berbeda mempunyai perbedaan distribusi geografi. Genotipe 1a dan 1b paling
banyak di Amerika, kira - kira 75% dari kasus. Genotip 2, 3 dan 4 hanya 30% dari
kasus. Di Jepang dan Cina tipe 2 lebih sering dijumpai , tipe 3 sering dijumpai di
Eropa dan Inggris, tipe 4 banyak ditemui di Timur Tengah dan Afrika. Tipe 5
banyak di Afrika dan sedikit di Amerika Utara, jenis tipe 6 banyak ditemukan di
Hongkong dan Macau. Genotipe 1a dan 1b merupakan jenis yang resisten
terhadap pengobatan dan manifestasi penyakit umumnya berat.(Sulaiman HA,
Julitasari, 2004,hal 12).
2.1.3 Pemeriksaan Hepatitis
Selain melihat gejala klinis, untuk memastikan diperlukan juga pemeriksaan
laboratorium seperti berikut ini :
1

Pemeriksaan kimia darah terhadap tes faal hati


Kadar bilirubin total, bilirubin direk dan indirek, SGOT/AST,SGPT/ALT, protein
plasma (albumin dan globulin), asam empedu, fosfatase alkali,gamma-GT.

Tes serologi untuk memastikan infeksi virus hepatitis


Hepatitis A : anti HAV total, anti HAV IgM
Hepatitis B : HBsAg, HBcAg, HBeAg, anti HBs,anti HBc,anti Hbe,HBV-DNA
( kualitatif dan kuantitatif)
Hepatitis C : anti HCV total, anti HCV IgM,HCV-RNA,HCV genotif
Hepatitis D : anti HDV
Hepatitis E : anti HEV IgG, anti HEV IgM

2.2 Hepatitis C
7

2.2.1 Definisi Hepatitis C


Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C.
Infeksi virus ini dapat menyebabkan peradangan hati (hepatitis) yang biasanya
asimtomatik. Virus ini menyebar melalui kontak darah. Gejala pada hepatitis C ini
dapat ditangani secara medis dan prorposi pasien dapat dibersihkan dengan jangka
panjang. Seseorang yang mengalami infeksi virus ini sering mengalami gejala
ringan dan sebagai sebab tidak melakukan perawatan. Diperkirakan 150-200 juta
orang di dunia terinfeksi hepatitis C.
2.2.2 Penularan Hepatitis C
Hepatitis C menular terutama melalui darah. Sebelumnya, transfusi darah
bertanggung jawab atas 80% kasus hepatitis C. Kini hal tersebut tidak lagi terjadi
berkat kontrol yang lebih ketat dalam proses donor dan transfusi darah. Virus
ditularkan terutama melalui penggunaan jarum suntik untuk menyuntikkan obatobatan, pembuatan tato dan body piercing yang dilakukan dalam kondisi tidak
higienis.
Penularan virus hepatitis C (HCV) juga dimungkinkan melalui hubungan
seksual dan dari ibu ke anak saat melahirkan, tetapi kasusnya lebih jarang. Seperti
halnya pada hepatitis B, banyak orang yang sehat menyebarkan virus ini tanpa
disadari.
2.2.3 Patofisiologi Hepatitis C
Virus hepatitis C adalah anggota dari keluarga Flaviviridae RNA yang
mengandung virus. Dengan demikian, tidak terintegrasi ke dalam genom inang.
Meskipun hati adalah target utama infeksi, studi untuk lebih menentukan langkah
infeksi virus hepatitis C yang sangat terhambat oleh kurangnya model hewan
yang cocok untuk studi tersebut (satu-satunya hewan yang diketahui rentan
terhadap virus hepatitis C adalah simpanse ). Sebuah sistem jaringan-budaya
menggunakan teknologi rekombinan DNA baru-baru ini dikembangkan dan telah
8

maju basis pengetahuan ilmiah jauh, termasuk forays awal ke pengembangan


vaksin.
Respon imun utama untuk virus hepatitis C sudah terpasang oleh limfosit
T sitotoksik. Sayangnya, proses ini gagal untuk memberantas infeksi pada
kebanyakan orang, bahkan, itu dapat menyebabkan peradangan hati dan,
akhirnya, nekrosis jaringan. Kemampuan virus hepatitis C untuk menghindari
surveilans kekebalan tubuh adalah subyek banyak spekulasi. Salah satu cara
mungkin dari ketekunan virus bergantung pada keberadaan populasi erat terkait
tetapi heterogen genom virus. Penelitian lebih lanjut dari kuasi-spesies
memungkinkan klasifikasi genotipe beberapa subtipe, yang mungkin memiliki
dampak klinis.
2.2.4 Penyebab Hepatitis C
Langsung paparan perkutan merupakan cara utama penularan. Transfusi
darah adalah cara lain untuk transmisi. Secara historis, sebagian besar infeksi
virus hepatitis C akibat dari transfusi darah. Risiko transfusi-borne virus hepatitis
C mulai menurun pada tahun 1986, ketika pengganti-penanda skrining darah
donor dimulai. Penurunan lebih lanjut yang dicatat setelah adanya virus hepatitis
yang diarahkan skrining antibodi C pada tahun 1990 (generasi pertama) dan 1992
(generasi kedua). Risiko saat transfusi berasal virus hepatitis C diperkirakan 1
kasus dalam setiap 100.000 unit transfusi.
Saat ini, penggunaan obat disuntikkan adalah faktor epidemiologi risiko
yang paling penting, mungkin akuntansi untuk sekitar 50% infeksi akut dan
kronis. Rute parenteral lain mungkin terlibat. Hemodialisis adalah kemungkinan
penyebab infeksi HCV. Kesehatan karyawan perawatan kesehatan mungkin
sengaja terbuka. Tato, tindik, dan akupunktur dengan peralatan yang tidak steril
adalah rute yang mungkin dari infeksi.
Kepadatan infeksi virus hepatitis C virus mempengaruhi kemungkinan
penularan dari ibu ke anak dalam rahim. Sementara kepadatan sekitar 100 partikel
9

per mililiter tidak menghasilkan penularan ke bayi, 1 juta partikel per mililiter
menghasilkan tingkat penularan 36%.
2.2.5 Epidemiologi Hepatitis C
Diperkirakan 30.000 baru infeksi hepatitis C terjadi setiap tahun di
Amerika Serikat, walaupun hanya 25-30% didiagnosis. Sejak 1980-an, infeksi
akut telah menurun lebih dari 80%. Hampir 4 juta orang Amerika, atau sekitar 2%
dari penduduk AS, terinfeksi virus hepatitis C. Meskipun prevalensi di seluruh
dunia sangat bervariasi menurut wilayah geografis, lebih dari 3% dari populasi
global terinfeksi.
Infeksi virus hepatitis C lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan. Wanita telah dilaporkan memiliki tingkat lebih tinggi infeksi dari
transfusi produk darah dan tarif yang lebih rendah dari obat intravena dan
penyalahgunaan alkohol dibandingkan dengan laki-laki. Wanita mungkin
memiliki bukti kurang kerusakan hati (tingkat enzim hati, fibrosis) dan tingginya
tingkat pemberantasan virus secara spontan. Di Amerika Serikat, insiden tertinggi
adalah di antara individu yang berusia 20-39 tahun, dan prevalensi tertinggi
adalah di antara mereka 30-49 tahun usia. Usia pada saat infeksi awal mungkin
memiliki implikasi penting tentang sejarah alami infeksi karena individu yang
terinfeksi pada usia lebih muda cenderung memiliki penurunan risiko
pengembangan menjadi sirosis dan karsinoma hepatoseluler.
2.2.6 Penanganan Hepatitis C

Untuk akut infeksi hepatitis C (HCV), perawatan suportif adalah pengobatan utama.
Inisiasi dini terapi antivirus tidak direkomendasikan.

Pada infeksi HCV kronis, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi komplikasi dan
kandidat yang cocok untuk terapi antivirus. Tujuan dari terapi antiviral adalah untuk
memperbaiki gejala dan mengurangi risiko penyakit hati yang progresif. Konsultasi
dengan pencernaan dapat diindikasikan.
10

Pemantauan jangka panjang sangat penting karena resiko kanker hati masih tinggi,
bahkan dalam responden virologi berkelanjutan

Pada anak-anak, interval yang jelas untuk pemantauan tidak diketahui,. Tapi setiap 612 bulan mungkin masuk akal untuk menilai alanine aminotransferase (ALT) dan
status klinis.

Serum ALT tingkat tidak memiliki hubungan yang konsisten dengan temuan histologis
hati. Penilaian longitudinal dari virus hepatitis C RNA memberikan korelasi yang kuat
dengan hasil histologis hati tetapi merupakan prediktor yang lebih lemah dari tingkat
pengembangan.

Pertimbangkan transplantasi hati pada pasien dengan penyakit hati lanjut. Intervensi
bedah juga mungkin diperlukan untuk komplikasi seperti hipertensi portal dan
karsinoma hepatoseluler (HCC).

2.3 Biopsi Hati


2.3.1 Definisi Biopsi Hati
Biopsi adalah analisis contoh jaringan hati yang sangat kecil. Contoh
diperiksa untuk tanda parutan, atau penyakit atau kerusakan lain.
Biopsi hati adalah cara terbaik untuk memeriksa keadaan hati. Viral load
hepatitis C atau tes fungsi hati tidak mampu menunjukkan tingkat parutan atau
peradangan pada hati, atau lemak dalam hati yang dapat memburukkan parutan.
Pada biopsi, contoh jaringan hati akan diambil dengan jarum tipis dan diperiksa di
bawah mikroskop. Jika ditemukan sangat sedikit kerusakan pada hati, beberapa
ahli mengusulkan pemantauan saja. Jika ada kerusakan (parutan), pengobatan
virus hepatitis C (HCV) mungkin dibutuhkan.

11

2.3.2 Alasan dilakukan Biopsi Hati


Meskipun dapat menyakitkan, biopsi hati memiliki beberapa keuntungan.
Biopsi adalah cara terbaik untuk menilai kerusakan hati. Tes viral load HCV tidak
mampu menunjukkan kerusakan hati.
Tes fungsi hati bukan merupakan cara yang dapat diandalkan untuk
mengukur kerusakan hati. Beberapa orang dengan tingkat enzim hati yang normal
masih mungkin mengalami kerusakan hati. Tingkat enzim hati yang tinggi terusmenerus adalah tanda peradangan hati, yang berlanjut pada parutan. Kebanyakan
pasien HCV dengan tingkat ALT yang normal memiliki fibrosis (parutan) hati
dengan tingkat tertentu.
Beberapa tes yang noninvasif (dilakukan dari luar tubuh) telah diteliti. Tes
ini menilai kerusakan hati dengan mengukur seberapa kaku atau lunak hati.
Sebuah hati yang berparut adalah lebih kaku dibandingkan sebuah hati yang
masih sehat. Satu tes, yang disebut sebagai FibroScan, memakai ultrasound
(USG). Tes lain memakai pengamatan MRI (Magnetic Resonance Imaging).
Kedua tes ini tidak menimbulkan rasa sakit tetapi kurang berhasil untuk
menunjukkan kerusakan hati dibandingkan biopsi.
2.3.3 Mekanisme Biopsi Hati
Biopsi hati biasanya dilakukan di ruang dokter atau di rumah sakit dengan
rawat jalan. Prosedur ini sendiri hanya membutuhkan sekitar 15 atau 20 menit.
Setelah dilakukan, kita akan diawasi selama beberapa jam untuk memastikan
tidak ada masalah, seperti perdarahan internal. Kita harus ditemani oleh seseorang
untuk membantu kita pulang ke rumah. Biopsi jarang membutuhkan rawat inap di
rumah sakit.
Contoh jaringan biasanya diambil dengan memasukkan jarum antara
tulang rusuk di sisi kanan ke dalam hati. Pertama, kita diberikan suntikan anestesi
lokal untuk mematikan rasa di daerah yang akan dimasukkan oleh jarum biopsi.
12

Kemudian jarum dimasukkan. Jarum cepat mengumpulkan sepotong hati yang


kecil. Kadang kala alat USG dipakai untuk memilih lokasi terbaik untuk biopsi.
Beberapa pasien membutuhkan obat untuk menenangkannya dulu sebelum
biopsi. Walau anestesi umum tidak dapat dipakai, ada cara lain untuk mereda
kegelisahan selama biopsi. Pasien harus tetap sadar selama prosedur agar
memberi tahu petugas medis jika ada masalah.
Meskipun biopsi adalah cara terbaik untuk menilai parutan pada jaringan
hati, prosedur ini tidak sempurna. Contoh yang diambil mungkin terlalu kecil,
atau mungkin berasal dari bagian hati yang sehat.
2.3.4 Penilaian Biopsi Hati
Ada dua cara utama untuk menilai hasil biopsi: Metavir dan Knodell.
Dalam sistem Metavir, hasil biopsi diberi grade dan stage. Grade menunjukkan
tingkat peradangan. Stage mengukur tingkat fibrosis atau parutan jaringan. Grade
dan stage diberi nilai dari 0 sampai 4 dengan 4 yang paling berat.
Sistem Knodell (atau indeks aktivitas histologis/HAI) lebih rumit. Seperti
sistem Metavir, tindakan itu mengukur peradangan (0-18) dan parutan jaringan
(dari 0 sampai 4).
2.3.5 Efek Samping Biopsi Hati
Efek samping biopsi yang paling umum adalah nyeri. Sekitar sepertiga
orang mengalami nyeri sedang selama dan setelah biopsi. Efek samping jarang
dan hampir selalu muncul dalam satu hari. Ada juga risiko perdarahan internal
jika biopsi jarum menusuk pembuluh darah atau organ yang dekat. Perdarahan
berat dialami oleh kurang dari 2% pasien, dan sering berhenti sendiri. Dalam
kasus yang sangat jarang, transfusi darah mungkin dibutuhkan. Kematian akibat
biopsi sangat amat jarang, kurang lebih 1 dalam 10.000 biopsi.

13

Untuk mengurangi risiko perdarahan yang berlebihan, tes darah dilakukan


sebelum biopsi. Yang paling umum adalah disebut PT/INR dan hitung trombosit.
Jika kita memakai obat yang melambatkan pembekuan darah, kita mungkin harus
menghentikan penggunaannya sebelum biopsi. Obat ini termasuk pengencer
darah, atau obat pengurang peradangan, misalnya aspirin, naproksen, atau
ibuprofen.
2.3.6 Pasca Biopsi Hati
Setelah biopsi, perban akan diletakkan di atas tempat tusukan dan kita
akan terletak di sisi kanan, ditekan pada handuk, selama satu sampai dua jam.
Tekanan darah, detak jantung dan pernapasan serta tingkat nyeri akan dipantau.
Pastikan kita ditemani oleh seseorang yang dapat membantu kita pulang ke rumah
setelah biopsi. Rencanakan beristirahat selama sehari setelah biopsi. Hindari
olahraga atau terlalu banyak kegiatan untuk satu minggu agar tempat tusukan
jarum dan hati dapat pulih. Rasa sakit pada tempat tusukan dan di bahu kanan
adalah biasa. Nyeri ini disebabkan oleh gangguan pada otot sekat rongga badan
(diafragma). Ini biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari. Kita
sebaiknya menghindari penggunaan aspirin atau ibuprofen untuk satu minggu
setelah biopsi. Obat ini dapat meningkatkan masalah perdarahan.

14

BAB III
ANALISIS JURNAL
3.1 Judul Jurnal
Jurnal Utama
Penulis
Tahun
Tempat Terbit

Chronic

Hepatitis

in

Children

Spectrum

and

:
:
:

Histopathological Study
Manal M. Abd-elgawad, Nahed M. Baddour, Mona A.E Salem
2013
Pediatric and Pathology Departement, Faculty of Medicine,
Alexandria University, Egypt

Jurnal Pendukung

Prevalence of Peripheral Neuropathy in Egyptian Hepatitis C


Virus Patients: Correlation to Some Clinical and Laboratory

Penulis

Parameters._1275 108..117
Manal Aly Abdel Khalek, Amal Mohamad El-barbary, Ferial

Tahun
Tempat Terbit

:
:

Salah Elkalla, Salwa Abdel-Moneim Essa


2012
Rheumatology, Rehanilitation, Tropical,

and

Clinical

Departement, Faculty of Medicine, Tanta University, Egypt


3.2 Hasil Penelitian
Hepapatis C Virus (HCV) adalah suatu masalah global dunia yang dapat
disebabkan oleh penyakit hati kronis. Tidak sedikit orang mengabaikan penyakit ini karena
gejala atau tanda yang tidak jelas bahkan orang-orang tidak mengetahui tentang penyebab
penyakit HCV ini. Telah ada penelitian bahwa negara yang sedang berkembang adalah
negara yang peduduknya paling banyak terinfeksi HCV, salah satunya adalah Mesir. Mesir
memiliki penyebaran infeksi HCV yang paling tinggi yaitu 15 25 % di daerah pedesaan.
Untuk itu dilakukan sebuah penelitian di rumah sakit Al-Shatby, Mesir, dengan jumlah
peserta yang diteliti adalah 40 anak usia 2 tahun hingga 16 tahun yang telah di diagnose
infeksi HCV kronik. Anak-anak yang dapat diteliti yaitu yang memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Positif antibodi anti-HCV
2. Positif serum HCV RNA selama 6 bulan atau lebih

15

3. Kompensasi penyakit hati (total serum albumin 1.5 mg/dL ; INR 1,5 ;
serum albumin 3,4 ; Hemoglobin 12 g/dL ; Neutropil 1500/cmm ;
Platelet 75,000/cmm dan serum kreatinin 1,5 mg/dL.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mewawancari orang tua dari
anak yang terinfeksi HCV kronik dan mengumpulkan rekam medis dari Komunitas Ethik
Fakultas Kedokteran Universitas Alexandria. Telah dilakukan berbagai pengujian untuk
semua anak yang memenuhi syarat penelitian ini, yaitu:
1. Mengkaji riwayat asupan yang di makan
2. Melakukan semua pemeriksaan klinik seperti pemeriksaan abdomen,
pemeriksaan renrang atau masa serta konsistensi liver, pemeriksaan ukuran
limfa, dan tanda-tanda penyakit hati
3. Rutin dalam pemeriksaan laboratorium, seperti analisis urin, tes darah, tes
fungsi ginjal, dan test fungsi hati
4. Melakukan ultrasound abdominal
5. Melakukan percutanius biosy menggunakan Menghini 14 mm atau 16 mm
6. Histological Activity Index untuk menentukan tingkat atau kelas penyakit
hati.
Hasil penelitian dalam jurnal Chronic Hepatitis C in Children Spectrum and
Histopathological Study menunjukkan bahwa dari rentang usia 2 tahun hingga 16 tahun,
15% anak usia di bawah 5 tahun ditemukan terinfeksi HCV kronik, 35% di usia anak 5
tahun hingga 10 tahun, 50% di usia 10 tahun hingga 15 tahun, serta 71,2% anak laki-laki
dan 28,8% anak perempuan, ini dapat di lihat pada tabel 1. Tabel 2 menjelaskan bahwa
hanya 1 dari 40 anak HCV kronik yang ditandai dengan kelelahan terlebih dahulu sebelum
didiagnosa terinfeksi HCV kronik. Tabel 3 menunjukkan bahwa semua anak memiliki ALT,
AST, dan GGT dengan nilai yang normal, namun memiliki serum albumin yang rendah (2
mg%). Tabel 4 menjelaskan bahwa dari 40 anak yang diuji dengan liver fungsi test, 26 anak
(65%) tidak diikuti dengan fibrosis, sedangkan hanya 5% anak yang terinfeksi HCV kronik
diikuti dengan fibrosis. Tabel 5 menjelaskan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
tingkatan fibrosis dengan biopsi hati dan usia dari anak yang mengidap infeksi HCV. Tabel
6 menjelaskan bahwa adanya peningkatan level ALT juga menjadikan tingkatan fibrosis
meningkat.
3.3 Pembahasan
Mesir merupakan salah satu negara berkembang yang tinggi tingkat infeksi HCV
di mana diderita oleh semua golongan usia. Mesir adalah negara yang paling tinggi tingkat

16

penyebaran infeksi HCV yaitu dengan rata-rata 12 - 24% di populasi umum (menyeluruh,
kota dan desa). Sebuah penelitian melaporkan bahwa infeksi HCV menyebar sebanyak 0.5%
- 3% diantara anak-anak di Mesir. Tidak hanya penelitian ini saja, namun penelitianpenelitian lain juga semakin memperkuat. Khalil at al dari Assiut University Hospital
melaporkan bahwa terdapat 265 kasus dari infeksi HCV dengan usia rata-rata 2 bulan hingga
15 tahun. Dari hasil penelitian yang lain dilaporkan bahwa penularan HCV dapat juga dengan
transmisi secara vertikal dari wanita hamil yang terinfeksi kepada janin yang dikandungnya,
sehingga seluruh wanita disarankan untuk melakukan screening secara rutin sebelum
terinfeksi. Disarankan juga memberikan antibodi Hepatitis C hanya kepada wanita hamil
dengan faktor risiko tinggi akibat riwayat obat IV, wanita yang menerima pengumpulan
faktor kontrasepsi yang diproduksi sebelum tahun 1987 atau melakukan tranfusi darah dan
transplantasi organ sebelum tahun 1992, wanita yang menderita hemodialisis kronik, wanita
dengan persisten uji tes hati yang tidak normal, dan tenaga kesehatan setelah mendesak
padatan atau gumpalan mukosa HCV positif pada infant dari ibu yang terinfeksi. Semua
kategori yang berisiko tersebut harus dilakukan pemeriksaan pemberian anti-HCV selama 1
tahun dan follow up untuk perkembangan hepatitis tersebut. Di dalam penelitian ini hanya
ada satu kasus/klien yang memiliki gejala seperti kelelahan, dilaporkan oleh El-Raziky et al.
Terdapat jenis pemeriksaan khusus untuk penyakit infeksi HCV ini, yaitu
menggunakan pemeriksaan liver biopsy atau biopsi hati. Meskipun dengan pemeriksaan
biokimia yang lain juga bisa terdeteksi namun dengan mengunakan biopsi hati ini dapat
mengukur tingkat fibrosis yang mungkin bisa terjadi pada anak yang terinfeksi HCV kronik.
Di dalam penelitian ini, biopsi hati tetap menjadi standart pemeriksaan yang paling baik
dalam mengakses fibrosis dari kasus HCV ini bertujuan untuk menentukan rencana
menejemen pemulihannya. Delgado-Borrego et al dalam penelitiannya juga menyarankan
agar anak yang terkena infeksi HCV dianjurkan untuk melakukan biopsi hati untuk
menentukan prensentase dan tingkatan dari fibrosis.
Dalam penelitian ini total 40 anak dengan infeksi HCV kronik diperiksa dengan
biopsi hati. Tidak ada kaitannya antara derajat/tingkatan fibrosis dalam pemeriksaan biopsi
hati ini dengan jenis kelamin anak yang terinfeksi HCV kronik. Ada hubungan yang
signifikan antara derajat/tingkat fibrosis dalam pemeriksaan biopsi hati ini dengan usia anak
yang terinfeksi HCV, yaitu terdapat 10% dari 40 anak usia 10-16 tahun. Goodmen at al
menambahkan bahwa adanya hubungan antara inflamasi dengan durasi infeksi fibrosis serta
17

menyarankan bahwa anak yang terinfeksi HCV kronik dapat berisiko dalam berbagai
gangguan hati terkait usia dan memungkinkan pemperoleh faktor risiko komorbiditas
lainnya. Jara at al menganggap biopsi hati sebagaialat akurat untuk menilai lesi yang
dihasilkan oleh heatits kronis. Para ahli juga mengatakan bahwa penggunaan tes biokimia
non-invasif sedang dievaluasi pada anak dengan hepatitis C untuk korelasinya dengan
histologi. Chen at al juga menyetujui bahwa pemeriksaan biopsi hati adalah jenis
pemeriksaan hati paling baik untuk menilai tingkatan dari HCV kronik. El-Hawary
melakukan penelitian di Fayoum University untuk menilai fibrosis hati pada anak dengan
infeksi hepatitis C kronis. Mereka sepakat bahwa biopsi hati memberikan data yang baik,
karena menegaskan diagnose dan tidak termasuk penyakit lainnya, serta secara akurat
menilai kelas dan tahap penyakit.
3.3 Implikasi Keperawatan
Implikasi keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
1) Perawat dapat berperan dalam mengedukasi orang tua dan pasien mengenai infeksi HCV
terkait penyebab agar selalu waspada terhadap HCV yang tidak memiliki gejala spesifik.
2) Perawat memberikan arahan koping dan intervensi yang tepat untuk membantu
memulihkan pasien dalam kondisi yang normal (ALT, AST, GGT, Albumin normal).
3) Perawat bekerjasama dengan pihak Rumah Sakit dalam pemeriksaan HCV yang
sebaiknya menggunakan biopsi hati.
4) Perawat memberi tahu kepada pasien atau keluarga pasien agar follow up atau rajin cek
fungsi hati dengan teratur.
5) Sebagai tenaga medis (perawat) mencari literatur atau evidence base terkait HCV karena
dari tahun ke tahun pemeriksaan semakin canggih, hal ini untuk menejemen penyakit
yang lebih baik.

18

BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil analisa jurnal yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :
1

Penyakit HCV yang terjadi pada Anak atau dewasa yang terkena infeksi biasanya tidak
menunjukkan gejala dan apabila ada gejalanya tidak spesifik yaitu demam, malaise,
nausea, rasa lelah, lemah dan jaundice.

Infeksi HCV kronis lebih banyak ditemukan di daerah pedesaan daripada di kota.

Pria lebih banyak didiagnosa terinfeksi HCV daripada wanita.

Semakin usia bertambah semakin tinggi pula risiko terinfeksi HCV kronis.

Penularan HCV dapat terjadi melalui berbagai cara seperti:

Memakai alat suntik secara bergantian (penggunaan obat-obatan intravena)

Luka terbuka atau selaput mukosa (misalnya di dalam mulut, vagina, atau dubur saat
hubungan seks);

Produk darah atau transfusi darah yang tidak diskrining.

Ibu ke anak (vertical transmission)

Cara atau prosedur untuk menentukan seseorang terinfeksi Hepatitis C Virus dapat
dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium, biopsy dan ELISA [enzyme linked
immunosorbant assay] yaitu dengan cara menemukan antibody pada sel yang diserang.

Pemeriksaan biopi hati adalah tes fungsi hati yang paling baik karena selain dapat
menegaskan diagnosa serta secara akurat menilai kelas dan tahap penyakit.

Apabila terjadi Hepatic Fibrosis maka perlu dilakukan pemberian terapi antiviral untuk
HCV untuk mencegah penyakit bertambah parah.

19

BAB V
SARAN
1

Masyarakat hendaknya lebih menyadari akan HCV dan berbagai penyakit yang dapat

terjadi pada hati serta dampak yang dapat ditimbulkan.


Tenaga medis hendaknya lebih memahami tentang HCV, bagaimana cara penularan dan

pencegahan serta mengobatinya.


Perawat hendaknya bisa lebih tanggap dan bisa mengedukasi serta memberikan

penyuluhan kepada pasien tentang pemahaman penyakit HCV.


Sebagai tenaga medis, kita (perawat) hendaknya mencari literatur atau evidence base
terkait HCV karena dari tahun ke tahun pemeriksaan semakin canggih, hal ini untuk

menejemen penyakit yang lebih baik.


Untuk peneliti berikutnya semoga bisa menemukan cara uji fungsi hati non invasive yang
lebih baik dan memiliki sedikit resiko.

20

DAFTAR PUSTAKA

Manal M, Nahed M, et all. 2013. Chronik Hepatitis C in Children: Clinical Spectrum and
Histopathological study, www.sciencedirect.com ( Diambil 30 Agustus 2014 jam 13.20)
Manal Aly, Amal Mohammad, et all. 2012. Prevalence of peripheral neuropathy in Egyptian
hepatitis C virus patients: Correlation to some clinical and laboratory parameters,
www.rheumatology.eg.net ( Diambil 30 Agustus 2014 jam 14.07)
Thiery Poynard, Julien Vergniol, et all. Relative performances of fibrotest. Fibroscan, and
biopsy for the assessment of the stage of liver fibrosis in patients with cronic hepatitis
C, www.easl.com (Diambil 30 Agustus 16.14)
Dianne Yusri, dkk, 2013. Hepatitis C pada Anak, http://jurnal.fk.unand.ac.id/ (Di ambil 2
September 2014 jam 20.37)
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Besah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Misnadiarly, 2008. Mediakom. Mengenal Penyakit Liver. Puslitbang Biomedis dan
Farmasi Badan Litbangkes.
David. 2012. Penilaian Skor APRI sebagai Penanda Fibrosis Hati pada Hepatitis B Kronik.
Hepatologi. ( Diambil 2 September 2014 Jam 20.45)

21

Anda mungkin juga menyukai