Anda di halaman 1dari 5

1.

Dampak Terhadap Gangguan Kesehatan


Proses kebakaran adalah sebuah proses kompleks yang
melibatkan api, bahan bakar, faktor iklim termasuk ketinggian
dan meteorologi. Pembakaran bahan organik adalah proses
oksidasi yang menghasilkan uap air dan karbondioksida (CO2)
sehingga terbentuk senyawa yang tidak teroksidasi sempurna
(misalnya karbon monoksida) atau terbentuk senyawa tereduksi
(misalnya metana dan amonia). Senyawa ini ditemukan dalam
asap yang terdiri dari partikel terhirup iritan dan gas serta dalam
beberapa kasus mungkin karsinogenik. Asap sendiri adalah
kompleks campuran dengan komponen yang bergantung pada
jenis bahan bakar, kadar air, bahan bakar aditif seperti pestisida
yang disemprot pada dedaunan atau pohon.10 Pengaruh asap
terhadap kesehatan terjadi melalui berbagai mekanisme, antara
lain iritasi langsung, kekurangan oksigen yang menimbulkan
sesak napas, serta absorpsi toksin. Cedera termal (luka bakar)
terjadi pada daerah terkena pada permukaan eksternal tubuh,
termasuk hidung dan mulut; luka bakar di bawah trakea jarang
terjadi karena adanya efisiensi saluran napas bagian atas yang
menyerap panas. Kematian karena menghirup asap tanpa luka
bakar jarang terjadi (sekitar <10%) sedangkan kematian karena
menghirup asap dengan luka bakar lebih sering, yaitu sekitar 3050%.
Penurunan kualitas udara sampai taraf membahayakan
kesehatan dapat menimbulkan dan meningkatkan penyakit
saluran napas seperti infeksi saluran napas akut (ISPA).
Penderita ISPA di daerah bencana asap meningkat 1,8 3,8 kali
dibandingkan jumlah penderita ISPA pada periode sama tahuntahun sebelumnya.8,10 Pada saat kebakaran hutan tahun lalu,
kualitas udara di wilayah Kalimantan Barat sudah pada tahap
membahayakan kesehatan dengan kadar debu >1.490 g/m3
(batas yang diperkenankan 230 g/m3). Kabut asap akibat
kebakaran hutan telah merambah ke berbagai propinsi seperti
Kalimantan Tengah, Sumatera Utara dan Riau bahkan sudah
mencapai Malaysia dan Thailand.2,5 Asap menimbulkan iritasi
mata, kulit dan gangguan saluran pernapasan yang lebih berat,
fungsi paru berkurang, bronkitis, asma eksaserbasi, dan
kematian dini. Selain itu konsentrasi tinggi partikel-partikel iritasi
pernapasan dapat menyebabkan batuk terus-menerus, batuk
berdahak, kesulitan bernapas dan radang paru. Materi partikulat
juga dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan fisiologi
melalui mekanisme terhirupnya benda asing ke paru. Dampak
yang ditimbulkan tergantung dari individu seperti umur,

penyakit pernapasan sebelumnya, infeksi dan kardiovaskuler


dan ukuran partikel.12
2 Zat asap kebakaran yang mengenai saluran napas: 3,7,10
Karbon monoksida (CO) beredar melalui aliran darah dan paru,
mengurangi pengiriman oksigen ke jaringan tubuh (anoksia)
menimbulkan gejala sesak napas, kebingungan, dan dada terasa
berat.7 Konsentrasi CO pada penduduk tertentu yang terpajan
asap api tidak menimbulkan bahaya bermakna kecuali pada
individu yang sensitif; mereka yang memiliki penyakit jantung
mengalami nyeri dada dan aritmia. Pada tingkat pajanan lebih
tinggi CO dapat menyebabkan sakit kepala, lemah, pusing
kebingungan, disorientasi, gangguan penglihatan, koma dan
kematian. Sulfurdioksida (SO2), gas pedas yang bisa
menimbulkan sesak napas, mengi karena bronkokonstriksi
selanjutnya mengiritasi mukosa pernapasan. Nitrogendioksida
(NO2) dikeluarkan selama kebakaran suhu tinggi seperti saat
kebakaran badai. Ozon (O3) dapat mengiritasi tenggorokan.
Sianida (CN- ) dihasilkan oleh pembakaran bahan-bahan alami
dan sintetik bila kadar laktat tinggi; dapat berguna sebagai
indikator di rumah sakit.

2. Dampak Terhadap Vegetasi

Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak


kesimbangan alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak
terkontrol. Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat Hilangnya sejumlah
spesies; selain membakar aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam
kelangsungan hidup sejumlah binatang. Berbagai spesies endemik (tumbuhan
maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan. Selain itu, kebakaran
hutan dapat mengakibatkan terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik
karena kebakaran, terjebak asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat
menyebabkan banyak spesies endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum
sempat dikenali/diteliti.
Beberapa dampak kebakaran tehadap hewan dan tumbuhan antara lain sebagai
berikut:

BANGSA TUMBUHAN

Kehidupan tumbuhan berhubungan erat dengan hutan yang merupakan tempat


hidupnya. Kebakaran hutan dapat mengakibatkan berkurangnya vegetasi tertentu.
Contoh dampak kebakaran hutan terhadap tumbuhan adalah sebagai berikut:

Tumbuhan tingkat tinggi (akar pohon, semak atau rumput)

Tumbuhan tingkat rendah (bakteri, cendawan dan Ganggang)

Terjadinya kebakaran hutan akan menghilangkan vegetasi di atas tanah, sehingga


apabila terjadi hujan maka hujan akan langsung mengenai permukaan atas tanah,
sehingga mendapatkan energi pukulan hujan lebih besar, karena tidak lagi tertahan
oleh vegetasi penutup tanah. Kondisi ini akan menyebabkan rusaknya struktur
tanah

3. Dampak Terhadap Kualitas Udara


Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer yang mengakibatkan
gangguan di berbagai segi kehidupan masyarakat antara lain pendidikan, agama
dan ekonomi. Hal ini mengganggu kegiatan keagamaan dan mengurangi
kegiatan perdagangan/ekonomi. Gangguan asap juga terjadi pada sarana
perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang. Banyak
pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim kemarau karena
jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan. Sering terjadi
kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak
pandang

4. Dampak Terhadap Hidrologi dan Kualitas Perairan


5. Dampak Terhadap Kehidupan Satwa Liar

Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak kesimbangan


alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol.
Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat Hilangnya sejumlah spesies; selain
membakar aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup
sejumlah binatang. Berbagai spesies endemik (tumbuhan maupun hewan) terancam
punah akibat kebakaran hutan. Selain itu, kebakaran hutan dapat mengakibatkan
terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak
asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies
endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.

6. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi

7. Dampak Terhadap Ekologis

1.

Terhadap keanekaragaman hayati

Kebakaran hutan membawa dampak yang besar pada keanekaragaman hayati.


Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena struktur tanahnya
mengalami kerusakan. Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahan terbuka,
sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itu setelah
hutan terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai daerah
yang hutannya terbakar. Kerugian akibat banjir tersebut juga sulit diperhitungkan.
1.

Terhadap mikroorganisme

Kebakaran
hutan
dapat
membunuh
organisme
(makroorganisme
dan
mikroorganisme) tanah yang bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah.
Makroorganisme tanah misalnya: cacing tanah yang dapat meningkatkan aerasi dan
drainase tanah, dan mikroorganisme tanah misalnya: mikorisa yang dapat
meningkatkan ketersediaan unsur hara P, Zn, Cu, Ca, Mg, dan Fe akan terbunuh.
Selain itu, bakteri penambat (fiksasi) nitrogen pada bintil-bintil akar tumbuhan
Leguminosae juga akan mati sehingga laju fiksasi ntrogen akan menurun.
Mikroorganisme, seperti bakteri dekomposer yang ada pada lapisan serasah saat
kebakaran pasti akan mati. Dengan temperatur yang melebihi normal akan
membuat mikroorganisma mati, karena sebagian besar mikroorganisma tanah
memiliki adaptasi suhu yang sempit. Namun demikian, apabila mikroorganisme
tanah tersebut mampu bertahan hidup, maka ancaman berikutnya adalah
terjadinya perubahan iklim mikro yang juga dapat membunuhnya. Dengan
terbunuhnya mikroorganisme tanah dan dekomposer seperti telah dijelaskan di
atas, maka akan mengakibatkan proses humifikasi dan dekomposisi menjadi
terhenti.
1.

Terhadap organisme dalam tanah

Kebakaran hutan biasanya menimbulkan dampak langsung terhadap kematian


populasi dan organisme tanah serta dampak yang lebih signifikan lagi yaitu merusak
habitat dari organisme itu sendiri. Perubahan suhu tanah dan hilangnya lapisan
serasah, juga bisa menyebabkan perubahan terhadap karakteristik habitat dan
iklim mikro. Kebakaran hutan menyebabkan bahan makanan untuk organisme
menjadi sedikit, kebanyakan organisme tanah mudah mati oleh api dan hal itu
dengan segera menyebabkan perubahan dalam habitat, hal ini kemungkinan
menyebabkan penurunan jumlah mikroorganisme yang sangat besar dalam habitat.
Efek negatif ini biasanya bersifat sementara dan populasi organisme tanah akhirnya
kembali menjadi banyak lagi dalam beberapa tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisika, kimia dan biologi tanah pada
hutan dan hutan yang sudah dibuka pada daerah Buffer Zone dan Resort Sei Betung
pada Taman Nasional Gunung Leuser Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas


Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Yang dimulai pada bulan April hingga
Mei 2011. Penelitian ini mengambil 12 titik sampel tanah sebagai bahan penelitian,
yaitu 6 sampel pada hutan asli dan 6 sampel pada hutan yang sudah dibuka untuk
lahan pertanian. Metode yang digunakan adalah Survei Bebas tingkat survei semi
detail dan analisis data kandungan bahan organik tanah dengan metode Walkley
and Black, hara Nitrogen total tanah dengan metode Kjeldhalterm, Tekstur tanah
dengan metode Hidrometer, pH tanah dengan metode Elektrometri, Kapasitas Tukar
Kation (KTK) dengan metode Ekstraksi NH4OAc pH 7 serta nisbah C/N tanah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kandungan bahan organik digolongkan dalam 4
kriteria, yakni sangat rendah dan rendah (pada tanah hutan yang sudah dibuka
untuk lahan pertanian tanaman musiman dan tahunan), sedang dan tinggi (pada
tanah hutan alami). N-total tanah digolongkan dalam 3 kriteria, yakni rendah (pada
tanah hutan alami), sedang dan tinggi (pada tanah hutan alami dan hutan yang
sudah dibuka untuk lahan pertanian tanaman musiman dan tahunan). Rasio C/N
tanah digolongkan dalam 4 kriteria, yakni sangat rendah (pada tanah hutan yang
sudah dibuka untuk lahan pertanian tanaman musiman dan tahunan), rendah,
sedang dan tinggi (pada tanah hutan alami). pH tanah digolongkan dalam 3 kriteria,
yakni sangat masam, masam dan agak masam. Tekstur tanah lebih dominan
lempung berpasir. Kapasitas Tukar Kation tanah digolongkan dalam 1 kriteria, yakni
rendah (pada tanah hutan alami dan hutan yang sudah dibuka untuk lahan
pertanian tanaman musiman dan tahunan)

Anda mungkin juga menyukai