Modul Praktikum
MODUL I
CANAI DINGIN
I.1 Tujuan
1) Mengerti penggunaan mesin canai
2) Mengerti proses perhitungan pada pencanaian untuk mereduksi ketebalan
lembaran logam
3) Mengetahui manfaat proses pencanaian pada lembaran logam
4) Mengetahui perubahan sifat mekanis logam lembaran akibat perlakuan
canai dingin
5) Mengetahui pengaruh pelumas pada proses canai dingin lembaran logam
6) Mengetahui cacat-cacat yang terjadi pada akibat proses canai dingin pada
lembaran logam
7) Mengetahui perubahan mikrostruktur logam lembaran akibat proses canai
dingin
8) Mengetahui aplikasi produk hasil pengerjaan canai dingin
I.2 Alat
1) Mesin canai merk ONO dilengkapi dengan sel beban (Load Cell) dan
Indikator Posisi Roll (Roll Position Indicator).
2) Kapasitas : 20 tonF
3) Kecepatan : 8 mm/menit
4) Dimensi Work Roll : Panjang/Diameter: 140 mm/104 mm
5) Celah Roll Maksimum : 15 mm
6) Hardness tester untuk estimasi tegangan luluh (yield stress).
7) Jangka sorong (caliper) dan mikro meter (micro meter).
8) Penjepit logam dan amplas
9) Sarung tangan.
I.3 Bahan
1) Lembaran aluminium, tebal t = 4 mm.
2) Pelumas.
3) Larutan pembersih/pencuci.
Modul Praktikum
suatu
dimana ketebalan
atau
pencanaian
proses
dari
deformasi
benda
kerja
Modul Praktikum
deformasi
dan
perubahan
butir
dari
butir
equiaxed
menjadi
butir
yang
terelongasi.
Jumlah pengerjaan
Modul Praktikum
Two high mill, merupaka pengerol logam dua tingkat dan jenis yang
paling sederhana
b)
c)
d)
e)
f)
2) Bantalan (bearing)
3) Rumah (housing), untuk tempat peralatan-peralatan di atas
4) Pengendali, untuk mengatur catu daya untuk roll dan untuk mengendalikan
kecepatannya
Modul Praktikum
sementara itu pengurangan tebal tepi akan menyebar ke arah lateral, sehingga
lembaran dapat mengalami sedikit pembulatan pada ujung-ujungnya. Dari
hubungan kontinuitas antara tepi dengan pusat, maka pinggiran mengalami
regangan, suatu kondisi yang menimbulkan retak tepi.
2) Cacat Kerataan
Cacat pengerolan ini terjadi karena pelat tidak rata pada saat dilakukan
proses canai. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan perpanjangan pada
tempat tertentu dimana lembaran tipis dan pelat menjadi berombak.
3) Cacat pembelahan (alligatoring)
Terjadi karena ada ikatan lembaran akibat salah satu bagian roll lebih
tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan celah roll.
4) Perbedaan ketebalan antar sisi
Cacat ini terjadi karena adanya perbedaan ketinggian celah roll, akibatnya
ketebalan lembaran hasil roll tidak sama ketebalannya pada masing-masing
sisi dan pada salah satu sisi lembaran akan menjadi lebih panjang daripada sisi
yang lain, akibatnya pelat menjadi melengkung
5) Tebal material yang tidak sama pada semua tempat
Cacat jensi ini terjadi karena adanya deformasi elastis pada roll. Produk
pelat lebih tebal dibagian tengah dariapad di bagian pinggir.
6) Cacat-cacat lain
Sebagai contoh : porositas, keriput, kampuh, dll.
Dimana :
hi = tebal awal saat masuk
rolling machine
hf = tebal akhir saat keluar
roll machine
Misalkan untuk menghitung reduksi ketebalan hasil rolling yang diinginkan untuk
reduksi 70%, maka:
70%
= 4 mm - hf x 100%
4 mm
hf
= 1,2 mm
Modul Praktikum
Dengan :
Mpa)
w = lebar sample (20 mm)
R = Jari-jari roll (52 mm)
h = Ketebalan yang dapat direduksi satu kali pass
Sehingga ;
18.103
= 0,55 mm
h = hi - hf1
hf1 = hi - h
Jadi pada passing pertama, ketebalan yang dihasilkan (hf1) : 4 0,55 = 3,45 mm
Ketebalan yang dihasilkan pada passing kedua (h f2) : 3,45 0,55 = 2,9 mm
Ketebalan yang dihasilkan pada passing ketiga (hf3 ) : 2,9 0,55 = 2,35 mm
Ketebalan yang dihasilkan pada passing keempat (h f4) : 2,35 0,55 = 1,8 mm
Ketebalan yang dihasilkan pada passing kelima (h f5) : 1,8 0,55 =1,25 mm
hf5 hf 1,2 mm, jadi untuk mereduksi sampel dengan reduksi sebesar 70%
diperlukan 5 kali passing.
I.5.4 Pelumasan
Pada proses canai dingin temperatur daerah antara roll dan lembaran
logam dapat mencapai temperatur yang tinggi, efek ini kurang baik terhadap
terhadap roll karena akan meningkatkan kecenderungan terjadinya roll flattening,
karena itu sebaiknya pelumas tidak hanya berfungsi melumasi namun juga
berfungsi sebagai pendingin rol.
Pelumas harus benar-benar terpilih, sesuai dengan kemampuannya dan
sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan dari pelumas tersebut. Pelumas yang
Modul Praktikum
dibutuhkan untuk lembaran aluminium tentu tidak sama dengan pelumas untuk
lembaran baja, karena itu formulasi pelumas yang akan digunakan dalam proses
pengubahan bentuk sebaiknya memenuhi beberapa bahan dalam jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan seperti kandungan perputaran pembasahan pada sistem
non aqueos, penghambat terhadap korosi, pengontrol pH, dan lain-lain.
Adapun contoh-contoh pelumas yang dapat digunakan untuk paduan
aluminium adalah sebagai berikut:
a) Kerosene
b) Mineral oil (viskositas 40-300 SUS pada 40oC
c) Petroleum jelly
d) Mineral plus 10-20% fatty oil
e) Tallow plus 50% paraffin
Modul Praktikum
MODUL II
PENGUJIAN SIMULATIF LEMBARAN DEEP DRAWING &
STRETCHING
II.1 Tujuan
1) Memahami penggunaan alat uji simulatif lembaran logam (universal sheet
metal testing machine)
2) Mengetahui pengujian simulatif lembaran logam melalui deep drawing
dan stretching
3) Mempelajari pengaruh nilai n-strain hardening terhadap proses stretching
4) Mempelajari pengaruh nilai R anisotropi terhadap nilai LDR pada proses
deep drawing
5) Mempelajari pengaruh pelumasan padat dan cair pada proses stretching
dan deep drawing
6) Memperoleh informasi mengenai kemampuan bahan untuk meragang atau
kapasitas bahan untuk meregang tanpa terjadi robek pada proses stretching
7) Mengetahui rasio batas pembentukan (LDR) suatu bahan pada proses
deep drawing.
8) Mengetahui proses terjadinya pengupingan (earing) pada produk hasil
deep drawing
II.2 Alat
1) Universal sheet metal testing machine, Capacity 12 tonF.
2) Sheet Metal Marking Machine merk Erichsen
3) Mikrometer dan Jangka Sorong
4) Gunting Logam/Cutting Blade
5) Amplas Logam
II.3 Bahan
1) Lembaran tembaga hasil canai.
2) Pelumas cair dan padat.
3) Larutan Elektrolit untuk proses sheet metal marking
Modul Praktikum
4) Larutan pencuci/pembersih.
Modul Praktikum
Modul Praktikum
kemampuan bahan untuk meregang atau kapasitas bahan untuk meregang tanpa
terjadi robek pada bahan.
Pada proses deep drawing, blank mengalami tiga jenis deformasi yang
berbeda. Deformasi dan keadaan tegangan yag terjadi pada daerah-daerah yang
berbeda selama proses deep drawing diperlihatkan pada gambar berikut ini:
Modul Praktikum
Pada daerah tengah blank (bagian yang kontak langsung dengan alat tekan)
terjadi regangan tarik biaksial sehingga pada daerah ini terjadi penipisan.
Blank yang berada di luar daerah penekanan (diantara penjepit) pada saat
akan masuk kedalam cetakan akan mengalami penarikan ke arah radialnya.
Keliling lingkaran akan terus menerus menyusut dari keliling awal .D
menjadi .d. Penyusutan terjadi pada daerah ini karena adanya regangan
tarik pada arah radial akibat gaya tekan dari alat tekan (punch) serta
regangan tekan pada arah tegak lurus radial (arah keliling).
merupakan jumlah gaya ideal untuk pengubahan bentuk, gaya gesek dan gaya
penyusutan ketebalan pada bagian dinding. Gaya penekanan ideal untuk menekan
blank masuk ke dalam cetakan terus bertambah dengan makin dalamnya
Modul Praktikum
dimana rasio batas penarikan (Limiting Draw Ratio), yaitu rasio dari diameter
blank terbesar yang berhasil ditarik, D, terhadap diameter penekan, d.
Robek pada bagian deep drawing dapat terjadi apabila tekanan jepit pada
blank terlalu besar yang mana gesekan pada daerah menjadi sangat besar sehingga
terjadi penghambatan aliran bahan. Tegangan tarik pada daerah dinding
meningkat dengan cepat sampai menyampai kekuatan tarik bahan sehingga terjadi
peregangan setempat sebelum seluruh bahan masuk ke dalam cetakan yang
akibatnya terjadi robek. Besarnya tekanan jepit dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut:
Dimana:
D = diameter blank (mm)
d = diameter pons (mm)
s = tebal lembaran (mm)
uts = tegangan tarik maksimum (kg/mm2)
Modul Praktikum
II.5.2 Stretching
Stretching merupakan suatu proses pengubahan bentuk akibat adanya
pertambahan panjang dalam berbagai arah pada lembaran logam yang tidak
berada di bawah penjepit akibat adanya gaya dari alat penekan (punch). Berbeda
dengan proses deep drawing, disini tidak terjadi aliran material yang bebas
melainkan proses peregangan/perentangan yang menimbulkan penipisan karena
disekeliling lembaran (blank) diberikan tekanan penejepitan dengan tekanan yang
besar. Benda yang dihasilkan akan berbentuk hemispherical sebagaimana bentuk
dari ujung penekan yang digunakan.
Proses pembentukan stretching dengan alat tekan berbentuk setengah bulat
(hemispherical-punch) umumnya digunakan dalam menguji kemampuan bentuk
stretching. Secara skematis proses ini digambarkan :
Modul Praktikum
terjadinya