Anda di halaman 1dari 16

2015

Asisten Laboratorium Metalurgi Mekanik 2015

Modul Praktikum Teknik


Pengubahan Bentuk

Laboratorium Metalurgi Mekanik


Departemen Teknik Metalurgi & Material
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
CP : John (085270319280)
Kemi (085715667240)

Asisten Laboratorium Metalurgi Mekanik 2015


John Samuel Saragih
Abdul Aziz Ammar
Kemi Kharisma
M. Bagus Adittya
Mutya Rahmah Arbi
Okky Intan

Modul Praktikum

MODUL I
CANAI DINGIN
I.1 Tujuan
1) Mengerti penggunaan mesin canai
2) Mengerti proses perhitungan pada pencanaian untuk mereduksi ketebalan
lembaran logam
3) Mengetahui manfaat proses pencanaian pada lembaran logam
4) Mengetahui perubahan sifat mekanis logam lembaran akibat perlakuan
canai dingin
5) Mengetahui pengaruh pelumas pada proses canai dingin lembaran logam
6) Mengetahui cacat-cacat yang terjadi pada akibat proses canai dingin pada
lembaran logam
7) Mengetahui perubahan mikrostruktur logam lembaran akibat proses canai
dingin
8) Mengetahui aplikasi produk hasil pengerjaan canai dingin
I.2 Alat
1) Mesin canai merk ONO dilengkapi dengan sel beban (Load Cell) dan
Indikator Posisi Roll (Roll Position Indicator).
2) Kapasitas : 20 tonF
3) Kecepatan : 8 mm/menit
4) Dimensi Work Roll : Panjang/Diameter: 140 mm/104 mm
5) Celah Roll Maksimum : 15 mm
6) Hardness tester untuk estimasi tegangan luluh (yield stress).
7) Jangka sorong (caliper) dan mikro meter (micro meter).
8) Penjepit logam dan amplas
9) Sarung tangan.

I.3 Bahan
1) Lembaran aluminium, tebal t = 4 mm.
2) Pelumas.
3) Larutan pembersih/pencuci.

Modul Praktikum

I.4 Metode Percobaan dan Pengukuran


1) Potong sampel Al dengan bentuk persegi panjang dengan ukuran 70 mm x
30 mm x 4 mm sebanyak 1 buah dengan jig saw.
2) Bersihkan permukaan sampel dari kotoran dengan amplas
3) Tentukanlah nilai tegangan luluh (yield stress) dari hasil uji kekerasan
4) Siapkan mesin roll dan atur jarak permukaan roll agar sesuai dengan
reduksi material yang diinginkan.
5) Catat ukuran yang didapatkan setelah proses roll.
6) Hitung tegangan luluh sampel setelah pass canai berikutnya.
7) Ulangi langkah 4,5,dan 6 dengan menambahkan pelumas
8) Matikan mesin canai setelah selesai penggunaan
I.5 Dasar Teori
Rolling
merupakan

suatu

dimana ketebalan

atau

pencanaian

proses
dari

deformasi

benda

kerja

direduksi dengan menggunakan gaya


tekan dan menggunakan dua buah roll
atau lebih. Roll berputar untuk menarik dan menekan secara simultan benda kerja
yang berada di antaranya.
Pada proses pencanaian, benda kerja dikenai tegangan kompresi yang
tinggi yang berasal dari gerakan jepit rol dan tegangan geser-gesek permukaan
sebagai akibat gesekan antara rol dan logam. Selama proses canai, roll
memberikan tegangan tekan pada bagian-bagian dari benda kerja. Tegangantegangan ini mengakibatkan benda kerja mengalami deformasi plastis. Produk
akhir dari proses ini adalah logam plat dan lembaran (sheet), dimana plat
umumnya mempunyai tebal lebih dari in. Lembaran umumnya mempunyai
tebal kurang dari in. Tujuan utama pengerolan adalah untuk memperkecil tebal
logam. Biasanya terjadi sedikit pertambahan lebar, karena itu penurunan tebal
mengakibatkan pertambahan panjang.

Modul Praktikum

Berdasarkan temperatur kerjanya, pencanaian logam terdiri dari dua proses,


yakni canai panas dan canai dinging. Canai panas pada logam dilakukan diatas
suhu rekristalisasi atau di atas daerah work hardening, sedangkan canai dingin
dilakukan dibawah suhu rekristalisasi, bisa juga dilakukan pada suhu ruang.
Perbedaannya adalah gaya deformasi yang diperlukan pada canai dingin lebih
rendah dan perubahan sifat mekanik dari material tidak signifikan, sedangkan
pada pengerjaan dingin diperlukan gaya yang lebih besar dan sifat mekanis logam
meningkat dengan signifikan.
Pada proses rolling terjadi
perubahan

deformasi

dan

perubahan

butir

dari

butir

equiaxed

menjadi

butir

yang

terelongasi.

Jumlah pengerjaan

dingin yang dapat dialami logam


tergantung kepada kekuatannya, semakin ulet suatu logam, maka makin besar
pengerjaan dingin yang dapat dilakukan. Logam murni relatif lebih mudah
mengalami deformasi daripada paduan, karena penambahan unsur paduan
cenderung meningkatkan gejala pengerasan regangan.
Proses canai dingin dilakukan untuk mendapatkan lembaran strip dan
lembaran tipis dengan penyelesaian permukaan yang baik dan bertambahnya
kekuatan mekanis. Pada saat yang sama juga dilakukan pengendalian dimensi
produk yang ketat. Selain itu, canai dingin akan menghasilkan lembaran dan strip
yang memiliki kualitas permukaan akhir yang lebih baik serta kesalahan
dimensional yang lebih kecil dibandingkan apabila menggunakan proses canai
panas.
Reduksi total yang dapat dicapai dengan pengerolan dingin, biasanya
beragam dari 50% sampai 90%. Pada umumnya reduksi terkecil terdapat pada
tahap akhir agar diperoleh pengerolan yang lebih baik. Parameter-parameter
utama dalam proses canai adalah :
1) Diameter roll
2) Hambatan deformasi logam yang tergantung pada struktur metalurgi, suhu,
dan laju regangan

Modul Praktikum

3) Gesekan antara roll dengan benda kerja


4) Adanya tegangan tarik ke depan dan atau tegangan tarik ke belakang pada
bidang lembaran

I.5.1 Mesin Roll


Peralatan untuk melakukan proses canai tersebut pada dasarnya terdiri dari
sebagian-sebagian seperti :
1) Roll
Menurut jumlah dan susunan rol, maka rolling mill dapat dibedakan
menjadi :
a)

Two high mill, merupaka pengerol logam dua tingkat dan jenis yang
paling sederhana

b)

Two high reversing mill, merupakan pengerol logam bolak-balik dua


tingkat dan mempunyai kecepatan yang lebih baik ketimbang jenis
two high mill

c)

Three high mill, merupakan pengerol logam tiga tingkat

d)

Four high mill, merupakan pengerol logam empat tingkat

e)

Cluster roll, merupakan pengerol logam tipis menjadi tipis lagi

f)

Planetary mill, merupakan pengerol logam dengan rol pendukung


dikelilingi sejumlah rol kecil

2) Bantalan (bearing)
3) Rumah (housing), untuk tempat peralatan-peralatan di atas
4) Pengendali, untuk mengatur catu daya untuk roll dan untuk mengendalikan
kecepatannya

I.5.2 Cacat-cacat yang Terbentuk dalam Proses Canai


1) Cacat cetakan
Cacat cetakan ini diakibatkan oleh terjadinya pertambahan panjang pada
arah lateral dan kemudian dihambat oleh gaya-gaya gesek transversal.
Kemudian karena adanya bukit gesekan, maka gaya gesekan mengarah ke
pusat lembarat. Hal ini mengakibatkan terjadinya penyebaran yang lebih
sempit daripada tepinya. Lembaran mengalami pertambahan panjang

Modul Praktikum

sementara itu pengurangan tebal tepi akan menyebar ke arah lateral, sehingga
lembaran dapat mengalami sedikit pembulatan pada ujung-ujungnya. Dari
hubungan kontinuitas antara tepi dengan pusat, maka pinggiran mengalami
regangan, suatu kondisi yang menimbulkan retak tepi.
2) Cacat Kerataan
Cacat pengerolan ini terjadi karena pelat tidak rata pada saat dilakukan
proses canai. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan perpanjangan pada
tempat tertentu dimana lembaran tipis dan pelat menjadi berombak.
3) Cacat pembelahan (alligatoring)
Terjadi karena ada ikatan lembaran akibat salah satu bagian roll lebih
tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan celah roll.
4) Perbedaan ketebalan antar sisi
Cacat ini terjadi karena adanya perbedaan ketinggian celah roll, akibatnya
ketebalan lembaran hasil roll tidak sama ketebalannya pada masing-masing
sisi dan pada salah satu sisi lembaran akan menjadi lebih panjang daripada sisi
yang lain, akibatnya pelat menjadi melengkung
5) Tebal material yang tidak sama pada semua tempat
Cacat jensi ini terjadi karena adanya deformasi elastis pada roll. Produk
pelat lebih tebal dibagian tengah dariapad di bagian pinggir.
6) Cacat-cacat lain
Sebagai contoh : porositas, keriput, kampuh, dll.

I.5.3 Perhitungan Dalam Proses Canai


Manghitung Tebal Reduksi

Dimana :
hi = tebal awal saat masuk
rolling machine
hf = tebal akhir saat keluar
roll machine
Misalkan untuk menghitung reduksi ketebalan hasil rolling yang diinginkan untuk
reduksi 70%, maka:
70%

= 4 mm - hf x 100%
4 mm

hf

= 1,2 mm

Modul Praktikum

Asumsikan beban yang digunakan untuk mendapatkan hf yang paling mendekati


adalah 18.103 KgF (beban maksimum 20 tonF).
Dalam satu kali pass, proses rolling dapat mereduksi ketebalan sebesar :

Dengan :

F = Rolling load (asumsi 18.103 KgF)


y = Yield strength (misalkan sampel Al dengan asumsi y = 145

Mpa)
w = lebar sample (20 mm)
R = Jari-jari roll (52 mm)
h = Ketebalan yang dapat direduksi satu kali pass
Sehingga ;
18.103

= (1,155 x 145 x 20) x 52 x h

= 0,55 mm

h = hi - hf1
hf1 = hi - h
Jadi pada passing pertama, ketebalan yang dihasilkan (hf1) : 4 0,55 = 3,45 mm
Ketebalan yang dihasilkan pada passing kedua (h f2) : 3,45 0,55 = 2,9 mm
Ketebalan yang dihasilkan pada passing ketiga (hf3 ) : 2,9 0,55 = 2,35 mm
Ketebalan yang dihasilkan pada passing keempat (h f4) : 2,35 0,55 = 1,8 mm
Ketebalan yang dihasilkan pada passing kelima (h f5) : 1,8 0,55 =1,25 mm
hf5 hf 1,2 mm, jadi untuk mereduksi sampel dengan reduksi sebesar 70%
diperlukan 5 kali passing.

I.5.4 Pelumasan
Pada proses canai dingin temperatur daerah antara roll dan lembaran
logam dapat mencapai temperatur yang tinggi, efek ini kurang baik terhadap
terhadap roll karena akan meningkatkan kecenderungan terjadinya roll flattening,
karena itu sebaiknya pelumas tidak hanya berfungsi melumasi namun juga
berfungsi sebagai pendingin rol.
Pelumas harus benar-benar terpilih, sesuai dengan kemampuannya dan
sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan dari pelumas tersebut. Pelumas yang

Modul Praktikum

dibutuhkan untuk lembaran aluminium tentu tidak sama dengan pelumas untuk
lembaran baja, karena itu formulasi pelumas yang akan digunakan dalam proses
pengubahan bentuk sebaiknya memenuhi beberapa bahan dalam jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan seperti kandungan perputaran pembasahan pada sistem
non aqueos, penghambat terhadap korosi, pengontrol pH, dan lain-lain.
Adapun contoh-contoh pelumas yang dapat digunakan untuk paduan
aluminium adalah sebagai berikut:
a) Kerosene
b) Mineral oil (viskositas 40-300 SUS pada 40oC
c) Petroleum jelly
d) Mineral plus 10-20% fatty oil
e) Tallow plus 50% paraffin

Modul Praktikum

MODUL II
PENGUJIAN SIMULATIF LEMBARAN DEEP DRAWING &
STRETCHING
II.1 Tujuan
1) Memahami penggunaan alat uji simulatif lembaran logam (universal sheet
metal testing machine)
2) Mengetahui pengujian simulatif lembaran logam melalui deep drawing
dan stretching
3) Mempelajari pengaruh nilai n-strain hardening terhadap proses stretching
4) Mempelajari pengaruh nilai R anisotropi terhadap nilai LDR pada proses
deep drawing
5) Mempelajari pengaruh pelumasan padat dan cair pada proses stretching
dan deep drawing
6) Memperoleh informasi mengenai kemampuan bahan untuk meragang atau
kapasitas bahan untuk meregang tanpa terjadi robek pada proses stretching
7) Mengetahui rasio batas pembentukan (LDR) suatu bahan pada proses
deep drawing.
8) Mengetahui proses terjadinya pengupingan (earing) pada produk hasil
deep drawing

II.2 Alat
1) Universal sheet metal testing machine, Capacity 12 tonF.
2) Sheet Metal Marking Machine merk Erichsen
3) Mikrometer dan Jangka Sorong
4) Gunting Logam/Cutting Blade
5) Amplas Logam

II.3 Bahan
1) Lembaran tembaga hasil canai.
2) Pelumas cair dan padat.
3) Larutan Elektrolit untuk proses sheet metal marking

Modul Praktikum

4) Larutan pencuci/pembersih.

II.4 Metode Percobaan dan Pengukuran


II.4.1 Penarikan Dalam (Deep drawing)
1) Potong satu buah sampel membentuk blank dengan diameter tertentu
sesuai drawing ratio yang dinginkan (tiap kelompok memiliki diameter
yang berbeda, mulai dari d=80mm)
2) Gerinda bagian tepi blank dan amplas untuk menghilangkan bekas
deformasi.
3) Beri tanda perrmukaan blank untuk menunjukkan arah 0o, 45o, dan 90o
terhadap arah canai.
4) Letakkan blank secara konsentris di atas dies.
5) Naikan penekan (d=40mm) setelah mengatur terlebih dahulu besar tekanan
jepit blank (PB) melalui perhitungan. Atur mesin pada posisi manual.
6) Catat Tekanan Pons (Pz) dan jarak kenaikan pons (h).
7) Setelah selesai, catat tekanan pons maksimum yang dibutuhkan dan ukur
earing yang terjadi dengan cara mengukur tinggi penekanan pada tiap
tinggi maksimum dan minimumnya.
8) Ulangi langkah-langkah di atas untuk drawing ratio yang berbeda hingga
diperoleh nilai LDR bahan.
9) Lakukan pengujian yang sama untuk kondisi pelumasan berbeda.

II.4.2 Tarik Rentang (Stretching)


1) Potong blank dengan diameter 100 mm.
2) Buat garis melalui pusat blank dengan arah 0o, 45o, dan 90o terhadap arah
canai.
3) Buat lingkaran konsentris dari pusat blank ke tepi dengan masing-masing
berjarak 5 mm.
4) Beri tanda setiap titik potong lingkaran dan garis, ukur ketebalan awal
pada setiap titik.
5) Lakukan penekanan setelah mengatur besar tekanan blank pada posisi
maksimum.

Modul Praktikum

6) Catat tekanan pons (Pz) dan ketinggian kubah (h).


7) Setelah selesai ukur kembali ketebalan pada setiap titik potong tadi.
8) Lakukan pengujian yang sama untuk kondisi pelumasan berbeda

II.5 Dasar Teori


Pengubahan bentuk lembaran logam memegang peranan penting saat ini.
Banyak peralatan menunjang kehidupan modern diantaranya merupakan
gabungan dari berbagai komponen yang dibuat melalui proses pengubahan bentuk
pada lembaran logam diantaranya proses Deep drawing dan Strecthing. Benda
dan peralatan tersebut diantaranya adalah berbagai komponen alat transportasi,
industri, komponen elektronik, dan peralatan rumah tangga.
Salah satu jenis bahan yang banyak digunakan pada pengubahan bentuk
plastis yaitu lembaran kuningan, disamping baja dan alumunium. Lembaran
kuningan mempunyai keuletan yang baik sehingga cocok dapat dilakukan proses
pengubahan bentuk dengan baik menjadi bentuk yang rumit sekalipun. Dengan
sifat daya hantar listrik/panas yang baik, bahan ini banyak digunakan sebagai
alat/komponen listrik, dinding pemanas, tabung-tabung heat exchanger dan
sebagainya.
Mampu bentuk suatu bahan dapat diketahui dengan dua pendekatan, yaitu
pengujian nonsimulasi dan pengujian simulasi. Pengujian nonsimulasi dilakukan
dengan proses penarikan (uji tarik) untuk mengetahui sifat mekanis bahan yaitu
diantaranya kekuatan, keuletan, koefesien pengerasan regangan, dan faktor
anisotropi plastis. Pengujian ini tidak secara langsung memberikan informasi
mengenai mampu bentuk bahan karena sifatnya hanya membandingkan tegangan
dan regangan yang terjadi selama penarikan tanpa pendekatan pada kondisi
pembentukan lembaran yang sesungguhnya. Namun dari pengujian ini kita dapat
memperkirakan kemampuan bahan untuk dibentuk. Pengujian simulasi meliputi
proses Deep drawing dan Strecthing yang merupakan proses utama dalam suatu
pembentukan logam lembaran. Dengan proses deep drawing dapat kita ketahui
kemampuan bahan untuk ditarik dalam (nilai LDR), yaitu kemampuan bahan
untuk dibuat menjadi bentuk-bentuk dengan kedalaman tertentu tanpa terjadinya
perobekan. Pada pengujian stretching dapat diperoleh informasi mengenai

Modul Praktikum

kemampuan bahan untuk meregang atau kapasitas bahan untuk meregang tanpa
terjadi robek pada bahan.

II.5.1 Penarikan Dalam (Deep drawing)


Deep drawing merupakan proses pengubahan bentuk dingin dari lembaran
logam untuk menghasilkan benda yang mempunyai kedalaman tekan seperti pada
pembuatan mangkuk (kup). Proses ini dilakukan dengan meletakan lembaran
(blank) diantara dua penjepit yang salah satunya juga sekaligus berfungsi sebagai
cetakan. Lembaran kemudian ditekan pada bagian yang tak berjepit sehingga
bahan lembaran akan mengalir masuk kedalam cetakan dan menghasilkan benda
jadi sama dengan bentuk cetakannya. Pada proses ini terjadi aliran material
disebabkan tekanan blank holder yang digunakan tidak terlalu besar. Selama
proses, ketebalan benda lebih kurang sama dengan ketebalan lembaran awal dan
luas permukaan lembaran sebelum dibentuk sama dengan luas permukaan benda
setelah dibentuk.
Pada proses ini perlu diperhitungkan besarnya tekanan penjepit
disekeliling blank untuk menghindari pengkerutan bagian tepi ataupun perobekan
mangkuk. Bentuk pengujian deep drawing yang biasanya dilakukan yaitu
pengujian Swift, dimana blank lingkaran dibentuk menjadi mangkuk beralas datar,
seperti tampak pada gambar berikut ini :

Pada proses deep drawing, blank mengalami tiga jenis deformasi yang
berbeda. Deformasi dan keadaan tegangan yag terjadi pada daerah-daerah yang
berbeda selama proses deep drawing diperlihatkan pada gambar berikut ini:

Modul Praktikum

Pada daerah tengah blank (bagian yang kontak langsung dengan alat tekan)
terjadi regangan tarik biaksial sehingga pada daerah ini terjadi penipisan.
Blank yang berada di luar daerah penekanan (diantara penjepit) pada saat
akan masuk kedalam cetakan akan mengalami penarikan ke arah radialnya.
Keliling lingkaran akan terus menerus menyusut dari keliling awal .D
menjadi .d. Penyusutan terjadi pada daerah ini karena adanya regangan
tarik pada arah radial akibat gaya tekan dari alat tekan (punch) serta
regangan tekan pada arah tegak lurus radial (arah keliling).

Pada saat masuk ke cetakan, mula-mula terjadi pembengkokan/bending,


kemudian dilanjutkan dengan pelurusan (straightening) akibat melewati
kelengkungan cetakan membentuk dinding kup akibat gaya tekan dari
punch yang memasuki lubang cetakan. Gaya tekan dari punch
mengakibatkan dinding kup mengalami penarikan pada arah sejajar
dengan arah gerakan punch.

Beban tekan dari dasar kup diteruskan kebagian dinding. Umumnya


daerah yang sering mengalami robek dalam deep drawing terletak pada
bagian dinding sedikit di atas jari-jari kelengkungan dasar kup. Pada
daerah ini terjadi peregangan bidang (plane strain) yang mengakibatkan
penipisan bahan. Robek akan terjadi apabila tegangan tarik yang terjadi
pada daerah ini melebihi kekuatan tarik bahan.
Gaya tekan yang dibutuhkan untuk membentuk blank menjadi kup

merupakan jumlah gaya ideal untuk pengubahan bentuk, gaya gesek dan gaya
penyusutan ketebalan pada bagian dinding. Gaya penekanan ideal untuk menekan
blank masuk ke dalam cetakan terus bertambah dengan makin dalamnya

Modul Praktikum

penekanan akibat terjadinya pengerasan regang. Gaya penekanan yang terjadi


pada daerah penjepit terus bertambah sampai keadaan maksimum dan kemudian
berkurang dengan makin berkurangnya daerah blank yang terjepit.

II.5.1.1 LDR (Limit Drawing Ratio)


Mampu bentuk lembaran melalui proses deep drawing dinyatakan dengan
LDR (Limit Drawing Ratio), yaitu batas kemampuan bahan dimana merupakan
perbandingan antara diameter blank maksimum/kritis terhadap diameter punch
yang masih dapat membentuk mangkuk/kup yang baik.

dimana rasio batas penarikan (Limiting Draw Ratio), yaitu rasio dari diameter
blank terbesar yang berhasil ditarik, D, terhadap diameter penekan, d.
Robek pada bagian deep drawing dapat terjadi apabila tekanan jepit pada
blank terlalu besar yang mana gesekan pada daerah menjadi sangat besar sehingga
terjadi penghambatan aliran bahan. Tegangan tarik pada daerah dinding
meningkat dengan cepat sampai menyampai kekuatan tarik bahan sehingga terjadi
peregangan setempat sebelum seluruh bahan masuk ke dalam cetakan yang
akibatnya terjadi robek. Besarnya tekanan jepit dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut:

Dimana:
D = diameter blank (mm)
d = diameter pons (mm)
s = tebal lembaran (mm)
uts = tegangan tarik maksimum (kg/mm2)

Modul Praktikum

II.5.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Deep drawing


Faktor-faktor yang mempengaruhi deep drawing dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu kondisi pengujian dan material yang digunakan. Kondisi pengujian
termasuk di dalamnya geometri, bahan peralatan tekan, tekanan jepit, kecepatan
drawing dan pelumasan yang dipakai. Sedangkan faktor material yaitu ketebalan,
besar butir, dan anisotropi plastis.
Faktor utama yang menentukan hasil deep drawing yaitu:
1) Sifat anisotropi plastis (R)
Ialah sifat ketahanan bahan terhadap penipisan. Makin besar nilai R nya
suatu bahan berarti ketahanan terhadap penipisan arah penebalannya juga
besar sehingga kemampuannya untuk di deep drawing semakin baik, yang
mana diperoleh harga LDR yang lebih besar.
2) Koefesien pengerasan regang (n)
Nilai n juga berpengaruh terhadap nilai LDR meskipun tidak sebesar
pengaruh R.
3) Pelumasan
Pelumasan yang baik terutama di daerah blank holder dan radius dies
akan meningkatkan nilai LDR, karena dengan adanya pelumas maka efisiensi
deformasi akan semakin besar.

II.5.2 Stretching
Stretching merupakan suatu proses pengubahan bentuk akibat adanya
pertambahan panjang dalam berbagai arah pada lembaran logam yang tidak
berada di bawah penjepit akibat adanya gaya dari alat penekan (punch). Berbeda
dengan proses deep drawing, disini tidak terjadi aliran material yang bebas
melainkan proses peregangan/perentangan yang menimbulkan penipisan karena
disekeliling lembaran (blank) diberikan tekanan penejepitan dengan tekanan yang
besar. Benda yang dihasilkan akan berbentuk hemispherical sebagaimana bentuk
dari ujung penekan yang digunakan.
Proses pembentukan stretching dengan alat tekan berbentuk setengah bulat
(hemispherical-punch) umumnya digunakan dalam menguji kemampuan bentuk
stretching. Secara skematis proses ini digambarkan :

Modul Praktikum

Akibat proses penekanan ini blank mengalami deformasi plastis hingga


mencapai kedalaman tertentu sebelum terjadinya robek. Karena di sini tidak
terjadi aliran material, maka luas benda yang dihasilkan akan lebih besar
dibanding luas lembaran mula-mula. Umumnya proses stretching dipakai untuk
membuat komponen-komponen dengan radius kelengkungan besar.
Secara umum kemampuan bahan untuk dibentuk dengan proses stretching
dapat dilihat dari kedalaman hasil penekanan. Semakin dalam hasil stretching
yang diperoleh maka akan semakin besar deformasi yang dialami bahan yang
dapat dikatakan semakin besar ketahanan bahan terhadap deformasi sebelum
terjadi ketidakstabilan plastik yang berlanjut dengan terjadinya perobekan.
Kemampuan suatu lembaran untuk dibentuk melalui proses ini ditentukan
oleh regangan maksimum yang masih dapat diterima bahan sebelum mengalami
perobekan atau penciutan. Besarnya regangan maksimum ini sangat dipengaruhi
oleh nilai n (koefesien strain hardening). Peningkatan nilai n akan memperbesar
nilai regangan maksimum yang dapat dicapai. Sedangkan peningkatan nilai R
anisotropi akan menurunkan regangan maksimum tersebut.
Ukuran lain yang dipakai untuk menunjukan mampu rentang lembaran
ialah ketinggian kubah yang dapat dihasilkan. Besaran ini juga dipengaruhi oleh
nilai n. Peningkatan n ini diasosiasikan dengan kemampuan lembaran untuk
mendistribusikan regangan secara uniform, sehingga mencegah

terjadinya

pemusatan regangan yang tinggi pada titik tertentu.


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk dari pola distribusi
regangan dan kedalaman stretching suatu material, yaitu sifat material lembaran
logam, bentuk dan dimensi dari punch, pelumasan serta kecepatan stretching.

Anda mungkin juga menyukai