Anda di halaman 1dari 2

Bumi Antiklimaks

Seperti apakah rupa bumi kita mendatang? Banyak yang meramal di masa depan,
entah 100 atau 1000 tahun kemudian, kehidupan di bumi lebih makmur dan efisien karena
teknologi yang semakin canggih. Barangkali seluruh manusia akan menjadi konsumen,
karena canggihnya teknologi dapat mengatur robot-robot pelayan tanpa bantuan manusia.
Seluruh manusia akan mengalami obesitas karena tidak ada pekerjaan yang harus
diselesaikan dan aktivitas yang harus dilakukan selain makan, tidur, dan berbicara virtual
dengan panel sentuh pribadi. Film-film terbaru tersedia gratis dan langsung dapat diakses
secara pribadi di panel sentuh. Dan tidak perlu lagi memerlukan waktu berjam-jam di
pesawat untuk pergi dari Indonesia ke Amerika, karena hanya dengan waktu 15 menit saja,
jarak sejauh itu dapat ditempuh menggunakan jet berteknologi tinggi.
Bumi akan semakin hijau dan laut akan semakin jernih. Kehidupan manusia akan
tenteram karena begitu mudahnya manusia mendapatkan apa yang diinginkan. Tidak ada lagi
kehilangan uang atau perampokan bank, karena uang sudah tidak dalam bentuk nyata
melainkan digital yang dapat ditukarkan dengan menggesekkan kartu uang digital di suatu
mesin layaknya mengambil uang di ATM. Tidak ada lagi yang mengenal siang dan malam
karena manusia dapat beraktivitas sekenanya tanpa dituntut oleh waktu. Manusia juga tidak
memiliki masalah dengan suhu dan cuaca. Manusia dapat mengatur suhu, cuaca, dan waktu
sesuai keinginan mereka. Bumi telah mencapai puncak klimaks peradabannya.
Tapi bagaimana jika sebaliknya? Bagiamana jika ternyata bumi sudah mencapai
puncak klimaksnya dan sedang dalam perjalanan waktu menuju anti klimaks? Bagaimana
jika pada saatnya ternyata bumi tidak sehijau seperti yang dibayangkan? Bagaimana jika laut
tidak sejernih seperti yang diharapkan? Justru bumi akan menjadi lebih gersang dan cokelat
dengan debu dan pasir yang menjadi atmosfernya. Atau laut akan menghitam dan mengental
dikarenakan sampah-sampah yang sudah tidak cukup lagi untuk ditampung di daratan.
Robot-robot tercanggih hanya dimanfaatkan untuk memadatkan sampah dan
menumpuknya di suatu tempat. Manusia tidak lagi memiliki waktu untuk memikirkan cara
membuat robot yang dapat melayani kebutuhan hidupnya, melainkan sudah habis untuk
memikirkan membuat makanan dikarenakan bahan pangan yang sudah habis. Muncullah
makanan praktis hasil sintesis yang sekali konsumsi sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi

manusia. Dan tidak ada menu makanan lain selain makanan sintesis tersebut. Manusiamanusia yang ada justru kurus dengan perut buncit karena kekurangan gizi, bukannya
obesitas karena kalori yang berlebih.
Tidak ada lagi tumbuhan karena manusia sudah malas untuk merawatnya, sehingga
udara tercemar karena bumi tidak lagi memiliki oksigen untuk dihirup. Maka manusia yang
kurus semakin kurus dengan memikirkan bagaimana agar dapat membuat oksigen sintesis
untuk disuplai besar-besaran ke masyarakat dunia.
Kulit manusia semakin tebal dan kasar karena debu dan suhu yang ekstrim, peralihan
suhu antara siang ke malam pun sangat terasa perbedaannya. Tidak ada manusia yang
menikah senhingga tidak memiliki keturunan. Anak-anak kecil dan remaja banyak yang
menjadi korban jiwa dari perubahan suhu yang sangat ekstrim. Tidak ada yang mampu
bertahan hidup kecuali orang dewasa yang sudah terbiasa dengan kondisi mengerikan ini.
Bumi menghadapi akhir dari kebudayaan yang merupakan ambang kehancuran.
Sementara manusia abad 21 di sini justru menghamburkan sumber daya alam, baik
yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbarui. Manusia abad 21 banyak yang
beranggapan bahwa kedepannya semua yang dibutuhkan dapat diperbanyak dan digunakan
semau anak-cucu mereka nanti. Padahal, kondisi bumi dengan antiklimaksnya dapat saja
terjadi mengingat manusia abad 21 semakin menjadi-jadi dalam merusak lingkungan dan
mencemarinya. Untuk memimpikan masyarakat madani, hendaknya manusia abad 21 lebih
tahu diri dalam menjaga lingkungan sehingga dapat menjadi bagian sejarah yang dikenang
baik dan dijadikan contoh.

Anda mungkin juga menyukai