Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS NEUROLOGI

SPACE OCCUPYING LESSION

Pembimbing :
Dr. AGUS PERMADI, Sp.S

Disusun Oleh :
YULIANA PRIMAWATI
030.07.279

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT OTORITA BATAM
PERIODE 9 APRIL -12 MEI 2012

IKHTISAR KASUS
1

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. A
Umur
: 40 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Kristen
Status perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
: Buruh
Tanggal masuk RS : 09 April 2012
No. RM
: 30-82-12

II.

ANAMNESIS
Autoanamnesis dan Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 10 April 2012.
Keluhan utama : Badan sebelah kanan terasa lemas sejak 3 minggu SMRS.
Keluhan tambahan : Sakit kepala, mual, dan muntah.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Rumah Sakit Otorita Batam dengan keluhan badan sebelah kanan
terasa lemas sejak 3 minggu SMRS. Pasien mengeluh sulit menggerakkan tangan
dan kaki kanan yang terjadi perlahan lahan. Pasien mengeluh nyeri kepala
berdenyut yang hilang timbul, pandangan mata kabur, pandangan double
disangkal, kedua telinga berdenging, hilang timbul. Setelah bunyi berdenging pada
telinga hilang maka akan diikuti dengan nyeri kepala yang hebat. Pasien mengeluh
sulit berbicara, sulit tidur dan gelisah. Tidak ada demam, mual (+) dan muntah 2x
berisi cairan tanpa ampas makanan, tidak ada darah. Pingsan disangkal, tidak ada
kejang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat penyakit jantung tidak ada
Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
Kebiasaan merokok dari SMA, sehari 1 bungkus rokok.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal

III.

PEMERIKSAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Kesan sakit : Sakit Sedang
2

Tanda vital :
Tekanan darah : 130 / 80 mmhg
Nadi
: 90 x / menit
Suhu
: 36 , 6C diukur di axilla
Pernapasan : 20 x / menit
Status Generalis
Kepala
: Normocephali, rambut hitam, tidak mudah dicabut.
Wajah
: Simetris, pucat (-), ikterik (-), sianosis (-), tidak ada nyeri
tekan sinus frontal dan maxilla.
Mata
: Ptosis(-), exopthalmus(-), oedem palpebra(-), pupil bulat, isokor,
conjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/Telinga: Normotia, membran timpani intak, serumen (-), sekret (-)
Hidung
: Pernapasan cuping hidung (-), septum deviasi (-), sekret (-),
mukosa hiperemis (-), oedem concha (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-), deviasi uvula (-)
Bibir
: Simetris, sianosis (-)
Leher
: Kaku kuduk (-), tidak teraba pembesaran KGB
Thorax
Paru-paru
Inspeksi

: Gerak napas simetris pada kedua hemithorax, retraksi otot-otot

Palpasi
Perkusi
Auskultasi

pernapasan (-)
: Vocal fremitus simetris pada kedua hemithorax, nyeri tekan(-)
: Sonor pada kedua hemithorax
: Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi

: Ictus cordis tidak tampak


: Ictus cordis tidak teraba
: S1 S2 reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Perut tampak datar


: Supel, nyeri tekan (-), hepar/limpa tidak teraba membesar
: Timpani
: Bising usus (+) normal

Extremitas
Extremitas atas
Extremitas bawah
IV.

: Akral hangat +/+, oedem (-), sianosis (-)


: Akral hangat +/+, oedem (-), sianosis (-)

STATUS NEUROLOGIS
Dilakukan pada tanggal
Kesadaran
: Compos mentis
Saraf cranial :
NI
: Penciuman tidak diperiksa
3

N II

: Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak
Langsung +/+. Gangguan lapang pandang pada lateral kedua bola mata
(hemianopsia bitemporalis)

N III

: Nistagmus (-), gerak bola mata ke medial +/+, gerak bola mata ke
atas +/+, gerak bola mata ke bawah +/+, gerak bola mata ke atas dalam +/+

N IV : Gerak bola mata ke nasal inferior +/+


N VI : Gerak bola mata ke lateral +/+
NV :
Motorik m. Masseter : +/+, deviasi rahang : tidak ada
Sensorik Cabang 1 : baik
Cabang 2 : baik
Cabang 3 : baik
N VII : Sudut mulut sebelah kiri sedikit tertinggal
Pengecapan tidak ada kelainan
N VIII : Ketajaman pendengaran
Test Schwabach
Test Rinne
Test Romberg di pertajam
Past pointing Test
Stepping Test

: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan

N IX dan N X : Refleks batuk (+)


Refleks menelan(+)
Uvula simetris
Refleks faring normal
N XI :
M. Sternocleidomastoideus kiri
Statis : Kontur baik, normotrofi, fasikulasi(-), tonus baik
Dinamis : Kekuatan normal
M. Sternocleidomastoideus kanan = kiri
M. Trapezius
Statis : Kontur baik, normotrofi, fasikulasi(-), tonus baik
Dinamis : Kekuatan normal

N XII :
Lidah
4

Statis : Besar normal, normotrofi, tidak berkerut, deviasi (-), tremor(-), fasikulasi
(-)
Dinamis : Deviasi (-), parese (-)
Motorik
Kekuatan otot :
Klonus

Sensorik
Rangsang suhu
Rangsang raba
Rangsang nyeri

Refleks
Refleks fisiologis
Refleks bicep
Refleks tricep
Refleks patella
Refleks achilles
Refleks dinding perut

3 5
3 5
--: Tidak dilakukan
: Hiperestesi /baik
: Hiperestesi / baik

: N/N
: N/N
: N/N
: N/N
: N/N

Refleks patologis
-

Refleks oppenheim
Refleks gordon
Refleks schaefer
Refleks chaddock
Refleks babinsky

: -/: -/: -/: -/: -/-

Rangsang meningeal
Brudzinsky I
: -/Brudzinsky II
: -/Perasat

Kernig

: Negatif

Laseque

: Negatif

Fungsi luhur
Afasia
: (-)
Otonom
: BAK normal
Koordinasi
: baik
MMSE (Mini Mental State Exam)
Clock drawing test skor 3

skor 27
5

V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab Darah
10 April 2012
Hb
: 14,8
Ht
: 46,2
Trombosit
: 234.000
Leukosit
: 4.800

CT Scan :

tampak lesi hipodens inhomogen (HU =16) di serebelum kanan ukuran1,92x2,8 cm


bentuk realtif membulat, dinding relative tebal, tak tampak gambaran peritumoral

oedema
Ventrikel lateralis kiri dan kanan, sulci corticalis, fissure dan sisterna normal
Tidak tampak midline shift
Diferensiasi gray white matter baik
Extraaxial tidak tampak perdarahan atau koleksi cairan patologis
Kedua orbita simetris, retrobulbar tidak tampak massa
Sinus paranasalis dan selulae mastoidea kiri kanan cerah
Tulang-tulang intak, tidak tampak fraktur

Kesimpulan :
Mengarah gambaran massa padat hipodens kemungkinan suatu tumor primer atau
metastase DD abcess cerebelum kanan tanpa adanya peritumoral oedem.
Tidak tampak adanya perdarahan intracranial.
Tak tampak adanya tanda-tanda sinusitis maupun mastoiditis.
Saran : CT head kontras lanjutan
VI.

RESUME
Pasien datang ke Rumah Sakit Otorita Batam dengan keluhan badan sebelah kanan terasa
lemas sejak 3 minggu SMRS. Pasien mengeluh sulit menggerakkan tangan dan kaki kanan
yang terjadi perlahan lahan. Pasien mengeluh nyeri kepala berdenyut yang hilang timbul,
pandangan mata kabur, pandangan double disangkal, kedua telinga berdenging, hilang
timbul. Setelah bunyi berdenging pada telinga hilang maka akan diikuti dengan nyeri
kepala yang hebat. Pasien mengeluh sulit berbicara, sulit tidur dan gelisah, mual (+) dan
muntah 2x berisi cairan tanpa ampas makanan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Tekanan darah : 130 / 90 mmHg
6

Status generalis dalam batas normal.


Status neurologis :
Kesadaran
: Compos mentis
Saraf cranial :
N. I, III, IV, VI, VIII, IX, X tidak ada kelainan
N II: Hemianopsia bitemporalis
N VII : Sudut mulut sebelah kanan tertinggal
Pengecapan tidak ada kelainan.
N XII : Lidah Dinamis :
Motorik Kekuatan otot
:
4 5
4 5
Sensorik baik
Refleks : Refleks fisiologis (+)
Refleks patologis (-)
Tanda rangsang meningeal (-)
Fungsi luhur : MMSE (Mini Mental State Exam)
Clock drawing test skor 3
VII.

skor 27

DIAGNOSIS KERJA
Space occupying lesion

VIII. TERAPI
IVFD 2A/8 jam
Dexametasone 3x1
Ranitidine 1x1
Neurobion 5000 1x 1
Ikaneuron 1x1
IX.

PROGNOSIS
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam

: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam

FOLLOW UP
Tanggal 10 April 2012
S : lengan kanan masih sulit digerakkan, kaki kanan terasa pegal.
TD
: 130 / 90 mmHg
Suhu : 36,5 oC
Nadi : 88 x / menit
RR
: 20 x / menit
Status generalis :
Mata
: Conjuctiva anemis -/-, sklera ikterik -/Thorax
: C S1 S2 reg, M(-), G(-)
7

P Sn vesikuler, Rh -/-, Wh -/Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), BU (+)


Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-)
Status neurologicus :
N. I, III, IV, VI, VIII, IX, X tidak ada kelainan
N II
: Hemianopsia bitemporalis
N VII
: Sudut mulut simetris
N XII
: Lidah Dinamis
Motorik Kekuatan otot

4 5
4 5

Sensorik tidak ada kelainan


Refleks : Refleks fisiologis (+)
Refleks patologis (-)
Tanda Rangsang meningeal (-)
A: SOL
P:
IVFD 2A/8 jam
Dexametasone o,5 mg 3x1
Neurobion 5000 1x 1
Ikaneuron 1
Tanggal 11 April 2012
S : sulit tidur, kepala masih terasa nyeri
TD
: 120 / 80 mmHg
Nadi : 84 x / menit

Suhu : 36,7 oC
RR
: 20 x / menit

Status generalis :
Mata
: Conjuctiva anemis -/-, sklera ikterik -/Thorax
: C S1 S2 reg, M(-), G(-)
P Sn vesikuler, Rh -/-, Wh -/Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), BU (+)
Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-)
Status neurologicus :
N II
: Hemianopsia bitemporalis
Motorik Kekuatan otot:

4 5
4 5

Sensorik tidak ada kelainan


Refleks : Refleks fisiologis (+)
Refleks patologis (-)
Tanda Rangsang meningeal (-)
8

A: SOL
P:
IVFD 2A/8 jam
Dexametasone 3x1
N 5000 1x 1
Ikaneuron 1
Tanggal 12 April 2012
S : sudah bisa tidur, sakit kepala berkurang
TD
: 120 / 90 mmHg
Suhu : 36,5 oC
Nadi : 88 x / menit
RR
: 20 x / menit
Status generalis :
Mata
: Conjuctiva anemis -/-, sklera ikterik -/Thorax
: C S1 S2 reg, M(-), G(-)
P Sn vesikuler, Rh -/-, Wh -/Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), BU (+)
Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-)
Status neurologicus :
N. I, III, IV, VI, VIII, IX, X tidak ada kelainan
N II
: Hemianopsia bitemporalis
N VII
: Sudut mulut simetris
N XII
: Lidah Dinamis
Motorik Kekuatan otot

4 5
4 5

Sensorik tidak ada kelainan


Refleks : Refleks fisiologis (+)
Refleks patologis (-)
Tanda Rangsang meningeal (-)
A: SOL
P:
IVFD 2A/8 jam
Dexametasone 3x1
N 5000 1x 1
Ikaneuron 1
Tanggal 13 April 2012
S : sakit kepala berkurang
TD
: 130 / 90 mmHg
Nadi : 84 x / menit

Suhu : 36,7 oC
RR
: 20 x / menit

Status generalis :
Mata
: Conjuctiva anemis -/-, sklera ikterik -/Thorax
: C S1 S2 reg, M(-), G(-)
9

P Sn vesikuler, Rh -/-, Wh -/Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), BU (+)


Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-)
Status neurologicus :
N. I, III, IV, VI, VIII, IX, X tidak ada kelainan
N II
: lapang pandang lateral terbatas
N VII
: Sudut mulut simetris
N XII
: Lidah Dinamis
Motorik Kekuatan otot

4 5
4 5

Sensorik tidak ada kelainan


Refleks : Refleks fisiologis (+)
Refleks patologis (-)
Tanda Rangsang meningeal (-)
A: SOL
P:
IVFD 2A/8 jam
Dexametasone 3x1
N 5000 1x 1
Ikaneuron 1
Tanggal 14 April 2012
S :tidak ada keluhan
TD
: 120 / 90 mmHg
Nadi : 88 x / menit

Suhu : 36,5 oC
RR
: 20 x / menit

Status generalis :
Mata
: Conjuctiva anemis -/-, sklera ikterik -/Thorax
: C S1 S2 reg, M(-), G(-)
P Sn vesikuler, Rh -/-, Wh -/Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), BU (+)
Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-)
Status neurologicus :
N. I, III, IV, VI, VIII, IX, X tidak ada kelainan
N II
: Hemianopsia bitemporalis
N VII
: Sudut mulut simetris
N XII
: Lidah Dinamis
Motorik Kekuatan otot

4 5
4 5

Sensorik tidak ada kelainan


Refleks : Refleks fisiologis (+)
Refleks patologis (-)
10

Tanda Rangsang meningeal (-)


A: SOL
P:
IVFD 2A/8 jam
Dexametasone 3x1
N 5000 1x 1
Ikaneuron 1

ANALISA KASUS
1.

Dasar diagnosis
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan :
a. Identitas
Pasien adalah Pria berusia 40 tahun.
Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade ke 5, 6, 7 dengan
tingginya insiden pada pria usia dewasa.
b. Anamnesis
Pasien datang ke Rumah Sakit Otorita Batam dengan keluhan badan sebelah
kanan terasa lemas sejak 3 minggu SMRS. Pasien mengeluh sulit
menggerakkan tangan dan kaki kanan yang terjadi perlahan lahan. Pasien
mengeluh nyeri kepala berdenyut yang hilang timbul, pandangan mata kabur,
kedua telinga berdenging, hilang timbul. Setelah bunyi berdenging pada telinga
hilang maka akan diikuti dengan nyeri kepala yang hebat. Pasien mengeluh
sulit berbicara, sulit tidur dan gelisah. Mual (+) dan muntah 2x berisi cairan
Hal ini sesuai dengan anamnesis SOL dimana terjadi peningkatan tekanan
intracranial yang menyebabkan nyeri kepala. Pada SOL nyeri kepala bersifat
dalam, terus-menerus, tumpul dan kadang- kadang bersifat hebat sekali,
biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktivitas yang
menyebabkan peningkatan TIK, yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.
Nausea dan muntah akibat rangsangan pada medual oblongata. Gangguan
penglihatan kemungkinan akibat statis vena yang menimbulkan pembengkakan
papila saraf optikus.
c. Pemeriksaan Fisik
Status neurologis :
Saraf cranial
:
N II
: Hemianopsia bitemporalis.
11

Motorik
Kekuatan otot

Sensorik
Rangsang raba
Rangsang nyeri

: Hiperestesi /baik
: Hiperestesi / baik

3 5
3 5

Berdasarkan pemeriksaan fisik, tampak adanya gangguan fungsi pada saraf


kranial yang merupakan masalah yang sering ditemukan pada penderita SOL
pada umumnya yakni gangguan penglihatan serta adanya hemiparese pada
ekstremitas superior sebelah kanan..
d. Pemeriksaan penunjang
CT Scan
Hasil : Mengarah gambaran massa padat hipodens kemungkinan suatu tumor
primer atau metastase DD abcess cerebelum kanan tanpa adanya peritumoral
oedem.
2.

Dasar penatalaksanaan
Pada pasien ini diberikan :
Infus 2A yang isinya glukosa 5% dan natrium klorida 0,45% yang berguna
untuk

mengatasi

dehidrasi,

menambah

kalori,

dan

mengembalikan

keseimbangan elektrolit.
Dexamethasone merukapan steroid untuk mengurangi edema di sekitar tumor.
Dexamathasone 10 mg IV/ p.odilanjutkan dengan 4mg setiap 6 jam
Ranitidine Suatu antagonis histamin pada reseptor H2 yang menghambat kerja
histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam
lambung. Kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50%
perangsangan sekresi asam lambung adalah 36 94 mg/ml. kadar tersebut
bertahan selama 6 8 jam setelah pemberian dosis 50 mg IM/IV.
Neurobion 5000 Drip berisi Vitamin B1 yang berperan sebagai koenzim pada
dekarboksilasi asam keto dan berperan dalam metabolisme karbohidrat.
Vitamin B6 didalam tubuh berubah menjadi piridoksal fosfat dan piridoksamin
fosfat yang dapat membantu dalam metabolisme protein dan asam amino.
Vitamin B12 berperan dalam sintesa asam nukeat dan berpengaruh pada
pematangan sel dan memelihara integritas jaringan saraf.
12

Ikaneuron 1 beisi Vitamin B1 100 mg, Vitamin B6 200 mg, Vitamin B12 200
g. indikasinya untuk Polineuritis (degenerasi saraf-saraf tepi secara
serentak dan simetris), neuralgia (nyeri pada saraf)

13

TINJAUAN PUSTAKA
SPACE OCCUPYING LESION ( SOL )
Definisi
SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya
lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat
menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan
tumor intracranial. Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang
terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang
meluas pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari
rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi darah otak
dan cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti
venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal
dan meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.1
Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada tanda-tanda dan
gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari cairan serebrospinalatau
yang

langsung

menekan

pada

vena-vena

besar,

meyebabkan

terjadinya

peningkatantekanan intracranial dengan cepat. Tanda-tanda dan gejala memungkinkan


dokter untuk melokalisir lesi akan tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta
derajat kerusakan jaringan saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat,
kemungkinan akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada
batang otak merupakan keluhan yang umum. Pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada
pasien yang diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan mengarah
pada timbulnya pergeseran mendadak hemispherium cerebri melalui takik tentorium
kedalam fossa cranii posterior atau herniasi medulla oblongata dan serebellum melalui
foramen magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI digunakan untuk menegakkan
diagnosa.1
Tumor otak adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di
dalam tengkorak. Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas
yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. 1
ETIOLOGI
14

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu: 1,2
Herediter: Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang
dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor
familial yang jelas.

Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest). Bangunan-bangunan embrional


berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi
yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan
embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya.

Radiasi: Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma.

Virus: Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

Substansi-substansi Karsinogenik: Penyelidikan tentang substansi karsinogen


sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang
karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan.

PATOFISIOLOGI 3
Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral
Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal
Hidrosefalus
Gangguan fungsi hipofisis
Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia, infiltrasi leukosit/
melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari atau minggu dari
15

faseawal terjadi proses uque fraction atau dinding kista berisi pus. Kemudian rupture maka
infeksi akan meluas ke seluruh otak dan bisa timbul meningitis.
Terjadi proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central
nervus (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat
disekitarnya mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (Gangguan Fokal Akibat
Tumor Dan Peningkatan TIK).
Tumor-tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20 % dari penyebab semua kematian
kanker. Tumor-tumor otak biasanya manifestasi dari paru-paru, payudara, cairan
gastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal, dan kulit (melanoma).
Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade ke 5, 6, 7 dengan tingginya
insiden pada pria usia dewasa tumor otak banyak dimulai dari sel gelia (sel
untuk membuat struktur dan mendukung sistem otak dan medula spinalis ) dan merupakan
supratentorial (Terletak diatas penutup cerebellum) jelasnya neoplastik dalam palastik
menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan atau
adanya peningkatan TIK.
MANIFESTASI KLINIS 4
a. Peningkatan tekanan intracraniala
Nyeri kepala Nyeri bersifat dalam, terus-menerus, tumpul dan kadang- kadang
bersifat hebat sekali, biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat
beraktivitas yang menyebabkan peningkatan TIK, yaitu batuk, membungkuk dan
mengejan.
b. Nausea dan muntah
Akibat rangsangan pada medual oblongata.
c. Papil edema
Statis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.
KLASIFIKASI 4
Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi :
a. Jinak Acoustic neuroma
a. Meningioma
b. Pituitary adenomaAstrocytoma ( grade I )
b. MalignantAstrocytoma ( grade 2,3,4 )
a. Oligodendroglioma
16

b. Apendymoma
Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi :
a. Tumor intradural Ekstramedular
a. Cleurofibroma
b. Meningioma intramedural
c. Apendimoma
d. Astrocytoma
e. Oligodendroglioma
f. Hemangioblastoma
b. Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer.
PEMERIKSAAN PENUNJANG4,5
CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor,
dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi tentang sistem vaskuler.
MRI : Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otak dan
daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan CT Scan
Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi
dasar pengobatan serta informasi prognosisi.
Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor
Elektroensefalografi ( EEG ) : Mendeteksi gelombang otak abnormal.
KOMPLIKASI4,5
Gangguan fungsi neurologis.
Gangguan kognitif
Gangguan tidur dan mood
Disfungsi seksual
DIAGNOSA 1,2
Gangguan perfusi jaringan berhubungn dengan obstruksi ventrikel.
Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK.
Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi.
Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil).
Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan
INTERVENSI3,4,5
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan obstruksi ventrikel
a. Tujuan :
17

Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan kembali
normal dengan KH : TTV normal
Kesadaran pasien kembali seperti sebelum sakit
Gelisah hilang
Ingatanya kembali seperti sebelum sakit
b. Intervensi :
1. Pantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan
normalnya seperti GCS
2. Pantau frekuensi dan irama jantung
3. Pantau suhu juga atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan. Batasi penggunaan
selimut dan lakukan kompres hangat jika terjadi demam.
4. Pantau masukan dan pengeluaran, catat karakteristik urin, tugor kulit dan keadaan
membrane mukosa
5. Gunakan selimut hipotermia
6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti steroid, klorpomasin,
asetaminofen

c. Rasional :
1. Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensi TIK
adalahsangat

berguna

dalam

menentukan

lokasi,

penyebaran,

luas,dan

perkembangan darikerusakan.
2. Perubahan pada frekuensi dan disritmia dapat terjadi yang mencerminkan trauma
atau tekanan batang otak tentang ada tidaknya penyakit.
3. Demam biasanya berhubungan dengan proses inflamasi tetapi mungkin merupakan
komplikasi dari kerusakan pada hipotalamus.
4. Hipertermi meningkatkan kehilangan air dan meningkatkan resiko dehidrasi,
terutama jika tingkat kesadaran menurun.
5. Membantu dalam mengontrol peningkatan suhu
6. Dapat menurunkan permebilitas kapiler untuk membatasi pembentukan edema,
mengatasi menggigil yang dapat meningkatkan TIK, menurunkan metabolisme
seluler/menurunkan konsumsi oksigen
2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
a. Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam nyeri hilang dengan KH :
Nyeri hilang
Pasien tenang
Tidak terjadi mual muntah
Pasien dapat beristirahat dengan tenang
b. Intervensi :
18

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Berikan lingkungan yang tenang.


Tingkatkan tirah baring, bantu perawatan diri pasien.
Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata.
Dukung pasien untuk menemukan posisi yang nyaman.
Berikan ROM aktif/pasif.
Gunakan pelembab yang agak hangat pada nyeri leher/punggung yang

tidak ada demam.


7. Kolaborasi pemberian obat analgetik seperti asetaminofen, kodein sesuai
indikasi
c. Rasional :
1. Menurunkan reaksi terhadap stimulus dari luar dan meningkatkan istirahat
2. Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
3. Meningkatkan vasokontriksi, penumpukan resepsi sensori akan
menurunkan nyeri.
4. Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut
5. Membantu merelaksasi ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri.
6. Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit.
7. Untuk menghilangkan nyeri yang hebat.
3. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan pasien
menjadia dekuat dengan KH :
Mual muntah hilang
Napsu makan meningkat
BB kembali seperti sebelum sakit
Intervensi :
1. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan.
2. Beri makanan dalam jumlah kecil dan sering.
3. Timbang berat badan.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional :
1. Menentukan pemilihan terhadapjenis makanan sehingga pasien terlindungi dari

aspirasi.
2. Meningkatkan proses pencernaan dan kontraksi pasien terhadap nutrisi yang

diberikandan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan.


3. Mengevaluasi keefektifan/ kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
4. Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori \nutrisi

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Long, B. C. Perawatan medikal bedah. 1996. Jakarta: EGC


2. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. Buku ajar keperawatan medikal bedah. (Ed.8).2001.
Jakarta: EGC
3. Price, S. A., & Wilson, L. M. Patofisiologi; konsep klinik proses- proses penyakit.
(Ed. 4). 1995.Jakarta: EGC
4. Herainy, H. (2008). Tumor otak. Diperoleh pada tanggal 12 April 2012 dari
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11_TumorOtakTinjauanKepustakaan.pdf/11_Tu
morOtakTinjauanKepustakaan.html
5. Carpenito, L. J. Diagnosa keperawatan. 1997. Ed. 6. Jakarta: EGC
6. Doenges, M. E. , et al. Rencana asuhan keperawatan. 1997.Jakarta: EGC

Abstract
The brain and spinal cord are enclosed by bone, hence expansion of their contents by a
space-occupying lesion (SOL) leads to compression and distortion of the tissues of the
CNS. Slowly enlarging SOLs can be accommodated by atrophy of adjacent brain or spinal
tissue. More rapid enlargement causes a rise in pressure in the affected compartment from
the normal level of < 2 kPa (< 15 mmHg), and herniation of the soft CNS tissue into
adjacent compartments where the pressure is lower. This has potentially fatal
consequences. There are several types of SOL within the CNS (Figure 1) and individual
examples are discussed in this contribution.

20

Anda mungkin juga menyukai