Anda di halaman 1dari 40

PENGANTAR KOMUNIKASI

MASSA

Oleh : Padlah Riyadi, SE, Ak

Pengantar Media Masa Media Komunikasi

BAB 1
PENDAHULUAN
Pembahasan komunikasi yang kian pesat dan kompleks beserta penelitan
yang terus menerus dilakukan menjadi bukti bahwa ilmu komunikasi massa
menjadi bagian penting dalam proses kajian keilmuan. Bahkan kemudian
(meskipun terbilang muda karena kemunculannya belum lama) menjadi peran
terpenting dalam sejarah perkembangan manusia, terutama komunikasi.
A. Definisi Komunikasi Massa
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa
(media cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja, komunikasi
massa berasal dari pengembangan kata media of mass cumminication (media
komunikasi massa). Media massa apa? Media massa (atau saluran) yang
dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekannkan sebab ada media
yang bukan media massa yakni media tradisional seperti kentongan, angklungm
gamelan, dan lain-lain, Jadi, di sini jelas media massa menunjuk pada hasil
produksi teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa.
Kita juga perlu membedakan antara mass cumminication (dengan s) dengan
mass cumminication (tanpa s). Seperti dikemukan oleh Jay Back dan Frederick C.
Whitney dalam bukunya Introduction to Mass Communication (1988) dikatakan
bahwa Mass Communication lebih menunjuk pada teori atau proses teoretik. Atau
bisa dikatakan Mass Communication lebih menunjuk pada proses dalam
kemunikasi massa.
Dalam komunikasi massa kita membutuhkan gatekeeper (penapis informasi
atau palang pintu) yakni beberapa individu atau kelompok yang bertugas
menyampaika atau mengirimkan informasi dari individu ke individu yang lain

melalui media massa (surat kabar, majalah televisi, radio, video tape, campact
disk, buku).
Media massa adalah alat-alat dalm komunikasi yang bisa menyebarkan pesan
secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan
media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi
hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan
hampir seketika pada waktu yang tidak terbatas.
B. Ruang Lingkup
Studi komunikasi itu tidak lain adalah human communication (komunikasi
manusia). Dengan kata lain studi komunikasi harus selalu melibatkan manusia,
baik sebagai komunikator ataupun komunikan.
Ada beberapa bentuk atau pola komunikasi yang kita kenal, antara lain
komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication), komunikasi
antarpersona (interpersonal communication), komunikasi kelompok, (small group
communication) dan komunikasi massa (mass communication).
C. Ciri-Ciri Komunikasi Massa
1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga
Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan
orang. Artinya, gabungan antarberbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain
dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sebuah
sistem. Sebagaimana kita ketahui, sistem itu adalah Sekelompok orang,
pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan,
menuangkan ide, gagasan, symbol, lambing menjadi pesan dalam membuat
keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain
dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.
Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya
mempunyai ciri sebagai berikut :1) kumpulan individu, 2) dalam berkomunikasi
individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa, 3)
pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama

pribadi unsur-unsur yang terlibat, 4) apa yang dikemukakan oleh komunikator


biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis.

2.

Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen


Komunikan dalam komunikasi massa itu sifatnya heterogen/beragam.

Artinya, penonton televise beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial
ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang
tidak sama pula. Namun, mereka adalah komunikan televisi. Tidak perlu jauhjauh, misalnya Anda menonton acara tersebut di tengah-tengah keluarga Anda;
misalnya Anda sendiri dengan Bapak dan Kakak. Dari jenis kelamin bisa jadi
sama, tetapi dari jenjang pendidikan, umur, status sosial berbeda satu sama lain.
Jadi, heterogenitas ini banyak macamnya, meskipun tidak semua heterogenitas itu
harus melekat pada diri komunikan.
3.

Pesannya Bersifat Umum


Pesan-pesan dalam komuniakasi massa tidak ditujukan kepada satu orang

atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya


ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang
dikemukakannya pun tidak bersifat khusus. Khusus di sini, artinya pesan memang
tidak disengaja unuk golongan tertentu.
Ambil contoh acara film kartun Doraemon atau Sinchan, Dua acara ini
sengaja dikhususkan untuk anak-anak. Namun, orang tua dan remaja juga bisa
menikmatinya,

asa ada televise dan sempurna indra penglihatan dan

pendengarannya. Artinya, masyarakat umum bisa menikmati acara tertentu.


Umum di sini juga berarti bahwa pesan-pesan yang disampaikan dalam film
kartun bisa ditangkap tidak hanya oleh anak-anak, tetapi juga oleh remaja dan
orang dewasa.
4.

Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Ketika Anda membaca Koran tersebut komunikasi yang berlangsung hanya


satu arah, yakni dari media massa (Koran) itu ke Anda dan tidak sebaliknya. Ini
sangat berbeda ketika kita melakukan komunikasi tatap muka. Dalam diskusi
tentang Inul, misalnya dengan teman sekelas, saat itu terjadi komunikasi dua arah,
dari kita ke taman dan sebaliknya. Bakhkan jika kita tidak suka atau tidak setuju
dengan pendapat teman kita tadi, kita langsung bisa membantahnya. Ini namanya
komunikasi dua arah.
Dalam media cetak seperti Koran, komunikasi hanya berjala satu arah. Kita
tidak bisa langsung memberikan respons kepada komunikatornya (media masa
yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda. Misanya kita mengirimkan
ketidaksetujuan pada berita itu melalui rublik surat pembaca. Jadi, komunikasi
yang hanya berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback)
yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback).
5.

Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan


Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir

bersamaan. Bersamaan tentu juga bersifat relative. Majalah atau media sebagai
contohnya. Surat kabar bisa dibaca ditempat terbit pukul 5 pagi, tetapi di luar kota
baru pukul 6 pagi. Ini masalah teknis semata. Namun, harapan komunikator dalam
komunikasi massa, pesan tetap ingin dinikamati secara bersamaan oleh para
pembacanya. Tidak terkecuali bahwa pesan tersebut (lewat surat kabar) disebar
(didistribusikan) oleh media cetak secara bersamaan pula. Hanya karena wilayah
jangkauannya yang berbeda, memungkinkan terjadi perbedaan penerimaan. Akan
tetapi, komunikator dalam media massa berupaya menyiarkan informasinya secara
serentak.
6.

Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis


Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada

khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang


dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik).
Televisi disebut media massa yang kita bayangkan saat ini terjadi revolusi

komunikasi massa dengan perantaraan satelit. Peran satelit akan memudahkan


proses pemancaran pesan yang dilakukan media elektronik seperti televisi.
Bahkan, saat ini sudah sering televisi melakukan siaran langsung (live), dan bukan
siaran yang direkam (recorded).
7.

Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper


Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau

mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan


lebih mudah dipahami.
Mengapa gatekeeper itu sedemikian penting sehingga menjadi ciri dalam
komunikasi massa? Sebagaimana kita ketahui, bahan-bahan, peristiwa, atau data
yang menjadi bahan mentah pesan yang akan disiarkan media massa beragam dan
sangat banyak. Tentu tidak semua bahan tersebut bisa dimunculkan. Di sinilah
perlu ada pemilahan, pemilihan, dan penyesuaian dengan media yang
bersangkutan.
Gatekeeper

ini

juga

berfungsi

untuk

menginterpretasikan

pesan,

menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan, menentukan pengemasan


sebuah pesan dari media massa. Semakin kompleks sistem media yang dimiliki,
semakin banyak gatekeeping (pemalangan pintu atau penapisan informasi) yang
dilakukan. Bahkan bisa dikatakan, gatekeeper sangat menentukan berkualitas
tidaknya informasi yang akan disebarkan. Baik buruknya dampak pesan yang
disebarkannya pun tergantung pada fungsi penapisan informasi atau pemalangan
pintu ini.
D. Mengapa Perlu Mempelajari Komunikasi Massa?
Dennis McQuail (1987) pernah menyodorkan beberapa asumsi pokok berikut:
1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang
menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan
industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang
memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi

tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya. Di pihak lain,


institusi media diatur oleh masyarakat.
Mengapa kita perlu mempelajari komunikasi massa saat ini.
a. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Oleh karena
itu, mempelajari komunikasi media tidak ada gunanya tanpa mengaitkan
peran medianya. Bahkan bisa dikatakan, media massa menjadi alat utama
dalam proses komunikasi mass
b. Saat ini masyarakat kita tengah memasuki era masyarakat infoarmasi.
Salah satu ciri yang menonjol adalah penggunaan media massa sebagai
alat utama dalam pelaksanaan komunikasi. Komunikasi massa telah
memunculkan revolusi baru yakni penggunaan jasa sebagai dampak
perkembangan era reformasi sekarang ini. Seorang direktur sebuah
perusahaan

dalam

menjalankan

bisnisnya

bisa

hanya

dengan

menggunakan media massa.


c. Komunikasi massa merupakan kajian yang relatif baru dalam kajian ilmu
komunikasi (khususnya di Indonesia). Dengan demikian dibutuhkan
pembahasan yang lebih konkret dan mendalam tentang kajian tersebut. Ini
juga tidak lain karena komunikasi massa merupakan kajian yang terus
berkembang sehingga membutuhkan dasar-dasar pemahaman yang
memadai. Kajian komunikasi massa akan menggugah semangat limuwan
komunikasi massa agar lebih khusus membahas alat utama dalam
komunikasi massa yakni media massa.

BAB 2
ASAL-USUL
KOMUNIKASI MASSA
Perubahan radikal dalam proses komunikasi tersebut sangat mempengaruhi
perkembangan pemikiran, tingkah laku, dan budaya manusia. Pemahaman awal
fenomena yang cukup jelas ini akan mempermudah apresiasi dan pehaman kita
terhadap perkembangan media massa kontemporer saat ini.
Perkembangan media massa yang terus berubah dari waktu ke waktu itu juga
disebabkan oleh implikasi sejarah perkembangan manusia itu sendiri. Artinya,
perkembangan komunikasi itu tidak akan ada kalau manusia tidak ingin
berkembang. Dapat dikatakan, perkembangan komunikasi sejalan dengan
perkembangan sejarah manusia.
Sejarah ekstensi manusia akan lebih tepat bila dijelaskan dengan memakai
kajian teori transisi (theory of transition). Inti dari teori ini menjelaskan bahwa
ada perbedaan tahapan di dalam sejarah perkembangan komunikasi manusia.
Masing-masing perkembangan itu mempunyai konsekuensi yang sangat besar,
baik bagi individu maupun kehidupan sosialnya. Masing-masing tahapan sangat
berkaitan erat dengan proses komunikasi yang dibangun manusia. Artinya, setiap
tahapan akan mencerminkan bentuk komunikasi yang dilakukan umat manusia
dan masing-masing tahapan ini berbeda satu sama lain. Misalnya, mulai dari
penggunaan bahasa isyarat, bahasa lisan, tulisan, cetakan, dan komunikasi dengan
menggunakan media massa yang sekarang sama-sama kita ketahui.
A. Zaman Tanda dan Isyarat
Dalam komunikasi satu sama lain, peran insting (meskipun masih sangat
rendah) sangatlah penting. Proses komunikasi manusia lebih berdasarkan insting
bukan rasionya. Itu semua terjadi karena kemampuan kapasitas otak manusia
masih sangat terbatas. Perkembangan otak mereka sangat lamban. Oleh karena itu,
era ini berjalan dalam ribuan tahun sebelum digunakannya gerak isyarat, bunyibunyian, dan tanda jenis lain dalam proses komunikasi. Jadi, sebelum manusia

memasuki zaman tanda dan isyarat, manusia mengadakan komunikasi dengan


menggunakan instingnya.
Pola komunikasi yang dijalankan hampir menyerupai kehidupan binatang saat
ini (sekali lagi terlepas dari pendapat apakah manusia itu berasal dari binatang
atau tidak). Kalau kita mengamati binatang, dalam proses komunikasinya mereka
sering menggunakan tangisan, jeritan, dan bentuk tubuh sebagai tanda bahaya,
tersedianya makanan, atau koordinasi untuk berburu.
Lebih dari beribu-ribu tahun lamanya, pola komunikasi tidak hanya
digunakan, tetapi juga mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu tentunya
sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Pola komunikasi yang mereka lakukan
sudah menjadi konvensi (hukum tak tertulis) di dalam kehidupan sosial. Meskipun
ada perkembangan dalam proses berkomunikasi, perkembangan itu belum
mengarah pada penggunaan bahasa atau percakapan sebagai alat komunikasi yang
biasa dilakukan manusia dewasa ini. Perkembangan penting komunikasi dalam
era ini adalah digunakannya bahasa tanda dan isyarat sebagai alat komunikasi.
Munculnya tanda dan isyarat sebagai alat komunikasi berasal dari penyempurnaan
penggunaan suara (geraman, tangisan, dan jeritan) sebagai alat komunikasi pada
generasi sebelumnya.
Secara umum, orang-orang yang tidak dapat berbicara mempunyai
keterbatasan kemampuan untuk mengirimkan pesan dan menerima seperangkat
arti. Dengan keterbatasan tersebut, mereka akan kesulitan untuk mengontruksikan
sebuah pesan secara sempurna. Ini berarti bahwa pengembangan budaya yang
relatif kompleks sangat tidan mungkin dilakukan pada zaman ini. Sistem tanda
dengan menggunakan tangan dan jari seperti yang biasa digunakan oleh orang
tuli ketika berbicara cukup sebagai pengganti bahasa percakapan. Jadi, sistem
tanda dan sinyal terbatas pada isyarat dan tanda seperti yang bisa dilihat pada
orang tuli. Sistem tersebut belum mengarah pada penggunaan sistem tanda yang
didasarkan pada penggunaan huruf-huruf, kosa kata yang memadai, aturan
sintaksis, dan aturan tata bahasa. Dengan demikian, sistem komunikasi dengan
memakai suara yang didukung oleh gerak isyarat menjadi awal sejarah
perkembangan manusia dalam proses berkomunikasi.

10

B. Zaman Bahasa Lisan


Sejalan dengan tingkat perkembangan populasi dan proses kehidupan mereka,
perkembangan budaya pun semakin maju. Kota-kota kuno dan sisa-sisa peradaban
prasejarah tumbuh dan bisa dijumpai di mana mereka bertempat tinggal (sekitar
sungai Eufrat dan Tigris). Orang-orang tidak hanya bekerja mengolah tanah,
mengembangbiakkan binatang, memuja Tuhan, tetapi juga membangun teknologi
yang lebih rumit, termasuk di sini menggunakan logam, bertenun, kerekan, dan
bahan-bahan lain yang terbuat dari tanah yang dibakar. Mereka mempunyai waktu
untuk santaim untuk pertemuan dan untuk perenungan. Akan tetapi mereka belum
dapat menulis, termasuk juga bahasa yang digunakannya juga bervariasi
pertumbuhannya. Namun demikian, cara baru berbicara secara tetap sudah dapat
dibangun. Bahasa yang lebih tua dimodifikasi untuk diwariskan kepada generasi
selanjutnya.
Kemampuan yang dimiliki manusia pada era ini memang tidak menyebabkan
perubahan yang besar, tetapi secara pasti sangat memungkinkan peradaban
mereka bergerak maju dengan pasti. Kata-kata, angka, dan symbol lain termasuk
aturan berbahasa yang telah dibangun memungkinkan keberadaan manusia
untuk menanggulangi tantangan lingkungan fisik dan sosial mereka. Dengan
sistem simbolik yang dimilikinya individu dapat mengklasifikasi, mengirim,
menerima dan mengerti pesan lebih baik. Pendek kata, perubahan komunikasi
percakapan dan bahasa telah mengantarkan budaya mereka berubah secara drastis
dari hanya berburu ke pembangunan peradaban klasik yang besar dan
monumental. Meskipun bahasa sendiri tidak membawa perubahan secara
langsung, perubahan dan pembentukan peradaban yang lebih maju di era ini tidak
akan mungkin terjadi tanpanya.
C. Zaman Tulisan
Setelah berlangsung ribuan tahun lamanya, sampailah manusia ke zaman
tulisan (era ini muncul sekitar 5000 tahun SM). Artinya, komunikasi yang
dilakukan tidak lagi mengandalkan lisan, tetapi tertulis, meskipun ini bukan
berarti mereka tak menggunakan komunikasi lisan. Mereka tetap menggunakan

11

bahasa lisan, tetapi didukung pola oleh bahasa tulis. Era ini berlangsung lebih
pendek dari era sebelumnya. Sejarah tulisan sendiri merupakan salah satu
daripada proses dari gambaran piktografi ke sistem fonetis, dari penggunaan
gambar ke penggunaan surat sederhana untuk menyatakan maksud yang lebih
spesifik.
Sejarah tulisan itu sendiri sejalan dengan usaha manusia untuk merekam
informasi yang diperolehnya.
D. Zaman Cetak
Lepas dari zaman tulisan, salah satu penyempurnaan paling besar dari
perkembangan komunikasi manusia adalah ditemukannya cetakan. Sebelum abad
ke 15 orang-orang Eropa memproduksi buku-buku dengan menyiapkan
manuscript (manuskrip) berupa salinan yang dicetak dengan menggunakan tangan
(sebenarnya, Asa Briggs dan Peter Burke (2006) pernah mencatat bahwa
manuskrip ini sudah diproduksi dua abad sebelum ditemukannya mesin cetak).
Hal penting yang mengikuti perkembangan era cetak ini adalah penggunaan
kertas sebagai bahan untuk merekam tulisan. Hal demikian sudah dimulai di dunia
Islam sepanjang abad ke 18 dengan kertas kulit (meskipun sebenarnya kertas
sudah muncul di Cina). Lama kelamaan, sistem pemakaian tulisan di kertas
tersebar ke umat Kristen Eropa, khususnya ketika tentara Moors menduduki
Sepanyol.
Ide dasar pengembangan surat kabar lebih awal di benua Eropa, Inggris dan
Dunia Baru (negara taklukan atau yang ditemukan masyarakat Eropa). Pers
Kolonial orang Amerika baru mapan beberapa tahun sebelum Amerika Serikat
ditemukan sebagai negara baru. Di Amerika sendiri baru tahun 1830 an ada
surat kabar di New York yang boleh dibilang sukses. Surat kabar tersebut bisa
disebarkan ke beberapa belahan dunia. Pada dekade ke tiga abad ke 19 dampak
perkembangan cepat dari media cetak terasa sekali. Bahkan sudah ada gagasan
untuk mengkombinasikan surat kabar ke dalam media massa komunikasi lainnya.

12

E. Zaman Komunikasi Massa


Dengan kemunculan media cetak, langkah aktivitas komunikasi mulai
menanjak cepat. Apalagi dengan penemuan telegraf, semua itu menjadi kenyataan.
Walaupun bukan sebagai media massa komunikasi, peralatan ini menjadi elemen
penting bagi akumulasi teknologi yang akhirnya akan mengarahkan masyarakat
memasuki era media massa elektronik. Beberapa dekade tarakhir, percobaanpercobaan yang dilakukan telah membawa kesuksesan untuk mengatasi era dunia
motion picture (baca juga: film bisokop dan televisi). Pada permulaan abad ke
20, masyarakat Barat melakukan percobaan untuk mengembangkan teknik
komunikasi yang paling luas. Sepanjang masa pertama dekade abad ke 20
motion picture menjadi media hiburan keluarga. Ini diikuti pada tahun 1920 an
dengan pengembangan radio rumah tangga pada tahun 1940 an dengan
dimulainya televisi rumah tangga. Bahkan pada awal tahun 1950 an radio telah
mengalami titik jenuh pada keluarga Amerika. Radio berkembang lebih cepat
dengan melakukan penetrasi yang kian meningkat dalam bentuk radio kamar tidur
dan dapat dapur dengan didukung pertumbuhan sejumlah menara pemancar. Pada
akhir tahun 1950 an dan awal tahun 1960 an televisi juga mengalami titik
jenuh. Pada tahun-tahun selanjutnya, media baru ditambahkan seperti vidiotek,
televisi kabel, dan sebagainya. Komunikasi massa menjadi satu hal penting dan
menjadi bagian dalam kehidupan modern ini.
Abad komunikasi massa dipaksa berkembang lebih cepat lagi dengan
munculnya internet sebagai bagian dari media massa. Internet telah mampu
mengatasi ruang dan waktu proses penyebaran informasi di dunia ini. Apalagi
internet kemudian diintegrasikan dengan media massa lain seperti televisi, radio,
dan media cetak, bahkan media massa selain internet itu pada akhirnya
membutuhkan internet sebagai alat penyebar informasi pula.
Hal itu dapat terjadi karena kemampuan manusia yang terus melakukan
pengembangan, eksplorasi dan penelitian demi kemajuan di bidang teknologi
komunikasi media massa.

13

BAB 3
FUNGSI-FUNGSI
KOMUNIKASI MEDIA MASSA
Fungsi Komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney
(1988) antara lain : (1) to inform (menginformasikan), (2) to enternain (memberi
hiburan), (3) to persuade (membujuk), (4) transmission of the culture (tranmisi
budaya). Sementara itu, fungsi komunikasi massa menurut John Vivian dalam
bukunya The Media of Mass Communication (1991) disebutkan; (1) providing
information, (2) providing entertaiment, (3) helping to persuade, (4) contributing
ti social cohesion (mendorong kohesi sosial).
Sementara itu, menurut Alexis S. Tan fungsi komunikasi bisa beroperasi
dalam empat hal. Meskipun secara ekspilit ia tidak mengatakan fungsi komunikasi
media massa, tetapi ketika ia menyebut bahwa penerima pesan dalam komunikasi
bisa kumpulan orang (a group of person) atau ia menyebutnya mass audience,
sedangkan pengirim pesan atau komunikatornya termasuk kelompok orang atau
media massa, itu sudah dapat dijadikan bukti bahwa fungsi yang dimaksud adalah
fungsi komunikasi massa. Paling tidak, itu bisa dilihat dari ciri komunikator dan
audiancei-nya.
Untuk memperjelas fungsi-fungsi yang disodorkannya, Alexis S. Tan
menyederhanakan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 3.1
Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan
No.

Tujuan Komunikator
(Penjaga Sistem)

Memberi informasi

2.

Mendidik

3.

Mempersuasi

4.

Menyenangkan, memuaskan
kebutuhan komunikan

Tujuan Komunikan
(Menyesuaikan diri pada sistem: pemuasan kebutuhan)
Mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan, menguji
kenyataan, meraih keputusan.
Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna memfungsikan
dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah
laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.
Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang
cocok agar diterima dalam masyarakatnya.
Menggembirakan, mengendorkan urat saraf, menghibur, dan mengalihkan
perhatian dari masalah yang dihadapi.

14

(sumber : Alexis S. Tan 1981)


A. Informasi
Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah
berita-berita yang disajikan. Iklan pun dalam beberapa hal memiliki fungsi
memberikan informasi di samping fungsi-fungsi yang lain.
Konsep 5 W + 1 H atau straight news (berita singkat) sudah dikembangkan
dengan peliputan jurnalisme investegasi (investegative journalism). Yakni, suatu
bentuk peliputan yang dilakukan secara mendalam. Jadi tidak sekedar
menampilkan unsur berita 5 W + 1 H saja. Ada banyak pendukung yang ada
dalam berita tersebut, baik berupa angka-angka maupun wawancara yang
dilakukan pada beberapa sumber berita. Cara penulisan berita seperti ini juga
menyampaikan informasi. Faktanya tetap ada, yakni 5 W + 1 H hanya dikupas
secara mendalam.
Jurnalisme makna sudah seharusnya dijalankan pers untuk menjelaskan lebih
lanjut fungsi informasi. Artinya, fungsi pers adalah melaporkan peristiwa di dalam
masyarkat yang lebih kompleks dan memberikan makna terhadap peristiwaperistiwa tersebut. Seharusnya pers mengumpulkan sebanyak-banyaknya materi
yang diperlukan untuk membuat kejadian dan makna kejadian bersangkutan bisa
dipahami oleh publik. Ini berarti pers tidak lagi melaporkan sesuatu dengan satu
dimensi (dari satu sudut pandang saja), tetapi multi dimensi, dan mengungkapkan
latar belakangnya.
B. Hiburan
Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi
dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Masalahnya, masyarakat kita masih
menjadikan televisi sebagai media hiburan.
Media cetak biasanya tidak menempatkan hiburan pada posisi paling atas,
tetapi informasi. Namun demikian, media cetak pun tetap harus memfungsikan
hiburan. Gambar-gambar berwarna yang muncul di setiap halaman, adanya tekateki, dan cerita bergambar (cergam) menjadi beberapa ciri bahwa media cetak juga

15

memberikan layanan hiburan. Hal pula mengapa, terbitan Hari Minggu untuk
harian sangat berbeda jauh dengan hari yang lain. Hari Minggu akan diisi dengan
rubrik-rubrik yang lebih menghibur. Mengapa? Pembaca surat kabar menikmati
hari Minggu untuk santai bersama keluarga. Jika koran Minggu sama terbitannya
dengan terbitan hari biasanya, kemungkinan tidak akan laku. Membuar koran
untuk hiburan pada hari Minggu menjadi bukti bahwa masyarakat menikmati hari
Minggu untuk menjadi hiburan.
C. Persuasi
Fungsi persuasi komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi
informasi dan hiburan, Banyak bentuk tulisan yang kalau diperhatikan sekilas
hanya berupa informasi, tetapi jika diperhatikan lebih jeli ternyata terdapat fungsi
persuasi. Tulisan pada Tajuk Rencana, artikel, dan surat pembaca merupakan
tulisan persuasif.
Aktivitas Public Relations (PR) dan promosi khusus dalam komunikasi tatap
muka juga menjadi bentuk dari fungsi persuasi. Bahkan, jika aktivitas PR dan
promosi khusus dilakukan melalui media massa, semua itu tidak lepas dari usaha
untuk mempengaruhi orang lain, misalnya iklan shampo di televisi yang
mengatakan boleh keramas setiap hari.
Bagi Josep A. Devito (1997) fungsi persuasi dianggap sebagai fungsi yang
paling penting dari komunikasi massa. Persuasi bisa datang dari berbagai macam
bentuk: (1) mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai
seseorang, (2) mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang, (3)
menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu, dan (4) memperkenalkan etika,
atau menawarkan sistem nilai tertentu.
D. Tranmisi Budaya
Tranmisi budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan, kontemporer dan
historis. Dua tingkatan tersebut, tidak dipisahkan, tetapi terjalin secara konstan.
Apalagi media massa merupakan alat utama di dalam transmisi budaya pada
kedua tingkatan tersebut. Di dalam tingkatan kontemporer, media massa
memperkuat konsensus nilai masyarakat, dengan selalu memperkenalkan bibit
perubahan secara terus menerus. Hal ini merupakan faktor yang memberi petunjuk

16

teka-teki yang mengitari media massa, mereka secara serempak pengukuh status
quo dan mesin perubahan, Televisi, sebagai contoh, tidak hanya cermin, tetapi
juga

pengikat

waktu.

Sebagaimana

program

televisi

atau

film

yang

mempertontonkan tema-tema tabu, seperti telanjang dan seks, merefleksikan


perubahan di dalam struktur sosial (perubahan di mana televisi bertanggung jawab
terhadap semua sebab itu).
Ada dua hal tentang komunikasi sebagai sesuatu yang unik, misalnya dalam
teori semantik umum dari Ilmu Pengetahuan dan Kesehatan. Alferd Korzbsky
(1962) menamakannya kemampuan pengikatan waktu (time binding) manusia
yang didasarkan pada ingatan. Manusia sebagai makhluk di bumi telah dapat
menyimpan secara sadar dan melupakannya dari generasi ke generasi selanjutnya.
Kemudian, perkembangan dari spesies lebih atau kurang tetap. Kemampuan ini
membimbing transmisi budaya sebagaimana fungsi media massa dan seluruh
lembaga pendidikan, dan banyak sekali bagian dari fungsi ini.
E. Mendorong Kohesi Sosial
Kohesi yang dimaksud di sini adalah penyatuan. Artinya, media massa
mendorong masyarakat untuk bersatu. Dengan kata lain, media massa merangsang
masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa bercerai-berai bukan keadaan baik
bagi kehidupan mereka. Media massa yang memberitakan arti pentingnya
kerukunan hidup umat beragama, sama saja media massa itu mendorong kohesi
sosial.
Paul Lazarfeld dan Robert K. Merton pernah mengatakan bahwa media juga
mempunyai fungsi narcotising dysfunction (racun pembius). Meskipun istilah ini
sangat ekstrens, tetapi tidak bisa dipungkiri media massa yang tidak dikelola
secara bijak atau bahkan hanya mengejar keuntungan materi bisa menjadi racun
bagi masyarakat. Hal tersebut tidak bisa mengarahkan masyarakat untuk maju,
bersatu, jujur, tetapi justru sebaliknya menciptakan kemunduran masyarakat,
bercerai berai, atau terus komplik dan melakukan kebohongan. Oleh karena itu,
media massa yang tidak dikelola secara profesional, berdasarkan moral yang baik
sangat berbahaya bagi masyarakat. Media massa sama dengan racun yang
mematikan seperti yang disindir oleh Lazarfeld dan Merton.

17

F.

Pengawasan
Bagi Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan. Artinya,

menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadiankejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi pengawasan bisa dibagi menjadi dua,
yakni warning or beware surveillance

atau pengawasan peringatan dan

instrumental surveillance atau pengawasan instrumental.


Fungsi kedua dari fungsi pengawasan adalah pengawasan instrumental
(instrumental surveillance). Aktualisasi dari pengawasan ini adalah penyebaran
informasi yang berguna bagi masyarakat.
G. Korelasi
Fungsi korelasi yang dimaksud adalah fungsi yang menghubungkan bagianbagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Erat kaitannya dengan
fungsi ini adalah peran media massa sebagai penghubung antar berbagai
komponen masyarakat. Sebuah berita yang disajikan oleh seorang reporter akan
menghubungkan antara narasumber (salah satu unsur bagian masyarakat) dengan
pembaca surat kabar (unsur bagian masyarakat yang lain).
H. Pewarisan Sosial\
Dalam hal ini, media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang
menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba meneruskan atau
mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai norma, pranata, dan etika dari satu
generasi ke generasi lain.
Ada juga yang mengatakan fungsi pewarisan ini dengan transmisi budaya.
Jay Black dan Frederick Whitney (1988) dua diantara ilmuan komunikasi yang
mengatakan itu, tetapi fungsi ini sama dengan pewarisan sosial. Sebab, yang
namanya budaya meliputi tiga hal, yakni ide atau gagasan, aktivitas, dan bendabenda hasil kegiatan. Ide yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
selanjutnya termasuk budaya. Artinya, ide sebagai sebuah warisan merupakan
unsur dalam budaya.
I.

Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Reresif


Hal yang dilupakan oleh banyak orang adalah bahwa komunikasi massa bisa

menjadi sebuah alat untuk melawan kekuasaan dan kekuatan represif. Komunikasi
massa berperan memberikan informasi, tetapi informasi yang diungkapnya

18

ternyata mempunyai motif-motif tertentu untuk melawan kemapaman, Memang


diakui bahwa komunikasi massa juga berperan untuk memperkuat kekuasaan,
tetapi bisa juga sebaliknya.
J.

Menggugat Hubungan Triokotonomi


Hubungan trikotonomi adalh hubungan yang bertolak belakang antara tiga

pihak. Dalam kajian komunikasi hubungan trikotonomi melibatkan pemerintah,


pers, dan masyarakat. Ketiga pihak ini dianggap tidak pernah mencapai sepakat
karena perbedaan kepentingan masing-masing pihak. Oleh karena itu, bisa disebut
dengan hubungan trikotonomi. Hal demikian bisa dimaklumi karena ketiganya
mempunyai tuntutan yang berbeda satu sama lain ketika menghadapi suatu
persoalan. Pemerintah biasanya akan memposisikan diri sebagai pihak yang
berkuasa dan menentukan atas masyarakat dan pers.
Komunikasi massa melalui media massa memiliki tugas penting untuk
mengubah hubungan trikotonomi yang tidak adil tersebut. Media massa melalui
berita-berita yang berbobot, mengungkap peristiwa yang bertedentsi politik tinggi,
mampu mengungkapkan, mengeritik kebobrokan pemerintah yang kurop dan
tidak adil menifestasi dari fungsi tersebut.

19

BAB 4
ELEMEN-ELEMEN KOMUNIKASI MASA
Dalam komunikasi massa pengirim sering disebut sebagai sumber (source)
atau komunikator, sedangkan penerima pesan yang berjumlah banyak disebut
audience, komunikan, pendengar, pemirsa, penonton, atau pembaca. Sementara
itu, saluran dalam komunikasi massa yang dimaksud antara lain televisi, radio,
surat kabar, buku, film, kaset/ CD dan internet yang juga sering disebut sebagai
media massa. Ada beberapa elemen dalam komunikasi massa, antara lain
komunikator, isi, audience, umpan balik, gangguan (saluran dan semantik),
gatekeeper, pengatur, filter, dan efek (masalah efek ini akan dijelaskan dalam bab
tersendiri).
A.

Komunikator
Komunikator dalam komunikasi massa bukan individu, tetapi kumpulan

orang yang bekerja sama satu sama lain. Meskipun ada orang yang dominan, pada
akhirnya ia akan terbatasi perannya oleh aturan kumpulan orang. Kumpulan orang
itu bisa disebut organisasi, lembaga, institusi, atau jaringan. Jadi, apa yang
dikerjakan oleh komunikator dalam komunikasi massa itu atas nama lembaga
dan bukan atas nama masing-masing individu dalam lembaga tersebut.
Komunikator dalam komunikasi massa bersifat mencari keuntungan. Bukan
semata-mata mencari keuntungan, tetapi orientasi keuntungan menjadi dasar
pembentukan organisasi. Media massa tentu tidak sekedar menyiarkan informasi
semata, tetapi membutuhkan pemasukan bagi kelangsungan hidup lembaga itu
sendiri.
Ada beberapa karakteristik yang dimiliki komunikator dalam komunikasi
massa. Hiebert, Ungurait, dan Bohn (Hub) pernah mengemukakan setidaktidaknya lima karakteristik: 1) daya saing (competitivenessi), 2) ukuran dan
kompleksitas (size and complexity), 3) industrialisasi (industrialization), 4)
spesialisasi (specialization), dan 5) perwakilan (representation).
B.

Isi

20

Isi media setidak-tidaknya bisa dibagi ke dalam lima kategori yakni; 1)


berita dan informasi, 2) analisis dan interpretasi, 3) pendidikan dan sosialisasi, 4)
hubungan masyarakat dan persuasi, 5) iklan dan bentuk penjualan lain, dan 6)
hiburan.
Media massa tidak sekedar memberitakan, tetapi juga mengevaluasi setiap
kejadian. Media massa menyajikan berita yang mudah untuk dipahami. Media
cetak menyediakan intepretasi kejadian yang mungkin sulit dipahami oleh
pembacanya. Media itu memberikan data-data pendukung yang sangat berguna
untuk melakukan interpretasi pesan. Lewat tangan editornya, media cetak
membuat tajuk rencana yang berusaha menjelaskan suatu peristiwa terjadi,
meramalkan dan menunjukkan mana yang baik dan mana yang jelas.
Ketika media massa dan informasi dan analisisnya memberikan ilmu
pengetahuan pada masyarakat, secara tidak langsung media sedang memfungsikan
dirinya sebagai seorang pendidik. Dengan kata lain, apa yang disajikannya
mengandung unsur pendidikan. Media massa saat ini sedang mendidik
masyarakat.
C.

Audience
Audience yang dimaksud dalam komunikasi massa sangat beragam, dari

jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran atau jurnal ilmiah.
Masing-masing audience berbeda satu sama lain di antaranya dalam hal
berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman, dan
orientasi hidupnya. Akan tetapi, masing-masing individu bisa saling mereaksi
pesan yang diterimanya.
Audience dalam komunikasi massa setidak-tidaknya mempunyai lima
karakteristik sebagai berikut.
1.

Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi

2.

pengalaman dan pengaruhi oleh hubungan social di antara mereka.


Audience cenderung besar. Besar di sini berarti tersebar ke berbagai wilayah
jangkauan sasaran komunikasi massa.

21

3.

Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan


kategori social. Beberapa media tertentu mempunyai sasaran, tetapi

4.

heterogenitasnya juga tetap ada.


Audience cenderung anonym, yakni tidak mengenal satu sama lain.
Bagaimana mungkin audience bisa mengenal khalayak televisi yang
jumlahnya jutaan? Tidak mengenal tersebut tidak ditekankan satu kasus per

5.

kasus, tetapi meliputi semua audience.


Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator. Anda berada di
Yogyakarta yang sedang menikmati acara stasiun televisi di Jakarta.
Bukankah ia dipisahkan dengan jarak ratusan kilometer? Dapat juga
dikatakan audience dipisahkan oleh ruang dan waktu.

D.

Umpan Balik
Ada dua umpan balik (feedback) dalam komunikasi, yakni umpan balik

langsung (immediate feedback) dan tidak langsung (delayed feedback). Umpan


balik langsung terjadi jika komunikator dan komunikan berhadapan langsung atau
ada kemungkinan bisa berbicara langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar
pesona yang melibatkan dua orang atau komunikasi kelompok. Di dalam
komunikasi massa umpan balik biasanya terjadi tidak secara langsung. Artinya,
antara komunikator dengan komunikan dalam komunikasi massa tidak terjadi
kontak langsung yang memungkin mereka mengadakan reaksi langsung satu sama
lain.
Umpan balik secara tidak langsung, misalnya bisa ditunjukkan dalam letter
to the editor / surat pembaca / pembaca menulis. Dalam rubrik ini sering kita lihat
koreksi pembaca atas berita atau gambar yang ditampilkan media cetak.
Umpan balik merupakan bahan yang direfleksikan kepada sumber /
komunikan setelah dipertimbangkan dalam waktu tertentu sebelum dikirimkan.

E.

Gangguan

22

1.

Gangguan Saluran
Di dalam media gangguan berupa sesuatu hal, seperti kesalahan cetak, kata

yang hilang, atau paragraph yang dihilangkan dari surat kabar. Hal itu juga
termasuk gambar tidak jelas di pesawat televisi, gangguan gelombang radio,
baterai yang aus, langganan majalah yang tidak datang. Kenyataannya, semakin
kompleks teknologi yang digunakan masyarakat, semakin besar peluang
munculnya gangguan. Semakian banyak variasi program acara yang disajikan,
semakin meningkat munculnya gangguan.
2.

Gangguan Semantik
Gangguan yang berhubungan dengan saluran mungkin ada di mana-mana

dan menjadi penghambat dalam komunikasi masa, tetapi tidak demikian halnya
dengan gangguan semantik (kata). Semantik bisa diartikan sebagai ilmu bahasa
yang mempelajari tentang tata kalimat. Oleh karena itu, gangguan semantik
berarti gangguan yang berhubungan dengan bahasa. Gangguan semantik lebih
rumit, kompleks, dan sering kali muncul. Bisa dikatakan, gangguan semantik
adalah gangguan dalam proses komunikasi yang diakibatkan oleh pengirim data
penerima pesan itu sendiri.
F.

Gatekeeper
Ketika seorang editor menekankan beritanya secara sensasional dan

spektakuler, dan juga masalah kriminal. Ia sedang melaksanakan fungsi


gatekeeper (penapisan informasi). Dengan kata lain, tugas gatekeeper adalah
bagaimana dengan seleksi berita yang dilakukan pembaca menjadi menarik dan
enak untuk membacanya.
Gatekeeper mempunyai fungsi sebagai berikut: (1) menyiarkan informasi;
(2) untuk membatasi informasi dengan mengeditnya sebelum disebarluaskan; (3)
untuk memperluas kuantitas informasi dengan menambahkan fakta dan
pandangan lain; dan (4) untuk menginterpretasikan informasi (John R. Bittner,
1996).
G.

Pengatur

23

Yang dimaksud pengatur dalam media massa adalah mereka yang secara
tidak langsung ikut mempengaruhi proses aliran pesan media massa. Pengatur ini
tidak berasal dalam media tersebut, tetapi di luar media. Namun demikian,
meskipun di luar media massa, kelompok itu bisa menentukan kebijakan
redaksional. Pengatur tersebut antara lain pengadilan, pemerintah, konsumen,
organisasi professional, dan kelompok penekan, termasuk nara sumber, dan
pengiklan. Semua itu berfungsi sebagai pengatur.
H.

Filter
Filter adalah kerangka pikir melalui mana audience menerima pesan. Filter

ibarat sebuah bingkai kacamata tempat audience bisa melihat dunia. Hal ini
berarti dunia riil yang diterima dalam memori sangat tergantung dari bingkai
tersebut. Ada beberapa filter, antara lain fisik, psikologis, budaya, dan yang
berkaitan dengan informasi.
Filter dibagi menjadi tiga jenis: 1) filter psikologis, 2) filter fisik, dan 3)
filter budaya (warisan budaya, pendidikan, pengalaman kerja, sejarah politik).
Semua filter tersebut akan mempengaruhi kuantitas atau kualitas pesan yang
diterima dan respons yang dihasilkan.

24

BAB 5
MODEL-MODEL
KOMUNIKASI MASSA
Komunikasi massa mempunyai model tersendiri dalam aliran pesanpesannya. Hal ini terjadi karena unsur yang terlibat juga berbeda dengan bentuk
komunikasi secara umum. Masing-masing model mempunyai kesamaan bentuk,
meskipun penekanannya berbeda satu sama lain. Namun prinsipnya hampir sama.
Untuk memberikan pemahaman dasar model-model komunikasi massa
berikut ini akan dikemukan empat elemen yang mendasari dibuatnya model
(Hiebert, Ungurait, Bohn, 1985) sebagai berikut:
1.

Partisipan (audience) dalam komunikasi massa berjumlah besar dan dapat


meningkat secara drastis setiap saat. Sebagai contoh, jumlah yang berlipatlipat itu bisa dilihat pada penonton televisi, film bioskop, pembaca buku-buku

2.

laris (best seller), atau pembaca surat kabar diperkotaan.


Pesan lebih personal, terspesialisasi, dan umum. Tahapan ini sangat mungkin
terjadi sebab penerima pesan berasal dari lapisan masyarakat yang jumlahnya

3.

relatif besar.
Masing-masing audience secara fisik dan emosional dipisahkan oleh ruang

4.

dan waktu dari komunikator dalam komunikasi masa.


Media massa menjadi syarat mutlak bagi saluran media komunikasi massa.
Bahkan komunikasi massa itu sendiri tidak akan pernah terjadi tanpa
organisasi yang komplek (lembaga surat kabar, perusahaan rekaman, penerbit,
dan stasion radio) yang beraktivitas sebagai saluran komunikasi.

A. Model Alir Dua Tahap


Sebenarnya, dalam komunikasi dikenal model alir satu tahap (one step flow
model), tetapi model ini sudah banyak ditinggalkan ilmuan komunikasi.
Masalahnya model alir satu tahap memiliki banyak kekurangan dan tidak sesuai
lagi dengan perkembangan media massa beserta dampak yang ditimbulkannya
saat ini. Model alir satu tahap banyak dipengaruhi media massa era Perang Dunia

25

(PD) II yang mengatakan bahwa media massa sangat kuat mempengaruhi benak
audience. Sementara itu, audience sendiri tidak memiliki kekuatan untuk
menghindar atau pasif dari pesan-pesan media massa.
Dalam model ini diterangkan bahwa media massa tidak langsung atau
mempengaruhi audience, tetapi melalui perantaraan pihak lain. Pihak lain yang
dimaksud adalah pemimpin opini/pemuka pendapat tersebut. Model ini didasari
oleh bukti bahwa efek media massa terbatas, bahwa masyarakat menerima terpaan
media massa secara tidak langsung, yakni melalui perantaraan. Pengaruh yang
mengenai audience tidak disebabkan oleh terpaan media massa, tetapi pihak lain.
Jadi, pemimpin opini di sini berfungsi sebagai penerusan pesan-pesan media
massa. Bahkan, pesan-pesan yang diterima audience sudah diinterpretasikan oleh
para pemimpin opini tersebut.
Model ini sangat sederhana. Kelemahan model ini adalah hanyalah
mengamati alir pesan yang disiarkan media massa dan sampai ke audience. Model
ini juga tidak menunjukkan bagaimana damapak media massa terhadap prilaku
audience. Sebab, semua perubahan berasal dari pemimpin opini meskipun pesanpesan yang disampaikanya berasal dari media massa.
B. Model Alir Banyak Tahap
Model alir dua tahap tenyata tidak begitu efektif pada masyarakat yang
tingkat buta hurufnya kecil. Masyarakat dengan kemampuan membaca dan
menginterpretasikan pesan yang didengar dan dilihat sangat memungkinkan untuk
menerima pesan-pesan dari media massa secara langsung, meskipun tidak berarti
mereka tidak menerima pesan-pesan dari pemimpin opini. Oleh karena itu, untuk
menyempurnakannya, muncullah model alir banyak tahap (multistep flow model).
Model ini mengatakan bahwa ada hubungan timbale balik dari media ke khalayak
(yang juga berinteraksi satu sama lain), kembali ke media, kemudian kembali lagi
ke khalayak, dan seterusnya.
Model alir muti tahap ini sangat berbeda dengan asumsi model alir satu
tahap yang menganggap individu tidak ada hubungan antara individu yang satu
dengan individu yang lain, sehingga terpaan media massa dianggap begitu

26

besarnya. Intinya adalah model alir banyak tahap merupakan gabungan dari
beberapa model (model alir satu tahap dan model alir dua tahap).
Model alir multi tahap tampaknya lebih akurat dalam menjelaskan apa yang
terjadi dalama pembentukan opini dan sikap. Paling tidak, model ini penting
untuk mengilustrasikan bahwa setiap orang dipengaruhi oleh media massa itu
sendiri atau komunikasi antarpribadi.
C. Model Melvin De Fleur
Dalam model De Fleur, sumber dan pemancar tidak berada di satu posisi.
Baginya antara sumber dengan pemancar berbeda tahapannya dalam aktivitas
komunikasi massa. Saluran menjadi media massa yang mampu menyebarkan
pesan-pesan yang dikemukakan sumber. Sementara itu, fungsi penerima pesan
adalah sebagai orang yang dikenai sasaran pesan yang disebarkan dan
penginterpretasi pesannya. Tujuannya adalah menguraikan pesan dan memberi
mereka interpresi penerima. Hal ini sama dengan fungsi otak. Umpan balik adalah
respon dari tujuan kepada sumber.
Model ini menekankan fakta bahwa gangguan boleh mencampuri banyak
hal dalam proses komunikasi massa dan tidak semata-mata diidentifikasi dengan
saluran atau media. Tititk tekan utama model De Fleur ini adalah untuk mencapai
berbagai pengertian makna pesan antara sumber dengan tujuan.
D. Model Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble
Model komunikasi massa yang dikemukakan ole Gamble dan Gamble bisa
dijdikan sebagai alat untuk membedakannya dengan model komunikasi secara
umum. Peralatan media massa menjadi alat utama yang harus ada dalam
komunikasi media massa. Media massa telah memperluas pikiran dan perasaan
manusia (baik individu maupu kelompok). Di sini media massa telah berperan
untuk melayani semua kepentingan komunikasi manusia.
Jika diringkas, sumber pesan mengalirkan pesan yang diedit oleh penapis
informasi. Kemudian pesan tersebut disebarkan melalui peralatan media massa,
lalu diterima oleh audience.

Proses penerimaan pesan yang dilakukan oleh

27

audience dipengaruhi oleh berbagai gangguan. Alur pesan selanjutnya, audience


memberikan umpan balik pada pengirim pesan melalui bebagari macam saluran.
Saluran itu bisa berupa media massa atau melalui saluran lain, seperti telepon,
surat, faksimil, dan lain-lain.
E. Model HUB
HUB sendiri berarti Hibert Ungrait Bohn. Model ini bisa dikatakan lebih
komplit. Model komunikasi massa HUB adalah model lingkaran yang dinamis
dan berputar terus-menerus. Model HUB adalah model lingkaran yang dinamis
dan berputar terus-menerus. Model HUB adalah model lingkaran konsentris yang
bergetar sebagai sebuah rangkaian proses aksi-reaksi.
Komunikator berada di tengah-tengah pusaran air. Artinya, komunikator
menyebarkan pesan di luar. Di dalam proses penyebaran ide dan gagasan,
komunikator dibantu oleh media amplification (pengerasan media). Pengerasan
ini juga berarti perluasan (extension). Tujuannnya adalah, agar pesan yang
dikeluarkan sejelas dan sekomplit mungkin. Misalnya ide dan gagasan
komunikator dalam televise diperluas, dikeraskan suaranya oleh volume televise
kepada para penontonnya. Sementara dalam media cetak, ide atau gagasan
komunikator diperluas oleh jangkauan media cetak. Pesan tidak sekadar bisa
dinikmati secara terbatas seperti kalau kita melakukan komunikasi interpersonal
atau komunikasi kelompok, tetapi pesan-pesan itu diperluas kepada audience yang
jumlahnya besar. Jadi, saluran komunikasi massa berfungsi untuk memperluas
jangkauan siarannya.
Model HUB juga mengakui bahwa ada gangguan atau pemutarbalikan fakta
yang turut serta dalam proses penyebaran pesan. Gangguan itu bisa berarti
gangguan saluran (gambar tidak jelas, salah cetak, suara tidak jernih, dan lainlain) atau gangguan yang berhubungan dengan kesalahan komunikator dalam
menyandi pesan, serta pemutarbalikan fakta.

28

F.

Model Black dan Whitney


Jay Black dan Fredick C Whitney dalam bukunya Introduction to Mass

Communication (1988) memperkenalkan model yang lebih umum. Dia membagi


proses komunikasi menjadi empat wilayah, yakni sumber, pesan, umpan balik,
dan audience.
Model ini kurang begitu detail menampilkan elemen-elemen dalam
komunikasi massa, misalnya model ini tidak memberikan peranan gatekeeper
sebagai penapis atau palang pintu informasi. Hal ini sangat berbeda dengan model
lainnya yang menekankan adanya gatekeeper dalam proses komunikasi massa.
Namun sebenarnya, model sederhana ini dapat memudahkan untuk memahami
proses alur pesan yang berjalan. Akan tetapi, terlepas dari kekurangan yang
menyertainya, model Black dan Whitney telah menggambarkan proses dalam
komunikasi massa. Paling tidak, penggagas model ini memasukkan seorang
sumber yang dengan sengaja ingin memengaruhi mass audience (sebagai salah
satu cirri komunikan dalam komunikan), pesan yang berpeluang mengalami
gangguan atau kegaduhan karena memakai saluran media massa, audience itu
sendiri yang beragam minat dan kepentingan dalam memanfaatkan pesan-pesan
media ,assa dan umpan balik yang tertunda dan multiefek karena pesan tersebut
ditanggapi secara beragam oleh audience satu sama lain, sehingga akan
memunculkan efek yang berlainan satu sama lain.

29

BAB 6
TEORI-TEORI
KOMUNIKASI MASSA
Pada dasarnya, teori menurut Turner (1998) adalah Cerita tentang
bagaimana dan mengapa sesuatu itu terjadi. Para ahli biasanya memulai dengan
asumsi menyeluruh, termasuk seluruhbidang social yang dibentuk oleh aktivitas
manusia, menyatakan landasan kepastian dan proses serta sifat dasar yang
menerangkan pasang surutnya peristiwa dalam proses yang lebih khusus.
Ilmu komunikasi mempunyai kaitan erat dengan manusia. Sebab, ilmu
komunikasi merupakan ilmu human communication. Proses yang terjadi pada diri
manusia mutlak melalui perantaraan komunikasi. Oleh karena itu, teori-teori
komunikasi pun (menurut pendapat di atas) harus bisa menjelaskan fenomena
sosial dan alasan semua itu terjadi. Komunikasi massa harus bisa menjelaskan
berbagai fenomena yang berkaitan erat dengan aktivitas manusia.
Dennis McQuail (1987) pernah memberikan beberapa jenis dari teori-teori
komunikasi massa sebagai berikut.
1.

Teori Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Scientific Theory)


Teori ini berdasarkan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan sifat
dasar, cara kerja, dan pengaruh komunikasi massa yang bersumber dari

2.

observasi sistematis yang sedapat mungkin diupayakan bersifat objektif.


Teori Normatif (Normative Theory)
Teori ini berkenaan dengan masalah bagaimana seharusnya media berperan
ketika serangkaian nilai sosial ingin diterapkan dan dicapai sesuai dengan

3.

sifat dasar nilai-nilai sosial tersebut.


Teori Praktis (Operational Theory)
Pada awalnya teori ini dikembangkan oleh para praktisi media, cara kerja
yang seharusnya diharapkan agar seirama dengan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan sosial yang sifatnya lebih abstrak, serta cara-cara pencapaian
beberapa sasaran tertentu.

4.

Teori Akal Sehat (Commonsense Theory)

30

Teori ini merupakan pengetahuan (dan gagasan) yang dimilki oleh setiap
orang dengan begitu saja atau melalui pengalaman langsung dengan
masyarakat.
Dengan demikian, sebuah teori komunikasi massa setidak-tidaknya tidak
berisi:

1) seperangkat pernyataan yang didefinisikan dalam kata kunci; 2)

menspesifikasikan hubungan antarkonsep; 3) mendeskripsikan fenomena yang


menggunakan konsep itu; 4) menawarkan prediksi tentang fenomena; dan 5)
menyarankan penjelasan terhadap suatu kejadian.
A.

Hypodermic Needle Theory


Pesan yang sangat jelas dan sederhana akan jelas dan sederhana pula

direspons. Jadi, antara penerima dengan pesan yang disebarkan oleh pengirim
tidak ada perantara atau langsung diterimanya. Dalam literature komunikasi
massa, ini sering disebut dengan istilah teori jarum hipodermik (hypodermic
needle theory) atau teori peluru (bullet theory). Alasannya, isi senapan (dalam hal
ini diibaratkan pesan) langsung mengenai sasaran tanpa mengenai perantara. Hal
ini artinya, pesan yang dikirimkan akan langsung mengenai sasarannya yakni
penerima pesan, seperti peluru yang langsung mengenai sasaran.
B.

Cultivation Theory
Menurut teori kultivasi, televise menjadi media atau alat utama di mana para

penonton televise belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya.


Persepsi apa yang terbangun di benak penonton tentang masyarakat dan budaya
sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak penonton dengan
televisi, ia belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya, serta adat
kebiasaannya.
1.

Kritik terhadap Teori Kultivasi


Teori kultivasi sebenarnya menawarkan kasus yang sangat masuk akal,

khususnya di dalam tekanannya pada kepentingan televisi sebagai media dan


fungsi simbolik di dalam konteks budaya. Akan tetapi, teori tidak lepas dari
sasaran

kritik.

Gerbner

telah

dikritik

karena

terlalu

menyederhanakan

permasalahan. Perilaku kita kemungkinan tidak hanya dipengaruhi oleh televisi,

31

tetapi oleh banyak media yang lain, pengalaman langsung, orang lain yang
berhubungan dengan kita, dan lain-lain.
Hubungan antara terpaan televisi dengan kepercayaan pemirsa tidak
membuktikan adanya hubungan secara kebetulan, walaupun bisa jadi mempunyai
hubungan dalam beberapa hal. Aka nada faktor umum lain yang memengaruhi
sesuatu yang dihubungkan.
C.

Cultural Imperalism Theory


Teori imperialism budaya menyatakan bahwa negara Barat mendominasi

media di seluruh dunia. Hal ini berarti, media massa negara Barat mendominasi
media massa di dunia etiga. Alasannya, media Barat mempunyai efek yang kuat
untuk memengaruhi media dunia ketiga. Media Barat sangat mengesankan bagi
media di dunia ketiga, sehingga mereka ingin meniru budaya yang muncul lewat
media tersebut. Dalam perspektif teori ini, ketika terjadi proses peniruan media
negara berkembang dari negara maju, saat itulah terjadi penghancuran budaya asli
di negara ketiga.
Kebudayaan Barat memproduksi hampir semua mayoritas media massa di
dunia ini, seperti film, berita, komik, foto, dan lain-lain. Mengapa mereka bisa
mendominasi seperti itu? Pertama, mereka mempunyai uang. Kedua, mereka
mempunyai teknologi.
D.

Media Equation Theory


Media Equation Theory atau teori persamaan media ini ingin menjawab

persoalan mengapa orang-orang secara tidak sadar dan bahkan secara otomatis
merespon apa yang dikomunikasikan media seolah-olah (media itu) manusia.
Menurut asumsi teori ini, media diibaratkan manusia. Teori ini memperhatikan
bahwa media juga bisa diajak berbicara. Media bisa menjadi lawan bicara
individu seperti dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang
dalam situasi face to face. Misalnya, kita berbicara (meminta pengolahan data)
dengan computer seolah-olah komputer itu manusia. Kita juga menggunakan

32

media lain untuk berkomunikasi. Bahkan kita berperilaku secara tidak sadar
seolah-olah media itu manusia.
E.

Spiral of Silence Theory


Teori ini ingin menjawab pertanyaan mengapa orang-orang dari kelompok

minoritas yang sering merasa perlu untuk menyembunyikan pendapat dan


pandangannya ketika berada dalam kelompok mayoritas. Seseorang sering merasa
perlu menyembunyikan sesuatu-nya ketika berada dalam kelompok mayoritas.
Bahkan orang-orang yang sedang berada dalam kelompok mayoritas sering
merasa perlu untuk mengubah pendiriannya. Sebab, kalau tidak mengubah
pendiriannya, ia akan merasa sendiri. Hal ini bisa diamati pada individu yang
menjadi masyarakat pendatang di suatu kelompok tertentu. Ia merasa perlu diam
seandainya pendapat mayoritas bertolak belakang dengan pendapat dirinya atau
kalau pendapat itu tidak merugikan dirinya, bahkan ia sering merasa perlu untuk
mengubah pendirian sesuai dengan kelompok mayoritas tempat ia berada.
F.

Technological Dterminism Theory


Ide dasar teori ini adalah bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai

macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri.
Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam
masyarakat, dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk
bergerak dari satu abad teknologi kea bad teknologi yang lain. Misalnya, dari
masyarakat suku yang belum mengenal huruf menuju masyarakat yang memakai
peralatan komunikasi cetak ke masyarakat yang memakai peralatan komunikasi
elektronik.
G. Diffusion of Innovation Theory
Di dalam teori difusi-inovasi dikatakan bahwa komunikator yang
mendapatkan pesan dari media massa sangat kuat untuk memengaruhi orangorang. Dengan demikian, adanya inovasi (penemuan), lalu disebarkan (difusi
melali media massa akan kuat memengaruhi massa untuk mengikutinya.

33

Teori ini di awal perkembangannya mendudukkan peran pemimpin opini


dalam memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Artinya, media massa
mempunyai pengaruh yang kuat dalam menyebarkan penemuan baru. Apalagi jika
penemuan baru itu kemudian diteruskan oleh para pemuka masyarakat. Akan
tetapi, difusi-inovasi juga bisa langsung mengenai khalayaknya.
H. Uses and Gratification Theory
Teori uses and gratifications milik Blumer dan Katz ini mengatakan bahwa
penggunaan media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan
media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam
proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang
paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori uses and
gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternative
untuk memuaskan kebutuhannya.
Teori ini jelas merupakan kebalikan dari teori peluru. Dalam teori peluru
media sangat aktif dan all powerfull, sementara audience berada di pihak yang
pasif. Sementara itu, dalam teori uses and gratifications yang ditekankan bahwa
audience aktif untuk menentukan media mana yang harus dipilih untuk
memuaskan kebutuhannya. Kalau dalam teori peluru terpaan media akan
mengenai audience sebab ia berada di pihak yang pasif, sementara dalam teori
uses and gratifications justru sebaliknya.
I.

Agenda Setting Theory


Secara singkat teori penyusunan agenda ini mengatakan media (khususnya

media berita) tidak selalu berhasil memberitahukan apa yang kita piker, tetapi
media tersebut benar-benar berhasil memberitahu kita berpikir tentang apa. Media
massa selalu mengarahkan kita pada apa yang harus kita lakukan. Media
Memberikan agenda-agenda melalui pemberitaan, sedangkan masyarakat akan
mengikutinya. Menurut asumsi teori ini media mempunyai kemampuan untuk
menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa
tertentu. Media mengatakan pada kita apa yang penting dan apa yang tidak

34

penting. Media pun mengatur apa yang harus kita lihat, tokoh siapa yang harus
kita dukung.

35

BAB 7
EFEK-EFEK KOMUNIKASI MASSA
Apakah komunikasi massa mempunyai pengaruh atau efek? Jika ada,
bagaimana efek komunikasi massa yang terjadi pada diri audience? Jenis efek
seperti apa yang ditimbulkan oleh komunikasi massa? Bahwa komunikasi massa
itu mempunyai efek, tidak perlu dibantah, tetapi kalau kita membahas jenis efek
seperti apa yang ditimbulkan dari komunikasi massa, dibutuhkan pembahasan
yang lebih dalam. Masalahnya, efek berkaitan dengan sejarah kemunculan media
massa (yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan).
A.

Jenis-jenis Efek
Efek komunikasi massa bisa dibagi menjadi beberapa bagian. Secara

sederhana Keith R. Stamm dan John E. Bowes (1990) membagi kedua bagian
dasar. Pertama, efek primer meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Kedua,
efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan
sikap), dan perubahan perilaku (menerima dan memilih).
B.

Teori-teori Efek
Tiga efek komunikasi massa sejak tahun 1930-an, yakni efek tak terbatas

(unlimited effect), diikuti efek terbatas (limited effect), kemudian efek moderat
(gabungan keduanya/ not so limited effect) (Keith R Stamm dan John E. Bowes,
1990). Jika dirinci rentang waktunya sebagai berikut.

1.

1930-1950

efek tak terbatas (unlimited effect)

1950-1970

efek terbatas (limited effect)

170-1980-an

efek moderat (not so limited effect)

Efek Tidak Terbatas (1930-1950)


Efek tidak terbatas ini didasarkan pada teori atau model peluru (bullet) atau

jarum hipodermik (hypodermic needle). Jadi, media massa diibaratkan peluru.

36

Jika peluru itu ditembakkan ke sasaran, sasran tidak akan bisa menghindar.
Analogi ini menunjukkan bahwa peluru mempunyai kekuatan yang luar biasa di
dalam usaha memengaruhi sasaran.
2.

Efek Terbatas (1956-1970)


Efek terbatas awalnya diperkenalkan oleh Joseph Klaper. Ia pernah menulis

disertasi tentang efek terbatas media massa yang dipublikasikan denganjudul


Pengaruh Media Massa pada tahun 1960. Klaper menyimpulkan bahwa media
massa mempunyai efek terbatas berdasarkan penelitiannya pada kasus kampanye
public, kampanye politik, dan percobaan pada desain pesan yang bersifat
persuasif.
3.

Efek Moderat (1970-1980-an)


Model efek moderat ini sebenarnya mempunyai implikasi positif bagi

pengembangan studi media massa. Bagi para praktisi komunikasi, akan


menggugah kesadaran baru bahwa sebelum sebuah pesan disiarkan perlu
direncanakan dan diformat secara matang dan lebih baik. Sebab bagaimanapun,
pesan tetap mempunyai dampak. Akan tetapi, pesan juga tidak serta-meta diterima
audience secara membabi buta. Artinya, ada banyak variabel yang ikut
memengaruhi proses penerimaan pesan. Ini artinya efek dimiliki media massa,
tetapi penerima efek itu juga dipengaruhi faktor lain (tingkat pendidikan,
lingkungan sosial, kebutuhan, dan system nilai yang dianutnya). Jadi, semakin
tinggi tingkat pendidikan individu, semakin selektif untuk menerima pesan-pesan
yang berasal dari media massa.
C.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Efek

1.

Faktor Individu
Faktor individu yang ikut berpengaruh pada proses penerimaan pesan lebih

banyak dipengaruhi oleh pemikiran psikologi.

37

2.

Faktor Sosial
BAB 8
ETIKA KOMUNIKASI MASSA
Aturan (salah satunya etika) itu penting jika kita merupakan manusia normal

dan menjadi konsekuensi tata pergaulan sosial. Karena manusia normal jelas
membutuhkan bergaul dengan masyarakat. Dalam proses bergaul, jelas
dibutuhkan peraturan agar terjadi harmoni kehidupan. Sebab, jarang manusia yang
tidak membutuhkan harmoni dan keteraturan.
A.

Etika, Etiket, dan Moral


Kata moral berasal dari bahasa Latin Mores. Mores berasal dari kata mos

yang berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. Dengan demikian, moral bisa
diartikan sebagai ajaran kesusilaan. Moralitas berarti hal mengenai kesusilaan.
Moral juga berarti ajaran tentang baik-buruk perbuatan dan kelakuan. Dari asal
katanya bisa ditarik kesimpulan bahwa moral mempunyai pengertian yang sama
dengan kesusilaan, yang memuat ajaran tentang baik buruknya perbuatan.
Sementara itu, istilah etika berasal dari kata Latin Ethic, sedangkan dalam
bahasa Gerik Ethikos (a body of moral principles or values). Dengan demikian,
ethic berarti kebiasaan, habit, custom. Yang dimaksud dengan baik atau buruk
dalam hal ini sesuai dengan kebiasaan masyarakat atau tidak, meskipun kebiasaan
masayarakat itu akan berubah sejalan dengan perkembangan masyarakat. Etika
dengan sendirinya bisa diartikan sebagai ilmu yang membecirakan masalah
perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang
jahat. Etika sendiri sering digunakan dengan kata moral, susila, budi pekerti, dan
akhlak (Burhanuddin Salam, 2000).
Ada perbedaan antara etika dan etiket? Ada beberapa perbedaan yang bisa
dilihat sebagai berikut.
a.

Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Di antara


beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya
cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu.

38

Misalnya, menyerahkan buku dengan tangan kiri pada orang tua. Namun
demikian, etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan, etika
member norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah
apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak. Mengambil barang milik
orang lain tanpa izin tidak pernah diperbolehkan. jangan mencuri
merupakan norma etika. Norma etis tidak terbatas pada cara perbuatan
b.

dilakukan, melainkan menyangkut perbuatan itu sendiri.


Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain yang hadir
atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Sebaliknya, etika selalu
berlaku, termasuk tidak ada saksi mata sekali pun. Etika tidak tergantung
pada hadir tidaknya orang lain. Larangan untuk mencuri selalu berlaku,
entah ada orang lain atau tidak. Barang yang dipinjam harus dikembalikan
meskipun pemiliknya sudah lupa.

B.

Mengapa Mempelajari Etika?


Ada beberapa alas an mengapa kita perlu mempelajari etika.

1.

Saat ini, kita hidup dalam masyarakat yang terus berkembang.


Perkembangan demikian akan membuat masyarakat semakin plural.
Misalnya, suku, agama, antargolongan, tuntutan hidup, kejahatan yang kian
meningkat dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan tingkat perkembangan
masyarakat. Pluralitas yang demikian akan berdampak pada kepentingan
individu yang kian tajam. Sebagaiman kita ketahui, perkembangan
teknolohi komunikasi khususnya berdampak pada pemupukan sifat individu
manusia. Padahal manusia kodratnya juga sebagai makhluk sosial. Hidup
dalam masyarakat yang sedemikian plural itu sangat membutuhkan etika
sebagai pagangan hidup bermasyarakat. Tanpa etika, manusia akan
menjadi pemangsa bagi sesamanya. Etika akan mengajarkan atau akan
mengarahkan perbuatan mana yang boleh dan tidak menurut etika
masyarakat umum.

39

C.

Etika Komunikasi Massa


Mengapa etika komunikasi massa penting? Alasannya, karena komunikasi

massa itu berkaitan erat dengan banyak pihak sehingga tidak terlepas dari etika.
Hubungannya dengan masalah etika komunikasi massa, ada beberapa poin
penting yang berkaitan dengan etika seperti yang pernah dikemukakan oleh
Shoemaker dan Reese (1991), yakni (1) tanggung jawab; (2) kebebasan pers; (3)
masalah etis; (4) ketepatan dan objektivitas; dan (5) tindakan adil untuk semua.
1.

Tanggung Jawab
Jurnalis atau orang yang terlibat dalam proses komunikasi massa harus

mempunyai tanggung jawab dalam pemberitaan atau apa yang disiarkan. Apa
yang diberitakan oleh media massa harus bisa dipertanggungjawabkan. Jadi,
jurnalis tidak sekadar menyiarkan informasi tanpa bertanggung jawab terhadap
dampak yang ditimbulkannya. Tanggung jawab ini bisa ditujukan pada Tuhan,
masyarakat, profesi, atau dirinya masing-masing.
2.

Kebebasab Pers
Kebebasab pers ini mutlak harus dimiliki media massa. Dengan kata lain,

kebebasan dan tanggung jawab sama-sama penting. Oleh karena itu, kita sering
mendengar istilah kebebasan yang bertanggung jawab. Semua orang termasuk
jurnalis boleh bebas, tetapi bebas di sini harus bisa dipertanggungjawabkan dan
bukan bebas sebebas-bebasnya.
3.

Masalah Etis
Masalah etis di sini artinya adalah bahwa jurnalis itu harus bebas dari

kepentingan. Ia mengabsi pada kepentingan umum. Meskipun mengabdi pada


kepentingan umum, itu berarti kepentingan juga. Masalahnya, pers sebenarnya
memang tidak akan bisa lepas dari kepentingan. Yang bisa dilakukan adalah
menekannya, sebab, tidak ada ukuran pasti seberapa jauh kepentingan itu tidak
boleh terlibat dalam pers.

40

4.

Ketepatan dan Objektivitas


Ketepatan dan objektivitas di sini berarti dalam menulis berita wartawan

harus akurat (accuracy), cermat, dan diusahakan tidak ada kesalahan. Sementara
itu, objektivitas adalah pemberitaan yang didasarkan fakta-fakta di lapangan,
bukan opini wartawannya. Namun demikian, objektivitas saja belum cukup, sebab
bisa jadi seorang wartawan sudah menulis berdasarkan fakta, tetapi nilai keadilan
bagi yang diliput belum ada.
5.

Tindakan Adil untuk Semua orang

a.

Media berita harus melawan campur tangan individu dalam medianya.


Artinya, pihak media harus berani melawan keistimewaan yang diinginkan
seorang individu dalam medianya. Individu di sini bisa aparat keamanan,
narasumber, atau pemilik saham perusahaan media massa. Campur tangan
pihak-pihak ini (yang menyebabkan media tidak lagi bebas dan independen
dalam menyiarkan beritanya) harus ditolak.

D.

Realitas Pelaksanaan Etika Komunkasi Massa


Etika adalah pedoman baik tidaknya sebuah proses pelaksanaan komunikasi

massa. Sebagai sebuah pedoman aturan, tidak tertutup peluang memunculkan


pelanggaran-pelanggaran. Ketika orang mengatakan bahwa kita harus berpegang
pada etika, saat itulah sebenarnya ada bukti proses pelanggaran etika.

Anda mungkin juga menyukai