Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, penulis telah


menyelesaikan suatu tugas dalam Perkuliahan di Fakultas Universitas
Malikussaleh, yaitu Mata Kuliah Pengantar Sosiologi.
Mudah-mudahan dengan selesainya tugas ini dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya, sehingga dapat
menambah wawasan dalam perkuliahan ini.
Penulis memaklumi adanya kekurangan dan kelemahan jauh dari
sempurna, dengan senang hati penulis berharap ada masukan dari Pengajar,
sehingga penulis dapat lebih baik dalam penulisan tugas-tugas (makalah)
berikutnya yang di berikan oleh Pengajar.

Penulis

DEDI PURWADI
090510146

Bab. I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat,


sebagaimana yang di ungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi
manusia merupakan kebudayaan. Hanya semua tindakan yangsifatnya naluriah
saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya
sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut di biasakan dengan cara
belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi,
soaialisasi dan enkulturasi. Selanjutnya hubungan antara manusia dengan
kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap
kebudayaan yaitu sebagai :
1) Penganut kebudayaan
2) Pembawa kebudayaan
3) Manipulator kebudayaan
4) Pencipta kebudayaan.
Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang
meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia
harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia
melakukan bernagai cara. Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan.
Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya
bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman
bertingkah laku.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadikan Rumusan Masalah dalam penulisan karya tulis
(makalah) ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana manusia Indonesia dalam hal kebudayaan saat ini
2) Bagaimana hakikat manusia Indonesia
3) Bagaimana hakikat kebudayaan
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan karya tulis (makalah) ini adalah
sebagai berikut :
1) Tentang bagaimana manusia dan kebudayaan
2) Menelaah tentang manusia dan kebudayaan di Indonesia
3) Menelaah tentang hakikat manusia
4) Menelaah tentang hakikat kebudayaan

Bab. II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Berbicara tentang manusia maka satu pertanyaan klasik yang sampai saat
ini belum memperoleh jawaban yang memuaskan adalah pertanyaan tentang
siapakah manusia itu ?
Banyak teori telah di kemukakan, diantaranya adalah pemikiran dari aliran
materialisme, idealisme, realisme klasik, dan teologis.
Kebudayaan sendiri disusun atas beberapa komponen yaitu komponen yang
bersifat kognitif, normatif, material. Dalam memandang kebudayaan, orang sering
kali terjebak dalam sifat chauvinisme yaitu membanggakan kebudayaan sendiri
dan menganggap rendah kebudayaan lain. Seharusnya dalam memahami
kebudayaan kita berpegangan pada sifat-sifat kebudayaan yang variatif, relatif,
universal, dan counterculture.

Bab. III
PEMBAHASAN

A. MANUSIA DAN KEBUDAYAAN


Manusia Indonesia dalam hal kebudayaan saat ini mengalami berbagai
rintangan dan halangan untuk menerima serbuan kebudayaan asing yang masuk
lewat globalisasi (perluasan cara-cara sosial melalui antar Benua). Dalam hal ini
teknologi informasi dan komunikasi yang masuk Indonesia turut merubah cara
kebudayaan Indonesia tersebut baik itu kebudayaan nasional maupun kebudayaan
murni yang ada disetiap daerah di Indonesia. Dalam hal ini sering terlihat
ketidakmampuan manusia di Indonesia untuk beradaptasi dengan baik terhadap
kebudayaan asing sehingga melahirkan perilaku yang cenderung ke Barat-Baratan
(Westernisasi). Hal tersebut terlihat dengan seringnya remaja Indonesia keluar
masuk diskotik dan tempat hiburan malam lainnya berikut dengan perilaku
menyimpang yang menyertainya dan sering melahirkan komunitas tersendiri
terutama di kota-kota besar dan metropolitan. Dalam hal ini terjadinya berbagai
kasus penyimpangan seperti penyalahgunaan zat adiktif, berbagai bentuk kategori
pelacuran dan ‘western’ lainnya tak lepas dari ketidakmampuan manusia
Indonesia dalam beradaptasi sehingga masih bersikap ‘conforn’ dan latah
terhadap kebudayaan asing yang melenyapkan inovasi dalam beradaptasi dengan
budaya asing sehingga melahirkan bentuk akulturasi. Bila dikaji dengan teliti hal
tersebut mungkin di karenakan ciri-ciri manusia Indonesia lama yang masih
melekat seperti percaya mitos dan mistik, sikap suka berpura-pura, percaya
tahayul yang dimodifikasi, konsumerisme, suka meniru, rendahnya etos kerja dan
lain sebagainya bisa jadi mengakibatkan terhambatnya akulturasi (percampuran
dua/lebih kebudayaan yang dalam percampurannya masing-masing unsurnya
lebih tampak). Sikap etnosentrime (kecendrungan setiap kelompok untuk percaya
begitu saja akan keunggulan/superioritas kebudayaannya sendiri) dan sikap
senosentrisme (sikap yang lebih menyenangi pandangan /produk asing)
merupakan hal selanjutnya yang dapat menghambat terwujudnya budaya nasional
untuk kemajuan bangsa dan negara. Sepertinya sudah saatnya manusia Indonesia
berikut dengan berbagai kebudayaan daerahnya yang ada melakukan suatu bentuk
adaptasi yang sifatnya inovasi/pembaruan dengan budaya Barat/Asing seperti
dalam hal kesenian dimana insrument modern (alat-alat Band dengan
komputernya) maupun perawatan berbagai benda kebudayaan dengan teknologi
asing yang ada sehingga akulturasi dapat di wujudkan. Selain itu pengaruh media
komunikasi seperti Televisi, Radio, Internet, sangat besardampaknya dalam hal
cara pandang manusia Indonesia terhadap ras. Sinetron-sinetron maupun film
yang ditayangkan di Televisi dan Bioskop yang memvisualisasikan dan
mensosialisasikan gaya hidup ras Caucasoid (orang Eropa) turut mempengarusi
cara pandang manusia Indonesia sepertinya lebih mengagung-agungkan ras
Caucasoid berikut dengan gaya hidupnya dan menjadikannya sebagai kelompok
acuan (umumnya oleh kaum perempuan) sehingga secara tak langsung
mempengaruhi akal dan intelegenci, emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku
manusia Indonesia sehingga terkendala dalam memajukan kebudayaannya sendiri.
Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat,
sebagaimana yang di ungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi
manusia merupakan kebudayaan. Hampir semua tindakan manusia itu merupakan
kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang
berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa
proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturas.
Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat di lihat dari
kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat
kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai :
1) Penganut kebudayaan
2) Pembawa kebudayaan
3) Manipulator kebudayaan
4) Pencipta kebudayaan
Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia di hadapkan pada persoalan yang
meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia
harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia
melakukan berbagai cara. Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan.
Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya
bisa kita sebut sebagai Way Of Life, yang digunakan individu sebagai pedoman
dalam bertingkah laku.
B. MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA
I. HAKIKAT MANUSIA
Berbicara tentang manusia maka satu pertanyaan klasik yang sampai saat
ini belum memperoleh jawaban yang memuaskan adalah pertanyaan siapakah
manusia itu. Banyak teori telah dikemukakan, diantaranya adalah pemikiran dari
aliran materialisme, idealisme, realisme, realisme klasik, dan teologis. Aliran
materialisme mempunyai pemikiran bahwa materi atau zat merupakan satu-
satunya kenyataan dan semua peristiwa terjadi karena proses material ini,
sementara manusia juga dianggap juga ditentukan oleh proses-proses material ini.
Sedangkan aliran idealisme beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang
sebenarnya. Manusia lebih di pandang sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian.
Aliran realisme klasik beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang
sebenarnya. Manusia lebih di pandang sebagai makhluk lain karena hubungannya
dengan Tuhan. Di samping itu beberapa ahli telah berusaha merekonstruksikan
kedudukan manusia diantara makhluk lainnya. Juga berusaha membandingkan
manusia dengan makhluk lainnya. Dari hasil perbandingan tersebut ditemukan
bahwa semua makhluk mempunyai dorongan yang bersifat naluriah yang termuat
dalam gen mereka. Sementara yang membedakan manusia dari makhluk lainnya
adalah kemampuan manusia dalam hal pengetahuan dan perasaan. Pengetahuan
manusia jauh lebih berkembang daripada pengetahuan makhluk lainnya,
sementara melalui perasaan manusia mengembangkan eksistensi kemanusiaannya.
2. PENGERTIAN KASIH SAYANG, CINTA KEMESRAAN DAN PEMUJAAN
Kasih sayang dan cinta merupakan milik semua orang. Manifestasi dari
kasih sayang dan cinta dapat menciptakan lingkungan yang tentram. Karena setiap
individu menyadari makna yang paling hakiki dari rasa kasih sayang dan cinta.
Dan kasih sayang kita akan selalu menghargai karya orang lain.
Dengan cinta kita selalu menjaga lingkungan yang harmonis. Lingkungan yang
harmonis berarti lingkungan yang berimbang dan jauh dari perusakan. Kemesraan
merupakan perwujudan kasih sayang yang mendalam. Kemesraan dapat
menimbulkan daya kreatifitas manusia yang berwujud bentuk seni. Bentuk seni
dapat berbentuk seni rupa, seni pahat, seni sastra, seni suara. Pemujaan merupakan
perwujudan cinta manusia kepada Tuhan. Kecintaan pada Tuhan ini oleh manusia
diantaranya diwujudkan dalam bentuk-bentuk pemujaan atau yang lebih kita kenal
sebagai tempat beribadah.
3. MANUSIA DAN KEINDAHAN
Merenung artinya secara diam-diam memikirkan sesuatu hal kejadian
dengan mendalam. Renungan adalah pembicaraan diri kita sendiri atau
pembicaraan dalam hati kita tentang suatu hal. Setiap kegiatan untuk renungkan
atau mengevaluasi yang telah dimiliki disebut dengan berfilsafat. Jadi berfilsafat
adalah terjadinya proses pembicaraan, evaluasi dengan hati kita sendiri mengenai
suatu peristiwa. Contoh hasil renungan yang menghasilkan pengetahuan yaitu
Newton dengan gaya Gravitasinya. Keindahan adalah suatu susunan keserasian
yang dapat menciptakan kesenangan bagi penglihatan dan pendengaran.
Kehalusan merupakan sikap yang lembut dalam menghadapi orang lain. Lembut
dalam mengucapkan kata-kata, lembut dalam sikap anggota badan. Sikap halus
dan lembut merupakan cermin hati yang tulus serta cinta kasih terhadap sesama.
4. KEGELISAHAN
Berbicara tentang manusia berarti berbicara pula tentang media tempat
manusia hidup. Media tempat manusia hidup adalah dunia. Untuk bisa memahami
hakikat manusia maka harus pula memahami hakikat dunia dan hakikat kehidupan
manusia di dunia. Konsep yang dapat digunakan untuk memahami hal ini adalah
konsep kosmologi yaitu bagaimana manusia harus mengembangkan sikap
hidupnya sehubungan dengan kedudukannya sebagai mikrokosmos. Konsep yang
lainnya adalah konsep ‘mendiami dunia’ sebagaimana yang dikemukakan oleh
Huijbers. Pada dasarnya konsep mendiami dunia mengandung arti pemenuhan
kebutuhan atas aspek-aspek yang membentuk manusia. Kesadaran manusia akan
hakikatnya sebagai bagian dari kosmologi dan perannya sebagai makhluk yang
‘mendiami dunia’ maka lahirlah beberapa konsep yang dipakainya sebagai dasar
manusi hidup. Konsep-konsep tersebut adalah hidup sekedarnya, takdir dan cakra
menggilingan. Apabila manusia tidak bisa menjaga hakikat dirinya dan hakikat
hidupnya maka yang timbul adalah kegelisahan. Sumber dari kegelisahan adalah
hawa nafsu dan sikap pamrih (tidak ikhlas). Kedua hal ini akan menyebabkan
munculnya sikap keserakahan dan konflik. Keserakahan dan konflik akan
memunculkan ketakutan, kekecewaan, dan pada akhirnya adalah kegelisahan.
5. PENDERITAAN
Terdapat berbagai alasan yang dapat mengakibatkan penderitaan yaitu
alasan fisik dan alasan moral. Disamping itu penderitaan sebenarnya merupakan
kelanjutan dari kegelisahan, artinya kegelisahan yang tidak dapat dikendalikan
akan mengakibatkan penderitaan. Selain kegelisahan penderitaan juga disebabkan
kekecewaan, yaitu apa yang diharapkan ternyata tidak diperoleh. Jadi penderitaan
juga berhubungan dengan pamrih. Penderitaan juga berhubungan dengan
ketakutan. Orang yang selalu merasa takut akan hidupnya menderita. Penderitaan
yang menimpa hidup manusia banyak berhubungan dengan ‘daya hidup’ yang
menjelma menjadi hawa nafsu. Terdapat berbagai daya hidup yaitu daya hidup
hewani, nabati, jasmani, rohani, rohmani, dan robbani. Daya hidup ini akan
berpengaruh terhadap tingkat kesempurnaan hidup manusia yaitu tingkat An Nafs
Al Ammarah, Al Lawwamah, Al Mulhima, Al Qana’ah, Al Mut’mainah, Al
Radiyah, dan Al Kamilah. Untuk bisa menuju kesempurnaan hidup dimana hidup
sudah tidak mengenal lagi kegelisahan dan penderitaan maka orang harus
melakukan olah batin. Olah batin tersebut adalah dalam rangka menghilangkan
nafsu dan pamrih. Terdapat olah batin yang harus di ikuti supaya kesempurnaan
jiwa dapat di capai, yaitu mengembangkan sikap selalu introspeksi, sabar, nrimo,
da ikhlas.
C. HAKIKAT KEBUDAYAAN
Kebudayaan sering kali di pahami dengan pengertian yang tidak tepat.
Beberapa ahli ilmu sosial telah berusaha merumuskan betrbagai definisi tentang
kebudayaan dalam rangka memberikan pengertian yang benar tentang apa yang
dimaksud dengan kebudayaan tersebut. Akan tetapi ternyata definisi-definisi
tersebut saja kurang memuaskan. Terdapat dua aliran pemikiran yang berusaha
memberikan kerangka bagi pemahaman tentang pengertian kebudayaan ini, yaitu
aliran idesional dan aliran behaviorisme/materealisme. Dari berbagai definisi yang
telah dibuat tersebut, koentjaraningrat berusaha merangkum pengertian
kebudayaan dalam tiga wujudnya, yaitu kebudayaan sebagai wujud cultural
system, social system, dan artifact. Kebudayaan sendiri disusun atas beberapa
komponen yaitu komponen yang bersifat kognitif, normatif, dan material. Dalam
memandang kebudayaan, orang sering kali terjebak dalam sifat chauvinisme yaitu
membanggakan kebudayaannya sendiri dan menganggap rendah kebudayaan lain.
Seharusnya dalam memahami kebudayaan kita berpegangan pada sifat-sifat
kebudayaan yang variatif, relatif, dan universal, dan counterculture.
1. KEROHANIAN DAN AGAMA
Bagi kebanyakan manusia kerohanian dan agama memainkan peran utama
dalam kehidupan mereka. Sering dalam konteks ini manusia tersebut dianggap
sebagai ‘orang manusia’ terdiri dari sebuah tubuh, pikiran, dan juga sebuah roh
atau jiwa yang kadang memiliki arti lebih daripada tubuh itu sendiri dan bahkan
kematian. Seperti juga sering dikatakan bahwa jiwa (bukan otak ragawi) adalah
letak sebenarnya dari kesadaran (meski tak ada perdebatan bahwa otak memiliki
pengaruh penting terhadap kesadaran). Keberadaan jiwa manusia tak dibuktikan
ataupun ditegaskan, konsep tersebut tersebut disetujui sebagian orang dan ditolak
oleh lainnya. Juga adalah perdebatan diantara organisasi agama mengenai
benar/tidaknya hewan memiliki jiwa, beberapa percaya mereka memilikinya,
sementara lainnya percaya bahwa jiwa semata-mata hanya milik manusia, serta
ada juga yang percaya akan jiwa kelompok yang diadakan oleh komunitas hewani
dan bukanlah individu. Bagian ini akan merincikan bagaimana manusia diartikan
dalam istilah kerohanian, serta beberapa cara bagaimana definisi ini dicerminkan
melaui ritual dan agama.
a. Animisme
Animisme adalah kepercayaan bahwa objek dan gagasan termasuk hewan,
perkakas, dan fenomena alam mempunyai atau merupakan ekspresi roh hidup.
Dalam beberapa pandangan dunia animisme yang ditemukan di kebudayaan
pemburu dan pengumpul, manusia sering dianggap (secara kasarnya) sama
dengan hewan, tumbuhan, dan kekuatan alam. Sehingga secara moral merupakan
kewajiban untuk memperlakukan benda-benda tersebut secara hormat. Dalam
pandangan ini manusia dianggap sebagai penghuni atau bagian dari alam bukan
sebagai yang lebih unggul atau yang terpisah darinya. Dalam kemasyarakatan ini,
ritual/upacara agama dianggap penting untuk kelangsungan hidup, karena dapat
memenangkan kemurahan hati roh-roh sumber makanan tertentu, roh tempat
bermukim, dan kesuburan serta menangkis roh berhati dengki. Dalam ajaran
animisme yang berkembang seperti shinto, ada sebuah makna yang lebih
mendalam bahwa manusia adalah sebuah tokoh istimewa yang memisahkan
pentingnya ritual untuk menjamin keberuntungan, panen yang memuaskan, dan
sebagainya. Kebanyakan sistem kepercayaan animisme memegang erat konsep
roh abadi setelah kematian fisik. Dalam beberapa sistem roh tersebut dipercaya
telah beralih kesuatu dunia yang penuh dengan kesenangan, dengan panen yang
terus-menerus berkelimpahan atau bahkan permainan yang berlebih-lebih.
Sementara di sistem lain (misal : Agama Nawajo), roh tinggal dibumi sebagai
hantu, sering kali yang berwatak buruk. Kemudian tersisa sistem lain yang
menyatukan kedua unsur ini, mempercaya bahwa roh tersebut harus berjalan
kesuatu dunia roh tanpa tersesat dan menggeluyur sebagai hantu. Upacara
pemakaman, berkabung dan penyembahan nenek moyang diselenggarakan oleh
sanak yang masih hidup, keturunannya, sering dianggap perlu untuk keberhasilan
penyelesaian perjalanan tersebut. Ritual dalam kebudayaan animisme sering
dipentaskan oleh dukun atau imam (cenayang) yang biasanya tampak kesurupan
tenaga roh, lebih dari atau diluar pengalaman manusia biasa. Pemraktekan tradisi
penyusutan kepala sebagaimana ditentukan dibeberapa kebudayaan, berasal dari
sebuah kepercayaan animisme bahwa seorang musuh perang jika rohnya tak
terperangkap di kepala sebagaimana ditemukan di beberapa kebudayaan berasal
dari sebuah kepercayaan animisme bahwa seorang musuh perang, jika rohnya tak
terperangkap di kepala, dapat meloloskan diri dari tubuhnya dan setelah roh itu
berpindah ketubuh lain, mengambil bentuk hewan pemangsa dan pembalasan
setimpal.
b. Mistikme
Barangkali merupakan praktek kerohanian dan pengalaman tetapi tidak
harus bercampur dengan theisme atau lembaga agama lain yang ada diberbagai
masyarakat. Pada dasarnya gerakan mistik termasuk vedanto, yoga, buddhisme
awal (lihat pula kerajaan manusia) tradisi memuja eleusis, perintah mistik
kristiani dan pengkhotbah seperti meister eckhart, dan keislaman sufisme. Mereka
memusatkan pada pengalaman tak terlukiskan dan kesatuan dengan supranatural
(lihat pencerahan kekekalan). Dalam mistikme monotheis pengalaman mistik
memfokuskan kesatuan dengan Tuhan.
c. Politheisme
Konsep dewa sebagai makhluk yang sangat kuat kepandainnya atau
supernatural, kebanyakan dikhayalkan sebagai anthropomorfik atau zoomorfik
yang di ingin disembah atau ditentramkan oleh manusia dan ada sejak permulaan
sejarah, dan kemungkinan digambarkan pada kesenian zaman batu pula. Dalam
masa sejarah, tata cara pengorbanan berevolusi menjadi adat agama berhala
dipimpin oleh kependetaan (misal : Agama vedik), pemraktekan kependetaan
berkelanjutan dalam Hinduisme, yang namun telah mengembangkan teologi
monotheis, seperti penyembahan berhala theismemonistik, Mesir, Yunani,
Romawi, Jerman. Dalam agama tersebut manusia umumnya di ciri-ciri kan
dengan kerendahan mutunya kepada dewa-dewa, terkadang dicerminkan dalam
masyarakat berhirarki di perintah yang oleh dinasti-dinasti yang menyatakan
keturunan sifat ketuhanan/kedewaan. Dalam agama yang mempercayai
reinkarnasi terutama Hinduisme tak ada batasan yang kedap diantara hewan,
manusia, dan dewa, karena jiwa dapat berpindah di sputar spesies yang berbeda
tanpa kehilangan identitasnya.
d. Monotheisme
Gagasan dari suatu Tuhan tunggal yang menggabungkan dan melampaui
semua dewa-dewa kecil tampak berdiri sendiri dalam beberapa kebudayaan,
kemungkinan terwujud pertama kali dalam bida’ah/klenik Akhenaten (lebih
dikenal sebagai henotheisme tahap umum dalam kemunculan monotheisme).
Konsep dari kebaikan dan kejahatan dalam sebuah pengertian moral timbul
sebagai sebuah konsekuensi Tuhan tunggal sebagai otoritas mutlak. Dalam agama
Yahudi Tuhan adalah pusat dalam pemilihan orang Yahudi sebagai rakyat, dan
dalam kitab suci Yahudi takdir komunitas dan hubungannya dengan Tuhan
mempunyai dengan Tuhan mempunyai hak istimewa yang jelas (harus
diutamakan) di atas takdir individu. Kekristenan bertumbuh keluar dari agama
Yahudi dengan menekankan takdir individual khususnya setelah kematian dan
campur tangan pribadi Tuhan dengan adanya inkarnasi yaitu dengan menjadi
mannusia selama sementara. Islam walaupun menolak kepercayaan kristiani untuk
tritunggal dan inkarnasi ketuhanan sangatlah mirip dengan kekristenan dalam
melihat manusia sebagai wali/wakil dari Tuhan dan satu-satunya makhluk
inkarnasi yang memiliki kehendak bebas (atau dapat berdosa) atau melakukan hal
yang bertentangan dengan alam. Dalam semua agama Abraham manusia adalah
penguasa atau pengurus diatas seluruh muka bumi dan semua makhluk lain sedikit
lebih rendah daripada malaikat (lihat rantaian makhluk-makhluk) dan memiliki
moral hati nurani yang unik. Hinduisme juga belakangan mengembangkan teologi
monotheis seperti theisme monistik, yang berbeda dari pikiran barat mengenai
monotheis. Agama monotheistik mempunyai kemiripan dalam kepercayaan
bahwa umat manusia diciptakan oleh Tuhan diikat oleh kewajiban kasih sayang
dan dirawat oleh pemeliharaan baik kaum/pihak ayah.
D. SANG INDIVIDU
Manusia individu adalah subyek yang mengalami kondisi manusia. Hal ini
diikatkan dengan lingkungannya melalui indera mereka dan dengan masyarakat
melalui kepribadian mereka, jenis kelamin mereka serta status sosial. Selama
kehidupannya ia berhasil melalui tahap bayi, kanak-kanak, remaja, kematangan
dan usia lanjut. Deklarasi universal untuk hak asasi diadakan untuk melindungi
hak masing-masing individu.
1. Hati dan kesadaran
Pengalaman subyektif dari seorang individu berpusat disekitar
kesadarannya, kesadaran diri atau pikiran memperbolehkan adanya persepsi
eksistensinya sendiri dan dari perjalanan waktu. Kesadaran memberikan naiknya
persepsi akan kehendak bebas meskipun beberapa percaya bahwa kehendak bebas
sempurna adalah khayalan yang menyesatkan dibatasi atau dilenyapkan oleh
penentuan takdir atau sosial atau biologis. Hati manusia diperluas keluar
kesadaran mencakup total aspek mental dan emosional individu. Ilmu
pengetahuan psikologi mempelajari hati manusia (psike) khususnya alam bawah
sadar (tak sadar). Praktek psikoanalisis yang dirancang oleh sigmund freud
mencoba menyingkap bagian dari alam bawah sadar. Freud menyusun diri
manusia menjadi ego, superego, dan id. Carl Gustav Jung memperkenalkan
pengindividuan, menuangkan keraguan-keraguan untuk ketepatan pendefisian
individu yang dapat diartikan.
a. Emosi
Individu manusia terbuka terhadap emosi yang besar mempengaruhi
keputusan serta tingkah laku mereka. Emosi menyenangkan seperti cinta atau
sukacita bertentangan dengan emosi tak menyenangkan seperti kebencian,
cemburu, iri hati atau sakit hati.
b. Seksualitas
Seksualitas manusia disamping menjamin reproduksi mempunyai fungsi
sosial penting membuat ikatanpertalian dan hirarki di anatara individu. Hasrat
seksual dialamai sebagai sebuah dorongan/keinginan badani sering disertai
dengan emosi kuat positif (seperti cinta atau luapan kegembiraan) dan negatif
(seperti kecemburuan/iri hati atau kebencian).
c. Tubuh
Penampilan fisik tubuh manusia adalah pusat kebudayaan dan kesenian.
Dalam setiap kebudayaan manusia orang gemar memperindah tubuhya dengan
tato, kosmetik, pakaian, perhiasan atau ormen serupa.
Model rambut juga mempunyai pengertian kebudayaan penting. Kecantikan atau
keburukan rupa adalah kesan kuat subyektif dari penampilan seseorang.
Kebutuhan individu terhadap makanan dan minuman teratur secara jelas tercermin
dalam kebudayaan manusia. Kegagalan mendapatkan makanan secara teratur akan
berakibat rasa lapar dan berakhirnya kelaparan. Rata-rata waktu tidur adalah 8
Jam per hari untuk dewasa dan 9-10 Jam untuk anak-anak . Orang yang lebih tua
tidur selama 6-7 Jam. Sudah umum namun dalam masyarakat modern bagi orang-
orang untuk mendapat waktu tidur kurang dari yang mereka butuhkan. Tubuh
manusia diancam proses penuaan dan penyakit. Ilmu pengobatan adalah ilmu
pengetahuan yang menelusuri metode penjagaan kesehatan tubuh.
d. Kelahiran dan Kematian
Kehidupan subyektif individu berawal pada kelahirannya, atau dalam fase
kehamilan terdahulu, selama janin berkembang di dalam tubuh ibu. Kemudian
kehidupan berakhir dengan kematian individu. Kelahiran dan kematian sebagai
peristiwa luar biasa yang membatasi kehidupan manusia dapat mempunyai
pengaruh hebat terhadap individu tersebut. Kesulitan selama melahirkan dapat
berakibat trauma dan kemungkinan kematian dapat menyebabkan rasa keberatan
(tak mudah) atau ketakutan. Upacara penguburan adalah ciri-ciri umum
masyarakat manusia sering diinspirasikan oleh kepercayaan akan adanya
kehidupan setelah kematian. Adat kebiasaan warisan atau penyembahan nenek
moyang dapat memperluas kehadiran sang individu di kehidupan.
E. Masyarakat
Meskipun banyak spesies berprinsip sosial, membentuk kelompok
berdasarka ikatan/pertalian genetik, perlindungan diri, atau membagi
pengumpulan makanan dan penyalurannya, manusia dibedakan dengan rupa-rupa
dan kemajemukan dari adat kebiasaan yang mereka bentuk entah untuk
kelangsungan hidup individu atau kelompok dan untuk pengabadian dan
perkembangan teknologi, pengetahuan, serta kepercayaan. Identitas kelompok
penerimaan dan dukungan adapat mendesak pengaruh kuat pada tingkah laku
individu, tetapi manusia juga unik dalam kemampuannya untuk membentuk dan
beradaptasi ke kelompok baru.
1. Bahasa
Kecakapan berpidato adalah sebuah unsur pendefisian umat manusia
mungkin mendahului pemisahan populasi modern filogenetik. Bahasa adalah
pusat dari komunikasi antar manusia. Kata Yahudi untuk ‘binatang’ (behemah)
berarti ‘bisu’ menggambarkan manusia sebagai ‘binatang berbicara’ (kepandaian
bercakap hewani). Bahasa adalah pusat dari sentuhan identitas ‘khas’ berbagai
kebudayaan atau kesukuan dan sering diceritakan mempunyai status atau kekuatan
supernatural. Penulisan sistem penulisan sekitar 5000 Tahun lalu, yang
memungkinkan pengabadian ucapan, merupakan langkah utama dalam evolusi
kebudayaan. Ilmu pengetahuan Linguistik (ilmu bahasa) menjelaskan susunan
bahasa, dan keterkaitan antara bahasa-bahasa berbeda. Diperkirakan ada 6000
bahasa yang diucapkan manusia saat ini. Manusia yang kekurangan kemampuan
berkomunikasi melalui ucapan, umumnya bercakap-cakap menggunakan bahasa
isyarat.
2. Agama
Dalam setiap kebudayaan manusia, kerohanian dan ritual mendapat
ekspresi dalam bentuk tertentu. Elemen-elemen ini dapat menggabungkan secara
penting pengalaman pribadi dengan pengalaman penyatuan dan komunal sering
kali membangkitkan emosi yang sangat kuat dan bahkan luapan kegembiraan.
Kekuatan pengikat yang kuat dari pengalaman tertentu dapat terkadang
menimbulkan kefanatikan atau agresi kepada manusia lain yang tidak termasuk
dalam kelompok agamanya berakibat perpecahan atau bahkan perang. Teokrasi
adalah masyarakat yang dibentuk secara dominan oleh agama diperintah oleh
pemimpin suci atau oleh seorang pemuka agama. Agama dapat pula berperilaku
sebagai alat penyaluran dan pengaruh dari norma budaya dunia dan tingkah laku
yang wajar dilakukan manusia.
3. Keluarga dan teman sepergaulan
Individu manusia dibiasakan untuk bertumbuh menjadi seorang pelengkp
yang berjiwa kuat kedalam suatu kelompok kecil umumnya termasuk keluarga
biologis terdekatnya Ibu, Ayah, dan Saudara kandung. Sebagai seorang pelengkap
berjiwa kuat yang serupa dapat dikelirukan dengan suatu kelompok kecil yang
sama yaitu teman sepergaulan sebaya sang individu umumnya berukuran antara
sepuluh hingga dua puluh individu kemungkinan berkaitan dengan ukuran optimal
untuk gerombolan pemburu. Dinamika kelompok dan tekanan dari teman dapat
mempengaruhi tingkah laku anggotanya. Seorang individu akan mengembangkan
persaan kesetiaan yang kuat kepada kelompok tertentu. Kelakuan yang wajar
termasuk seringnya hubungan sosial dinyatakan dalam obrolan/percakapan, dansa,
menyanyi atau cerita (curhat).

4. Suku, bangsa dan negara bagian


Kelompok manusia yang lebih besar dapat disatukan dengan gagasan
kesamaan nenek moyang (suku, etnis) atau kesamaan fokus budaya atau materi
(bangsa atau negara bagian) sering dibagi lebih lanjut menurut struktur kelas
sosial dan hirarki. Sebuah suku dapat terdiri dari beberapa ratus individu
sementara negara bagian modern terbesar berisi lebih dari semilyar. Konflik
kekerasan di antara kelompok-kelompok besar disebut peperangan.
Kesetiaan/pengabdian untuk kelompok yang besar seperti ini disebut nasionalisme
atau patriotisme. Dalam keekstriman perasaan pengabdian terhadap sebuah
lembaga atau kewenangan dapat mencapai keekstriman pathologi yang berakibat
hysteria massa (gangguan syaraf) atau fasisme antropologi budaya menjelaskan
masyarakat manusia yang berbeda-beda dan sejarah mencatat interaksi mereka
bersuku etnis.
5. Kebudayaan dan peradaban
Sebuah peradaban adalah sebuah masyarakat yang telah mencapai tingkat
kerumitan tertentu umumnya termasuk perkotaan dan pemerintahan berlembaga
agama, iptek, sastra serta filsafat. Perkotaan paling awal di Dunia di temukan
didekat rute perdagangan penting kira-kira 10.000 Tahun lalu (Yeriko
Catalhoyuk).
Kebudayaan manusia dan ekspresi seni mendahului peradaban dan dapat dilacak
sampai ke palaeolithik (lukisan goa, arca venus, tembikar). Kemajuan pertanian
memungkinkan transisi dari masyarakat pemburu dan pengumpul atau nomadik
menjadi perkampungan menetap sejak Milenium ke-9 SM. Penjinakan hewan
menjadi bagian penting dari kebudayaan manusia (anjing, domba, kambing,
lembu). Dalam masa sejarah ilmu pengetahuan dan tenologi telah berkembang
bahkan lebih pesat.

Bab. IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Umat manusia selalu mempunyai perhatian yang hebat akan dirinya
sendiri. Kecakapan manusia untuk untuk mengintrospeksi diri keinginan individu
untuk menjelajahi lebih mengenai intisari diri mereka tanpa kecuali menghasilkan
berbagai penyelidikan mengenai kondisi manusia merupakan pokok jenis manusia
secara keseluruhan. Renungan diri adalah dasar dari filsafat dan sudah ada sejak
pencatatan sejarah. Artikel ini misalnya karena ditulis oleh manusia dengan
sendirinya tak dapa luput dari contoh refleksi diri. Manusia kerap menganggap
dirinya sebagai species dominan di Bumi dan yang paling maju dalam kepandaian
dan kemampuannya mengelola lingkungan. Kepercayaan ini khususnya sangat
kuat dalam kebudayaan Barat dan berasal dari bagian dalam cerita penciptaan di
Al kitab yang mana Adam secara khusus diberikan kekuasaan atas Bumi dan
semua makhluk. Berdampingan dengan anggapan kekuasaan manusia, kita sering
menganggap ini agak radikal karena kelemahan da singkatnya kehidupan manusia
(dalam kitab suci Yahudi, misalnya kekuasaan manusia dijanjikan dalam
kejadian 1 : 28 tetapi pengarang kitab pengkhotbah meratapi kesia-siaan semua
usaha manusia). Ahli filsafat Yahudi Protagoras telah membuat pernyataan
terkenal bahwa “Manusia adalah ukuran dari segalanya apa yang benar
benarlah itu apa yang tidak tidaklah itu” Aristoteles mendiskripsikan manusia
sebagai ‘hewan komunal’ yaitu menekankan pembangunan masyarakat sebagai
pusat pembawaan alam manusia. Istilah yang juga menginspirasikan taksonomi
spesies, Homo species pandangan dunia dominan pada abad pertengahan Eropa
berupa keberadaan manusia yang diciri-cirikan oleh dosa dan tujuan hidupnya
adalah untuk mempersiapkan diri terhadap pengadilan akhir setelah kematian.
Pencerahan/pewahyuan digerakkan oleh keyakinan baru bahwa dalam perkataan
Immanuel Kant “Manusia dibedakan di atas semua hewan dengan kesadaran
dirinya yang mana ia adalah hewan rasionil” Pada abad ke-20, Sigmund Freud
melancarkan serangan serius kepada positivisme mendalilkan bahwa kelakuan
manusia mengarah kepada suatu bagian besar yang dikendalikan oleh pikiran
bawah sadar.
B. SARAN-SARAN
Dari titik pandang ilmiah Homo sapiens memang berada diantara spesies
yang paling tersama ratakan di Bumi. Dan hanya ada sejumlah kecil species
tunggal yang menduduki lingkungan beraneka ragam sebanyak manusia. Rupa-
rupa usaha telah di buat untuk mengidentifikasikan sebuah ciri-ciri kelakuan
tinggal yang membedakan manusia dari semua hewan lain misalnya kemampuan
untuk membuat dan mempergunakan perkakas, kemampuan untuk mengubah
lingkungan, bahasa dan perkembangan struktur sosial majemuk. Beberapa ahli
antropologi berpikiran bahwa ciri-ciri yang siap diamati ini (pembuatan perkakas
dan bahan) di dasarkan pada kurang mudahnya mengamati proses mental yang
kemungkinan unik di antara manusia, kemampuan berfikir secara simbolik dalam
hal abstrak atau secara logika Adalah susah namun untuk tiba pada suatu
kelompok atribut yang termasuk semua manusia dan hanya semua manusia dan
harapan untuk menemukan ciri-ciri unik manusia yang adalah masalah dari
renungan diri manusia lebih daripada suatu masalah zoologi.

Bab. V
DAFTAR PUSTAKA

Manusia dan Kebudayaan Indonesia oleh Prof. Dr. Koentjoroningrat Djambatan


1999, 400 Hal. 979-428-303-7

Jablonski. N.G & Chaplin. G ‘Evolusi tentang pewarnaan kulit manusia’ Catatan
Teratur Evolusi Manusia 39 (2000) 57-106.

Robins. A.H Perspektif Biologis pada Pigmentasi Manusia Cambridge University


Press 1991.

Anda mungkin juga menyukai