PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) hingga saat ini masih menjadi problem
utama di Indonesia. Sekalipun angka kematian DBD dapat ditekan hingga di bawah 1
per 100 orang penderita, namun jumlah dan sebaran kasusnya semakin meningkat.
Tahun 2013 jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dengan area penyebaran hingga
498 Kabupaten/Kota.
Peran serta masyarakat merupakan komponen utama dalam pengendalian DBD,
mengingat vektor DBD nyamuk Aedes aegypti jentiknya ada di sekitar permukiman
dan tempat istirahat nyamuk dewasa sebagian besar ada di dalam rumah. Peran serta
masyarakat dalam hal ini adalah peran serta dalam pelaksanaan PSN secara rutin
seminggu sekali. PSN secara rutin dapat membantu menurunkan kepadatan vektor,
berdampak pada menurunnya kontak antara manusia dengan vektor, akhirnya
terjadinya penurunan kasus DBD.
Hingga saat ini peran serta masyarakat dalam pelaksanaan PSN belum optimal, masih
banyak masyarakat yang belum melakukan PSN secara rutin. Banyak faktor yang
menjadi penyebab rendahnya peran masyarakat dalam PSN, di antaranya adalah
kurang kampanye PSN.
Kelompok anak sekolah merupakan bagian kelompok masyarakat yang dapat
berperan strategis, mengingat jumlahnya sangat banyak sekitar 20% dari jumlah
penduduk Indonesia adalah anak sekolah SD, SLTP dan SLTA. Anak sekolah tersebar
di semua wilayah Indonesia, baik daerah perkotaan maupun pedesaan. Pemahaman
PSN bagi anak sekolah berperan untuk menanamkan perilaku PSN pada usia sedini
mungkin, yang akan digunakan sebagai dasar pemikiran dan perilakunya dimasa yang
akan datang. Selain itu, menggerakan anak sekolah lebih mudah dibandingkan dengan
orang dewasa dalam pelaksanaan PSN.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin melakukan suatu usaha
untuk mengatasi masalah tersebut dalam bentuk mini project, diharapkan dengan
adanya program dari puskesmas pondok kelapa dengan mengoptimalkan anak
sekolah dasar di wilayah rw.02 dapat meningkatkan angka bebas jentik di
lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan peran serta siswa anak sekolah dasar dalam memutus mata rantai
penyebaran DBD di lingkungan sekolah dan lingkungan rumah dengan
berperan sebagai Jumantik dalam pelaksanaan PSN disekolah.
1.2.2 Tujuan khusus
1.2.1.1 Meningkatkan pengetahuan siswa terhadap penyakit DBD.
1.2.1.2 Meningkatkan pengetahuan siswa terhadap lingkungan kaitannya dengan
daur hidup nyamuk penyebab DBD.
1.2.1.3 Terciptanya peran serta anak sekolah sebagai Jumantik dalam
pelaksanaan PSN secara berkesinambungan.
1.2.1.4 Meningkatkan salah satu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak
usia dini.
1.2.1.5 Meningkatkan kesadaran siswa terhadap pemeberantasan DBD tidak
hanya di sekolah namun juga di lingkungan rumah.
1.2.1.6 Terbentuknya program PSN sekolah yang aktif dan berjalan continue
disekolah dengan penuh pengawasan dari puskesmas
1.2.1.7 Terbentuknya jumantik pelajar yang edukatif dan persuasif bagi warga
sekolah dan lingkungan sekitar.
1.2.1.8 Mendukung upaya penurunan kasus DBD di sekolah, lingkungan
tempat tinggal dan di Indonesia
1.3
Manfaat
Hasil penelitian ini akan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak seperti institusi
pendidikan, pelajar/siswa, pihak masyarakat dan petugas kesehatan.
1.3.1 Institusi Pendidikan
1.3.1.1 Meningkatkan kesadaran warga sekolah, baik siswa, guru, ataupun
warga sekolah lainya tentang perilaku dan gaya hidup sehat, serta
pentingnya menciptakan suatu kondisi yang sehat dan bebas jentik
nyamuk.
1.3.1.2 Jumantik anak sekolah berperan dalam kegiatan usaha kesehatan
sekolah (UKS) dalam rangka menciptakan Sekolah Bebas Jentik.
1.3.1.3 Menurunkan angka kejadian DBD di lingkungan sekolah maupun
tempat tinggal.
1.3.1.4 Meningkatkan produktifitas siswa dalam belajar
1.3.2 Puskesmas
Masyarakat
Mini project ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang bermakna
positif di lingkungan masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut berpartisipasi
dalam memberantas jentik sehingga angka DBD dilingkungan pondok kelapa
1.3.4
dapat menurun.
Peneliti
1.3.4.1 Berperan serta dalam pembentukan Jumantik disekolah setingkat SD.
1.3.4.2 Membantu menurunkan angka kejadian DBD khususnya di lingkungan
sekolah.
1.3.4.3 Melatih menemukan
masalah,
identifikasi,
perencanaan,
serta
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk dalam grup B
Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family flaviviridae, yang terdiri
dari empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4. Masingmasing saling berkaitan
sifat antigennya dan dapat menyebabkan sakit pada manusia. Keempat tipe virus ini telah
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering
ditemui selama terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4. DEN 3 juga
merupakan serotipe yang paling dominan yang berhubungan dengan tingkat keparahan
penyakit yang menyebabkan gejala klinis yang berat dan penderita banyak yang meninggal.
saliva. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi ekstrinsik),
nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam
tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah
menghisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi
karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum menghisap darah akan
mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probosis), agar darah yang dihisap tidak
membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.
Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue. Nyamuk
betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada darah binatang. Kebiasaan
menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00.
Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari
satu individu ke individu lain (multiple biter). Hal ini disebabkan karena pada siang hari
manusia yang menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif
bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang sampai
kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD
menjadi lebih mudah terjadi.
2.2.2. Tempat Potensial Bagi Penularan Penyakit DBD
Penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk
penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah :
a
b
dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier
yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi awal.
Telur
Telur diletakkan satu persatu di atas permukaan air, biasanya pada dinding
bagian dalam kontainer di permukaan air. Jumlah telur nyamuk untuk sekali bertelur
dapat mencapai 300 butir dengan ukuran 5 mm. Telurnya berbentuk elips berwarna
hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Pada kondisi yang buruk (dalam kondisi
musim kering yang lama), telur dapat bertahan hingga lebih dari satu tahun. Telur
akan menetas menjadi jentik setelah 1-3 hari terendam air.
Jentik
Setelah telur terendam 2-3 hari, selanjutnya menetas menjadi jentik. Jentik mengalami
4 tingkatan atau stadium yang disebut instar, yaitu instar I, II, III dan IV. Waktu
pertumbuhan dari masing-masing stadium adalah jentik instar I selama 1 hari, jentik
instar II selama 1-2 hari, jentik instar III selama 2 hari, jentik instar IV selama 2-3
hari. Jentik Aedes di dalam air dapat dikenali dengan ciriciri berukuran 0,51 cm dan
selalu bergerak aktif dalam air. Pada waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus
dengan permukaan air untuk bernapas (mendapatkan oksigen). Selanjutnya jentik
berkembang menjadi kepompong.
Secara umum nyamuk Aedes terdiri tiga bagian, yaitu kepala, thorax dan abdomen,
mempunyai dua pasang sayap dan tiga pasang kaki. Nyamuk Aedes dewasa memiliki
ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam bercak putih. Tubuh dan tungkainya
ditutupi sisik dengan bercak putih. Ae.aegypti di bagian punggung tubuhnya tampak
dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan berwarna putih, sedangkan
Ae.albopictus di bagian punggung tubuhnya tampak satu garis lurus tebal berwarna
putih. Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter maksimal 100 meter,
namun secara pasif karena faktor angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih
jauh. Nyamuk ini dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah sekitar
1.000 meter dari permukaan laut, di atas ketinggian 1.000 meter dengan suhu udara
terlalu rendah nyamuk tidak dapat berkembang biak, sehingga tidak memungkinkan
bagi kehidupan nyamuk.
Buatan
Tempat perkembangbiakan jentik buatan adalah segala sesuatu yang dibuat oleh
manusia dapat berfungsi menampung air dan jernih, yang kemudian digunakan oleh
nyamuk Aedes untuk tempat berkembangbiak, seperti bak mandi, ember, dispenser,
kulkas, ban bekas, pot/vas bunga, kaleng, plastik, dan lain-lain. Tempat penampungan
air tersebut berada di sekitar pemukiman penduduk. Tempat nyamuk berkembangbiak
yang dibuat/disediakan oleh manusia, seperti tempat penampungan air bersih (bak
mandi, ember, dispenser, kulkas, dan lain-lain), maupun tempat-tempat penampungan
air lainnya yang ada disekitar pemukiman penduduk.
Perilaku istirahat
Nyamuk Aedes setelah mengisap darah akan beristirahat untuk proses pematangan telur,
setelah bertelur nyamuk beristirahat untuk kemudian menghisap darah kembali. Nyamuk
Aedes aegypti lebih menyukai beristirahat di tempat yang gelap, lembab, tempat tersembunyi
di dalam rumah atau bangunan, termasuk kolong tempat tidur, kloset, kamar mandi dan
dapur. Selain itu juga bersembunyi pada benda-benda yang digantungkan seperti baju, tirai
dan dinding. Walaupun jarang, bisa ditemukan di luar rumah, di tanaman atau tempat
terlindung lainnya. Sedangkan nyamuk Aedes albopictus jarang ditemukan beristirahat di
dalam rumah. Kebiasaan istirahat nyamuk Aedes albopictus beristirahat dirumah seperti di
tanaman kering, rerumputan dan lain lain.
pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatannya menjadi hak dan tanggung jawab
pemerintah kabupaten/kota dengan mempertimbangkan kebijakan, peraturan dan ketentuan
yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.
Adapun susunan organisasinya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.8. Bagan Struktur Pembina Jumantik/ PSN Anak Sekolah Tingkat
Kabupaten/ Kota
Dari bagan diatas menunjukan bahwa Bupati/ Walikota melalui sekretaris darahmerupakan
koordinator utama yang membangun kerjasama di antara instansi terkait antara lain dinas
kesehatan, dinas pendidikan dan kantor kementerian agama kabupaten/kota. Daerah yang
telah memiliki wadah kelompok kerja operasional (Pokjanal) DBD maka Pokja PSN anak
sekolah dapat dimasukan sebagai bagian dari Pokjanal DBD yang sudah ada. Bupati/Walikota
berwenang dan bertanggungjawab dalam mengeluarkan ketetapan pembentukan Pokja
Jumantik-PSN Anak Sekolah di wilayahnya melalui sebuah surat keputusan.
Peran dan tanggungjawab Pokja Jumantik-PSN Anak Sekolah antara lain yaitu:
a
b
sekolah di wilayahnya.
Memberikan penghargaan terhadap sekolah, madrasah dan pondok pesantren yang
memiliki kinerja dan prestasi yang baik dalam pelaksanaan PSN anak sekolah dan
Tata kerja PSN/Jumantik anak sekolah mengacu pada petunjuk teknis PSN-Jumantik
2.4.3 Kriteria Dan Perekrutan Jumantik Anak Sekolah dan Guru Penanggung Jawab
PSN
A Kriteria Jumantik Anak Sekolah
Kader Jumantik adalah siswa-siswi sekolah dari tiap-tiap kelas, dengan kriteria
sebagai berikut:
a Mampu membaca dan menulis
b
c
d
b
c
tahun.
Mampu dan mau melaksanakan tugas dan bertanggungjawab
Mampu dan mau menjadi motivator bagi rekan-rekan guru dan kader jumantik
tinggalnya.
Melaporkan hasil pemantauan jentik kepada Guru Penanggung Jawab JumantikPSN sekolah seminggu sekali menggunakan Formulir Hasil Pemantauan Jentik
Mingguan di Rumah/Tempat Tinggal dan Formulir Hasil Pemantauan Jentik
Mingguan di Sekolah
Melakukan sosialisasi PSN 3M dan pengenalan DBD kepada rekan-rekan siswa-
siswi lainnya.
Berperan sebagai penggerak dan motivator siswa-siswi lainnya agar mau
melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk terutama di lingkungan sekolah dan
tempat tinggalnya.
Berperan sebagai penggerak dan motivator bagi keluarga dan masyarakat agar
mau melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk terutama di lingkungan tempat
2
a
tinggalnya.
Guru Penanggung Jawab PSN anak sekolah
Membuat rekapitulasi laporan mingguan hasil Jumantik-PSN di masing-masing
rumah siswa dan sekolahnya yang telah disahkan/ ditandatangani oleh kepala
sekolah untuk diserahkan kepada kepala puskesmas setempat selaku pembina
b
c
3
a
UKS wilayahnya.
Memeriksa dan mengarahkan kegiatan Jumantik anak sekolah.
Mengawasi/memberikan bimbingan teknis kepada Jumantik anak sekolah.
Kepala Puskesmas
Membina dan memantau pelaksanaan kegiatan PSN anak sekolah serta
melaksanakan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat (Pokja PSN Anak
b
c
d
Sekolah).
Memberikan pembinaan teknis kepada guru-guru dan Jumantik anak sekolah.
Menganalisa laporan hasil pemantauan jentik oleh Jumantik anak sekolah.
Melaporkan rekapitulasi hasil pemantauan jentik oleh Jumantik anak sekolah di
wilayah kerjanya kepada Pokja PSN Anak Sekolah melalui kepala dinas kesehatan
4
a
kabupaten/kota.
Pokjanal DBD tingkat Provinsi
Melalui instansi atau SKPD terkait melakukan pembinaan dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan PSN Anak Sekolah di masing-masing kabupaten/kota di
wilayahnya.
Menganalisa dan membuat laporan rekapitulasi hasil kegiatan PSN anak sekolah
dari wilayah kabupaten/kota kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
seperti leaflet, stiker, lembar balik (flipchart), buku saku, juknis/juklak dll.
Biaya pelatihan/pembinaan guru-guru sekolah/ guru penanggung jawab PSN anak
Sekolah dilaporkan setiap minggu ke guru penanggung jawab dan diparaf oleh
-
ditindaklanjuti.
Dinas Kesehatan/ Pokja PSN anak sekolah melalui Puskesmas setempat
melakukan pembinaan ke sekolah dalam rangka keberlangsungan kegiatan
jentik
Mencatat ada tidaknya jentik dan jenis kontainer yang diperiksa pada Formulir
Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di Rumah/Tempat Tinggal dan Formulir
Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di Sekolah
Menguras
Menguras tempat penampungan air secara rutin dan terus menerus. Menguras harus
dilakukan setiap minggu dengan pertimbangan nyamuk harus dibunuh sebelum
menjadi nyamuk dewasa, karena periode pertumbuhan telur, jentik dan kepompong
selama 8-12 hari, sehingga sebelum 8 hari harus sudah dikuras supaya mati sebelum
ditemukan jentik, maka air harus dikuras dan dapat diisi kembali kemudian ditutup
5
rapat.
Memanfaatkan Kembali Barang Bekas yang Bernilai Ekonomis
Banyak barang-barang bekas yang dapat digunakan kembali dan benilai ekonomis,
dengan cara mengolah kembali bahan-bahan media penampungan air menjadi
minggu ke guru penanggung jawab dan diparaf oleh guru penanggung jawab.
Guru penanggungjawab memeriksa Formulir Hasil Pemantauan Jentik dan PSN
Sekolah dan Formulir Hasil Pemantauan Jentik dan PSN Rumah, apabila laporan
ditemukan jentik maka guru wajib memberikan arahan kepada siwa untuk
meningkatkan kegiatan PSN 3M, serta diharapkan dapat melaporkan ke
Variabel Terikat
Variabel Pengganggu
(Confounding)
1. Pengetahuan siswa
jumantik.
Keterangan :
= diteliti
= tidak diteliti
OPERASIONAL
DAN
SKALA
PENGUKURAN
VARIABEL
Variabel
Definisi
Cara
Operasional
Mengukur
Kategori
Skala
Variabel
Variabel
berbagai
Jentik
jenjang
pendidikan
dasar
dan
menengah
yang
dibina
dilatih
telah
dan
1. Memantau
2. Tidak memantau
Ordinal
sebagai juru
pemantau
jentik
(Jumantik)
di
sekolahnya
Variabel
bebas:
Penurunan
angka kasus
DBD
Adalah
upaya Observasi
pengendalian
1. Menurun
2. Tidak menurun
Ordinal
penyakit DBD
dengan
penyuluhan
kesehatan.
Hipotesa Penelitian
Ho: Adanya pengaruh hubungan antara siswa pemantau jentik dengan penurunan
jumlah kasus DBD di RW.02 Kelurahan Pondok Kelapa.
3.7
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah
menjadi populasi adalah Murid SD dari 6 sekolah yaitu SDN (05,07,09 pagi dan 11, 12
petang) dan SDS Tiara school
3.9
3.10
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pondok
Kelapa. Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan bahwa sampel yang diambil
dengan jumlah pasien terbanyak dan terdekat di wilayah kerja Puskemas.
3.11
Waktu Penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan dari bulan Januari sampai Februari 2015.
Proses penelitian, dimulai dari pembuatan proposal sampai penyusunan laporan
penelitian berlangsung selama 1 bulan.
3.13
3.14
Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu langkah-langkah
penelitian. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka digunakan beberapa
metode dalam proses pengumpulan data. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini lembar check list, buku catatan, camera foto yang berhubungan dengan
variabel independen. Sumber data dari data primer dan sekunder. Data primer berasal
dari Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung
dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati. Peneliti menempatkan dirinya sebagai
pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari puskesmas.
3.15
Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah sekumpulan berkas berupa catatan, transkrip,
buku, notulen, agenda dan sebagainya. Data yang diperoleh dapat berupa data primer,
sekunder dan tersier. Data primer didapatkan dari observasi dan wawancara dari guru
Pembina Unit Kesehatann Sekolah (UKS), data sekunder diperoleh dari data Puskesmas
Kelurahan Pondok Kelapa, sedangkan data tersier diperoleh dari penelusuran tinjauan
pustaka.
Pengumpulan data dilakukan di Kelurahan Pondok Kelapa, Kecamatan Duren
Sawit, Jakarta Timur. Pengumpulan data ini dilakukan dari tanggal 12 Januari 20
Februari 2015.
WAKTU
KEGIATAN
Sosialisasi Jumantik Sekolah kepada Kepala
Presentasi
Jumat, Januari 2015
Jumantik
Sekolah
di
SDN
School
Melaksanakan
Pemberantasan
Sarang
Pemberantasan
Melaksanakan
Pemberantasan
Sarang
Sarang
3.15
Faktor Siswa terdiri dari Pengetahuan, sumber dan penyuluhan tentang Pemberantasan
Sarang Nyamuk, Jumantik Sekolah serta DBD yang diketahui oleh siswa.
Mengetahui persepsi siswa tentang PSN yang dapat menurunkan angka kejadian DBD.