Anda di halaman 1dari 5

2.

Menilai Risiko Kecurangan


SAS 99 memberikan sebuah pedoman atau panduan bagi
para auditor dalam rangka mengukur risiko kecurangan. Seorang
auditor haruslah menjaga suatu tingkat skeptisme/ (kecakapan
atau kemahiran auditor dalam melakukan profesinya) profesional
ketika auditor mempertimbangkan informasi yang cukup luas,
termasuk juga faktor-faktor risiko kecurangan, dengan tujuan
untuk mengidentifikasi dan juga menghadapi risiko kecurangan.
1. Skeptisme Profesional
SAS 1 menyatakan bahwa dalam melakukan skeptisme
profesional, seorang auditor tidak menganggap atau tidak
mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur namun juga
tidak menganggap kejujuran yang absolut. Melalui
prosedur evaluasi dalam menerima dan juga keberlanjutan
klien, auditor akan menolak sebagian besar dari calon klien
yang dianggap tidak mempunyai kejujuran dan juga
integritas.
2.

Pikiran Auditor yang Selalu Mempertanyakan


SAS 99 menekankan untuk melakukan pertimbangan atas
kecenderungan klien dalam melakukan kecurangan, tanpa
mempertimbangkan bagaimana keyakinan auditor tentang
suatu kemungkinan terjadinya tindakan kecurangan serta
kejujuran dan juga intergritas manajemen. Selama dalam
tahap merencanakan audit dalam setiap audit, tim audit
haruslah membahas mengenai kebutuhan untuk menjaga
pikiran kritis dalam mempertahankan suatu pikiran yang
selalu mempertanyakan di sepanjang penugasan audit untuk
melakukan identifikas atas risiko-risiko kecurangan dan juga
secara kritis melakukan evaluasi kritis atas bukti-bukti
audit.

3.

Evaluasi kritis atas bukti audit


Dalam
melakukan
pengungkapan
atas informasi
mengindikasikan
adanya
salah
saji
material
yang
disebabkan oleh kecurangan kemungkinan telah terjadi,
auditor haruslahmelakukan penyelidikan masalah-masalah
yang ada secara mendalam, mendapatkan bukti-bukti
tambahan apabila diperlukan dan juga melakukan konsultasi
dengan anggota tim lainnya.

2.5 Sumber Informasi untuk Melakukan Penilaian atas Risiko


Kecurangan
Terdapat lima sumber informasi yang digunakan dalam
menilai risiko kecurangan yaitu:
1.
Komunikasi antara tim audit
SAS 99 mengharuskan tim audit untuk melaksanakan
diskusi untuk berbagi pemahaman antara anggota tim
audit yang lebih berpengalaman dan juga untuk curah
pendapat.

2.

Tanya jawab atau wawancara dengan manajemen


SAS 99 mewajibkan seorang auditor untuk mengajukan
pertanyaan yang spesifik mengenai kecurangan dalam
setiap audit. Tanya jawab dengan manajemen dan juga
pihak lainnya dalam perusahaan membuka sebuah
kesempatan bagi para karyawan untuk memberitahukan
informasi-informasi yang kemungkinan tidak dapat
disampaikan dengan pihak lain. Tanya jawab seorang
auditor terhadap manajemen haruslah menanyakan
apakah
manajemen
mengetahui
setiap
tindakan
kecurangan ataupun kecurigaan terhadap terjadinya
tindakan kecurangan di dalam perusahaan.
3.
Faktor-faktor Risiko
SAS 99 mewajibkan seorang auditor untuk mengevaluasi
apakah faktor-faktor risiko kecurangan mengindikasikan
adanya sebuah insentif ataupun tekanan untuk melakukan
tindakan kecurangan, kesempatan untuk melakukan
tindakan kecurangan, ataupun sikap/rasionalisasi yang
digunakan untuk membenarkan atau merasionalisasi
tindakan kecurangan.
4.
Prosedur analitis
Seorang auditor haruslahmelaksanakan prosedur analitis
di sepanjang fase perencanaan dan juga penyelesaian
audit guna membantu mengidentifikasikan transaksi atau
kejadian yang tidak biasa yang dapat mengidentifikasikan
adanya suatu salah saji yang cukup material dalam
laporan keuangan.
5.
Informasi lainnya
Seorang auditor haruslah melakukan pertimbangan atas
informasi yang telah mereka dapatkan dalam setiap
bagian audit saat auditor mengukur risiko kecurangan.
2.6 Mengawasi tata kelola korporasi untuk mengurangi risiko
kecurangan
Manajemen
memiliki
tanggung
jawab
untuk
mengimplementasikan tata kelola perusahaan dan juga
prosedur
pengendalian
untuk
meminimaliisir
risiko
kecurangan, yang bisa dikurangi melalui kombinasi antara
tindakan pencegahan, tindakan antisipasi dan juga
tindakan pendeteksian.
Guna membantu manajemen dan juga dewan direksi
dalam menjalankan usaha-usaha melawan kecurangan,
AICPA bekerjasama dengan beberapa organisasi profesi
menerbitkan Program dan Pengendalian Anti-Kecurangan
bagi Manajemen: Pedoman untuk Membantu Mencegah,
Mengantisipasi, serta Mendeteksi Kecurangan.Panduan
atau pedoman tersebut mengidentifikasikan tiga elemen
guna
mencegah,
mengantisipasi,
serta
mendeteksi
kecurangan:
1.
Budaya kejujuran serta etika yang bernilai tinggi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara yang paling


efektif dalam mencegah dan juga menghalangi tindakan
kecurangan adalah mengimplementasikan program dan
juga
pengendalian
anti-kecurangan,
yang
mana
didasarkan pada nilai inti yang dianut oleh perusahaan.
Nilai-nilai inti ini membantu untuk menciptakan budaya
kejujuran dan juga etika yang kemudian menjada dasar
bagi tanggung jawab dari para pekerja. Penciptaan
budaya kejujuran dan etika yang bernilai tinggi meliputi
enam unsur, yaitu:
(1) Menentukan tone at the top;
(2) Menciptkan suatu lingkungan kerja yang positif;
(3) Memperkerjakan
dan
juga
mempromosikan
karyawan yang tepat;
(4) Pelatihan;
(5) Konfirmasi; dan
(6) Disiplin.
2.
Tanggung jawab dari manajemen untuk melakukan
evaluasi atas risiko-risiko kecurangan
Suatu tindakan kecurangan tidak akan mungkin terjadi
tanpa adanya suatu kesempatan untuk melakukan
tindakan kecurangan dan juga menyembunyikan
perbuatan tersebut. Manajemen memiliki beberapa
tanggung jawab untuk melakukan evaluasi atas risiko
kecurangan, yaitu:
(1) melakukan identifikasi dan juga mengukur risiko
kecurangan
melakukan
suatu
langkah
guna
mengurangi risiko yang telah diidentifikasi;
(2) mengurangi risiko-risiko kecurangan;
(3) melakukan pemantauan pengendalian internal
guna mencegah dan juga mendeteksi kecurangan.
3.
Pengawasan dari komite audit
Komite audit memiliki tanggung jawab utama dalam
mengawasi pelaporan keuangan dan juga proses
sistem pengendalian internal perusahaan. Dalam upaya
memenuhi tanggung jawab tersebut, komite audit
melakukan perhitungan potensi dibaaikannya sistem
pengendalian internal oleh manajemen, dan juga
mengawasi proses penilaian atas risiko kecurangan
oleh manajemen, serta program dan pengendalian antikecurangan. Komite audit juga membantu untuk
menciptakan tone at the top yang cukup efektif
mengenai pentingnya suatu kejujuran dan juga
tindakan etis dengan cara mendukung toleranis nol
dari manajemen terhadap kecurangan. Pengawasan
dari komite audit juga berfungsi sebagai penghalang
tindakan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen
senior.

2.7

MERESPONS RISIKO KECURANGAN


Beberapa tanggapan dari auditor terhadap adanya risiko
kecurangan, antara lain:
a.
Melakukan perubahan atas pelaksanaan audit secara
keseluruhan
Auditor bisa melakukan berbagai pemilihan atas berbagai
tindakan apabila risiko kecurangan meningkat. Apabila
terjadi peningkatan terhadap risiko salah saji akibat dari
kecurangan yang meningkat, maka dapat menugaskan
personil yang lebih berpengalaman dalam proses
pengauditan ini. Dalam SAS 99 mengharuskan auditor
memasukkan
ketidakterdugaan
dalam
rencana
audit (Arens, Elder, & Beasley, 2009). Hal ini disebabkan
karena seringkali para pelaku dari kecurangan sudah
mengetahui mengenai berbagai prosedur audit yang
akan dilakukan.
b.
Merancang dan Melakukan Prosedur Audit untuk
Mengatasi Risiko Kecurangan.
Prosedur audit yang sesuai untuk digunakan dalam
mengatasi
berbagai
risiko
kecurangan
tertentu
bergantung pada akun apa yang diaudit serta tipe risiko
kecurangan yang diidentifikasi. Selain itu, auditor juga
harus melakukan pertimbangan atas prinsip akuntansi
yang
dipilih
oleh
manajemen
yang
melibatkan
pengukuran yang subjektif ataupun transaksi yang
kompleks.
c.
Merancang dan Melakukan Prosedur untuk Menangani
Pengabaian Pengendalian oleh Managemen .
Dalam setiap audit, terdapat tiga prosedur yang harus
dilakukan antara lain:
1.
Memeriksa
Catatan
Jurnal dan
Penyesuaian
Lain untuk Bukti Kemungkinan Salah Saji karena
Kecurangan.
Adanya
kecurangan
seringkali
timbul
dari
penyesuaian atas jumlah dari yang dilaporkan oleh
laporan
keuangan,
walaupun
sudah
ada
pengendalian internal yang efektif selama proses
pencatatan tersebut berlangsung. Adapun beberapa
cara dalam prosedur ini antara lain:

Auditor harus memahami atas proses dalam


pelaporan keuangan, tapi juga pengendalian
dari ayat-ayat jurnal dan penyesuaian lainnya.
Memberikan
pertanyaan
kepada
para
pegawai yang
terlibat
di
dalam
proses
pelaporan keuangan mengenai aktivitas yang
tidak biasa di dalam pemrosesan ayat jurnal
dan penyesuaian dalam laporan keuangan .

2.

3.

Meninjau
Kembali
Estimasi
Akuntansi untuk
Mengetahui Adanya Bias.
Dalam proses ini, seorang auditor diharuskan untuk
melihat ke belakang dan melihat kembali atas
perkiraan/estimasi
tahun
sebelumnya
yang
signifikan untuk melakukan proses identifikasi atas
setiap perubahan proses dalam perusahaan ataupun
pertimbangan serta asumsi manajemen yang
kemungkinan mengindikasikan bahwa ada potensi
bias.
Mengevaluasi Dasar Rasionil Untuk TransaksiTransaksi Tidak Lazim yang Signifikan.
Hal ini dilandasi oleh SAS 99 yang memfokuskan
agar auditor memiliki pemahaman atas apa yang
melandasi pemikiran bisnis untuk transaksi tidak
biasa yang signifikan, yang kemungkinan berada di
luar jalur bisnis pada umumnya dari apa yang sudah
dipersyaratkan pada tahun sebelumnya. Oleh
karena itu,
maka seorang auditor haruslah
memahami tujuan transaksi yang signifikan ini guna
melakukan penilaian, apakah transaksi tersebut
dilakukan agar pelaporan keuangan yang curang
dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai