Anda di halaman 1dari 40

ASKEP TRAUMA

ABDOMEN

Oleh:
Ns. Drs.I Made Widastra, S.Kep
POLTEKKES DEPKES DENPASAR
2009

Pendahuluan
Trauma abdomen akan ditemukan
pada 25% penderita multi trauma.
Gejala dan tanda yang
ditimbulkannya kadang-kadang
lambat sehingga memerlukan tingkat
kewaspadaan yang tinggi untuk
dapat menetapkan diagnosis.

Anatomi
Rongga abdomen dibatasi oleh:

Atas : diafragma
Bawah : pelvis
Depan : dinding depan abdomen
Lateral : dinding lateral abdomen
Belakang : dinding belakang abdomen
serta tulang belakang

Diafragma merupakan suatu kubah yang


menonjol dalam rongga thoraks. Diafragma
ini turut dalam pernafasan. Pada inspirasi
akan turun ke bawah, pada ekspirasi akan
naik ke atas. Pada saat ekspirasi maksimal
akan berada setinggi kira-kira interkostal
4 pada garis mid-klapikuler, yang kurang
lebih sama dengan papilla mamae pada lakilaki.

Dengan demikian pada trauma


toraks, baik tumpul maupun tajam,
bila ditemukan sampai setinggi
papilla mamae (pada laki-laki) harus
selalu diwaspadai adanya trauma
abdomen juga.

Organ yang terdapat intra peritoneal


adalah: hepar, lien, gaster, usus halus, dan
sebagian besar usus besar (kolon).
Organ yang terdapat ekstra-peritoneal
adalah: ke 2 ginjal dan ureter, pancreas,
duodenum, sebagian kecil kolon (terutama
rectum) , buli-buli (vesika urinaria), serta
uterus.

Organ yang terlindung dalam kubah diafragma


adalah pada sisi kanan hepar , pada sisi kiri lien.
Organ yang terlindung dalam pelvis adalah
rectum, bulu-buli dan uterus.
Dengan demikian organ yang tidak terlindung
adalah usus halus dan sebagian besar kolon.
Kedua ginjal karena letaknya yang di daerah
belakang ( dorsal ) relative terlindung ).

Hepar dan lien tidak mempunyai lumen


(solid), dan trauma pada kedua organ ini
akan menimbulkan perdarahan yang akan
terkumpul dalam rongga peritoneum.

Keadaan
ini
dikenal
sebagai
hemoperitoneum. Robekan usus juga
dapat menimbulkan perdarahan intra
peritoneal.

Gaster, usus halus dan usus besar


mempunyai lumen. Dengan demikian bila
terjadi perforasi, isinya akan tumpah dalam
rongga
peritoneum
dan
menimbulkan
peritonitis.
Bila yang masuk rongga peritoneum adalah
asam lambung, maka rangsangan kimia akan
segera menimbulkan gejala peritonitis,
sedangkan bila yang masuk adalah isi usus
halus atau kolon, gejala yang akan timbul
lebih lambat.

Gejala dan Tanda


TraumaAbdomen
1. Pecahnya organ solid:

Hepar atau lien yang pecah akan


menyebabkan perdarahan yang dapat
bervariasi dari ringan sampai sangat
berat, bahkan kematian.

Gejala dan tandanya Pecahnya organ solid

Gejala perdarahan secara umum:


- Penderita tampak anemis (pucat)
- Bila perdarahan berat akan timbul
gejala dan tanda syok hemoragik.

Gejala adanya darah intra-peritoneal:


Nyeri abdomen, ringan sampai nyeri berat.
bising usus menurun, yang bukan merupakan
tanda yang dapat dipercaya, karena bisisng
usus akan menurun pada banyak keadaan lain.
nyeri tekan, nyeri lepas, dan defans muscular
(kekakuan otot) seperti pada peritonitis.
Perut semakin membesar (hanya ditemukan
apabila perdarahan hebat dan penderita tidak
gemuk).

Pecahnya organ berlumen:


Pecahnya gaster , usus halus atau
kolon akan menimbulkan peritonitis
yang dapat timbul cepat sekali
(gaster) atau lebih lambat.
Penderita akan mengeluh nyeri
seluruh abdomen
Bising usus akan menurun.

Cont ...

Defans muskuler, nyeri tekan, dan nyeri


lepas. Dan nyeri ketok.
Memerlukan penanganan sangat segera.
Pd trauma tajam, kadang ada organ
intra-abdomen yang menonjol ke luar
(sering omentum/ usus , dikenal sebagai
evisrasi.

Penanganan Trauma Abdomen

Airway dan Breathing

Ini diatasi terlebih dahulu. Selalu


ingat bahwa cedera lebih dari satu
area tubuh, dan apapun yang
ditemukan,
ingat
untuk
memprioritaskan
airway
dan
breathing terlebih dahulu.

Circulation:
Kebanyakan trauma abdomen tidak dapat

dilakukan tindakan apa-apa pada fase pra-RS ,


namun terhadap syok yang menyertainya perlu
penanganan yang agresif.
monitoring urin dilakukan dengan pemasangan
DC, namun umumnya tidak diperlukan pada
fase pra-RS karena masa transportasi yang
pendek.

Cont ...
Disability:
- Tidak jarang trauma abdomen
disertai dengan trauma kapitis.
- Selalu periksa tingkat kesadaran
(dengan GCS), dan
- Adanya lateralisasi (pupil anisokor dan
motorik yang lebih lemah satu sisi).

Cont ...

Apabila ditemukan usus yang menonjol


keluar , cukup dengan menutupnya dengan
kasa steril yang lembab supaya usus tidak
kering.
Apabila ada benda menancap, jangan
dicabut, tetapi dilakukan fiksasi benda
tersebut terhadap dinding perut.

Asuhan Keperawatan
1.

Pengkajian:
Harus berdasarkan prinsip-prinsip
Penanggulangan Penderita Gawat darurat
yang mempunyai skala prioritas :
- A (Airway)
- B (Breathing), dan
- C (Circulation).

Mengapa Harus ABC ?


Hal ini dikarenakan trauma abdomen
harus dianggap sebagian dari multi
trauma dan dalam pengkajiannya tidak
terpaku pada abdomennya saja.

Anamnesa:
Biodata
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang (Trauma):
penyebab trauma, benda tumpul atau
tajam, kalau o/k terjatuh :dari
ketinggian berapa, dan bagaimana
posisinya saat jatuh, kapan dan jam
berapa kejadiannya?Berapa berat
keluhan yang dirasakan bila nyeri,
sifatnya, pada kuadran mana paling
nyeri?

Cont ...
Riwayat penyakit yang lalu: ggn
jiwa, DM, astma dll.
Riwayat psikososial spiritual:
persepsi thp musibah yg dialami,
apakah menggangu emosi dan
mental, apakat mungkin tentamen
suiside.

Pemeriksaan Fisik:

Sistem pernafasan (B1)


Sistem Cardiovaskuler (B2)
Sistem neurologist (B3)
Sistem gastrointestinal (B4)
Sistem Urologi ( B5)

Pemeriksaan penunjang:
Radiologi: BOF, Thorax foto,
USG
Laboratorium: DL, dan sample
darah u/ transfusi, HB serial,
UL
EKG: pada pasien usia > 40
tahun.

Diagnosa Keperawatan:

Gangguan keseimbangan cairan dan


elektrolit b/d terputusnya p. darah
arteri/vena jaringan abdomen
Perubahan perfusi jaringan s/d
hipovolemia
Nyeri b/d rusaknya jaringan abdomen
Cemas b/d tindakan pembedahan
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit,
pembedahan b/d kurangnya informasi.

Perencanaan Keperawatan:
DX 1
Tujuan:
- Keseimbangan cairan tubuh teratasi
- Perdarahan dapat diatasi
Kriteria hasil:
- Cairan yang keluar seimbang, tdk terdapat g/.
dehidrasi.
- Perdarahan yang ke luar dapat terhenti, tidak
didapat anemis, Hb >8 gr%
- Tanda vital dalam batas normal
- Perkusi: tidak didapatkan distensi abdomen.

Rencana Tindakan/ Intervensi:


Kaji perdarahan yg keluar, adakah
gambaran klinik hipovolemik.
Jelaskan tentang sebab akibat dari
kekurangan caiaran / perdarahan serta
tindakan yang akan kita lakukan.
Observasi tanda Vital tiap 15 atau 30
menit.
Batasi pergerakan
Kolaborasi dengan tim medis: pemberian
IVFD: RL sesuai kondisi, menghentikan
perdarahan dengan jalan ditekan atau
ligasi/diklem

Cont ...
Pemasangan maagslang dan kateter +urobag
Pemberian transfusi bila HB kurang dari 8 gr%
Pemasangan lingkar abdomen
Pemeriksaan EKG
Foto BOF, Thorax foto,
Pemeriksaan DL,Hb serial dan UL.
Monitoring setiap tindakan perawatan/medis,
serta didokumentasikan
Monitoring cairan masuk dan ke luar , serta
perdarahan

DX 2.: Perubahan perfusi


hipovolemia

jaringan s/d

Tujuan:

Perfusi jaringan dalam kondisi normal

Kriteria Hasil:
- Status hemodinamik dalam kondisi normal dan
stabil
- Suhu dan warna kulit bagian akral hangat dan
kemerahan
- Capilary refill < 3 detik
- Produksi urine > 30 ml/jam.

Intervensi:
Kaji dan monitoring kondisi pasien ( A, B,
C), dan control adanya perdarahan.
Laku GCS dan pupil
Observasi tanda-tanda vital
Lakukan pemeriksaan Capilarry refill, warna
kulit dan kehangatan bagian akral
Kolaborasi dlm pemberian cairan infuse
Monitoring input dan output terutama
produksi urine

DX. 3.: Nyeri b/d rusaknya jaringan abdomen


yang ditandai dengan: pasien menyatakan sakit
pada perut, nyeri tekan pada perut, tampak
menyeringai kesakitan.

Tujuan: Nyeri yang dialami klien berkurang /


hilang.
Kriteria hasil:
- Klien mengatakan nyerinya berkurang/hilang
- Klien nampak tidak menyeringai kesakitan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi :

Kaji tentang kuaalitas, intensitas dan penyebaran


nyeri
Beri penjelasan tentang sebab dan akibat nyeri,
serta jelaskan tindakan yang akan dilakukan
Berikan posisi yang nyaman
Berikan teknik relaksasi dan distraksi
Observasi tanda-tanda vital
Kolaborasi dengan tim medik dlm pemberian
analgetik

DX 4 : Cemas b/d pengobatan


pembedahan yang akan dilakukan.
Tujuan: Kecemasan dapat teratasi
Kriteria hasil:

- Klien mengatakan tidak cemas


- Ekspresi wajah klien tampak tenang
- Klien dpt menggunakan koping
mekanisme yg efektif

Intervensi:

Identifikasi tk. kecemasan


Kaji tk. pengetahuan klien thp musibah yg terjadi
dan pengobatan pembedahan yg diberikan
Berikan klien u/ mengungkapkan perasaannya
Observasi tanda-tanda kecemasan verbal dan tdk
verbal
Berikan dorongan moral
Berikan penjelasan setiap tindakan yg akan
dilakukan
Berikan penjelasan dengan bahasa yg sedermana
dan mudah dipahami

SEKIAN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai