Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Rh. Seorang Rh (-) yang belum memiliki anti-D namun menerima donor darah Rh
(+) akan mengalami reaksi sensitisasi terhadap antigen D.
Untuk wanita hal ini dapat berbahaya bagi kehamilan (sudah dibahas di bagian
kedua). Sekali sajaseorang Rh (-) terpapar darah Rh (+); jika kali berikutnya ia
kembaliterpapar darah Rh (+), maka reaksi transfusi yang timbul dapat
sangat berbahaya.
Namun hal ini tidak berlaku sebaliknya. Jika seorang Rh (+)mendapat darah dari
donor Rh (-), darah Rh (-) itu sudah lepas dari sistemimunitas si donor, sehingga
tidak akan terjadi reaksi sensitisasi. Dengan katalain, sistem imun orang Rh (+)
tidak bereaksi imunologis terhadap paparandarah Rh (-).
Resepien ( Pasien )
Orang atau pasien yang menerima darah dari donor yang aman bagi pasien
artinya pasien tidak tertular penyakit infeksi melalaui transfusi darahdan pasien
tidak mendapatkan komplikasi seperti misalnya ketidakcocokan golongan darah.
( Peraturan Pemerintah No 18 th 1980.)
dengan sel donor dan minor cross match adalah serum donor dicampur dengan
sel penerima.
Jika golongan darah ABO penerima dan donor sama, baik mayor maupun minor
test tidak bereaksi. Jika berlainan umpamanya donor golongan darah O dan
penerima golongan darah A maka pada test minor akan terjadi aglutinasi.Mayor
crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindung ikeselamatan
penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga Complete
Antibodies maupun incomplete Antibodies dapat ditemukan dengan cara tabung
saja. Cara dengan objek glass kurang menjaminkan hasil percobaan.Reaksi
silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja tidak dapat
mengesampingkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu 37c.
Untuk menentukan anti Rh sebaiknya digunakan cara Crossmatch dengan high
protein methode. Ada beberapa cara untuk menentukan reaksi silang yaitu
reaksi silang dalam larutan garam faal dan reaksi silang pada objek
glass.Pemeriksaan uji silang serasi ini dilakukan untuk satu donor menggunakan
metode aglutinasi dengan tabung. Dalam uji silang ini, sel donor
dicampur dengan serum penerima (Mayor Crossmatch) dan sel penerima
dicampur denganserum donor dalam bovine albumin 22% akan terjadi aglutinasi
atau gumpalandan hemolisis bila golongan darah tidak cocok.
Pada saat ini, sebagian UTD PMI dalam melakukan uji silang cocok serasi /
crossmatch, menggunakan teknik metode tabung / metode konvensional yang
memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :
1. Perlu waktu lama ( time consuming )
2. Hasil sangat subyektif ( tergantung ketrampilan petugas )
3. Hasil reaksi tidak stabil sehingga pembacaan reaksi harus segera dilakukan
setelah pemutaran karena penundaan pembacaan reaksi dapat mengakibatkan
penurunan derajad reaksi, hal ini merupakan penyebab reaksi false negative
yang berbahaya bagi pasien
4. Harus melakukan pencucian sel 3 kali , yang paling vital adalah pencucian sel
3 kali sebelum penambahan Coombs serum, karena jika tahap pencucian 3 kali
tidak sempurna atau dikurangi, maka dapat menyebabkan terjadinya reaksi false
negatif, karena Coombs dapat dinetralkan oleh serum/plasma dari sample.
Sehingga darah yang seharusnya tidak boleh diberikan kepada penderita, dapat
lolos karena reaksi false negatif tersebut dimana hal ini sangat membahayakan
penerima darah
5. Hasil pembacaan reaksi negatif masih harus dikonfirmasi dengan penambahan
Coombs Control Cells ( CCC ) untuk meyakinkan apakah proses pencucian sel
sebelum penambahan Coombs serum sudah sempurna
6. Pembacaan reaksi memerlukan mikroskop
7. Hasil reaksi secara visual tidak dapat didokumentasikan, dokumentasi hanya
berupa laporan kerja