Purpura Trombositopenia Idiopatik
Purpura Trombositopenia Idiopatik
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Purpura Trombositopenia Idiopatik (PTI) adalah suatu gangguan autoimun
yang ditandai dengan trombositopenia yang menetap atau angka trombosit darah
perifer kurang dari 150.000/l yang disebabkan karena adanya autoantibodi yang
mengikat antigen trombosit sehingga menyebabkan destruksi prematur trombosit
dalam sistem retikuloendotel terutama di limfa.1
Penyakit ini ditandai dengan adanya ekstravasasi sel darah merah ke kulit
dan selaput lendir dengan manifestasi berupa macula kemerahan yang tak hilang
dengan penekanan. Hal ini diebabkan karena jumlah tro,bosit dalam darah kurang
dari normal.2
Pada anak-anak tipe PTI yang terjadi adalah tipe akut yang sering mengikuti
suatu infeksi dan sembuh dengan sendirinya (self limited). Pada orang dewasa
umumnya merupakan tipe kronis.3
Insidensi pada anak antara 4,0-5,3 per 100.000. Kelainan ini dapat terjadi
secara akut dan umumnya terjadi pada anak-anak dengan usia antara 2-6 tahun.
Selain itu, pada 7-28 % anak-anak dengan kelainan PTI akut dapat berkembang
menjadi bentuk kronik sebanyak 15-20%. Insidensi PTI kronis pada anak
diperkirakan 0,46 per 100.000 anak pertahun.1
Trombosit disebut juga sebagai keeping darah, dan berfunsgi sebagai
penutup luka dengan jalan membentuk gumpalan trombosit pada tempat
untuk
konsentrasi
pembuluh
darah
dan
untuk
mempercepat
B. Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk:
1. Dapat mengetahui etiologi PTI
2. Dapat mengetahui tanda dan gejala klinis PTI pada anak
3. Dapat mengetahui jenis-jenis PTI dan penyebabnya
4. Dapat menegakan diagnosis penyakit PTI
5. Dapat memberikan penatalaksanaan PTI
C. Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang penyakit ITP dan gejalagejala klinisnya.
2. Untuk menambah pengetahuan mengenai penatalaksanaan yang tepat agar
penderita ITP mendapatkan penatalaksanaan yang berhasil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Purpura Trombositopenia Idiopatik (PTI) adalah suatu keadaan perdarahan
yang ditandai oleh timbulnya petekie atau ekimosis di kulit ataupun pada selaput
lendir dan adakalanya terjadi pada berbagai jaringan dengan penurunan jumlah
trombosit karena sebab yang tidak diketahui. Trombositopenia tersebut terjadi
karena
adanya
penghancuran
trombosit
secara
dini
dalam
sistem
B. Trombosit
Trombosit bukan merupakan sel, tetapi merupakan fragmen-fragmen sel
granular, berbentuk cakram, tidak berinti. Trombosit ini merupakan unsur seluler
sumsum tulang terkecil dan penting untuk homeostasis dan koagulasi. Trombosit
berasal dari sel induk pluripoten yang tidak terikat (noncommitted pluripoten
stem cell), yang jika ada permintaan dan dalam keadaan adanya faktor perangsang
trombosit (Mk-CSF) yang merupakan faktor perangsang koloni megakariosit,
interleukin dan TPO (faktor pertumbuhan dan perkembangan megakariosit)
berdiferensiasi menjadi kelompok sel induk yang terikat (committed stem cell
pool) untuk mrmbentuk megakariobals. Sel ini melalui serangkaian proses
maturasi, menjadi megakariosit raksasa. Tidak seperti unsur sel lainnya,
megakariosit mengalami endomitosis, terjadi pembelahan inti di dalam sel tetapi
sel itu sendiri tidak membelah. Sel dapat membesar karena sintesis DNA
meningkat. Sitoplasma sel akhirnya memisahkan diri menjadi trombosittrombosit.5
Trombosit berdiameter 1-4 m dan memiliki siklus hidup kira-kira 10 hari.
dan lebih kurang sepertiganya berada di dalam lien sebagai sumber cadangan dan
sisanya berada dalam sirkulasi. Jumlahnya antara 150.000-400.000 /mm 3. Jika
apusan darah perifer menggunakan pewarnaan Wright, maka sel-sel ini terlihat
biru muda dengan granula berwarna merah-ungu.5
Gambar 1. Trombopoietin
Fungsi trombosit antara lain sebagai faktor hemostasis (peristiwa
penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah) dan
thrombosis
(peristiwapenghentian
perdarahan
ketika
endothelium
yang
Pada lintasan terakhir yang sama, faktor Xa yang dihasilkan oleh lintasan
intrinsic dan ekstrinsik akan mengaktifkan protrombin (faktor II) menjadi
thrombin (IIa) kemudian mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Pengaktifan
protrombin terjadi pada permukaan trombosit aktif dan memerlukan perakitan
kompleks protrombinase yang terdisi atas fosfolipid anionik platelet, Ca 2+m
faktor Va, faktor Xa, dan protrombin.1
C. Etiologi
1. Genetik
Sindrom PTI telah didiagnosis pada kembar monozigot dan pada beberapa
keluarga diketahui adanya kecenderungan menghasilkan antibodi pada
anggota keluarga yang sama. Autoantibodi ini ditemukan pada 75% pasien
PTI. Peningkatan jumlah IgG terlihat di permukaan trombosit dan kecepatan
destruksi trombosit pada PTI proporsional terhadap kadar yang menyerupai
trombosit yang berhubungan dengan immunoglobulin. Autoantibodi dengan
mudah ditemukan dalam plasma atau dalam elusi trombosit pada pasien
dengan penyakit yang aktif dan jarang ditemukan pada pasien yang
mengalami remisi. Hilangnya antigen-antibodi berkaitan dengan kembalinya
jumlah trombosit yang normal.1
Masa hidup trombosit memendek pada PTI berkisar 2-3 hari sampai
beberapa menit. Pasien yang trombositopenia ringan sampai sedang
mempunyai masa hidup terukur yang lebih lama dibandingkan dengan pasien
dengan trombositopenia berat.1
2. Non-Genetik
Selain antibodi, penyebab PTI yang lain adalah hipersplenisme, infeksi
virus (demam berdarah, morbili, varisela), intoksikasi makanan atau obat
(asetosal, fenibutazon, diamox, kina, sedormid) atau bahan kimia, pengaruh
fisik (radiasi dan panas), kekurangan faktor pematangan (malnutrisi), DIC
(misalnyapa DSS, leukemia, respiratory distress syndrome pada neonatus).3
10
alamiah,
antibodi
terhadap
kompleks
glikoprotein
Iib/IIIa
11
Penurunan epitop kriptik ini secara in vivo dan alasan aktivasi sel T yang bertahan
lama tidak diketahui dengan pasti.1
Pada umumnya, faktor yang memicu produksi antibodi tidak diketahui.
Kebanyakan pasien mempunyai antibodi terhadap glikoprotein pada permukaan
trombosit pada saat penyakit terdiagnosis secara klinis. Pada awalnya glikoprotein
Iib/IIIa dikenali oleh antibodi, sedangkan antibodi yang mengenali glikoprotein
Ib/IX belum terbentuk pada tahap ini. Trombosit yang diselimuti antibody akan
berikatan dengan sel penyaji antigen (makrofag atau sel dendritik) melalui
reseptor Fcg kemudian mengalami proses internalisasi dan degradasi. Sel penyaji
antigen tidak hanya merusak glikoprotein Iib/IIIa, tetapi juga memproduksi epitop
kriptik dari glikoprotein trombosit yang lain. Sel penyaji antigen yang teraktivasi
akan mengekspresikan peptide baru pada permukaan sel dengan bantuan
kostimulasi (yang ditunjukkan oleh interaksi antara CD 154 dan CD 40) dan
sitokin yang berfungsi memfasilitasi proliferasi inisiasi CD4-positif T cell clone
(T-cell
clone-1)
dan
spesifitas
tambahan
(T-cell
clone-2).
Reseptor
E. Gambaran Klinis
Awitan sering terjadi perlahan dengan perdarahan berupa petekie dan mudah
memar, pada wanita pubertas dan dewasa dapat terjadi menoragia. Sedangkan
12
pada perdarahan mukosa, misalnya epistaksis atau perdarahan gusi terjadi pada
kasus berat. Perdarahan intracranial dapat juga terjadi pada kasus berat, tetapi
jarang. Beratnya perdarahan pada PTI biasanya tidak seberat pada penderita
trombositopenia yang sebanding akibat kegagalan sumsum tulang, hal ini
disebabkan karena beredarnya trombosit yang sebagian besar muda dengan fungsi
yang lebih unggul pada PTI.8
Gejala dapat timbul mendadak, terutama pada anak tetapi dapat pula hanya
berupa kebiruan atau epistaksis selama jangka waktu yang berbeda-beda. Tidak
jarang terjadi gejala timbul setelah suatu peradangan atau infeksi saluran nafas
bagian atas akut.3
Pada PTI akut dan berat dapat timbul pula pada selaput lendir yang berisi
darah atau bula hemoragik. Gejala lainnya adalah perdarahan traktur
genitourinarius (menoragia dan hematuria), traktus digestivus (hematemesis dan
melena), pada mata terutama pada konjungtiva dan retina, dan yang terberat
namun jarang terjadi adalah perdarahan pada Sistem Saraf Pusat (SSP) berupa
perdarahan subdural.3
Pada pemeriksaan fisik, umumnya tidak banyak dijumpai kelainan, kecuali
adanya petekie dan ekimosis. Pada kira-kira 20% kasus dapat dijumpai
splenomegali ringan, terutama pada hipersplenisme. Dapat pula ditemukan
demam ringan apabila terdapat perdarahan berat atau perdarahan traktus
gastrointestinalis. Jika kehilangan darah yang banyak dapat terjadi renjatan atau
syok.3
13
Kelainan PTI akut lebih sering dijumpai pada anak, jarang pada umur dewasa
dengan awitan mendadak dan didahului riwayat infeksi, terutama penyakit saluran
nafas yang disebabkan oleh virus. Virus yang paling banyak diidentifikasi adalah
Varisella zoster dan Eibstein barr. Manifestasi perdarahan PTI akut pada anak
biasanya ringan, perdarahan intrakranial terjadi kurang dari 1% pasien. Penyakit
akut pada anak biasanya self limiting, remisi spontan terjadi pada 90% pasien,
60% pasien sembuh dalam 4-6 minggu dan lebih dari 90% sembuh alam 3-6
bulan.1
Kelainan PTI kronis jarang terjadi pada anak, insidensi tertinggi diperkirakan
terjadi pada wanita berusia 15-50 tahun. Penyakit ini biasa ditemukan terkait
dengan penyakit lain seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), infeksi
HIV/AIDS, leukemia limfositik kronis (CLL), penyakit Hodgkin, dan anemia
hemolitik autoimun.8
Pada dasarnya, gambaran klinis dari PTI dibagi menjadi dua, yaitu
1. PTI akut
PTI akut lebih sering dijumpai pada anak-anak, jarang pada orang
dewasa. Awitan penyakit biasanya mendadak, riwayat infeksi sering
mengawali terjadinya perdarahan berulang, sering dijumpai eksantem pada
anak-anak (rubeola dan rubella) dan penyakit saluran pernafasan yang
disebabkan oleh virus yang merupakan 90% dari kasus kelainan
trombositopenia imunologik. Virus yang paling banyak diidentifikasi adalah
Varisella zoster dan Ebstein barr. Manifestasi perdarahan PTI akut pada anak
biasanya ringan, perdarahan intrakranial terjadi kurang dari 1% pasien. Pada
14
PTI dewasa, bentuk akut jarang terjadi, namun dapat mengalami perdarahan
dan perjalanan penyakit lebih fulminan. Sindrom PTI akut pada anak biasanya
self limiting, remisi spontan terjadi pada 90% pasien, 60% sembuh dalam 4-6
minggu dan lebih dari 90% sembuh dalam 3-6 bulan.3
2. PTI kronik
Awitan PTI kronik biasanya tidak menentu, riwayat perdarahan sering,
dari kualitas ringan hingga sedang. Infeksi dan pembesaran lien jarang terjadi
serta memiliki perjalanan klinis yang fluktuatif. Episode perdarahan dapat
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, mungkin intermiten atau
bahkan terus-menerus. Remisi spontan jarang terjadi dan tampaknya remisi
tidak lengkap.1
Manifestasi perdarahan PTI berupa ekimosis, petekie, purpura, dan pada
umumnya berat dan frekuensi perdarahan berkolerasi dengan jumlah
trombosit. Secara umum hubungan antara jumlah trombosit dengan gejala
antara lain bila pasien dengan AT > 50.000/l biasanya asimptmatik, AT
30.000-50.000/l terdapat luka memar atau hematom, AT 10.000-30.000/l
terdapat perdarahan spontan, menoragia, dan perdarahan memanjang apabila
terdapat luka. AT < 10.000/l terjadi perdarahan mukosa (epistaksis,
perdarahan gastrointesitinal, dan genitourinaria) dan risiko perdarahan sistem
saraf pusat.1
Perdarahan gusi dan epistaksis sering terjadi, dan dapat berasal dari lesi
petekie pada mukosa nasal, juga dapat ditemukan pada tenggorokan dan
mulut. Traktus genitourinaria merupakan tempat perdarahan yang paling
15
F. Langkah Diagnostik
1. Anamnesis
a. Trombositopenia terjadi 1-3 minggu setelah infeksi bakteri atau virus
(infeksi saluran nafas atau saluran cerna), misalnya rubella, rubeola,
varisela atau setelah vaksinasi dengan virus hidup.9
b. Riwayat perdarahan, gejala dan tipe perdarahan, lama perdarahan, riwayat
sebelum perdarahan. 9
c. Riwayat
pemberian
obat-obatan,
misalnya
heparin,
sulfonamide,
16
Stadium
1
2
3
Trombosit
(x103/ul)
50-150
>20
Gejala
dan Rekomendasi
pemeriksaan fisik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Pengobatan
individual (terapi
preventif)
>20 dan atau Perdarahan mukosa
Dirawat di RS
<10
Perdarahan minor
dan IVIG atau
kortikosteroid
Tabel. Stadium Perdarahan Trombositopenia
G. Diagnosis Banding
Trombositopenia dapat dihasilkan baik oleh sumsum tulang yang berfungsi
abnormal atau kerusakan perifer. Meskipun sebagian besar gangguan sumsum
tulang menghasilkan kelainan di samping adanya trombositopenia, diagnosis
17
seperti
myelodysplasia
baru
dapat
dihilangkan
hanya
setelah
dengan
18
19
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada
pemeriksaan
laboratorium
yang
khas
adalah
adanya
20
I. Pengobatan
Pada dasarnya, metode yang saat ini digunakan untuk penatalaksanaan PTI
diarahkan secara langsung pada berbagai aspek berbeda dari lingkaran produksi
antibody dan sensitisasi, klirens, dan produksi trombosit. Umumnya, obat yang
dipakai pada awal PTI menghambat terjadinya klirens antibody yang menyelimuti
trombosit oleh ekspresi reseptor FcG pada makrofag jaringan. Splenektomi
sedikitnya bekerja pada sebagian kecil mekanisme ini, namun dapat juga
21
mengganggu interaksi sel T dan sel B yang terlibat dalam sintesis antibody pada
beberapa pasien. Kortikosteroid dapat meningkatkan produksi trombosit dengan
cara menghalangi kemampuan sumsum tulang untuk menghancurkan trombosit,
sedangkan
trombopoietin
berperan
merangsang
progenitor
megakariosit.
22
23
dosis
1g/kgB/hari
selama
2-3
hari
berturut-turut
dapat
24
25
26
J. Prognosis
Pada ITP akut bergantung kepada penyakit primernya. Bila penyakit
primernya ringan, 90% akan sembuh secara spontan. Prognosis ITP menahun
kurang baik, terutama bila merupakan stadium praleukemia karena akan berakibat
fatal. Pada ITP menahun yang bukan merupakan stadium praleukemia, bila
dilakukan splenektomi pada waktunya akan didapatkan angka remisi sekitar
90%.3
27
BAB III
KESIMPULAN
1. Purpura trombositopeni idiopatik (PTI) adalah suatu keadaan perdarahan yang
disifatkan oleh timbulnya petekie atau ekimosis di kulit ataupun pada selaput
lendir dan adakalanya terjadi pada berbagai jaringan dengan penurunan jumlah
trombosit karena sebab yang tidak diketahui.
2. Klasifikasi PTI berdasarkan gambaran klinisnya dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. PTI akut, merupakan PTI yang terjadi kurang dari 6 bulan.
b. PTI kronis, merupakan PTI yang terjadi lebih dari 6 bulan atau lebih.
c. Refractory, merupakan bentuk PTI yang persisten walaupun telah diberikan
pengobatan steroid yang adekuat dan splenektomi.
3. Penatalaksanaannya didasarkan pada klasifikasinya, yaitu :
a. PTI akut
1) Tanpa pengobatan, karena dapat sembuh secara spontan.
2) Kortikosteroid.
3) Heparin intravena.
4) Bila keadaan sangat gawat dapat diberikan transfusi suspensi trombosit.
5) Apabila terdapat perdarahan internal, dapat diberikan IgIV
b. PTI kronis
1) Kortikosteroid selama enam bulan.
2) Obat imunosupresif, misalnya 6-merkaptopurin, azatioprin, siklofosfamid.
3) Splenektomi.
28
DAFTAR PUSTAKA
29