.
A present from the heart of the earth
Supriyanto Suparno
Edisi I
Departemen Fisika-FMIPA
Univeristas Indonesia
2009
Kata Pengantar
Buku ini ditulis dalam rangka melepas lelah disela-sela kesibukan penulis saat melakukan riset
panasbumi di AREA Science Park, International Centre for Science and High Technology, United
Nations Industrial Development Organization, ICS-UNIDO, Padriciano, Trieste, Italy.
Semoga keberadaan buku ini dapat mempercepat bangsa Indonesia dalam memahami dan
menguasai energi panasbumi. Karena ketika tetesan tinta pertama menggores halaman depan
buku ini, baru 4% sumberdaya energi panasbumi yang tersedia di Indonesia dimanfaatkan.
Itupun sebagian masih dikendalikan oleh perusahaan asing.
Buku ini maupun isi buku ini, sebagian atau keseluruhannya, boleh dicopy dan diperbanyak
untuk tujuan belajar. Namun nama penulis buku ini berikut nama institusi Departemen FisikaFMIPA, Universitas Indonesia harus tetap tercantum di halaman muka dan juga didalamnya.
Terima kasih yang tak terhingga ingin saya sampaikan kepada Dr. Dede Djuhana yang telah
bersedia berbagi memberikan file format buku dalam LATEX sehingga tampilan buku ini menjadi
jauh lebih baik.
Trieste, 25 April 2009
Supriyanto Suparno
iii
iv
Daftar Isi
Lembar Persembahan
Kata Pengantar
iii
Daftar Isi
iii
Daftar Gambar
vi
Daftar Tabel
viii
1 Daerah Panasbumi
1.1 Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.3 Magma . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.5 Mineral . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
12
12
13
13
15
2.1 Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
15
16
18
19
20
20
22
22
22
22
vi
3 Eksplorasi Panasbumi
23
3.1 Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
23
23
24
25
25
26
26
26
Daftar Pustaka
26
Indeks
27
Daftar Gambar
1.1 Kartun perubahan bentuk muka bumi. Kiri: sebelum berpisah. Kanan: setelah
berpisah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2 Continental drift, sebuah hipotesa tentang bagaimana perubahan bentuk benua
sejak 200 juta tahun yang lalu, dicetuskan oleh Wegener pada tahun 1912 . . . .
1.3 Peta sebaran struktur batuan dan fosil dan berbagai benua yang mendukung
hipotesa Wegener . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.4 Mekanisme pembentukan magma dan jenis letusan yang diakibatkannya. Gambar paling kiri adalah magma basalt atau lava basalt. Adapun gambar paling
kanan adalah letusan gunung dengan magma andesit dan rhyolit. Sedangkan
gambar tengah adalah pembentukan lava bantal (pillow-lava) akibat muntahan
magma di dasar laut. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.5 Perhatikan grup mineral yang hilang dari batuan padat. Grup mineral itu menghilang karena meleleh lebih dulu saat dipanaskan dibandingkan grup mineral yang
mampu bertahan. Mineral quartz memiliki titik leleh yang lebih rendah dibanding mineral potassium feldspar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.6 Urutan-urutan pembentukan mineral menurut proses Bowen series
. . . . . . . .
8
9
1.7 Proses terbentuknya lapisan (layer) mineral ketika magma mendingin. Kiri: magma masih panas, belum ada kristal mineral. Tengah: magma mendingin, butirbutir kristal mineral berjatuhan. Kanan: magma dingin, lapisan kristal mineral
terbentuk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.8 Proses pembentukan kristal mineral ketika magma basaltik meng-intrusi batuan
sedimen sandstone dalam arah horisontal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
10
1.9 Atas: 8 mineral utama penyusun batuan. Bawah: 8 unsur utama penyusun mineral batuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
13
14
2.1 Peta sebaran daerah volkanik aktif di Indonesia dan zona tumbukan lempeng
benua Eurasia dan Indo-Australia (Hochstein and Sudarman, 2008) . . . . . . . .
16
17
2.3 Penampang vertikal sistem hidrotermal-volkanik di daerah zona aktif gunung api
andesit. Marini(2001) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
18
2.4 Model konseptual panasbumi sistem batuan beku muda yang terdapat di andesitic
stratovolcano. Reservoir panasbumi bertemperatur 200 Cdengan kedalaman
1,5 km, sementara kedalaman batuan intrusi (intrusive rocks)berkisar antara 2
- 10 km. Dimensi lateral dari reservoir hingga outflow dapat melebihi 20 km . . .
vii
21
viii
DAFTAR GAMBAR
3.1 Contoh peta geologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
26
26
Daftar Tabel
ix
DAFTAR TABEL
Bab 1
Daerah Panasbumi
1.1 Pendahuluan
Energi panasbumi - geothermal energy - dapat ditemui dibanyak tempat dimuka bumi ini. Namun
daerah panasbumi yang memiliki temperatur tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tidak tersedia dibanyak tempat. Untuk mengetahui lebih jauh tentang daerahdaerah panasbumi yang memiliki temperatur tinggi, kita akan mengacu pada teori tektonik
lempeng. Teori ini menjelaskan tentang pergerakan lempeng bumi (crust) yang sudah dipercaya kebenarannya oleh para ilmuwan kebumian.
Kok angkanya 200 juta, kenapa dia ngga berfikir 300 juta atau 250 juta tahun yang lalu? Jawabannya ada di
kelanjutan cerita ini
2
dalam bahasa inggris: all the earth
Gambar 1.1: Kartun perubahan bentuk muka bumi. Kiri: sebelum berpisah. Kanan: setelah
berpisah
Gambar 1.2: Continental drift, sebuah hipotesa tentang bagaimana perubahan bentuk benua
sejak 200 juta tahun yang lalu, dicetuskan oleh Wegener pada tahun 1912
Wegener berargumen bahwa sebelum Pangaea terpecah pastilah terdapat struktur batuan yang
menyatu seperti misalnya gugusan pegunungan. Setelah Pangaea terpecah menjadi beberapa
benua, struktur batuan tersebut juga ikut terpecah. Namun tentu saja struktur batuan yang
terbawa oleh satu benua akan tetap sama dengan struktur benua yang dibawa oleh benua yang
lain. Dia meneliti struktur batuan di Gunung Appalachian, USA, yang ternyata mirip dengan
struktur batuan di Greenland dan Eropa. Yang menarik, usia batuan dari dua benua yang terpisah tersebut sama-sama berumur lebih dari 200 juta tahun yang lalu. Fakta ini mendukung
hipotesa Wegener bahwa dulunya memang seluruh benua pernah bersatu dalam superbenua,
Pangaea.
1.2.2
Wegerner juga mengumpulkan bukti keberadaan Pangaea dari fosil-fosil hewan dan tumbuhan
yang hidup benua yang telah terpisah. Apa hasilnya? Ia menemukan fosil hewan Cynognathus
dan di Afrika dan di Amerika selatan. Padahal hewan-hewan tidak punya kemampuan untuk
berenang mengarungi samudra Atlantik yang begitu luas yang memisahkan benua Afrika dan
benua Amerika. Selain Cynognathus, Wegener juga mendapat dukungan dari penemuan fosil
Lystrosaurus di India (Asia) dan Afrika timur. Binatang ini juga tidak punya kehebatan berenang
melintasi samudra Hindia. Demikian juga fosil reptil air tawar yaitu Mesosaurus yang ditemukan
di Afrika selatan, Amerika selatan dan Antartika utara. Mungkinkah reptil air tawar mampu
bermigrasi menyebrangi lautan yang asin airnya?
Itulah dua kepingan bukti saintifik yang mengarah pada kesimpulan memang dulunya seluruh benua ini pernah bersatu dalam Pangaea, sebagaimana hipotesa Wegener. Kita harus akui
kalau dia orang hebat, lantaran mampu mengumpulkan bukti-bukti yang meyakinkan. Selain
dua bukti itu, masih ada satu bukti lagi yang disodorkan Wegener. Bukti apa lagi ya?
1.2.3
Latar belakang Wegener adalah meteorologist atau ahli iklim dan cuaca. Dia telah mempelajari
kondisi iklim cuaca zaman purba dan hubungannya dengan tumbuhan yang bisa hidup pada
iklim tersebut. Adalah Glossopteris, sebuah fosil tumbuhan yang tersebar luas di muka bumi
ini. Ia ditemukan di Amerika selatan, Afrika selatan, Antartika dan India. Wegener yakin bahwa Glossopteris hanya mungkin tumbuh di daerah equator atau khatulistiwa. Artinya Wegener
mau bilang kepada kita bahwa dulunya itu tanaman Glossopteris berada di satu benua yang
sama yang terletak di kawasan khatulistiwa. Jadi tanaman ini tidak mungkin bisa tumbuh di
Antartika, nah kalau sekarang fosil tanaman ini begitu melimpah ditemukan di Antartika (Gambar 1.3), maka dulunya posisi benua Antartika kemungkinan besar pernah berada di kawasan
khatulistiwa.
Gambar 1.3: Peta sebaran struktur batuan dan fosil dan berbagai benua yang mendukung
hipotesa Wegener
1.3 Magma
Tahukah anda, mengapa ada letusan gunung api yang meledak begitu dahsyat, dan mengapa
ada letusan gunung api yang berlangsung tenang dan kalem? Itu tergantung dari komposisi
magma yang terkandung di perut gunung tersebut. Untuk memahami perbedaan sifat letusan gunung api, anda harus mengerti bagaimana batuan itu meleleh dan akhirnya membentuk
magma.
Magma adalah lelehan massa batuan yang bercampur dengan gas terlarut bertemperatur
sangat tinggi. Di dalam laboratorium, kebanyakan batuan harus dipanaskan hingga mencapai
suhu antara 800 C sampai 1200 C agar bisa meleleh. Padahal kalau di alam, temperatur setinggi itu hanya terdapat di perbatasan antara mantel bumi bagian luar (upper mantle) dan kerak
bumi (crust). Semakin masuk kedalam bumi, tekanan akan semakin meningkat. Dalam skala
laboratorium telah dibuktikan bahwa ketika tekanan semakin meningkat, maka titik leleh masa
batuan juga semakin meningkat. Jadi batuan yang bisa meleleh pada suhu 1100 C di laboratorium atau permukaan bumi, maka ia baru akan meleleh pada suhu 1400 C ketika berada
dikedalaman 100 km.
Sampai disini ada 2 faktor yang mempengaruhi proses terbentuknya magma, yaitu temperatur dan tekanan. Tetapi kedua faktor itu bukan faktor penentu apakah gunung api akan meletus secara tenang dan kalem atau akan meledak dahsyat. Yang menjadi faktor penentu adalah
pertama, jumlah kandungan gas terlarut didalam magma, dan kedua, jumlah kandungan silika
didalam magma. Jenis gas yang biasanya terlarut didalam magma adalah vapor3 (H2 O), karbon
3
1.3. MAGMA
dioksida (CO2 ), sulfur dioksida (SO2 )dan hidrogen sulfida (H2 S). Vapor (H2 O) merupakan jenis
gas terlarut yang paling banyak dikandung oleh magma. Kehadiran vapor (H2 O) akan menurunkan titik leleh material penyusun mantel bumi, sehingga material mantel bumi lebih cepat
dan lebih mudah meleleh menjadi magma.
Lalu bagaimana pengaruh jumlah kandungan silika didalam magma? Jumlah kandungan
silika didalam magma akan menentukan viskositas magma. Viskositas adalah sifat fisis fluida
yang menjelaskan kemampuan fluida untuk mengalir. Fluida dengan viskositas tinggi lebih
sulit mengalir dibandingkan dengan fluida ber-viskositas rendah. Kandungan silika yang tinggi
didalam magma mengakibatkan magma memiliki viskositas yang tinggi pula. Akibatnya ia sulit
mengalir dan cenderung menumpuk semakin tebal. Karena sulit mengalir, maka ia mampu
menangkap banyak gas sehingga menyebabkan letusan dahsyat. Sementara kandungan silika
yang rendah membuat magma lebih mudah mengalir, tidak sempat menangkap gas, sehingga
letusannya akan berlangsung kalem dan tidak akan meledak dahsyat. Berdasarkan kandungan
silikanya, magma diklasifikasikan kedalam 3 jenis, yaitu magma basalt, magma andesit, dan
magma rhyolit (Tabel 1.1)
Jenis
Basalt
Andesit
Rhyolit
Densitas magma lebih kecil dibanding batuan yang melingkupinya. Oleh karena itu magma
cenderung bergerak ke atas menerobos celah-celah batuan yang memungkinkan untuk dilewati.
Peristiwa dimana magma menerobos celah-celah batuan disebut intrusi magma. Seiring dengan
pergerakan magma ke atas, tekanan yang dirasakan magma akan semakin berkurang. Hingga
sampai pada batas tertentu, tekanan tersebut tidak sanggup lagi mengikat gas-gas yang semula
terlarut didalam magma. Akibatnya gelembung-gelembung gas segera terbentuk di magma; dan
dia akan bergerak lebih cepat ke atas sampai akhirnya ia terbebas dari lelehan magma4 . Fenomena ini dapat menjelaskan mengapa ada perbedaan komposisi kimia antara magma dan lava.
Lava adalah magma yang dimuntahkan gunung api dan mengalir di lereng gunung. Tentunya,
kandungan gas pada lava sudah jauh berkurang dibandingkan ketika ia masih berada di dalam
bumi sebagai magma.
1.3.1
Magma basalt
Magma basalt memiliki kandungan silika yang sama banyaknya dengan batuan basalt, yaitu
kurang dari 50%. Magma basalt berasal dari lelehan batuan yang berada pada mantel bumi
bagian luar. Lelehan batuan tersebut bergerak ke permukaan bumi dan sedikit bereaksi dengan
lempeng benua atau sedimen. Kandungan silika yang rendah menyebabkan viskositas magma
menjadi rendah. Gas terlarut yang berada di dalam magma basalt dapat keluar dengan mudah.
4
Ketika gas dan liquid berpisah, posisi liquid akan selalu berada dibawah gas
Gambar 1.4: Mekanisme pembentukan magma dan jenis letusan yang diakibatkannya. Gambar
paling kiri adalah magma basalt atau lava basalt. Adapun gambar paling kanan adalah letusan
gunung dengan magma andesit dan rhyolit. Sedangkan gambar tengah adalah pembentukan
lava bantal (pillow-lava) akibat muntahan magma di dasar laut.
Letusan gunung api ber-magma basalt akan berlangsung tenang dan kalem. Gunung Kilauea di
kepulauan Hawaii secara aktif mengeluarkan magma basalt tanpa letusan dahsyat sama sekali.
1.3.2
Magma andesit
Magma andesit memiliki kandungan silika yang sama banyaknya dengan batuan andesit, yaitu
antara 50-60%. Magma andesit umumnya terdapat di zona subduksi tumbukan antara lempeng samudra dan lempeng benua, sebagaimana yang terdapat di pulau Jawa dan Sumatera,
Indonesia. Material penyusun magma andesit berasal dari lelehan batuan lempeng samudera
atau batuan sedimen samudera yang lebih banyak kandungan silikanya dibanding mantel bumi
bagian luar. Kandungan silika yang relatif lebih tinggi pada magma andesit, menyebabkannya
memiliki viskositas yang tergolong intermediate dan mampu menangkap gas lebih banyak. Akibatnya letusan gunung api ber-magma andesit juga tergolong intermediate. Gunung Tambora
di Indonesia adalah contoh gunung api andesit. Letusan gunung Tambora mampu mengeluarkan volume debu yang besar ke atmosfer. Bencana dari letusan gunung Tambora tidak hanya
dirasakan oleh penduduk lokal, melainkan juga mempengaruhi iklim global.
Magma rhyolit
Saat lelehan batuan naik ke atas dan bereaksi dengan lempeng benua yang kaya akan silika
dan kandungan air, maka saat itulah terbentuk magma rhyolit. Kandungan silika pada magma
rhyolit sama persis seperti batuan granit, yaitu lebih besar dari 60%. Akibatnya viskositas magma rhyolit menjadi begitu tinggi hingga hampir tidak mampu mengalir. Dalam kondisi seperti
ini, gas-gas akan lebih banyak terperangkap di dalam magma rhyolit sehingga menyebabkan
letusan yang sangat dahsyat.
Sumber energi panasbumi sangat tergantung dari kehadiran intrusi magma. Adanya gunung api menandakan di wilayah itu banyak terdapat intrusi magma. Itulah sebabnya lokasi
sumber energi panasbumi selalu berada di sekitar gunung api. Gambar 1.4 memperlihat proses
pembentukan gunung api yang terkait erat dengan peristiwa intrusi magma.
Gambar 1.5: Perhatikan grup mineral yang hilang dari batuan padat. Grup mineral itu menghilang karena meleleh lebih dulu saat dipanaskan dibandingkan grup mineral yang mampu bertahan. Mineral quartz memiliki titik leleh yang lebih rendah dibanding mineral potassium feldspar.
dibanding mineral yang belum meleleh. Pada saat lelehan itu pergi meninggalkan mineral yang belum meleleh, ada kemungkinan "ruang kosong" yang ditinggalkan akan terisi oleh
unsur dan senyawa kimia yang baru dan berbeda dari lelehan yang pergi. Kejadian ini akan
merubah kompisisi magma. Andaikan temperatur yang diterima oleh magma tidak cukup untuk melelehkan seluruh mineral, atau magma mendingin terlalu cepat, maka ia akan memiliki
komposisi yang berbeda dengan batuan asalnya. Yang saya maksud batuan asal adalah batuan ketika ia belum terpanaskan menjadi magma. Tolong jangan dilupakan bahwa magma itu
sendiri berasal dari batu; dan diakhir proses ketika magma mendingin, ia pun akan berubah
menjadi batu. Hanya saja komposisi batuan asalnya belum tentu atau malah tidak akan sama
dengan batuan akhirnya. Proses yang baru saja diterangkan ini bisa menjelaskan mengapa batuan beku tidak cuma satu jenis, melainkan ia terbagi atas beberapa jenis batuan beku.
1.4.1
Bowen series
Pada awal abad ke-19, seorang ahli geologi berkebangsaan Kanada, N.L. Bowen menunjukkan
bahwa ketika magma mendingin, urutan-urutan kristal mineral yang terbentuk bisa diprediksikan. Hingga kini proses urutan-urutan rantai kristal mineral yang terbentuk tersebut dikenal dengan nama Bowens reaction series. Tapi saya lebih suka menyebutnya Bowen series saja. Gambar 1.6 menampilkan kronologi proses pendinginan magma berikut perubahan formasi
kristal mineral yang membentuk komposisi batuan beku. Bowen berteori bahwa ketika magma
mendingin, terdapat 2 cabang proses kristalisasi mineral. Cabang yang sebelah kanan menun-
jukkan proses kristalisasi yang berlangsung secara berkelanjutan tanpa jeda, seiring dengan
penurunan temperatur magma. Perubahan komposisi mineral kelompok feldspar terjadi pada
cabang sebelah kanan. Sementara, pada cabang sebelah kiri menjelaskan perubahan komposisi mineral yang kaya akan unsur besi-magnesium. Namun proses perubahan tersebut tidak
terjadi secara berkelanjutan. Mari kita telaah lebih dalam lagi.
Gambar 1.7: Proses terbentuknya lapisan (layer) mineral ketika magma mendingin. Kiri: magma masih panas, belum ada kristal mineral. Tengah: magma mendingin, butir-butir kristal
mineral berjatuhan. Kanan: magma dingin, lapisan kristal mineral terbentuk
ilustrasi proses kristalisasi mineral saat magma mendingin. Ketika magma masih sangat panas,
tak ada satupun mineral yang terbentuk. Semuanya ikut meleleh dan terlarut didalam magma. Pada saat magma mendingin secara perlahan-lahan, ada beberapa unsur dan senyawa yang
bergabung membentuk butiran kristal mineral. Butiran kristal ini memiliki densitas yang lebih
besar dibanding magma yang masih panas meleleh. Perbedaan densitas inilah yang menye-
10
babkan butiran itu jatuh ke bawah8 . Kemudian, ketika magma terus mendingin, butir-butir
kristal mineral yang terkumpul tadi dengan sendirinya akan nampak seperti lapisan9 . Ilustrasi
Gambar 1.8: Proses pembentukan kristal mineral ketika magma basaltik meng-intrusi batuan
sedimen sandstone dalam arah horisontal
proses pembentukan kristal mineral, seperti yang dikemukakan oleh Bowen, ditunjukkan oleh
Gambar 1.8. Ketika magma basalt meng-intrusi batuan sedimen sandstone, daerah di sekitar
kontak termal yaitu di perbatasan keduanya akan terbentuk lapisan mineral olivine. Menurut
Bowen, mineral olivine adalah mineral yang pertama terbentuk ketika magma mulai mendingin.
Berdasarkan ilustrasi Gambar 1.8, bisa dipahami bahwa temperatur di sekitar kontak termal selalu lebih rendah dibandingkan temperatur ditengah-tengah magma. Itulah sebabnya, olivine
tidak ada di tengah-tengah magma. Ia berkumpul di sekitar kontak termal. Dan lantaran ia
memiliki densitas yang lebih besar dibanding magma, olivine layer mengambil posisi di sekitar
kontak termal bagian bawah. Sementara di sekitar kontak termal bagian atas tidak terdapat
olivine layer. Ya mungkin saja ada di atas, tapi itu tidak akan banyak jumlahnya dan tidak akan
membentuk layer. Di atas olivine layer, terdapat mineral pyroxene. Gradasi temperatur dari
tengah-tengah magma ke bawah bisa menjelaskan itu dengan logis10 . Pyroxene akan selalu
terbentuk setelah olivine ada. Karena pyroxene memiliki titik leleh yang lebih rendah dibanding olivine. Kehadiran pyroxene dibagian bawah membuat plagioclase tidak lagi mendominasi
daerah bagian bawah. Lain halnya dengan dibagian atas, disana tidak ada olivine dan pyroxene
sehingga plagioclase mendominasi bagian atas.
Contoh nyata dari penjelasan di atas bisa ditemukan di Palisade Sill yang terletak di lembah
8
Di alam ini, materi dengan densitas besar selalu mangambil posisi dibawah materi lain yang lebih kecil densitasnya. Itulah sebabnya gas selalu berada di atas liquid.
9
Tapi saya kira, kumpulan kristal itu tidak selalu berbentuk lapisan, melainkan bisa saja berbentuk tumpukan jika
butiran itu masuk ke celah sempit yang vertikal
10
Disini anda mesti cermat membayangkan situasinya, jika tidak, anda akan terjebak pada pehamaman terbalik
11
Hudson River, New york. Lebih jauh lagi penjelasan itu juga membuat kita mengerti mengapa magma terbagi atas 3 jenis sebagaimana yang ditulis pada Tabel 1.1. Dimulai dari magma
basalt yang banyak mengandung unsur besi-magnesium. Kemudian kristal olivine dan pyroxene terbentuk sambil menyekap unsur-unsur besi-magnesium. Akibatnya unsur besi-magnesium
yang terlarut pada magma telah berkurang kadarnya. Sebaliknya, senyawa silika dalam magma meningkat11 ; dan magma basalt telah beralih menjadi magma andesit. Proses yang sama
berulang kembali sehingga senyawa silika semakin mendominasi lelehan magma. Itulah magma
rhyolitik.
Magma yang terdapat di dalam gunung api yang ada di Indonesia umumnya masuk dalam
jenis magma andesit-rhyolit. Sementara magma pada gunung api di kepulauan Hawaii adalah
magma basalt. Mengapa bisa begitu? Karena gunung api yang ada di kepulauan Hawaii berada di atas lempeng samudera bukan di lempeng benua. Lempeng samudera umumnya lebih
tipis ketebalannya dibandingkan dengan lempeng benua. Karena tipis, maka perjalanan magma dari perut bumi menuju permukaan menjadi relatif lebih singkat jika dibandingkan perjalanan magma di lempeng benua. Perjalanan yang singkat itu membuat magma tidak punya waktu cukup untuk merubah dirinya dari basaltik menjadi andesitik. Sehingga ia keluar
dalam bentuk lava basalt yang kental dan berviskositas rendah. Ia tidak menimbulkan letusan
yang dahsyat, melainkan hanya letusan relatif kecil dan cenderung hanya meleleh. Sementara
gunung-gunung api di Indonesia semuanya berada di lempeng benua yang relatif tebal, sehingga membuat perjalanan magma menjadi semakin lama. Kondisi ini memberikan cukup waktu
bagi magma untuk mengubah dirinya menjadi andesitik dan rhyolitik. Bahkan tidak hanya sampai disitu, perjalanan magma menuju ke atas selalu dibarengi dengan berkurangnya tekanan
yang mengakibatkan gas-gas yang semula terlarut di dalam magma dapat membebaskan diri
dari lelehan magma. Gas-gas itu dengan sendirinya akan berhimpun dalam suatu zona12 yang
memungkinkan mereka untuk bertiwikrama meningkatkan jumlah tekanan ke atas secara terusmenerus dari waktu ke waktu. Dan jika tekanan itu sudah tidak mampu lagi ditahan oleh badan
gunung, letusan dahsyat seketika dapat terjadi. Danau Toba di Sumatera Utara, dulunya tidak
ada di peta. Tapi setelah Gunung Toba meletus, tekanan dari bawahnya mampu mengangkat
badan gunung Toba hingga sekarang menjadi danau terbesar di Indonesia.
Sekarang berpikirlah kita, kira-kira apa yang saat ini tengah terjadi di perut gunung Salak,
gunung api aktif yang paling dekat dengan UI? Kalau anda pernah melintasi kawasan Kawah
Ratu di puncak gunung Salak, mungkin anda akan terkagum-kagum melihat panorama alam
yang sangat indah, dimana asap putih mengepul dikelilingi tumbuhan hijau liar tapi tidak setinggi pohon pinus. Asap putih itu adalah uap panas yang mengandung uap air dan gas-gas
lainnya yang umumnya bersifat toxic. Penampakan sisa-sisa batang pohon yang mati dan kering disekelilingnya nampak seperti habis terbakar sebetulnya disebabkan oleh asap yang keluar
dari celah-celah batuan di kawasan Kawah Ratu itu. Asap putih yang keluar dari celah batuan
tersebut berasal dari tekanan gas yang berhasil menerobos keluar. Dan itu baru sepersekian
11
Sebetulnya meningkat disini bukan disebabkan karena ada tambahan silika, melainkan karena kadar besimagnesium dalam magma sudah berkurang karena telah menjadi mineral olivine dan pyroxene
12
Itu adalah zona dua fasa; didalamnya ada fluida magma dalam wujud lelehan dan ada fluida magma dalam
wujud gas
12
juta dari total tekanan yang saya duga mampu menghujani kota hujan Bogor dengan hujan
batu lebih dari semalam; dan membuat kota Depok lumpuh akibat hujan debu selama sepekan.
Itu bisa terjadi lewat skenarion alam yang tidak terlalu rumit. Skenario yang paling sederhana
adalah jika dorongan benua Australia di selatan Pangandaran berhasil menggetarkan sistem
gunung api di gunung Salak hingga menimbulkan retakan, maka bisa jadi retakan itu akan
menjadi daerah lemah yang bisa diterobos oleh tekanan gas dan aliran magma. Itulah awal
bencana yang mungkin terjadi kelak. Tidak ada orang sakti ataupun sekumpulan orang sakti
dari seluruh dunia mampu menghentikan tenaga maha dahsyat itu, walaupun mereka memiliki
tujuh bola dragon ball.
1.5 Mineral
Kerak bumi tersusun atas 3000 jenis mineral, yang memegang peranan kunci dalam pembentukan batuan dan bentuk rupa permukaan bumi. Setiap mineral memiliki karakteristik sebagai
berikut:
terbentuk secara alamiah di alam
tersusun dari senyawa an-organik
berbentuk padat dengan komposisi kimia yang unik
memiliki struktur kristal tertentu
Berdasarkan definisi tersebut maka garam masuk dalam kelompok mineral, sementara gula bukan mineral. Karena gula berasal dari tumbuhan yang merupakan senyawa organik.
Demikian hal-nya dengan batubara, ia bukan mineral, karena ia berasal dari tumbuhan yang
hidup dimasa lampau.
Kristal didefinisikan sebagai zat padat dimana atom-atom penyusunnya memiliki pola yang
berulang. Setiap mineral memiliki bentuk kristal tertentu walaupun ukurannya bervariasi dari
yang paling kecil sampai besar. Berwujud padat adalah syarat lain dari mineral, oleh karena itu
liquid dan gas bukan termasuk mineral.
Setiap mineral memiliki komposisi kimia yang unik. Beberapa mineral tersusun dari unsur
tunggal, misalnya copper, silver dan sulfur. Tapi kebanyakan mineral tersusun dari senyawa.
Contohnya mineral quartz13 (SiO2 ), yang merupakan kombinasi dari dua atom oksigen dan
satu atom silikon. Walaupun mineral selain quartz juga mengandung unsur oksigen dan silikon,
namun kombinasi yang dimiliki oleh quartz begitu unik14 .
1.5.1
Di kerak bumi terdapat 3000 jenis mineral. Tetapi yang paling umum ditemukan hanya 30
jenis, dimana 8 diantaranya adalah mineral-mineral utama penyusun batuan15 . Pada dasarnya
13
13
mereka tersusun atas 8 unsur utama yang paling banyak ditemukan di kerak bumi. Diantara
8 unsur tersebut itu, oksigen dan silikon merupakan 2 unsur yang paling melimpah di dalam
kerak bumi. Oksigen dimiliki oleh 8 mineral yang mendominasi kerak bumi. Sementara hanya
mineral calcite yang tidak mengandung silikon.
Gambar 1.9: Atas: 8 mineral utama penyusun batuan. Bawah: 8 unsur utama penyusun mineral
batuan
1.5.2
Magma adalah lelehan massa batuan yang bercampur dengan gas terlarut bertemperatur sangat tinggi. Saat magma bergerak mendekati permukaan bumi, temperatur-nya akan menurun,
dan kristal mineral mulai terbentuk. Jenis-jenis unsur dan kadar jumlah-nya yang dikandung
oleh magma akan menentukan kristal mineral yang akan terbentuk. Kemudian, kecepatan proses pendinginan magma akan menentukan ukuran kristal mineral yang akan terbentuk. Jika
magma mendingin secara perlahan, atom-atom memiliki cukup waktu untuk menyusun dirinya
hingga membentuk kristal mineral yang besar. Namun jika magma keburu sampai ke permukaan
bumi hingga kontak dengan udara, maka pendinginan magma menjadi sangat cepat. Akibatnya atom-atom tidak punya cukup waktu untuk membentuk kristal besar. Jadi kristal mineral
yang kecil ukurannya, diperkirakan terbentuk dari proses pendinginan magma yang terlampau
cepat. Sementara kristal yang besar ukurannya terbentuk dari proses pendinginan magma yang
lambat.
14
disebabkan oleh akumulasi kristal sulfur atau belerang sebagai akibat dari proses pendinginan
uap sulfur saat uap itu keluar dari lubang dan bersentuhan dengan udara bebas yang temperaturnya lebih dingin dibandingkan dengan temperatur dibawah tanah. Akumulasi kristal sulfur
tersebut dinamakan solfatara.
Bab 2
2.1 Pendahuluan
Energi panasbumi adalah energi panas alami dari dalam bumi yang ditransfer ke permukaan
bumi secara konduksi dan konveksi. Secara umum perubahan kenaikan temperatur terhadap
kedalaman di kerak bumi adalah sekitar 30 C/km. Jika diasumsikan temperatur rata-rata permukaan bumi adalah 15 C, maka di kedalaman 3 km, temperaturnya akan mencapai 105 C.
Akan tetapi temperatur tersebut kurang menguntungkan dari sisi ekonomis untuk dimanfaatkan
sebagai sumber energi panasbumi.
Dari pandangan ini, maka menjadi jelas bahwa sumber energi panasbumi yang potensial
dan bernilai ekonomis tentunya hanya berada di lokasi tertentu dengan kondisi geologi yang
khas. Bagaimana cara mencari daerah yang potensial? Pengamatan yang mudah adalah dengan
mencari keberadaan manifestasi panasbumi. Jika di suatu lokasi ditemukan fumarole dan mata
air panas, maka sudah pasti dibawahnya ada sumber panasbumi yang membuat temperatur air
tanah meningkat dan membuatnya keluar ke permukaan tanah sebagai mata air panas.
Dari sudut pandang geologi, sumber energi panasbumi berasal dari magma yang berada di
dalam bumi. Ia berperan seperti kompor yang menyala. Magma tersebut menghantarkan panas
secara konduktif pada batuan disekitarnya. Panas tersebut juga mengakibatkan aliran konveksi
fluida hydrothermal1 di dalam pori-pori batuan. Kemudian fluida hydrothermal ini akan bergerak ke atas namun tidak sampai ke permukaan karena tertahan oleh lapisan batuan yang bersifat
impermeabel2 . Lokasi tempat terakumulasinya fluida hydrothermal disebut reservoir, atau lebih
tepatnya reservoir panasbumi3 . Dengan adanya lapisan impermeabel tersebut, maka hydrothermal yang terdapat pada reservoir panasbumi terpisah dengan groundwater4 yang berada lebih
dangkal. Berdasarkan itu semua maka secara umum sistem panasbumi terdiri atas tiga elemen:
(1) batuan reservoir, (2) fluida reservoir, yang berperan menghantarkan panas ke permukaan
tanah, (3) batuan panas (heat rock) atau magma sebagai sumber panas (Goff and Cathy, 2000).
Bab ini akan membahas model geologi yang terdapat pada sistem panasbumi.
1
15
16
Gambar 2.1: Peta sebaran daerah volkanik aktif di Indonesia dan zona tumbukan lempeng
benua Eurasia dan Indo-Australia (Hochstein and Sudarman, 2008)
Sistem magmatik volkanik aktif yang bertemperatur tinggi umumnya terdapat di sekitar
pertemuan antara lempeng samudra dan lempeng benua. Posisi Indonesia tepat berada di batas
antara lempeng Eurasia dan Indo-Australia6 . Oleh karena itu, menurut catatan Volcanical Survey
of Indonesia (VSI) yang dirilis tahun 1998, di Indonesia terdapat 245 daerah prospek panasbumi
(Gambar 2.1).
5
17
Gambar 2.2 memperlihatkan penampang vertikal model geologi daerah magmatik volkanik
aktif. Akibat tumbukan antara lempeng samudra (oceanic crust) dan lempeng benua (continental crust), lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua. Temperatur tinggi di kerak
bumi menyebabkan lempeng samudra meleleh. Lokasi lelehan (zone of partial melting) tersebut
diperkirakan berada pada kedalaman 100 km dari permukaan bumi diantara kerak bumi dan
bagian luar mantel bumi. Densitas lelehan biasanya lebih rendah dari sumber asalnya sehingga
lelehan tersebut cenderung bergerak naik ke atas menjadi magma. Hampir tidak pernah ditemukan magma yang berbentuk cair (liquid) murni. Semua magma merupakan lelehan batuan
panas dengan campuran yang begitu kompleks antara silikat cair dan kristal mineral ditambah gas, karbon dioksida serta senyawa beracun lainnya. Proses kristalisasi bisa jadi terbentuk
dari komposisi liquid-nya atau bisa juga berasal dari mineral batuan yang terbawa oleh pergerakan lelehan magma saat naik ke permukaan. Ketika magma mendekati permukaan bumi,
ia menyebabkan letusan volkanik. Magma yang sudah dimuntahkan ke permukaan bumi disebut lava. Wujud lava masih berupa lelehan batuan panas yang akhirnya menjadi dingin secara
perlahan dan membentuk batuan beku volkanik dipermukaan tanah. Alternatif lainnya, magma terperangkap di dalam bumi dan perlahan menjadi dingin membentuk batuan beku yang
seiring berjalannya waktu akan tersingkap oleh erosi. Oleh karena itu, komposisi magma dapat
ditentukan oleh komposisi batuan beku. Akan tetapi karena proses volkanik melibatkan unsurunsur gas yang terkandung di magma mengakibatkan komposisi batuan beku tidak selalu sama
dengan komposisi magma aslinya.
18
Gambar 2.3: Penampang vertikal sistem hidrotermal-volkanik di daerah zona aktif gunung api
andesit. Marini(2001)
19
masing kandungan itu tergantung pada perbedaan magmatic volatile7 dan tingkat degassing8
magma. Penyerapan gas-gas tersebut ke dalam sirkulasi air tanah bagian dalam9 mendorong
terbentuknya fluida panasbumi yang bersifat asam dan sangat reaktif. Tingkat ke-asam-an fluida panasbumi berangsur-angsur berkurang ke arah netral seiring interaksi dirinya dengan permukaan batuan dimana kation-kation ikut terbawa oleh aliran fluida panasbumi. Ketika fluida
panasbumi terus bergerak ke atas, tekanannya makin berkurang hingga mencapai kondisi boiling, yaitu kondisi dimana fluida panasbumi mendidih mengeluarkan gelembung gas-gas. Zona
tempat terjadinya fenomena boiling disebut boiling zone. Disinilah terjadi pemisahan antara fase
liquid dan fase gas pada fluida panasbumi. Fluida fase gas akan lebih mudah menerobos menuju
ke permukaan bumi menjadi fumaroles10 di sekitar puncak dan lereng gunung api. Namun fase
gas yang tidak bisa menerobos ke permukaan akan bercampur dengan air tanah membentuk
steam-heated acid-sulfate water. Sisa fluida panasbumi yang masih berada di posisi dalam akan
mengalir secara lateral dimana ia akan bercampur dengan air meteorik sampai mencapai pH
netral dan keluar permukaan sebagai mata air yang kaya unsur chloride-nya.
20
belerang sangat penting untuk mempelajari komposisi gas volkanik. Sementara formasi mineral
tambang dipengaruhi oleh kandungan ketiganya. Volatile components lainnya adalah He, Ar,
dan B terdapat di magma dalam jumlah yang relatif sedikit. Gas-gas dari unsur-unsur mulia
biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, kurang dari 1 ppm.
Sebuah eksperimen laboratorium12 yang dilakukan oleh Carroll dan Holloway, 1994 memperlihatkan fakta bahwa pada tekanan lebih besar dari 0.5 kbar, tingkat kelarutan H2 O didalam
magma rhyolit (850 C) lebih besar dibandingkan pada magma basalt (1200 C). Demikian halnya terjadi pada CO2 . Tingkat kelarutan CO2 di dalam magma rhyolit lebih tinggi dibanding
magma basalt.
Sistem panasbumi batuan beku muda berasosiasi dengan quaternary volcanism dan intrusi magma. Hampir 95% aktivitas volkanik terjadi disepanjang zona tumbukan lempeng - sebagaimana
yang terdapat dalam jumlah melimpah di Indonesia - dan di dalam hot spot. Fluida panasbumi
pada sistem ini menerima panas dari intrusi magma dengan panas yang tertinggi ( 370 C)
dibanding dengan empat tipe sistem panasbumi lainnya. Kedalaman reservoir umumnya berada
15 km, meskipun ada juga yang lebih dalam.
12
21
Gambar 2.4: Model konseptual panasbumi sistem batuan beku muda yang terdapat di andesitic
stratovolcano. Reservoir panasbumi bertemperatur 200 Cdengan kedalaman 1,5 km, sementara kedalaman batuan intrusi (intrusive rocks)berkisar antara 2 - 10 km. Dimensi lateral
dari reservoir hingga outflow dapat melebihi 20 km
22
2.5.1.1
Model konseptual
Gambar 2.4 menampilkan model konseptual sistem panasbumi di daerah andesitic stratovolcano
aktif. Temperatur intrusi magma andesit biasanya berkisar antara 850 to 1050 C. Air meteorik
turun dari ke bawah tanah dan terpanaskan oleh batuan intrusi yang menyebabkan terjadinya
sirkulasi air panas. Dengan terjadinya sirkulasi, air panas tersebut menjadi kaya akan unsurunsur kimia seperti Cl, F, Br, B, SO4 , HCO3 , silika, kation, and metal yang terlarut sebagai
hasil dari reaksi dengan batuan asal. Uap-uap yang terkandung di magma seperti H2 O, CO2 ,
senyawa sulfur, HCl, HF, Hg, and As sangat mungkin terlepas dan mengalir menjadi fluida. Fluida tersebut secara umum menjadi "neutral-chloride"13 dan mencoba menerobos ke atas melalui
celah-celah batuan dikarenakan densitasnya yang menurun. Alterasi mineral dan vein terbentuk
di dalam batuan reservoir. Seringkali fluida panas naik ke atas melalui rekahan hingga mencapai level kedalaman titik didih dimana vapor phase yang berisi steam dan gas non-condensible14
terbentuk. Gas-gas inilah yang muncul ke permukaan sebagai fumarole. Ketika steam mengalami kondensasi15 dan bercampur dengan air meteorik dangkal, H2 S mengalami oksidasi menjadi
asam sulfat (H2 SO4 ) yang mana secara kimiawi mengalterasi batuan dan membentuk mata air
"asam sulfat". Air neutral-chloride biasanya berada lebih dalam dibandingkan air asam sulfat,
dan jika keduanya bertemu dan bercampur akan menghasilkan air asam-sulfat-chloride. Kondisi topografi dan hydrologic gradient menyebabkan fluida cenderung mengalir secara lateral
menjauhi puncak gunung membentuk aliran outflow. Mata air neutral-chloride biasanya muncul
beberapa kilometer dari sumber panas dan reservoir utama. Jika temperatur batuan intrusi
telah menurun karena usia; atau karena ukurannya yang kecil; atau terletak terlalu dalam, maka kontribusi uap magma terhadap sistem panasbumi relatif kecil dan bisa jadi tidak terdeteksi.
2.5.1.2
Manifestasi permukaan
2.5.2
Sistem tektonik
2.5.3
Geopressured systems
2.5.4
2.5.5
13
14
Bab 3
Eksplorasi Panasbumi
3.1 Pendahuluan
Saya kira tidak ada orang sakti ataupun sekumpulan dukun sakti di Indonesia yang mampu menentukan letak dimana daerah potensi energi panasbumi yang bisa dieksploitasi secara
komersial. Jika ada, tentunya teori dan konsep yang akan dipaparkan dalam bab ini tidak terlalu
penting untuk dibahas.
Sampai saat ini sebagian besar fakta membuktikan bahwa proyek panasbumi yang berhasil
dengan sukses selalu terletak di daerah yang disana terdapat manifestasi panasbumi di permukaan tanah. Walaupun demikian, tetap saja tidak mudah menentukan dimana letak pastinya
sumber panasbumi itu berada. Dulu, ketika tahapan-tahapan eksplorasi belum diketahui orang,
biasanya orang melakukan pengeboran di dekat manifestasi panas bumi seperti, fumarole, hot
spring, mud pot ataupun geyser. Lalu apa yang terjadi? Dalam beberapa hari manifestasi tersebut mati dan sumur pemboran berhenti menghasilkan fluida, yang itu berarti sumber panasbumi
pun seolah hilang entah kemana.
Sekarang, dengan pengetahuan dan teknologi yang lebih baik, manusia bisa menentukan
dimana letak sumber panasbumi meski belum sampai pada tingkat keyakinan 100%. Tapi setidaknya kita bisa mengkarakterisasi reservoir panasbumi sebelum memasuki tahapan pemboran
yang akan memakan biaya besar. Dengan mengetahui kondisi alami reservoir di bawah permukaan tanah, maka kemungkinan besar proyek pemanfaatan panasbumi akan berhasil sukses.
24
4. Menentukan sifat kimia dari fluida panasbumi.
5. Memperkirakan potensi energi listrik yang bisa dihasilkan hingga minimal 20 tahun kedepan.
Hampir semua daerah panasbumi selalu ditandai oleh keberadaan manifestasi panasbumi.
Adanya manifestasi pastinya disebabkan oleh adanya sumber panas bumi dibawah manifestasi
tersebut. Namun letak pastinya dimana kita belum tahu. Walaupun tidak ditemukan sumber
mata air panas, tapi permukaan tanah yang dirasakan lebih panas daripada sekelilingnya sudah
cukup mengindikasikan keberadaan sumber panasbumi dibawahnya. Tanpa adanya sumber
panasbumi, permukaan tanah tidak mungkin akan menjadi panas.
Volume reservoir berikut permeabilitas batuan reservoir perlu diketahui agar kemampuan
sumur untuk memproduksi atau mengalirkan fluida bisa diperhitungkan. Jika volumenya kecil
dan permeabilitasnya rendah, maka kemampuan produksi akan rendah dan besar kemungkinan
umur sumur tersebut pun akan singkat sekali.
Demikian juga dengan temperatur fluida reservoir panasbumi. Temperatur fluida reservoir
yang terlalu rendah tidak akan mengundang investasi proyek panasbumi untuk dimanfaatkan
sebagai sumber energi listrik. Menurut Eliasson (2001), berdasarkan besar kecil temperatur
fluidanya, reservoir panasbumi dapat dikategorikan menjadi 4, yaitu
Temperatur tinggi, bila temperatur fluida > 250 C
Temperatur medium, bila temperatur fluida berkisar antara 150 C- 250 C
Temperatur didih rendah, bila temperatur fluida berkisar antara 100 C- 150 C
Temperatur rendah, bila temperatur fluida berkisar antara 50 C- 100 C
Dari 4 kategori tersebut, hanya reservoir temperatur medium dan reservoir temperatur tinggi
yang bisa menggairahkan investasi proyek pembangkit listrik energi panasbumi1 .
Sifat fisis dan kimiawi fluida reservoir dari sumur pemboran akan sangat menentukan kelayakan proyek panasbumi. Program eksplorasi yang baik bisa saja memprediksi sifat-sifat fluida
reservoir. Tapi agak sulit mempelajari sifat fisis dan kimiawi fluida reservoir tanpa melakukan
pengeboran eksplorasi. Dan pembuatan sumur eksplorasi itu sendiri adalah merupakan tahapan
akhir dari rangkaian proses kegiatan eksplorasi di daerah potensi panasbumi.
Point kelima dari sasaran eksplorasi adalah menentukan lokasi reservoir panasbumi berikut
potensi kapasitasnya dan perkiraan umur produksinya. Hasil ini akan dipertimbangkan oleh
para investor apakah dinilai menguntungkan atau tidak.
Setidaknya untuk saat ketika tulisan atau buku ini dibuat yaitu April 2009
25
2. survei geologi
3. survei hidrologi
4. survei geokimia
5. survei geofisika
Masing-masing kegiatan survei dapat dilakukan bersamaan bahkan dilaksanakan secara sinergis, misalnya antara survei geokimia dan geofisika, atau antara survei geokimia dan hidrologi.
Dengan demikian pelaksanaan tahapan eksplorasi dapat dipersingkat. Setidaknya perlu waktu
antara 2 hingga 3 tahun untuk menuntaskan seluruh tahapan eksplorasi tersebut. Detil tujuan
dari masing-masing survei akan dijelaskan dalam tulisan berikutnya.
3.3.1
3.3.2
survei geologi
26
survei hidrologi
3.3.4
survei geokimia
3.3.5
survei geofisika
Daftar Pustaka
[1] DiPippo, R., Geothermal Power Plants, 2nd Ed, McGraw-Hill, 2007
[2] DiPippo, R., Geothermal Energy as a Source of Electricity: A Worldwide Survey of the Design
and Operation of Geothermal Power Plants, U.S. Dept. of Energy, DOE/RA/28320-1, U.S. Gov.
Printing Office, Washington, DC, 1980.
[3] Eliasson, Einar T., Power generation from high-enthalpy geothermal resources, GHC Bulletin,
June-2001, pp 26-34
[4] Borrero, F., F.S. Hess, J. Hsu, G. Kunze, S.A. Leslie, S. Letro, M. Manga, L. Sharp, T. Snow,
D. Zike and National Geographic, Earth Science: Geology, the Environment and the Universe,
Glencoe/McGraw-Hill, OH, 2008
[5] Bogie I., Lawless J.V., Rychagov S. and Belousov V., Magmatic-Related Hydrothermal Systems: Classification of the types of geothermal systems and their ore mineralisation, Geothermal
and mineral resources of modern volcanism areas (proceedings of the International KurilKamchatka field workshop, July 16 - August 6, 2005), Publishing house TTISK, 2005. 460
p
[6] Marini, Luigi., Geochemical techniques for the exploration and exploitation of geothermal energy, Dipartimento per lo Studio del Territorio e delle sue Risorse, Universita degli Studi di
Genova, Italy, 2001
[7] Hochstein, Manfred P., Sudarman S., History of geothermal exploration in Indonesia from
1970 to 2000, Geothermics 37, 2008, 220-266 pp
[8] Goff, F. and Cathy J.J., Encyclopedia of Volcanoes: Geothermal system, Academic Press, 2000,
817-834 pp
[9] Carroll, M.R., and Holloway, J.R., eds, Volatiles in magma, Mineral Society Am. Rev. Mineral,. 30, 1994
27
Indeks
Bowen series, 8
boiling zone, 19
hydrothermal, 15
andesit, 5
basalt, 5, 7
calcium feldspar, 7
fumarole, 13
ground warm, 13
hot springs, 13
impermeabel, 15
intrusi, 5, 7
lava, 5
magma, 7
mineral, 12
olivine, 7
potassium feldspar, 7
pyroxene, 7
quartz, 7
reservoir, 15
rhyolit, 5
silika, 7
viskositas, 5
28