Anda di halaman 1dari 2

Artikel Minggu 1:

Saya Ingin Menjadi Seorang Entrepreneur


(Antonius Tanan)
Saya ingin punya usaha sendiri...itu sebuah kalimat yang kerap
kita dengar dan diucapkan oleh banyak orang. Setiap kali kita
bertemu dengan entrepreneur sukses maka hasrat kita untuk
menjadi seperti dia seakan terpancing dan mulai menyala-nyala.
Memang sangat mudah mengucapkan saya ingin menjadi
entrepreneur
namun
kenyataannya
tidak
mudah
melaksanakannya. Bukan berarti menjadi entrepreneur itu mustahil,
namun perlu dedikasi, disiplin dan determinasi yang sangat besar
untuk sukses menjadi seorang entrepreneur. Menjadi entrepreneur
sama seperti menjadi seorang montir yang ahli atau jadi chef yang
piawai atau jadi pemusik yang bisa mengajar orang lain. Profesiprofesi itu membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan diri.
Seorang montir ahli tidak begitu saja dapat menjadi montir karena
memiliki peralatan, seorang chef yang piawai tidak terjadi karena
dia punya alat dapur tercanggih, seorang pembalap tidak bisa
begitu saja lahir gara-gara punya motor balap. Demikian juga
dengan menjadi seorang entrepreneur, kita tidak bisa meraih
kesuksesan menjadi seorang entrepreneur hanya karena sudah
punya modal untuk memulai usaha. Modal itu penting tapi tidak
menjadi garansi keberhasilan seorang entrepreneur. Setiap profesi
ada pelatihannya (formal, non formal ataupun informal), setiap
sukses pasti ada perjuangannya.
Sekarang mungkin ada pertanyaan, Kenapa ya ada orang yang bisa
jadi entrepreneur sukses walau tidak pernah sekolah atau latihan
jadi entrepreneur secara resmi? Orang-orang seperti itu dapat
terjadi karena memang lahir di keluarga entrepreneur. Sejak
mereka brojol dari rahim ibunya, mereka sudah terbiasa
mendengar obrolan tentang entrepreneurship di rumahnya. Ketika
sudah agak besar sudah bermain dan bertumbuh kembang diantara
barang dagangan. Semakin besar mereka bergaul dan berkawan
dengan mereka yang sudah berpengalaman ber-entrepreneur dan
ketika makin dewasa ia sudah terbiasa ikut bekerja atau berlatih di
tempat usaha keluarganya. Anak-anak seperti ini tumbuh dan
berkembang di sebuah sekolah entrepreneur yang buka 24 jam
setiap hari, 7 hari selama satu minggu dan 365 hari dalam setahun
yaitu rumahnya sendiri. Ayah, ibu dan orang-orang dewasa yang ia
temui di rumahnya adalah para guru yang membesarkan dia jadi
entrepreneur.
Selain kelompok orang di atas, ada juga yang tidak lahir dari
keluarga entrepreneur namun bisa jadi entrepreneur karena ia
bergaul dan berkawan erat dengan para entrepreneur. Ayah dan ibu
mereka bukan entrepreneur, mereka juga tidak pernah berlatih jadi
entrepreneur secara resmi namun toh bisa jadi entrepreneur,

bagaimana bisa? Jawabannya adalah pada lingkungan pergaulan di


luar rumah yang mereka alami selama masa kecil, remaja dan
dewasa. Orang seperti ini telah berhasil menjadikan lingkungan
pergaulan luar rumahnya jadi sebuah sekolah menjadi
entrepreneur. Teman dan sahabat yang mereka miliki adalah
pelatih dan guru entrepreneur untuk mereka. Nah apa yang
dapat kita pelajari? Paling tidak ada 3 hal yaitu:
1. Kalau Anda tidak dilahirkan dari keluarga entrepreneur, tidak
perlu merasa miris atau minder menjadi entrepreneur.
Entrepreneurship dapat dipelajari untuk mereka yang sangat
ingin, sangat termotivasi dan percaya diri. Inilah yang
dikatakan oleh Pak Ciputra seorang pelopor pendidikan
entrepreneurship di Indonesia.
2. Kalau Anda sekarang belum banyak memiliki pergaulan
dengan para entrepreneur maka mulai sekarang perluas
pergaulan Anda. Perluas jejaring pertemanan Anda dengan
mereka yang ber-entrepreneur. Jadikan mereka guru tempat
Anda belajar dan bertanya, jadikan pengalaman-pengalaman
mereka sebagai mutiara-mutiara pembelajaran untuk masa
depan kita.
3. Mari memulainya dengan menunjukkan dedikasi, disiplin dan
determinasi dalam mengikuti kelas entrepreneurship ini. Ikuti
setiap pelajaran dengan aktif dan antusias, kerjakan tugas
dengan sepenuh hati dan mari saling berbagi dengan sesama
rekan belajar dalam forum atau FB Group.

Anda mungkin juga menyukai