PEMBIMBING:
dr. FARHAAN ABD, Sp.THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
RUMKIT PUTRI HIJAU TK.II KESDAM I/BB
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
karuniNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
Otitis Media Supuratif Kronis.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti Kepanitraan
Klinik Senior (KKS) di bagian THT di Rumkit Putri Hijau TK.II Kesdam I/BB,
Medan.
Pada kesempatan ini saa mengucapkan banyak terimakasih kepada dr. FARHAAN
ABD, Sp.THT-KL sebagai pembimbing selama penulis mengikuti KKS dan berbagai
pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan masukan,
bantuan dan informasi dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari masih banyak kekurangan di dalam penulisan makalah ini, maka
dengan segala kerendahan hati saya menerima kritik dan saran untuk
penyempurnaannya di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan yang lainnya. Terima kasih.
Rinaldo Sitepu
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
.1. Anatomi dan Fisiologi Telinga
Indera pendengaran merupakan bagian dari organ sensori khusus yang mampu
mendeteksi sebagai stimulus bunyi. Indera pendengaran sangat penting dalam
Struktur Telinga
2.4. ETIOLOGI
OMSK terjadi karena banyak faktor antara lain infeksi, otitis media sebelumnya,
gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan dan sosial ekonomi.
Sebagian besar Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan kelanjutan dari
Otitis Media Akut (OMA) yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan.
Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang terlambat, terapi tidak adekuat,
virulensi kuman tinggi, dan daya tahan tubuh rendah. Bila kurang dari 2 bulan disebut
subakut. Sebagian kecil disebabkan oleh perforasi membran timpani terjadi akibat
trauma telinga tengah. Kuman penyebab biasanya kuman gram positif aerob, pada
infeksi yang sudah berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan
kuman anaerob8.
2.5. PATOFISIOLOGI
Granuloma kolesterol ialah lesi kistik berdinding tipis kuning kecoklatan yang
berisi kumpulan Kristal kolesterol di dalam cairan berwarna coklat kehitaman yang
timbul sebagai reaksi terhadap benda asing di dalam sel mastoid akibat disfungsi
tuba. Perdarahan di dalam pneumatisasi mastoid tanpa drainase menjurus ke proses
peradangan dan erosi tulang7.
Tabel Perbedaan Antara Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Benigna & Maligna
OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara
aktif.
OMSK tenang ialah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering.
Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh ditelinga atau gangguan
pendengaran.
Nyeri telinga atau tidak nyaman biasanya ringan dan seperti merasakan adanya
tekanan ditelinga. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi secara terus menerus atau
intermiten dan dapat terjadi pada salah satu atau pada kedua telinga6.
1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar
sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar
mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa
telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya secret biasanya
hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas
atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang. Pada
OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adanya sekret telinga. Sekret yang sangat bau,
berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk
degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada
OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang
karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah
berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan
tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa
nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya
dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran
mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit
ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila
tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai
tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran
menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung
dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem
pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli
konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga
kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang
didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan fungsi koklea biasanya
terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui
jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis
supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran
tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea.
3. Otalgia (nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu
tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase
pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran
sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan
abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna
sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis,
subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan
vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding
labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan
udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi
hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih
mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga
akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi
serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat
berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis
dan dari sana mungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada
kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif
dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga
telinga tengah.
TANDA KLINIS
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :
a. Adanya Abses atau fistel retroaurikular
b. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.
c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.
2.8. Diagnosis
Diagnosis otitis media supuratif kronik ditegakkan dari anamnesa, gejala dan hasil
pemeriksaan klinik pada telinga dengan otoskop.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut9 :
1. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi
dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan
letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran
suara ditelinga tengah. Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada penderita
OMSK ditemukan tuli sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin
ke dalam skala timpani melalui membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan
penurunan ambang hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal
terbatas pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea.
Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan
ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau test berbisik).
Derajat ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan intensitas
pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang ekivalen
dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut
ISO 1964 dan ANSI 1969.
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran
Normal
: -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan
: 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang
: 41 dB sampai 55 dB
: 71 dB sampai 90 dB
Tuli total
Pemeriksaan
radiografi
daerah
mastoid
pada
penyakit
telinga
kronis
tenggorokan. Melalui saluran yang menghubungkan antara hidup dan telinga (tuba
auditorius), infeksi di saluran napas atas yang tidak diobati dengan baik dapat
menjalar sampai mengenai telinga.
2.9. Diagnosa Banding
1.
telinga luar dan tengah karena perubahan tekanan secara tiba-tiba, yang menyebabkan
tuba eustachius gagal membuka. Keluhan berupa: pendengaran berkurang, nyeri pada
telinga, telinga terasa penuh dan pusing
2. Otitis eksterna: merupakan inflamasi atau radang pada canalis auditoris eksterna
yang dapat mengenai pinna, jaringan lunak periaurikula dan dapat juga mengenai
tulang temporal. Keluhan berupa: gatal-gatal, nyeri (otalgia) dan keluarnya cairan
berbau busuk, gangguan pendengaran, furunkel.
3. Granulomatosis wegener: sering dimulai dengan peradangan pada lapisan hidung,
sinus, tenggorokan, dan paru-paru, dan bisa berkembang menjadi peradangan
pembuluh darah di seluruh tubuh (vaskulitis generalisata).
4. Tumor pada telinga tengah
2.10. Komplikasi
Menurut Adam dkk, komplikasi OMSK diklasaifikasikan sebagai berikut :
A. Komplikasi di telinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi di telinga dalam :
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf
C. Komplikasi di ekstrasdural :
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat :
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hidrosefalus otitis
2.11. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan OMSK memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret
yang keluar tidak langsung cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara
lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan :
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar.
2. Terdapat sumber infeksi di laring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal.
3. Sudah terbentuk jaringan patologi yang irreversibel dalam rongga mastoid.
4. Gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip Terapi OMSK tipe Benigna
OMSK benigna dibagi fase tenang dan aktif. Untuk fase tenang (tipe mukosa dak
dalam keadaan kering) terapi konsevatif dengan mengoleskan nitras argenti 25%,
asam trichlor asetat 12% pada pinggir perforasi. Pada fase aktif dimana sekret yang
keluar terus menerus, maka di beri obat pencuci telinga berupa larutan H2O2 3%
selama 3 5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan
memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Bila
sekret sudah kering tetapi perforasi masih ada, setelah diobservasi selama 2 bulan,
maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan
untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang
perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih
berat serta memperbaiki pendengaran. Bila terdapat sumber infeksi yang
menyebabkan sekret tetap ada atau terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi
itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu dilakukan pembedahan,
misalnya adenoidektomi dan tensilektomi.
Prinsip Terapi OMSK tipe Maligna
Ialah pembedahan yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi
konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum
dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses sub periosteal retroaurikuler, maka insisi
abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum dilakukan mastoidektomi.
Perhimpunan Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan- Bedah Kepala dan Leher
Indonesia telah membuat Panduan pengobatan otitis media supuratif kronik di
Indonesia :
ALGORITMA 1
Lihat Algoritma 2
ALGORITMA 2
Tuli konduktif +
ALGORITMA 3
Pilihan
Atikotomi anterior
Timpanoplasti dinding utuh
Timpanoplasti dinding runtuh
Atikoantroplasti
Timpanoplasti buka-tutup
ALGORITMA 4
dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi
satu ruangan. Tujuan operasi nin adalah untuk membuang semua jaringan patologik
dan mencegah komplikasi ke intra kranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan renang seumur hidup, pasien
harus kontrol teratur, pendengaran berkurang sekali. Modifikasi operasi ini ialah
dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat meatal / plasti
yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi
yaitu meatus luar liang telinga menjadi lebar.
3. Mastiodektomi Radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum
merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan, dan dinding posterior
liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah, untuk membuang semua jaringan
patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
4. Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan
nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani.
Tujuan operasi ini ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada
OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap. Operasi ini dilakukan pada
OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya
disebabkan oleh perforasi membran timpani.
5. Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat
atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan
medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini, selain rekonstruksi membran timpani
juga dilakukan rekonstruksi tulang pendengaran (timpanoplasti tipe II, II, IV, V
sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani
dengan atau tanpa mastoidektomi untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak
jarang, operasi ini terpaksa dilakukan 2 tahap dengan jarak waktu 6 12 bulan
Pasien dengan otitis media supuratif kronis memiliki prognosis yang baik dengan
pemberian terapi yang dapat mengontrol infeksi.
DAFTAR FUSTAKA
Soepardi EA., Iskandar S. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung dan
Tenggorokan. Edisi IV. FKUI. Jakarta 1997: 54 60.
Thane D., Cody R., Kern EB., Pearson BW: Diseases of the Ears, Nose and Throat,
Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, Alih Bahasa: Samsudin Sonny,
Andrianto Petrus, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 84 9.
Anatomi Manusia. Atlas Fotografik Anatomik Sistemik dan Regional, Johanes W.,
Rohen, Chihiro Yokocchi. Edisi Ke-3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 118.
Adam GL., Boies L., Higler P., Buku Ajar Penyakit THT. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 1997: 95 97.
Soepardi EA., Hadjat F., Iskandar N. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga
Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-3 Jilid 1. Penerbit Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 1987: 82-3.