A. Pengertian.
Gastroenteritis adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya, untuk neonotus bila lebih dari 4 kali dan untuk anak lebih dari 3 kali
(Hasan R, 1998). Dan terjadi secara mendadak berlangsung 7 hari dari anak yang sebelumnya sehat
(Mansjoer, 2000).
Diare ialah frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak;
konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
(Ngastiyah, 2005 : 224)
B. Etiologi
Menurut Ngastiyah (2005) penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor:
a.
Faktor Infeksi
1) Infeksi enterial
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab diare pada anak. Meliputi infeksi
enteral sebagai berikut:
a) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus dan lain-lain.
b) Infeksi bakteri: vibrio, Ecoli, salmonella, shigella.
c) Infeksi parasit: Cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides), protozoa (entamoeba hystolytica,
giardia lambilia, trichomonas hominis), jamur (candida albicanas)
2) Infeksi pareteral
Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut, tonsilitis/tonsilofaringitis,
bronchopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c.
Faktor makanan
C. Patofisiologi
Menurut Ngastiyah (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan diare adalah sebagai berikut:
a.
Gangguan Osmotik
Akibat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi usus yang berlebihan
akan merangsang untuk mengeluarkannya.
b. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit
pada rongga usus dan terjadi diare karena peningkatan isi usus.
c.
Gangguan Motilitas
Hiperperistaltik akan menyebabkan kesempatan penyerapan makanan berkurang sehingga timbul diare,
penurunan peristaltik menimbulkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga dapat menimbulkan diare.
D. Manifestasi Klinis Diare
Sebagai manifestasi klinis dari diare (Hassan dan Alatas, 1998) adalah sebagai berikut:
a.
d. Feses cair biasa disertai lendir atau darah, warna tinja mungkin berubah hijau karena bercampur dengan
empedu.
e.
Anus mungkin lecet karena tinja makin asam akibat asam laktat dari laktosa yang tidak diabsorbsi usus
Mumpah disebabkan lambung yang turut meradang atau gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit.
g. Bila kehilangan banyak cairan muncul dehidrasi (berat badan turun, turgor kulit kurang, mata dan ubunubun besar cekung, selaput lendir bibir dan mulut kering).
Tabel 1.1 Penilaian Derajat Dehidrasi (Mansjoer, 2000).
Penilaian
Keadaan umum
Ringan
baik, sadar
Sedang
gelisah, rewel
Berat
lesu, lunglai atau tidak
Mata
Air mata
Mulut dan lidah
Rasa haus
Normal
ada
Basah
minum biasa, tidak
cekung
tidak ada
Kering
haus, ingin minum
sadar
sangat cekung
kering
tidak ada, sangat kering
malas/tidak bisa minum
Turgor kulit
Hasil pemeriksaan
haus
Kembali
tanpa dehidrasi
banyak
kembali lambat
Dehidrasi ringan,
tanda lain.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Hassan dan Alatas (1998) pemeriksaan laboratorium pada diare adalah:
a.
Feses
Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit.
F. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005) komplikasi dari daire ada :
a.
b. Renjatan hipovolemik.
c.
Hipokalemia(dengan
gejala
meteorismus,
hipotoni
otot,
lemah,
bradikardia,
elektrokardiogram)
d.
Hipoglikemia.
e.
Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase.
f.
g. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
G. Derajat Dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a.
1)
2)
3)
b.
Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
c. Gejala klinis
Gejala klinis
Ringan
Gejala klinis
Sedang
Berat
perubahan
- Keadaan
umum
Kesadaran
Rasa haus
- Sirkulasi
Nadi
- Respirasi
Pernapasan
- Kulit
Ubun-ubun
Baik (CM)
+
Gelisah
++
Apatis-koma
+++
N (120)
Cepat
Cepat sekali
Biasa
Agak cepat
Kusz maull
Agak cekung
Agak cekung
Biasa
Normal
Normal
Cekung
Cekung
Agak kurang
Oliguri
Agak kering
Cekung sekali
Cekung sekali
Kurang sekali
Anuri
Kering/asidosis
H. Pentalaksanaan
Penatalaksanaan pada diare menurut Ngastiyah (2005) yaitu:
a. Pemberian cairan pada diare dengan memperhatikan derajad dehidrasinya dan keadaan umum:
1) Belum ada dehidrasi
a) Oral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas setiap diare.
b) Pareteral dibagi rata dalam 24 jam.
2) Dehidrasi ringan
a) 1 jam pertama: 25-50 cc/kg BB/oral atau intragastrik.
b) Selanjutnya: 50-50 cc/kg BB/hari.
3) Dehidrasi sedang
a) 1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/oral intragastrik
b) Selanjutnya 125 ml/kg BB/hari
4) Dehidrasi berat
a) Untuk anak 1 bulan sampai 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
b) 1 jam pertama: 40 ml/kg BB/jam atau 10 tetes/kg BB/menit (dengan infus 15 tetes) atau 13
tetes/kg.BB/menit (dengan infus 1ml = 20 tetes).
c) 7 jam kemudian: 12 ml/kg BB/ jam atau 3 tetes/kg BB/menit (dengan infus 1 ml = 15 tetes)
d) 16 jam berikut: 125 ml/kg BB oralit atau intragastrik, bila anak tidak mau minum, teruskan intra vena 2
tetes/ kg BB/ menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/ kg BB/ menit (1ml = 20 tetes).
b. Pengobatan dietetic
1) Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas satu tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis
makanan yang diberikan:
a) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh,
misalnya LLM, almiron, atau sejenis lainnya).
b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila tidak mau minum susu karena
di rumah tidak biasa.
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya: susu yang mengandung
laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
2) Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg jenis makanannya: makanan padat, cair
atau susu sesuai dengan kebiasaan di rumah.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa
muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung
beras, dan sebagainya).
1) Obat anti sekresi
a) Asetosal: dosis 25 ml/ tahun (minimum 30 mg). b) Klorpromazin: dosis 0,5 1 mg/kg BB/ hari
2) Obat anti diare: kaolin, pectin, charcoal, tabonal.
3) Antibiotik
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Terdiri dari
3. Pola Fungsi
a. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
-
b. Sirkulasi:
Tanda:
-
Hipotensi
c. Integritas ego:
Gejala:
-
Tanda:
-
d. Eliminasi:
Gejala:
-
Tanda:
-
Oliguria/anuria
e.
Gejala:
-
Haus
Anoreksia
Mual/muntah
Intoleransi diet/sensitif terhadap buah segar, sayur, produk susu, makanan berlemak
Tanda:
-
f.
Hygiene:
Tanda:
-
Badan berbau
g.
Gejala:
-
Tanda:
-
h.
Keamanan:
Tanda:
-
i.
Seksualitas
Gejala:
-
j.
Interaksi sosial
Tanda:
-
Gejala:
-
Personal higyene
Rehidrasi
C. Intervensi
DIAGNOSA
NOC
NIC
RASIONAL
(NANDA)
1. Kurang volume
Tujuan :
Intervensi:
cairan b.d
Keseimbangan
Mandiri
1. Observasi tanda-
tanda vital
cairan
dipertahankan
dalam batas normal
Mempertahankan
2. Observasi tanda-
volume cairan
tanda dehidrasi
adekuat.
kriteria hasil:
Membran
Kolaborasi
Masukan dan
laboratorium sesuai
terapi.
haluaran seimbang
program; elektrolit,
diare
albumin
2. Pemberian cairan
protokol (dengan
kehilangan/anemia.
parenteral)
3. Pemberian obat
sesuai indikasi
Antidiare
Antibiotik
1.Menentukan kebutuhan
2. Perubahan
elektrolit teratasi
mukosa lembab
Tujuan:
Intervensi:
a. Gangguan
kebutuhan tubuh
pemenuhan nutrisi
b.d menurunnya
teratasi
2. Timbang berat
intake dan
b. Berat badan
badan klien
menurunnya
absorpsi makanan
Kriteria Hasil:
dan cairan
Diet habis 1
porsi yang
kebutuhan nutrisi
3. Berikan diet
disediakan
muntah
Berat badan
meningkat / sesuai
Kolaborasi:
1.Pemberian nutrisi
parenteral sesuai
indikasi
umur
Kolaborasi:
1. Mengistirahatkan kerja
gastrountestinal dan
mengatasi/mencegah kekurangan
2.Berikan obat
sesuai indikasi
3. Resiko
Tujuan:
Intervensi:
gangguan integritas
Gangguan
1. Kaji kerusakan
kulit perianal
integritas kulit
kulit/iritasi setiap
berhubungan
teratasi
dengan
Kriteria Hasil:
2. Diskusikan dan
peningkatan
jelaskan pentingnya
frekwensi BAB
kembali normal
(diare)
Integritas kulit
Tidak ada
iritasi
keluarga dalam
merawat perianal
(bila basah dan
mengganti pakaian
bawah serta alasnya)
4. Atur posisi atau
2-3 jam
nyaman
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gastroenteritis adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya, untuk neonotus bila lebih dari 4 kali dan untuk anak lebih dari Dan
terjadi secara mendadak berlangsung 7 hari dari anak yang sebelumnya sehat
B. Saran
Adapun saran dari penulis yakni, pembaca dapat memahami dan mengerti tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi (Diare) dan dapat bermanfaaat dan berguna bagi
pembaca dan masyarakat umumnya
DAFTAR PUSTAKA
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta, EGC
Doenges, M. E. , Moore House, M. F. , Geister, A. C. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Alih
Bahasa I Made Kariasa, S.Kp, Buku Kedokteran. Jakarta: EGC
Hasan, R. 1997. Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.