Anda di halaman 1dari 3

Insulin merupakan protein terapi yang sangat dibutuhkan oleh penderita diabetes

untuk mengontrol kadar gula darah keseharian. Sayangnya, saat ini produk sediaan insulin
masih terbatas pada injeksi subkutan harian, yang sering mengakibatkan rasa nyeri, alergi,
infeksi dan hiperinsulinemia. Terutama bagi penderita diabetes yang memerlukan terapi sulih
insulin seumur hidup, metode injeksi ini sangat tidak disukai, sulit dilakukan dan
menimbulkan beban psikis tersendiri, yang berimplikasi pada ketidakteraturan terapi. Oleh
karena itu, pengembangan insulin dalam bentuk yang dapat diformulasikan menjadi sediaan
non-invasive sangatlah urgen untuk terwujudnya terapi rutin
Bentuk sediaan insulin yang paling ideal adalah sediaan oral. Selain lebih mudah,
lebih natural dan dapat dilakukan sendiri (patient-friendly), insulin oral akan dihantarkan
secara langsung menuju liver melalui sirkulasi portal (sama dengan rute fisiologi sekresi
insulin pada tubuh non-diabetes), sehingga lebih efektif dan tidak menimbulkan efek samping
peripheral hiperinsulinemia [2]. Akan tetapi, seperti hanya obat jenis protein yang lain,
insulin sulit untuk diformulasi secara efektif dalam bentuk sediaan oral akibat rendahnya
tingkat stabilitas dan tingkat permeabilitas molekul insulin di dalam saluran cerna [3].
Salah satu pendekatan yang dipandang paling prospektif dalam mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan sistem nanopartikulat, di mana insulin
dienkapsulasi dalam nanopartikel yang berfungsi ganda melindungi insulin dari degradasi dan
menghantarkan insulin menuju target-site Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
nanopartikel sebagai sistem penghantaran oral insulin, dengan menggunakan kitosan sebagai
bahan nanopartikel. Kitosan merupakan polimer alam yang bersifat nontoksik, mukoadhesif,
biodegradabel, biokompatibel, tingkat imunogenisitas yang rendah dan dapat dipreparasi
menjadi nanopartikel pada kondisi yang mild sehingga sangat sesuai untuk sistem
penghantaran protein.
Nanopartikel kitosan dipreparasi dengan metoda gelasi ionik menggunakan
tripolifosfat sebagai crosslinker. Guna mendapatkan kondisi preparasi yang dapat
menghasilkan partikel berukuran di bawah 100 nm dengan tingkat dispersitas dan stabilitas
yang baik, pada penelitian ini dilakukan kajian pengaruh kondisi preparasi (konsentrasi
kitosan, konsentrasi TPP, rasio volume kitosan terhadap TPP) terhadap karakteristik partikel
yang terbentuk. Pada kondisi preparasi optimal selanjutnya dilakukan proses enkapsulasi
insulin dalam nanopartikel kitosan dengan metoda inklusi. Nanopartikel kitosan-insulin
kemudian dievaluasi sifat fisika, kimia dan biologinya yang meliputi morfologi, ukuran
partikel, potensial zeta, stabilitas, profil in vitro pelepasan insulin, profil ex vivo
mukoadhesifitas dan profil in vivo bioaktifitas. Dari keseluruhan penelitian ini diharapkan
dapat diperoleh nanopartikel kitosan yang telah dievaluasi fungsinya sebagai sistem
penghantaran insulin secara oral.
Adapun tahapan metodologi yang akan dilakaukan dalam penelitian ini diantaranya:
2.1 Preparasi Nanopartikel Kitosan
Nanopartikel kitosan dibuat menggunakan metode gelasi ionik, yakni kompleksasi
polilektrolit antara kitosan yang bermuatan positif dengan tripolifosfat yang bermuatan
negatif. Ke dalam 50 ml larutan kitosan (variasi konsentrasi 0,1 0,4%) ditambahkan secara
perlahan-lahan larutan TPP (variasi konsentrasi 0,1 - 0,2%) pada berbagai variasi rasio
volume, sehingga terbentuk suspensi nanopartikel.
2.2 Karakterisasi Nanopartikel
Partikel yang terbentuk kemudian dikarakterisasi, meliputi ukuran partikel dan zeta
potential. Ukuran partikel dianalisa dengan Zetasizer Nano ZS (Malvern Instrument Ltd.,
UK) yang menggunakan teknik dynamic light scattering (DLS). Parameter yang dianalisa
meliputi diameter partikel rerata (ZAve) dan indeks polidispersitas (PI). Potensial Zeta diukur

dengan metoda Laser Droppler Electrophoresis (LDE) menggunakan peralatan yang sama.
Morfologi nanopartikel diperiksa menggunakan transmission electron microscopy (TEM).
Droplet suspensi nanopartikel diteteskan grid tembaga, setelah meresap dan dianalisa
menggunakan TEM (JEM1400, JEOL).
2.3 Enkapsulasi Insulin
Enkapsulasi insulin dalam nanopartikel kitosan dilakukan dengan cara metoda inklusi.
Mula-mula insulin dilarutkan dalam larutan kitosan pada berbagai konsentrasi. Selanjutnya,
ke dalam larutan kitosan+insulin ditambahkan larutan TPP secara perlahan-lahan. Suspensi
yang diperoleh kemudian disentrifugasi (13000 rpm, 30 menit) dan disimpan pada 4C.
2.4 Uji Stabilitas Nanopartikel Kitosan-Insulin
Nanopartikel kitosan-insulin disimpan dalam wadah tertutup kemudian diletakkan
pada 3 variasi suhu penyimpanan, yakni 4, 25 dan 40C. Pengujian dilakukan dengan
rentang waktu 0, 1, 2, 3, 4, 8 dan 12 minggu, dengan parameter pengujian berupa pengamatan
fisik dan kadar insulin.
2.5 Studi in vitro Pelepasan Insulin
Studi pelepasan insulin dari nanopartikel kitosan dilakukan secara in vitro
menggunakan media simulasi usus dan lambung tanpa enzim. Sebanyak 1 g nanopartikel
kitosan-insulin diinkubasi dalam 20 ml dapar asam klorida pH 1.2 atau dapar fosfat pH 6.8
pada suhu 370.5C dan kecepatan pengadukan 100 rpm. Pada interval waktu tertentu,
diambil 1 ml sampel dan diganti dengan medium fresh dalam jumlah yang sama. Sampel
disentrifuga dan kadar insulin dalam supernatan dianalisa menggunakan HPLC.
2.6 Studi ex vivo mukoadhesif
Studi mukoadhesif nanopartikel kitosan-insulin dilakukan secara ex vivo
menggunakan jaringan usus tikus. Nanopartikel kitosan-insulin pada jumlah tertentu
disebarkan secara merata pada permukaan mukosa usus, diinkubasi selama 20 menit,
kemudian dibilas dengan dapar fosfat-salin pH 6,4. Jumlah nanopartikel yang tersisa di
permukaan mukosa kemudian dihitung dan dianalisa secara statistik.
2.7 Studi in vivo Bioaktifitas
Bioaktivitas insulin terenkapsulasi dalam nanopartikel kitosan diuji pada hewan coba
tikus galur SD yang telah diinduksi dengan alloxan sehingga menjadi hiperglikemik. Hewan
coba dibagi dalam 3 kelompok perlakuan, yakni normal, insulin injeksi subkutan (dosis 1
IU/kg-bb) dan insulin nanoenkapsulat oral (dosis 40 IU/kg-bb). Pada interval waktu tertentu
sampel darah diambil dan dianalisa kadar glukosanya menggunakan glucose reagent kit.
3.1 Pengaruh Variabel Proses pada Karakteristik
Nanopartikel
Studi ini dilakukan untuk mempelajari karakteristik nanopartikel kitosan yang
dipreparasi pada berbagai variasi konsentrasi dan rasio volume kitosan dan TPP, guna
mendapatkan kondisi proses yang optimal dalam mendapatkan nanopartikel kitosan dengan
tingkat monodispersitas dan stabilitas yang tinggi. Parameter yang digunakan untuk
menentukan tingkat keseragaman ukuran adalah nilai indeks polidispersitas dari distribusi
ukuran partikel, sedangkan parameter untuk menentukan stabilitas adalah nilai potensial zeta.
Hasil penelitian ditunjukkan pada Tabel 1. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa ukuran
partikel sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dan rasio volume kitosan dan TPP yang

digunakan, di mana ukuran partikel meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi dan
volume rasio kitosan dan TPP.
Dari hasil penelitian yang ditampilkan pada Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa
rasio volume sangat
mempengaruhi pola distribusi (jumlah puncak yang terbentuk), ukuran dan stabilitas partikel.
Analisa potensial zeta menujukkan hasil yang relevan dan menguatkan data pola
distribusi dan indeks polidispersitas. Nanopartikel pada ukuran sangat kecil dan indeks
polidispersitas rendah menunjukkan nila potensial
zeta yang tinggi (di atas 30 mV) yang berarti cukup stabil. Sedangkan partikel pada ukuran
besar dan indeks polidispersitas tinggi, nilai potensial zeta yang ditunjukkan juga rendah.
Dari keseluruhan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa nanopartikel kitosan
merupakan matriks yang sangat potensial untuk dipergunakan sebagai drug carrier pada
penghantaran protein secara oral. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui
efikasi dan toksisitas dari insulin nanopartikel. 1025 kata

Anda mungkin juga menyukai