Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

KEPERAWATAN ANAK
ASKEP KWASHIORKOR PADA ANAK

Oleh

IIN YULIANA
0910322010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat,
taufiq, hidayah serta inayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah. Maksud dan
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen
pembimbing, teman-teman anggota kelompok diskusi, serta semua pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan. Penulis menyadari penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif
sangat diharapkan demi tercapainya sebuah kesempurnaan.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan
dan penyusunan makalah ini dapat ditemukan sesuatu yang memberikan manfaat atau hikmah
bagi penulis maupun pembaca. Terima kasih.

Padang,

Maret 2011

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. LATAR BELAKANG

.... 2
.... 3
............................................................. 4

BAB II. TEORITIS

...............................................................

BAB III. PEMBAHASAN

.................................................................14

BAB IV. KESIMPULAN

................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

........ 16

BAB I
LATAR BELAKANG

Status gizi balita perlu mendapat perhatian yang serius, mengingat jumlah balita di
Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, perhatian yang serius itu
berupa pemberian gizi yang baik. Pada lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk
mempertahankan kehidupan sekaligus meningkatkan kualitas agar mencapai pertumbuhan
optimal baik secara fisik, sosial maupun inteligensi. Pertumbuhan adalah bertambahnya
ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, yang berarti bertambahnya ukuran tubuh
sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes
RI, 2005).
Status gizi yang buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat
menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berfikir yang pada akhirnya
akan menurunkan produktuvitas kerja.Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa pada
hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber
daya manusia. Kondisi seperti ini lambat laun akan menyebabkan angka kematian bayi dan
balita cukup tinggi (www.google.com,2003 ).
Angka kematian bayi dan anak (balita) di negara-negara berkembang khususnya
Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu penyebab yang menonjol diantaranya adalah karena
keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk. Kondisi gizi anak-anak Indonesia rata-rata
lebih buruk dibanding gizi anak-anak dunia dan bahkan juga dari anak-anak Afrika. Sebelum
krisis menerpa 8,5 juta anak (37% dari 23 juta anak) Indonesia diketahui kurang berat
badannya dan menderita kekurangan mikronutrien seperti zat besi (Fe), seng (Zn) dan
Vitamin A. Jumlah kematian anak pertahun akibat kekurangan gizi itu mencapai 147 ribu
jiwa dan separuh lebih di antaranya adalah balita. Balita hidup mengalami penurunan
kecerdasan (IQ) hingga 10% (www.Google.com, 2003 ).
Selama krisis bertambah lagi jumlah anak yang mengalami Kurang Energi dan protein
(KEP) tingkat berat atau menderita marasmus kwasiorkhor dan pada saat yang sama jumlah
orang miskin membengkak dari 17 juta menjadi 80 juta jiwa (www.google.com, 2000).
Tahun 2000 diperkirakan ada 25% anak Indonesia yang mengalami gizi kurang, 7 % gizi
buruk. Keadaan gizi masyarakat Lampung Timur pada tahun 2005 masih perlu mendapatkan
perhatian serius, dari hasil pemantauan status gizi antara lain ditemukan kasus gizi buruk
sejumlah 0,16 % ( 2005 ) dari jumlah balita sebanyak 1456 jiwa (DINKES Lampung Timur,
2005 ).

BAB II
TEORITIS

KWASIORKHOR

1. PENGERTIAN
Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ). Walaupun sebab utama
penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan kurang
mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan, maka
akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan
dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema

: gizi kurang (MEP ringan)

2) Berat badan 60-80% standar dengan edema

: kwashiorkor (MEP berat)

3) Berat badan <60% standar tanpa edema

: marasmus (MEP berat)

4) Berat badan <60% standar dengan edema

: marasmik kwashiorkor (MEP berat)

(Ngastiyah, 1997)
2. ETIOLOGI
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya yang berperan terhadap
kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan
oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih ( sindrom
nefrotik ), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati.
3. PATOFISIOLOGI
pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai
asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Bila
diet cukup mengandung karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian
asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan
kejaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan
kurangnya produksi albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat timbulnya edema.
Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta- lipoprotein, sehingga

transport lemak dari hati terganggu, dengan akibat adanya penimbunan lemak dalam hati.

4. GEJALA KWASIORKHOR
Pertumbuhan terganggu, BB dan TB kurang dibandingkan dengan
yang sehat.
Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat Gejala gastrointestinal
seperti anoreksia dan diare, Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang
dan berubah warna Kulit kering dengan menunjukan garis garis kulit yang mendalam
dan lebar, terjadi persisikan dan hiperpigmentasi. Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba
umumya kenyal, permukaannya licin dan tajam. Anemia ringan selalu ditemukan pada
penderita. Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum yang
rendah, disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.
Tabel 1: Perkiraan Berat Badan (Kg)
Lahir

3,25

3-12 bulan

(bln + 9) / 2

1-6 tahun

(thn x 2) + 8

6-12 tahun

{(thn x 7) 5} / 2

(Soetjiningsih, 1998, hal. 20)


Tabel 2: Perkiraan Tinggi Badan (Cm)
1 tahun

1,5 x TB lahir

4 tahun

2 x TB lahir

6 tahun

1,5 x TB 1 thn

13 tahun

3 x TB lahir

Dewasa

3,5 x TB lahir = 2 x TB 2 thn

5. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium, misalnya pemeriksaan kadar darah merah (Hb) dan
kadar protein (albumin/globulin) darah, dapat dilakukan pada anak dengan
malnutrisi. Dengan pemeriksaan laboratorium yang lebih rinci, dapat pula
lebih jelas diketahui penyebab malnutrisi dan komplikasi-komplikasi yang terjadi.

6. KOMPLIKASI

diare, infeksi, anemia, ggn tumbuh kembang, hipokalemi dan hipernatremi

7. MANIFESTASI KLINIS
Muka sembab
Letargi
Edema
Jaringan otot mengecil
Jaringan subkutan tipis dan lembut
Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
Kulit kering dan besisik
Alopecia
Anoreksia
Gagal dalam tumbuh kembang
Tampak anemia
8. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Anamnesa
Bidata, umur, pekerjaan, pendidikan dan alamat
Data subjektif
- bagaimana nafsu makan klien
- berapa kali makan dalam sehari
- banyaknya makan dalam satu kali makan
- apakah ada mual muntah
- bagaimana pola eliminasinya
- apakah ada anoreksia
Data Objektif
- bagaimana nafsu makan klien
- berapa kali makan dalam sehari
- banyaknya makan dalam satu kali makan
- apakah ada mual muntah
- bagaimana pola eliminasinya
- apakah ada anoreksia
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
- lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema pada muka atau kaki
- lihat warna rambut, kering dan mudah dicabut
- mata cekung dan pucat
- pada marasmus terlihat pergerakan usus
Auskultasi
- dengar denyut jantung apakah terdengar bunyi S1, S2, S3 serta S4
- bagaimana dengan tekanan darahnya

- dengarkan juga bunyi peristaltik usus


- bunyi paru paru terutama weezing dan ronchi
Perkusi
- perut apakah terdengar adanya shitting duilnees
- bagaimana bunyinya pada waktu melakukan perkusi
Palpasi
- hati : #bagaimana konsistensinya, kenyal, licin dan tajam pada
permukaannya.
# berapa besarnya dan apakah ada nyeri tekan
# pada marasmus usus terasa dengan jelas
- limpa : apakah terjadi pembesaran limpa
- tungkai : apakah ada pembesaran pada tungkai
c. Pemeriksaan Labolatorium
Biokimia : * Hb anemia
* kadar albumin yang rendah
* kadar globulin kadang kadang rendah dan tinggi
* kadar asam amino biasanya kurang dari satu
Biopsi : ditemukan perlemakan pada hati, dan terjadinya nekrosis dan infiltrasi
Autopsi : hampir semua organ tubuh mengalami degenerasi seperti jantung, tulang
d. Diagnosa yang mungkin timbul dan intervensinya
1. Gangguan nutrisi sehubungan dengan intake nutrisi yang kurang, ditandai dgn:
DS : - Klien mengeluh badan lemah
- anoreksia
- lesu
- mudah lelah
DO: - berat badan turun
- berat badab tidak sesuai dengan tinggi badan
- edema
- rambut kering, kusam, jarang, putih dan mudah dicabut
- kulit kering dan bersisik
- hepar membesar
- hb rendah
- mata pucat dan cekung
Tujuannya :
- badan tidak lemah
- nafsu makan membaik
- ceria dan segar
- BB normal
- edema hilang
- rambut distribusi rata, hitam nampak berminyak
- hb normal
- hepar tidak membesar
Intervensi :

- berikan makanan TKTP, dilakukan secara bertahap


- hidangkan makanana dalam keadaan hangat
- observasi intake dan output
- observasi TTV
- kolaborasi dengan dokter ( untuk pemberian vitamin ) dan gizi ( untuk
makanannya ).
- penyuluhan kesehatan

2. Gangguan pamanuhan kebutuhan cairan dan elektrolit yang ditandai dengan :


DS : klien mengeluh mual, badan lemah, Anoreksia, kadang kadang muntah
DO : diare, BB turun, turgor jelek, mata cekung
Tujuannya :
- mual mual berkurang
- badan tidak lemah
- nafsu makan membaik
- muntah berkurang
- diare berkurang
- BB normal
- turgor kulit baik, kenyal
- mata tidak cekung
Intervensi :
- berikan banyak minum
- catat intake dan output
- observasi TTV
- Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan cairan parental dengan nutrisi
tinggi
3. Potensial terjadinya infeksi sekunder sehubungan dengan pertahaan tubuh yang
kurang adekuat ditandai dengan :
- badan lemah
- lesu
- pusing
- Hb rendah
- BB tidak sesuai dengan tinggi badan
- mata pucat
Tujuannya :
- badan tidak lemah dan ceria
- pusing berkurang
- Hb normal kembali
- BB normal kembali
- mata tidak pucat
Intervensi :
- berikan makanan TKTP

- isolasi penderita
- monitoring TTV
- kolaborasi : laporkan segera adanya tanda tanda khusus yang menyangkut
keadaan klien.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KWASIORKHOR


A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama
: Gilang Rahmadhan
Umur
: 4,5 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Lolong
Agama
: Islam
2. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Pada umur 2 minggu terdapat kubis dikepala.
3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Anak sering diare, susah makan, perut buncit, susah menaikkan berat badan.
4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Tidak ada
5. PEMERIKSAAN FISIK
BB = 11 kg
TB = 75 Cm
Lingkar Lengan = 10 cm
Inspeksi
- klien kurus, ada sedikit edema pada muka
- rambut halus, agak pirang dan mudah dicabut
- mata cekung dan konjungtiva pucat
- perut buncit, ada pembesaran hati
- Kulit kering dan bersisik
Auskultasi
- terdengarkan juga bunyi peristaltik usus
- bunyi paru paru terutama weezing dan ronchi
Palpasi
- hati : kenyal, licin dan tajam pada permukaannya, tidak ada nyeri tekan
6. PENGKAJIAN KESEHATAN MENURUT 11 POLA GORODON
Pola Persepsi Kesehatan

Klien tidak tahu makanan yang mengandung tinggi protein dan kalori. Orang tua tidak
memperhatikan makanan yang dimakan anaknya. Orang tua tidak tahu cara menjaga
kebersihan, memelihara kesehatan, dan mengelola sanitasi rumah dan kondisi
lingkungan.
Pola Nutrisi Metabolik
Anak susah makan, anoreksia, makan makanan seadanya tanpa memperhatikan
kandungan gizi, makan tidak teratur dengan porsi yang tidak teratur juga. Anak suka
makan cemilan dan es sehingga sering lupa makan.
Pola Eliminasi
Anak sering mengalami diare dan feses berwarna agak kehitaman. Anak buang BAK
dan BAB d laut
Pola tidur istirahat
Anak tidak mengalami gangguan pola tidur, anak tidur lelap karena aktivitas
Pola Aktivitas Latihan
Anak terlalu aktif, cengeng, mudah tersinggung, sensitif terhadap hal-hal yang
mengancam dirinya, lemah, cepat letih.
Pola peran hubungan
Anak mengalami krisi mental sehingga ingin selalu diperhatikan. Orang tua tidak
terlalu memperhatikan kebutuhan anaknya
.
Pola kognitif persepsi
Anak mengalami gangguan kecerdasan, pertumbuhan menjadi lambat, dan sulit
berpikir.
Pola Seksualitas
Anak kurang diberi perhatian dan sentuhan.
Pola Koping toleransi stres
Anak mudah menangis, mudah marah, dan emosi sangat labil

Pola kepercayaan
Anak tidak mengetahui banyak tentang agama, tidak diberikan pendidikan agama oleh
orang tua.
7. DIAGNOSA NANDA, NOC, NIC
Diagnosa I
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat,
anoreksia dan diare, mual dan muntah

DS : - Klien mengeluh badan lemah


- anoreksia
- lesu
- mudah lelah
DO: - berat badan turun
- berat badab tidak sesuai dengan tinggi badan
- edema
- rambut kering, kusam, jarang, putih dan mudah dicabut
- kulit kering dan bersisik
- hepar membesar
- mata pucat dan cekung
NOC I

Klien akan menunjukkan pening-katan status gizi.


Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien,
kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat
seimbang.
keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per sonde/per oral) sesuai
program dietetic

NIC

Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi


pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan
contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.
Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk
melakukannya sendiri.
Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.
Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.

DIAGNOSA II
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak
adekuat

NOC II

NIC II

Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.


Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.

Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas
perkembangan sesuai usia anak.
Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet pemulihan.
Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.
Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.
Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan (Puskesmas/Posyandu)

8. IMPLEMENTASI
No.

1.

Hari dan

Diagnosa

Tanggal

keperawatan

Implementasi

Evaluasi

Rabu, 30

Gangguan nutrisi

Mengukur BB dan TB

Maret 2011

kurang dari

anak
Mengukur lingkar

mengatakan

lengan
Memberi tahu keluarga

jenis

Jam

kebutuhan tubuh

11.00

tentang makanan yang


memiliki protein yang
cukup untuk anak

S : Klien
tidak tahu
makanan
yang bergizi
untuk anak
O : anak makan
seadanya
A : Masalah

Jam

belum teratasi
P : Intervensi

11.30

Mengajarkan kepada
Gangguan

orang tua tentang

pertumbuhan

standar pertumbuhan

dan

fisik

perkembangan
b/d asupan
kalori dan
protein yang
tidak adekuat

menstimulasi tingkat
perkembangan sesuai
dengan usia klien
menjelaskan kepada
orang tua tentang cara
pemberian diet makan

dilanjutkan
S : klien
mengatakan
tidak tahu
anaknya
mengalami
kekurangan
protein
O : anak tidak
tumbuh
sesuai dengan
usia
A : Masalah
belum

untuk anak

Teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan

2.

menunjukkan cara

Rabu, 30

Perubahan nutrisi

Maret 2011

kurang dari

pemberian makanan

sedikit

kebutuhan b.d

per sonde, memberi

menyuikai

intake yang

kesempatan keluarga

makanannya

inadekuat

untuk melakukannya

O : klien

Jam
14.20

S : klien mulai

sendiri
menyusun menu dan

menghabiska

pengolahan makanan

makanannya

sehat

sedikit demi

seimbang,menunjukkan

sedikit, tetapi

contoh jenis sumber

sering

makanan ekonomis

diberikan
A : Masalah

sesuai status sosial


ekonomi klien
memberikan anak
makanan yang
mencukupi kebutuhan
gizinya dan
menyesuaikan dengan
kesukaan anak

sudah mulai
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan

Gangguan

pemberian makanan/

S : klien

pertumbuhan

minuman sesuai

menolak

dan

program terapi diet

stimulasi

perkembangan
b/d asupan

pemulihan
menganjurkan kepada

kalori dan

orang tua untuk

protein yang

mengukuran BB, TB

tidak adekuat

secara berkala.
Menganjurkan orang
tua untuk selalu
memperhatiakn
perkembangan anak
dan menstimulasinya

yang
dilakukan
orang tua
O : klien
menghindar
bila didekati
A : Masalah
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan

agar tidak terjadi


keterlambatan
pertumbuhan

9. EVALUASI
Orang tua mampu mengulang kembali cara-cara mengatur menu makan yang sehat
untuk ananknya
Orang tua lebih memperhatikan kebutuhan anaknya
Orang tua membatasi jajan anak dan lebih banyak memberikan makan anaknya
Anak menghabisi makan siangnya
Anak mau minum susu.

10.

DOKUMENTASI

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta


Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Cetakan I. Jakarta: EGC.
Wong,dkk. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol.1 Ed. 6. Jakarta: EGC.
Wong,dkk. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol.2 Ed. 6. Jakarta: EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai