Anda di halaman 1dari 35

ANALISIS WACANA: KEPADUAN, KONTEKS,

KESINAMBUNAN TOPIK, WACANA KRITIS


Laporan
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Nilai Ujian Matakuliah Analisis Wacana Semester Genap

oleh
Nur Cholifah
2111412023

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

Wacana 1

Segera Waspadai Global Warming


Oleh Mataharry Syakir Gifary
Ada yang berbeda dalam keadaan bumi kita antara zaman dulu dan sekarang,
orang-orang terdahulu seperti para seniman atau sastrawan melukiskan dan
menggambarkan bumi kita dengan sangat bangga dan bersyukur. Alam ini akan
mudah digambarkan dan dilukiskan dengan semangat kejujuran dalam menuliskan
sajak-sajaknya yang memuji keindahan bumi. Namun, seperti tisu putih yang
bersih yang baru saja jatuh ke atas genangan air kotor. Seniman atau sastrawan
yang pandai membuat sajak dan lukisan di atas kain kanvas balik mengkritik
keadaan bumi dan penghuninya, baik melukis bumi dengan semacam kata-kata
bumi ini kotor, tua dan penghuninya yang merusak.
Atau mungkin seandainya juga kita yang hidup di abad pertama menghirup
udara dan merasakan iklim yang teratur, para petani yang asyik bekerja tanpa
kendala, para nelayan yang asyik melaut tanpa takut, kehidupan hewan liar tidak
terancam dampak kesehatan manusia yang baik. Namun sekarang ketika kita
membuka mata pagi hari dan menghirup udara kotor, asap montor, asap
kendaraan, dan efek rumah kaca yang lainnya sudah mulai berada di sisi kita.
Menurut situs Wikipedia, efek rumah kaca adalah gas-gas tertentu di
atmosfer termasuk uap air, karbodioksida, dan metana, menjadi perangkap
radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang
yang dipancarkan bumi akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan
bumi. Gas-gas tersebut berfungsi sebagai kaca dalam rumah kaca sehingga gasgas ini dikenal sebagai gas rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di
bawahnya.
Akibat ulah manusia efek rumah kaca ini terjadi dan rumah kaca merupakan
salah satu penyebab terjadinya global warming (GW). Global warming atau yang
kita kenal dengan pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur

rata-rata atsmosfer, laut dan daratan bumi sebagaimana yang disebutkan dalam
situs Wikimedia bahwa planet bumi telah menghangat (dan juga mendingin)
berkali-kali selama 4,65 miliar tahun sejarahnya.
Pada saat ini, bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh para
ilmuwan dianggap disebabkan aktivitas manusia. Penyebab utama pemanasan ini
adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas-gas
alam, yang melepaskan karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai
rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca
itu, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari
yang dipancarkan ke bumi.
Dampak Pemanasan Global
Beberapa dampak yang akan dan sedang kita rasakan dari GW ini adalah
cuaca, tingginya permukaan laut, kesehatan manusia, kelangsungan hidup
hewan liar dan lain-lain. Cuaca yang tak menentu susah untuk diprediksi
sehingga merugikan petani untuk menentukan kapan mereka mulai bercocok
tanam dan menuai hasilnya. Begitu juga terhadap kehidupan nelayan, mereka
tidak bisa memprediksi pasang surut yang tak menentu.
Tingginya permukaan laut dapat mengakibatkan habisnya pulau-pulau
karena daerah yang berhamparan salju di antartika maupun antariksa mencair
(eror) akibat GW ini. Akibatnya, pulau-pulau kita akan tertutup habis. Jika ini
berlanjut, tidak mustahil tanah kita juga akan cepat tertutup air. Bahkan,
diprediksi bahwa tanah pulau-pulau kecil di Indonesia akan hilang dalam kurun
waktu 30 tahun ke depan jika GW ini masih berlanjut. Hewan dan tumbuhan mati
karena panasnya bumi ini. Karena jika untuk hewan yang ada di kutub tempat
mereka mencair tidak punya tempat untuk hidup. Begitu juga untuk kesehatan
kita, yang sekarang tinggal di Indonesia belum tentu mampu menahan panasnya
bumi.
Apa yang Harus Dilakukan?
Beberapa organisasi, Negara, bahkan orang yang paling berpengaruh mulai
bereaksi untuk menahan laju buruknya dampak dari GW ini. di Los Angeles
(Antara News) menyebutkan, mantan Wapres AS, Al Gore, mengumumkan

rincian rangkaian mega konser yang akan digelar di seluruh dunia. Hal itu untuk
meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya pemanasan global. Acara itu di
antaranya diikuti oleh band besar seperti Colodplay, Red Hot Chili, Peppers, Foot
Fighters, John Legend, Snoop Dogg, Black Eyed Peas, Keane, Kelly Clarkson,
John Mayer, Faith Hill, dan lain-lain.
Di Indonesia sendiri, beberapa mingu lalu telah dilakukan hal yang sama
dengan menggelar konser di Jakarta yang bertajuk The Soul dengan diikuti
lebih dari sepuluh band besar maupun band indie seperti Mocca, The Upstair,
Maliq & DEssential, dll. Seharusnya bukan hanya mereka yang peduli GW ini,
tetapi semua kalangan di seluruh dunia, mau rakyat kecil atau besar, orang kaya
atau miskin.
Kita semestinya tidak henti-henti untuk menyuarakan stop untuk pembakaran
hutan, pembakaran liar pohon-pohon, penghamburan energi, bahan bakar fosil,
seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam, yang melepas karbondioksida.
Mulailah sekarang juga dari diri sendiri dan dari hal yang terkecil, kita tidak mau
global warming menjadi malaikat Izrail yang merayap di rambut umur kita.
Sumber. Pikiran Rakyat, 30 Agustus 2007
Kepaduan
Mencakup kepaduan bentuk (kohesi gramatikal dan kohesi leksikal) dan
kepaduan makna (koherensi)
Pada wacana di atas tidak semua aspek kepaduan ditemukan.
Kohesi gramatikal yang ditemukan
1. Penunjukan Anaforis

Menurut situs Wikipedia, efek rumah kaca adalah gas-gas


tertentu di atmosfer termasuk uap air, karbodioksida, dan
metana, menjadi perangkap radiasi ini. Gas-gas ini menyerap
dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan
bumi akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan
bumi.
Penunjukan Anaforis ditunjukkan dengan penggunaan kata ini yang
terdapat pada paragraf 3 alenia 2. Kata ini merujuk pada kalimat sebelumnya

yang berada pada sebelah kiri yaitu alenia 1. Kata ini merujuk pada gas gas
tertentu di atmosfer termasuk uap air, karbondioksida, dan metana.

Menurut situs Wikipedia, efek rumah kaca adalah gas-gas


tertentu di atmosfer termasuk uap air, karbodioksida, dan
metana, menjadi perangkap radiasi ini. Gas-gas ini menyerap
dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan
bumi akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan
bumi. Gas-gas tersebut berfungsi sebagai kaca dalam rumah
kaca sehingga gas-gas ini dikenal sebagai gas rumah kaca.
Penunjukan Anaforis ditunjukkan dengan penggunaan kata tersebut yang
terdapat pada paragraf 3 alenia 3. Kata ini merujuk pada kalimat sebelumnya
yang berada pada sebelah kiri yaitu alenia 1. Selain itu juga terdapat kata ini
pada paragraf 3 alenia 3. Kata tersebut dan ini merujuk pada hal yang sama
yaitu gas gas tertentu di atmosfer termasuk uap air, karbondioksida, dan
metana.

Menurut situs Wikipedia, efek rumah kaca adalah gas-gas


tertentu di atmosfer termasuk uap air, karbodioksida, dan
metana, menjadi perangkap radiasi ini. Gas-gas ini menyerap
dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan
bumi akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan
bumi. Gas-gas tersebut berfungsi sebagai kaca dalam rumah
kaca sehingga gas-gas ini dikenal sebagai gas rumah kaca.
Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di
atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Penunjukan Anaforis ditunjukkan dengan penggunaan kata ini yang
terdapat pada paragraph 3 alenia 4. Kata ini merujuk pada kalimat
sebelumnya yang berada di sebelah kiri yaitu alenia 1. Kata ini merujuk pada
gas gas tertentu di atmosfer termasuk uap air, karbondioksida, dan metana.

Pada saat ini, bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang


oleh para ilmuwan dianggap disebabkan aktivitas manusia.

Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar


fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas-gas alam, yang
melepaskan karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal
sebagai rumah kaca ke atmosfer.
Penunjukan Anaforis ditunjukkan dengan penggunaan kata ini yang
terdapat pada paragraf 5 alenia 2. Kata ini merujuk pada kalimat sebelumnya
yang berada pada sebelah kiri yaitu alenia 1. Kata ini merujuk pada
pemanasan yang cepat, yang oleh para ilmuwan dianggap disebabkan
aktivitas manusia.
Pada saat ini, bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang
oleh para ilmuwan dianggap disebabkan aktivitas manusia.
Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar
fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas-gas alam, yang
melepaskan karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal
sebagai rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya
akan gas-gas rumah kaca itu, ia semakin menjadi insulator yang
menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke
bumi.
Penunjukan Anaforis ditunjukkan dengan penggunaan kata itu yang
terdapat pada paragraf 3 alenia 3. Kata ini merujuk pada kalimat sebelumnya
yang berada pada sebelah kiri yaitu alenia 2. Kata itu merujuk pada gas-gas
alam, yang melepaskan karbondioksida dan gas-gas lainnya.
Tingginya permukaan laut dapat mengakibatkan habisnya pulau-

pulau karena daerah yang berhamparan salju di antartika


maupun antariksa mencair (eror) akibat GW ini. Akibatnya,
pulau-pulau kita akan tertutup habis. Jika ini berlanjut, tidak
mustahil tanah kita juga akan cepat tertutup air. Bahkan,
diprediksi bahwa tanah pulau-pulau kecil di Indonesia akan
hilang dalam kurun waktu 30 tahun ke depan jika GW ini masih
berlanjut

Penunjukan Anaforis ditunjukkan dengan penggunaan kata ini yang


terdapat pada paragraf 7 alenia 3. Kata ini merujuk pada kalimat sebelumnya
yang berada pada sebelah kiri yaitu alenia 1. Kata ini merujuk pada habisnya
pulau-pulau karena daerah yang berhamparan salju di antartika maupun
antariksa mencair (eror) akibat GW.

Beberapa organisasi, Negara, bahkan orang yang paling


berpengaruh mulai bereaksi untuk menahan laju buruknya
dampak dari GW ini. di Los Angeles (Antara News) menyebutkan,
mantan Wapres AS, Al Gore, mengumumkan rincian rangkaian
mega konser yang akan digelar di seluruh dunia. Hal itu untuk
meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya pemanasan global.
Acara itu di antaranya diikuti oleh band besar seperti Colodplay,
Red Hot Chili, Peppers, Foot Fighters, John Legend, Snoop
Dogg, Black Eyed Peas, Keane, Kelly Clarkson, John Mayer,
Faith Hill, dan lain-lain.
Penunjukan Anaforis ditunjukkan dengan penggunaan kata itu yang
terdapat pada paragraf 8 alenia 3 dan 4. Kata itu pada alenia 3 dan alenia 4
merujuk pada kalimat sebelumnya yang berada pada sebelah kiri yaitu alenia
2. Kata itu sama-sama merujuk pada rangkaian mega konser yang akan
digelar di seluruh dunia
2. Penggantian

Ada yang berbeda dalam keadaan bumi kita antara zaman dulu
dan sekarang, orang-orang terdahulu seperti para seniman atau
sastrawan melukiskan dan menggambarkan bumi kita dengan
sangat bagga dan bersyukur. Alam ini akan mudah digambarkan
dan dilukiskan dengan semangat kejujuran dalam menuliskan
sajak-sajaknya yang memuji keindahan bumi.
Penggantian ditunjukkan dengan penggunaan kata nya yang terdapat
pada paragraf 2 alenia 2. Kata nya menggantikan kata seniman atau
sastrawan yang suda disebutkan sebelumnya.

Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar


fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas-gas alam, yang
melepaskan karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal
sebagai rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya
akan gas-gas rumah kaca itu, ia semakin menjadi insulator yang
menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke
bumi.
Penggantian ditunjukkan dengan penggunaan kata ia yang terdapat pada
paragraf 5 alenia 3. Kata ia menggantikan kata atmosfer yang suda
disebutkan sebelumnya.

Menurut situs Wikipedia, efek rumah kaca adalah gas-gas tertentu


di atmosfer termasuk uap air, karbodioksida, dan metana, menjadi
perangkap radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan
kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi akibatnya
panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Gas-gas
tersebut berfungsi sebagai kaca dalam rumah kaca sehingga gasgas ini dikenal sebagai gas rumah kaca. Dengan semakin
meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak
panas yang terperangkap di bawahnya.
Penggantian ditunjukkan dengan penggunaan kata nya yang terdapat pada
paragraf 3 alenia 4. Kata nya menggantikan kata atmosfer yang suda
disebutkan sebelumnya.
Kohesi Leksikal yang ditemukan
1. Pengulangan

Ada yang berbeda dalam keadaan bumi kita antara zaman dulu
dan sekarang, orang-orang terdahulu seperti para seniman atau
sastrawan melukiskan dan menggambarkan bumi kita dengan
sangat bagga dan bersyukur. Alam ini akan mudah digambarkan
dan dilukiskan dengan semangat kejujuran dalam menuliskan
sajak-sajaknya yang memuji keindahan bumi. Namun, seperti tisu

putih yang bersih yang baru saja jatuh ke atas genangan air kotor.
Seniman atau sastrawan yang pandai membuat sajak dan lukisan
di atas kain kanvas balik mengkritik keadaan bumi dan
penghuninya, baik melukis bumi dengan semacam kata-kata bumi
ini kotor, tua dan penghuninya yang merusak.
Pengulangan ditunjukkan dengan penggunaan kata seniman atau
sastrawan pada paragraf 1 yang diulang penggunaanya pada kalimat
selanjutnya yaitu pada alenia 4.

Alam ini akan mudah digambarkan dan dilukiskan dengan


semangat kejujuran dalam menuliskan sajak-sajaknya yang
memuji keindahan bumi. Namun, seperti tisu putih yang bersih
yang baru saja jatuh ke atas genangan air kotor. Seniman atau
sastrawan yang pandai membuat sajak dan lukisan di atas kain
kanvas balik mengkritik keadaan bumi dan penghuninya, baik
melukis bumi dengan semacam kata-kata bumi ini kotor, tua dan
penghuninya yang merusak.
Pengulangan ditunjukkan dengan penggunaan kata bumi pada paragraf 1
yang diulang penggunaanya pada kalimat selanjutnya yaitu pada alenia 4.
Atau mungkin seandainya juga kita yang hidup di abad pertama

menghirup udara dan merasakan iklim yang teratur, para petani


yang asyik bekerja tanpa kendala, para nelayan yang asyik melaut
tanpa takut, kehidupan hewan liar tidak terancam dampak
kesehatan manusia yang baik. Namun sekarang ketika kita
membuka mata pagi hari dan menghirup udara kotor, asap
montor, asap kendaraan, dan efek rumah kaca yang lainnya sudah
mulai berada di sisi kita.
Pengulangan ditunjukkan dengan penggunaan kata menghirup udara
pada paragraf 2 yang diulang penggunaanya pada kalimat selanjutnya yaitu
pada alenia 3.

Menurut situs Wikipedia, efek rumah kaca adalah gas-gas tertentu


di atmosfer termasuk uap air, karbodioksida, dan metana, menjadi
perangkap radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan
kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi akibatnya
panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Gas-gas
tersebut berfungsi sebagai kaca dalam rumah kaca sehingga gasgas ini dikenal sebagai gas rumah kaca. Dengan semakin
meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak
panas yang terperangkap di bawahnya.
Pengulangan ditunjukkan dengan penggunaan kata gas-gas pada
paragraf 3 yang diulang penggunaanya pada kalimat selanjutnya yaitu pada
alenia 2.
Pengulangan ditunjukkan dengan penggunaan kata atmosfer pada
paragraf 3 yang diulang penggunaanya pada kalimat selanjutnya yaitu pada
alenia 4.
Pengulangan ditunjukkan dengan penggunaan kata radiasi pada
paragraf 3 yang diulang penggunaanya pada kalimat selanjutnya yaitu pada
alenia 2.
Pengulangan ditunjukkan dengan penggunaan kata gas-gas ini pada
paragraf 3 yang diulang penggunaanya pada kalimat selanjutnya yaitu pada
alenia 4.
Akibat ulah manusia efek rumah kaca ini terjadi dan rumah kaca
merupakan salah satu penyebab terjadinya global warming (GW).
Global warming atau yang kita kenal dengan pemanasan global
adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atsmosfer, laut
dan daratan bumi sebagaimana yang disebutkan dalam situs
Wikimedia bahwa planet bumi telah menghangat (dan juga
mendingin) berkali-kali selama 4,65 miliar tahun sejarahnya.
Pengulangan ditunjukkan dengan penggunaan kata global warming pada
paragraf 4 yang diulang penggunaanya pada kalimat selanjutnya yaitu pada
alenia 2.

Pada saat ini, bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang

oleh para ilmuwan dianggap disebabkan aktivitas manusia.


Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar
fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas-gas alam, yang
melepaskan karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal
sebagai rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya
akan gas-gas rumah kaca itu, ia semakin menjadi insulator yang
menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke
bumi.
Pengulangan ditunjukkan dengan penggunaan kata pemanasan pada
paragraf 5 yang diulang penggunaanya pada kalimat selanjutnya yaitu pada
alenia 2.
Pengulangan ditunjukkan dengan penggunaan kata atmosfer pada
paragraf 4 yang diulang penggunaanya pada kalimat selanjutnya yaitu pada
alenia 3.
Beberapa dampak yang akan dan sedang kita rasakan dari GW ini
adalah cuaca, tingginya permukaan laut, kesehatan manusia,
kelangsungan hidup hewan liar dan lain-lain. Cuaca yang tak
menentu susah untuk diprediksi sehingga merugikan petani untuk
menentukan kapan mereka mulai bercocok tanam dan menuai
hasilnya.
Pengulangan ditunjukkan dengan penggunaan kata cuaca pada paragraf
6 yang diulang penggunaanya pada kalimat selanjutnya yaitu pada alenia 2.

Beberapa dampak yang akan dan sedang kita rasakan dari GW ini
adalah cuaca, tingginya permukaan laut, kesehatan manusia,
kelangsungan hidup hewan liar dan lain-lain. Cuaca yang tak
menentu susah untuk diprediksi sehingga merugikan petani untuk
menentukan kapan mereka mulai bercocok tanam dan menuai
hasilnya.
Tingginya permukaan laut dapat mengakibatkan habisnya pulaupulau karena daerah yang berhamparan salju di antartika maupun

antariksa mencair (eror) akibat GW ini. Akibatnya, pulau-pulau


kita akan tertutup habis. Jika ini berlanjut, tidak mustahil tanah
kita juga akan cepat tertutup air. Bahkan, diprediksi bahwa tanah
pulau-pulau kecil di Indonesia akan hilang dalam kurun waktu 30
tahun ke depan jika GW ini masih berlanjut. Hewan dan tumbuhan
mati karena panasnya bumi ini. Karena jika untuk hewan yang ada
di kutub tempat mereka mencair tidak punya tempat untuk hidup.
Begitu juga untuk kesehatan kita, yang sekarang tinggal di
Indonesia belum tentu mampu menahan panasnya bumi.
Pengulangan ditunjukkan dengan penggunaan kata GW ini pada
paragraf 6 yang diulang penggunaanya pada paragraf selanjutnya yaitu
paragraf 7.
Pengulangan ditunjukkan dengan penggunaan kata tingginya
permukaan laut pada paragraf 6 yang diulang penggunaanya pada paragraf
selanjutnya yaitu paragraf 7.
Pengulangan ditunjukkan dengan penggunaan kata kesehatan pada
paragraf 6 yang diulang penggunaanya pada paragraf selanjutnya yaitu
paragraf 7.
Pengulangan ditunjukkan dengan penggunaan kata kita pada paragraf 7
yang diulang penggunaanya kalimat berikutnya yaitu pada alenia 3.

Kita semestinya tidak henti-henti untuk menyuarakan stop untuk


pembakaran hutan, pembakaran liar pohon-pohon, penghamburan
energi, bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi dan gas
alam, yang melepas karbondioksida. Mulailah sekarang juga dari
diri sendiri dan dari hal yang terkecil, kita tidak mau global
warming menjadi malaikat Izrail yang merayap di rambut umur
kita.
Pengulangan ditunjukkan dengan penggunaan kata kita pada paragraf
10 yang diulang penggunaanya pada kalimat selanjutnya yaitu pada alenia 2.

2. Ekuivalensi Leksikal

Akibat ulah manusia efek rumah kaca ini terjadi dan rumah kaca
merupakan salah satu penyebab terjadinya global warming (GW).
Global warming atau yang kita kenal dengan pemanasan global
adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atsmosfer, laut
dan daratan bumi sebagaimana yang disebutkan dalam situs
Wikimedia bahwa planet bumi telah menghangat (dan juga
mendingin) berkali-kali selama 4,65 miliar tahun sejarahnya.
Ekuivalensi leksikal ditunjukkan dengan penggunaan kata global
warming pada paragraf 4 alenia 1 dengan penggunaan kata pemanasan
global pada alenia 2.

Dampak Pemanasan Global


Beberapa dampak yang akan dan sedang kita rasakan dari GW ini
adalah cuaca, tingginya permukaan laut, kesehatan manusia,
kelangsungan hidup hewan liar dan lain-lain.
Ekuivalensi leksikal ditunjukkan dengan penggunaan kata pemanasan
global pada kalimat sebelum paragraf 6 dengan penggunaan kata GW pada
paragraf 6 alenia 1. Tapi juga ditemukan pada paragraf 7 dan 8.
Koherensi yang ditemukan
1. Kausalitas

Pada saat ini, bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh
para ilmuwan dianggap disebabkan aktivitas manusia. Penyebab
utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil,
seperti batu bara, minyak bumi, dan gas-gas alam, yang
melepaskan karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal
sebagai rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya
akan gas-gas rumah kaca itu, ia semakin menjadi insulator yang
menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke
bumi.

Kausalitas ditunjukkan dengan penggunaan kata penyebab pada


paragraf 2 yang menghubungakan antara alenia 3 dengan alenia 2.
Tingginya permukaan laut dapat mengakibatkan habisnya pulaupulau karena daerah yang berhamparan salju di antartika maupun
antariksa mencair (eror) akibat GW ini. Akibatnya, pulau-pulau
kita akan tertutup habis. Jika ini berlanjut, tidak mustahil tanah
kita juga akan cepat tertutup air. Bahkan, diprediksi bahwa tanah
pulau-pulau kecil di Indonesia akan hilang dalam kurun waktu 30
tahun ke depan jika GW ini masih berlanjut. Hewan dan tumbuhan
mati karena panasnya bumi ini. Karena jika untuk hewan yang ada
di kutub tempat mereka mencair tidak punya tempat untuk hidup.
Begitu juga untuk kesehatan kita, yang sekarang tinggal di
Indonesia belum tentu mampu menahan panasnya bumi.
Kausalitas ditunjukkan dengan penggunaan kata akibatnya pada
paragraf 7 yang menghubungakan antara alenia 1 dengan alenia 2.

Hewan dan tumbuhan mati karena panasnya bumi ini. Karena jika
untuk hewan yang ada di kutub tempat mereka mencair tidak
punya tempat untuk hidup. Begitu juga untuk kesehatan kita, yang
sekarang tinggal di Indonesia belum tentu mampu menahan
panasnya bumi.
Kausalitas ditunjukkan dengan penggunaan kata karena pada paragraf
7 yang menghubungakan antara alenia 4 dengan alenia 5.
2. Kontras
Ada yang berbeda dalam keadaan bumi kita antara zaman dulu
dan sekarang, orang-orang terdahulu seperti para seniman atau
sastrawan melukiskan dan menggambarkan bumi kita dengan
sangat bagga dan bersyukur. Alam ini akan mudah digambarkan
dan dilukiskan dengan semangat kejujuran dalam menuliskan
sajak-sajaknya yang memuji keindahan bumi. Namun, seperti tisu
putih yang bersih yang baru saja jatuh ke atas genangan air kotor.
Seniman atau sastrawan yang pandai membuat sajak dan lukisan
di atas kain kanvas balik mengkritik keadaan bumi dan

penghuninya, baik melukis bumi dengan semacam kata-kata bumi


ini kotor, tua dan penghuninya yang merusak.
Koherensi kontras ditunjukkan dengan penggunaan kata namun pada
paragraf 1 yang menghubungakan antara alenia 1 dan 2 dengan alenia 3 dan
4. Pada alenia 1 dan 4 sastrawan atau seniman lebih suka melukiskan
keindahan bumi sedangkan pada alenia 3 da 4 sastrawan atau seniman justru
lebih sering mengkritik kerusakan bumi yang rusak akibat ulah manusia.

Atau mungkin seandainya juga kita yang hidup di abad pertama


menghirup udara dan merasakan iklim yang teratur, para petani
yang asyik bekerja tanpa kendala, para nelayan yang asyik melaut
tanpa takut, kehidupan hewan liar tidak terancam dampak
kesehatan manusia yang baik. Namun sekarang ketika kita
membuka mata pagi hari dan menghirup udara kotor, asap montor,
asap kendaraan, dan efek rumah kaca yang lainnya sudah mulai
berada di sisi kita.
Koherensi kontras ditunjukkan dengan penggunaan kata namun pada
paragraf 2 yang menghubungakan antara alenia 1 dengan alenia 2. Pada
alenia 1 kita masih bisa menghirup udara bersih sedangkan pada alenia dua
kita sudah tidak bisa menghirup udara segar.
3. Aditif
Hewan dan tumbuhan mati karena panasnya bumi ini. Karena jika
untuk hewan yang ada di kutub tempat mereka mencair tidak
punya tempat untuk hidup. Begitu juga untuk kesehatan kita, yang
sekarang tinggal di Indonesia belum tentu mampu menahan
panasnya bumi.
Koherensi aditif ditunjukkan dengan penggunaan kata begitu juga pada
paragraf 7 yang menghubungakan antara alenia 5 dengan alenia 6. Kata
begitu juga merupakan konjungsi yang mempunyai makna menambahkan.
Wacana 2

Bentrokan Tak Pengaruhi Eskalasi Politik

SLEMAN-Bentrokan antarpendukung Capres-Cawapres Prabowo-Hatta dan


Jokowi-JK di sejumlah wilayah DIY, Selasa (24/6), menarik perhatian Mabes
TNI. Meski begitu TNI memandang masalah tersebut tidak memicu peningkatan
eskalasi politik nasional.
Masih kondusif. Biasalah ada rebut-ribut dan belum ada peningkatan
eskalasi. Kalaupun meningkat, tentunya Polri akan meminta bantuan kepada
kami. Tutur Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen TNI M Fuad
Basya usai menghadiri upacara Prasetia Perwira (Praspa) di Akademi Angkatan
Udara (AAU) Yogyakarta, Bumi Maguwo, Sleman, Kamis (26/6).
Selanjutnya, TNI menyerahkan masalah penyelidikan ini kepada polisi.
Pada Pilpres 2014 ini, TNI sudah mengirimkan 30 ribu personelnya untuk
khusus membantu kepolisian mengamankan pesta demokrasi itu.
Mabes juga tidak bosan-bosannya, selalu mengingatkan kepada seluruh
anggotanya untuk tidak memihak dalam pilpres nanti.
Nyaris Bentrok
Sementara di Pati, juga nyaris terjadi bentrokan antara duapendukung capres.
Ketegangan sempat mewarnai jalannya karnaval kampanye damai yang digelar
KPU Pati, kemarin. Beruntung ketegangan ini dapat diselesaikan sehingga tidak
sampai menyebabkan bentrokan.
Ketegangan ini bermula saat rombongan tim kampanye capres nomor urut
satu tengah menyiapkan mobil dengan pengeras suara yang sedianya digunakan
untuk orasi dalam karnaval. Hanya saja, hal itu memicu masalah saat tim
kampanye capres nomor urut dua tidak membawa kendaraan yang dilengkapi
pengeras suara. Terjadilah aksi perang mulut antaradua kelompok.
Ketua KPU Pati Moch. Nasich mengatakan, meski sempat di warnai
ketegangan dari kedua kubu tim kampanye pihaknya mengaku lega hal itu tidak
berlanjut menjadi permasalahan serius. (K15,dwa-90)

Analisis Konteks menurut speaking


1. Setting
Wacana dengan judul Bentrokan Tak Pengaruhi Eskalasi Politik di
atas diambil dari harian surat kabar Suara Merdeka Jumat Pahing, 27
Juni 2014 Tahun 65 No.131 Halaman 12.
2. Participant
Penulis
Pembaca

: Salah satu wartawan harian surat kabar Suara


Merdeka dengan kode etik (K15,dwa-90)
: Semua masyarakat Jawa terutama Jawa Tengah
karena harian surat kabar Suara Merdeka distribusi
utamanya daerah Jawa Tengah khususnya yang
berlangganan harian surat kabar Suara Merdeka.

3. Ends
Tujuan dari wacana tersebut adalah memberi tahu mengenai bentrokan
yang hampir terjadi antarpendukung Capres-Cawapres Prabowo-Hatta
dan Jokowi-JK di Sleman maupun Pati.
4. Act Sequncees
Wacana tersebut merupakan wacana jurnalistik ilmiah sehingga bahasa
yang digunakan bahasa ragam baku. Ragam baku yang digunakan
sesuai dengan tata bahasa baku bahasa Indonesia dan EYD
5. Keys
Nada yang tergambar dalam wacana di atas adalah nada semangat dan
antusias. Wartawan melukiskan keadaan yang terjadi melalui tulisan
dengan penuh semangat. Hal tersebut terlihat dari penggunaan tanda
baca yang melambangkan intonasi.
6. Instrumentalis
Dalam wacana tersebut media yang digunakan adalah media tulis atau
bahasa bahasa tulis. Hal tersebut dikarenakan wacana dengan judul
Bentrokan Tak Pengaruhi Eskalasi Politik diambil dari harian surat
kabar Suara Merdeka.
7. Norm
Antara penulis dengan pembaca tidak mempunyai hubungan yang
dekat atau dapat dikatakan tidak saling kenal antara satu dan yang lain.
Oleh sebab itu bahasa yang digunakan santun, tidak melanggar kode

etik berbahasa. Ragam bahasa baku dipilih agar bahasa yang


dihasilkan santun.
8. Genre
Wacana di atas termasuk dalam dalam genre wacana berita yang berisi
fakta-fakta dan disajikan dengan cara pendeskripsian.

Wacana 3

Perilaku Agresi pada Remaja


Oleh Zainun Mutadin, S. Psi., MSi.
Pada kalangan remaja, aksi yang biasa dikenal sebagai tawuran pelajar atau
tawuran massal merupakan hal yang sudah terlalu sering kita saksikan, bahkan
cenderung dianggap biasa. Pelaku-pelaku tindak aksi ini bahkan sudah dilakukan
oleh siswa-siswa tingkat SMA. Ini sangatlah memprihatinkan kita semua.
Hal yang terjadi pada saat tawuran sebenarnya adalah perilaku agresif dari
seorang individu atau kelompok. Agresif itu sendiri didefinisikan sebagai suatu
cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang,
membunuh atau menghukum orang lain. Secara singkatnya, agresi adalah
tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang
lain.
Pertanyaannya kemudian adalah faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi
pemicu perilaku agresif tersebut? Mengapa kasus-kasus sepele dalam kehidupan
sosial masyarakat sehari-hari dapat tiba-tiba berubah menjadi bencana besar yang

berakibat hilangnya nyawa manusia? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan


tersebut, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa saja penyebab perilaku
agresif berikut.
Amarah
Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas sistem saraf
parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan yang tidak suka yang sangat kuat
yang biasanya disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata salah
atau mungkin juga tidak. Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang,
meninju, menghancurkan, atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran
yang kejam. Jika hal-hal tersebut disalurkan, terjadilah perilaku agresif.
Jadi tidak dapat dipungkiri bahwa pada kenyataannya agresi adalah suatu
respon terhadap amarah. Kekecewaan, sakit fisik, penghinaan, atau ancaman
sering memancing amarah dan akhirnya memancing agresi. Ejekan, hinaan, dan
ancaman merupakan pancingan yang jitu terhadap amarah yang akan mengarah
pada agresi. Anak-anak di kota seringkali saling mengejek pada saat bermain,
begitu juga dengan remaja biasanya mereka mulai saling mengejek dengan ringan
sebagai bahan tertawaan, kemudian yang diejek ikut membalas ejekan tersebut.
Lama kelamaan ejekan yang dilakukan semakin panjang dan terus menerus
dengan intensitas ketegangan yang semakin tinggi.
Ejekan ini semakin lama-semakin seru karena rekan-rekan yang menjadi
penonton juga ikut-ikutan memanasi situasi. Pada akhirnya, jika salah satu tidak
dapat menahan amarahnya, ia mulai berupaya menyerang lawannya. Dengan
demikian, berarti isyarat tindak kekerasan mulai terjadi. Bahkan pada akhirnya
penonton pun tidak jarang ikut-ikutan terlibat dalam perkelahiran.
Faktor Biologis
ada beberapa faktor biologi yang memengaruhi perilaku agresi.
a. Gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neuron otak yang
mengatur perilaku agresif. Dari penelitian yang dilakukan terhadap binatang
mulai dari yang sulit sampai yang paling mudah dipancing amarahnya. Faktor
keturunan tampaknya membuat hewan jantan yang berasal dari berbagai jenis
lebih mudah marah bila dibandingkan betinanya.
b. Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat dan
memperlambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi. Pada hewan
sederhana, marah dapat dihambat atau ditingkatkan dengan merangsang

sistem limbik (daerah yang menimbulkan kenikmatan pada manusia)


sehingga muncul hubungan timbal balik antara kenikmatan dan kekejaman.
Orang yang berorientasi pada kenikmatan akan sedikit melakukan agresi.
Adapun orang yang tidak pernah mengalami kesenangan, kegembiraan, atau
santai cenderng untuk melakukan kekejaman dan penghancuran (agresi).
Keinginan yang kuat untuk menghancurkan disebabkan oleh ketidak
mampuan untuk menikmati sesuatu hal yang disebabkan cedera otak karena
kurang rangsangan sewaktu bayi.
c. Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagaian ditentukan faktor
keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi. Dalam suatu
eksperimen, ilmuan menyuntikkan hormon testosteron pada tikus dan
beberapa hewan lain (hormon testosterone merupakan hormone androgen
utama yang memberikan ciri kelamin jantan), maka tikustikus tersebut
berkelahir semakin sering dan lebih kuat. Sewaktu testosteron dikurangi
hewan tersebut menjadi lembut. Adapun pada waktu yang sedang mengalami
massa haid, kadar hormon kewanitaan yaitu estrogen dan progesteron
menurun jumlahnya akibatnya banyak wanita melaporkan bahwa perasaan
mereka mudah tersinggung, gelisah, tegang dan bermusuhan.
Peran Belajar Model Kekerasan
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini anak-anak dan remaja banyak
belajar menyaksikan adegan kekerasan melalui televisi dan juga game ataupun
mainan yang bertema kekerasan. Acara-acara yang menampilkan adegan
kekerasan hampir setiap saat dapat ditemui dalam tontonan yang disajikan di
televisi mulai dari film kartun, sinetron sampai film laga. Selain itu, ada pula
acara-acara TV yang menyajikan acara khusus perkelahiran dan pembunuhan,
meskipun sedikit, pasti akan menimbulkan rangsangan dan memungkinkan untuk
meniru model kekerasan tersebut.
Frustasi

Frustasi terjadi jika seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam mencapai
sesuatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan, atau tindakan tertentu. Agresi
merupakan salah satu cara berespons terhadap frustasi. Remaja miskin yang nakal
adalah akibat dari frustasi yang berhubungan dengan banyaknya waktu
menganggur, keuangan yang pas-pasan, dan adanya kebutuhan yang harus segera
terpenuhi tetapi sulit sekali tercapai. Akibatnya mereka menjadi mudah marah
dan berperilaku agresif.
Begitu pula tawuran pelajar yang tejadi ada kemungkinan faktor frustasi ini
memberi sumbangan yang cukup berarti pada terjadinya peristiwa tersebut. Sebagi
contoh, banyaknya anak-anak sekolah yang bosan dengan waktu luang yang
sangat banyak dengan cara nongkrong-nongkrong di pinggiran jalan dan ditambah
lagi efek mengejek yang bermuara pada terjadinya perkelahiran. Banyak juga
perkelahiran yang disulut oleh karena frustasi yang diakibatkan hampir setiap saat
dipalak (diminta uangnya) oleh anak sekolah lain padahal sebenarnya uang yang
dipalak adalah uang kebutuhan dirinya.
Proses Pendisiplinan yang Keliru
Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama
dilakukan dengan memberi hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh
yang buruk bagi remaja. Pendidikan disiplin seperti itu akan membuat remaja
menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, dan membenci orang
yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta inisiatif. Pada akhirnya ia
melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain.
Hubungan dengan lingkungan sosial bergantung pada kekuasaan dan
ketakutan. Siapa yang lebih berkuasa dapat berbuat sekehendak hatinya. Adapun
yang tidak berkuasa menjadi tunduk. Pola pendisiplinan tersebut dapat pula
menimbulkan pemberontakan, terutaman jika larangan-larangan yang bersanksi
hukuman tidak diimbangi dengan cara lain yang dapat memenuhi kebutuhan
kebutuhan yang mendasar. Contohnya anak dilarang unuk keluar main, tetapi di

dalam rumah tidak diperhatikan oleh kedua orangtuanya karena kesibukan


mereka.
Dengan mengetahui faktor penyebab seperti yang dipaparkan,
diharapkan dapat diambil manfaat bagi para orangtua, pendidik dan
terutama para remaja sendiri dalam berprilaku dan mendidik generasi
berikutnya agar lebih baik sehingga aksi-aksi kekerasan baik dalam bentuk agresi
verbal maupun agresi fisik dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan. Mungkin
masih banyak faktor penyebab lainnya yang belum kami bahas disini. Akhirnya
kita setidaknya berharap faktor-faktor agresi patut diwaspadai.
Sumber: www.e-psikologi.com

Cara Penonjolan Topik dalam Wacana


Dalam wacana di atas topik selalu ditonjolkan dengan cara
pengedepanan. Topik selalu berada di awal paragraf atau pada kalimat
pertama di setiap paragrafnya. Berikut topik yang ditemukan pada setiap
paragraf dengan cara pengedepanan;
Paragraf
Paragraf 1

Topik
Bagi kalangan remaja aksi tawuran pelajar atau tawuran

Paragraf 2

massa dianggap biasa


Tawuran sebenarnya perilaku agresif dari seseorang atau

Paragraf 3
Paragraf 4
Paragraf 5
Paragraf 6

kelompok
Pertanyaan yang timbul mengenai agresi
Marah
Agresi merupakan suatu respon terhadap amarah
Ejekan semakin seru karena rekan yang menjadi penonton

Paragraf 7
Paragraf 8

memanasi situasi
Gen berpengaruh dalam mengatur perilaku agresi
Sistem otak yang tidak terlibat dapat memperkuat dan

Paragraf 9

memperlambat dalam mengendalikan agresi


Kimia darah (hormon sex) dapat mempengaruhi perilaku

Paragraf 10

agresif
Anak-anak dan remaja belajar menyaksikan adegan

Paragraf 11
Paragraf 12

kekerasan dari televisi


Agresi merupakan cara berespon dengan frustasi
Faktor frustasi memberi sumbangan pada peristiwa

Paragraf 13

tawuran
Pendidikan disiplin otoriter dilakukan dengan memberi

Paragraf 14

hukuman fisik pada remaja


Hubungan dengan lingkungan sosial bergantung pada

Paragraf 15

kekuasaan dan ketakutan


Faktor penyebab seperti yang dipaparkan, diharapkan
dapat diambil manfaat bagi para orangtua, pendidik dan
terutama para remaja

Kesinambungan Topik
1. Pronominalisasi
Paragraf 11
Frustasi terjadi jika seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam
mencapai sesuatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan, atau
tindakan tertentu. Agresi merupakan salah satu cara berespons
terhadap frustasi. Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari
frustasi yang berhubungan dengan banyaknya waktu menganggur,
keuangan yang pas-pasan, dan adanya kebutuhan yang harus segera
terpenuhi tetapi sulit sekali tercapai. Akibatnya mereka menjadi
mudah marah dan berperilaku agresif.
Pada penggalan wacana di atas mempunyai kesinambungan topik
yang dipertahankan dengan cara pronominalisasi yaitu topic sebagai
hal yang sudah disebutkan dipertahankan penyebutannya dengan
pronominal. Pada wacana tersebut topiknya adah frustasi. Agar topic
tersebut

tetap

sinambung

dalam

kalimat

berikutnya

topic

dipertahankan dengan cara diganti dengan pronominal nya yang tetap


mengacu pada frustasi
Paragraf 15
Dengan mengetahui faktor penyebab seperti yang dipaparkan,
diharapkan dapat diambil manfaat bagi para orangtua, pendidik

dan terutama para remaja sendiri dalam berprilaku dan mendidik


generasi berikutnya agar lebih baik sehingga aksi-aksi kekerasan
baik dalam bentuk agresi verbal maupun agresi fisik dapat
diminimalkan atau bahkan dihilangkan. Mungkin masih banyak faktor
penyebab lainnya yang belum kami bahas disini. Akhirnya kita
setidaknya berharap faktor-faktor agresi patut diwaspadai.
Pada penggalan wacana di atas mempunyai kesinambungan topik
yang dipertahankan dengan cara pronominalisasi yaitu topik sebagai
hal yang sudah disebutkan dipertahankan penyebutannya dengan
pronominal. Pada wacana tersebut topiknya adalah manfaat dari
faktor-faktor agresi yang dapat diambil masyarakat . Agar topic
tersebut

tetap

sinambung

dalam

kalimat

berikutnya

topic

dipertahankan dengan cara diganti dengan pronominal nya yang tetap


mengacu pada faktor-faktor penyebab agresi.
2. Pengulangan
Paragraf 1
Pada kalangan remaja, aksi yang biasa dikenal sebagai
tawuran pelajar atau tawuran massal merupakan hal yang sudah
terlalu sering kita saksikan, bahkan cenderung dianggap biasa.
Pelaku-pelaku tindak aksi ini bahkan sudah dilakukan oleh siswasiswa tingkat SMA. Ini sangatlah memprihatinkan kita semua.
Pada penggalan wacana di atas terdapat kata yang diulang
beberapa kali dalam beberapa bagian dalam wacana. Pada wacana
diatas topiknya kalangan remaja aksi tawuran pelajar atau tawuran
massa dianggap biasa diulang pada beberapa bagian. Pengulangan
tersebut tidak dilakukan secara utuh namun hanya terjadi pada
pengulangan kata. Topik yang diulang adalah penggunaan kata aksi.
Kata aksi diulang pada kalimat kedua. Pengulangan tersebut tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kesinambungan topic dalam wacana
itu.
Paragraf 2

Hal yang terjadi pada saat tawuran sebenarnya adalah perilaku


agresif dari seorang individu atau kelompok. Agresif itu sendiri
didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat,
berkelahi, melukai, menyerang, membunuh atau menghukum orang
lain. Secara singkatnya, agresi adalah tindakan yang dimaksudkan
untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain.
Pada penggalan wacana di atas terdapat kata yang diulang
beberapa kali dalam beberapa bagian dalam wacana. Pada wacana
diatas topiknya tawuran sebenarnya adalah perilaku agresif dari
seorang individu atau kelompok. Topik tersebut diulang pada beberapa
bagian. Pengulangan tersebut tidak dilakukan secara utuh namun
hanya terjadi pada pengulangan kata. Topik yang diulang adalah
penggunaan kata agresi. Kata agreasi diulang pada kalimat kedu dan
kalimat ketiga. Pengulangan tersebut tentunya bertujuan untuk
mempertahankan kesinambungan topik dalam wacana itu.
Paragraf 3
Pertanyaannya kemudian adalah faktor-faktor apa saja yang
dapat menjadi pemicu perilaku agresif tersebut? Mengapa kasuskasus sepele dalam kehidupan sosial masyarakat sehari-hari dapat
tiba-tiba berubah menjadi bencana besar yang berakibat hilangnya
nyawa manusia? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut,
ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa saja penyebab
perilaku agresif berikut.
Pada penggalan wacana di atas terdapat kata yang diulang
beberapa kali dalam beberapa bagian dalam wacana. Pada wacana
diatas topiknya pertanyaan yang timbul mengenai agresi. Topik
tersebut diulang pada beberapa bagian. Pengulangan tersebut tidak
dilakukan secara utuh namun hanya terjadi pada pengulangan kata.
Topik yang diulang adalah penggunaan kata pertanyaan. Kata
pertanyaan diulang pada kalimat ketiga. Pengulangan tersebut

tentunya bertujuan untuk mempertahankan kesinambungan topik


dalam wacana itu.
Paragraf 4
Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas sistem
saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan yang tidak suka
yang sangat kuat yang biasanya disebabkan adanya kesalahan, yang
mungkin nyata-nyata salah atau mungkin juga tidak. Pada saat
marah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan,
atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Jika
hal-hal tersebut disalurkan, terjadilah perilaku agresif.
Pada penggalan wacana di atas terdapat kata yang diulang
beberapa kali dalam beberapa bagian dalam wacana. Pada wacana
diatas topiknya marah. Topik tersebut diulang pada beberapa bagian.
Pengulangan tersebut tidak dilakukan secara utuh namun hanya terjadi
pada pengulangan kata. Topik yang diulang adalah penggunaan kata
marah. Kata marah diulang pada kalimat kedua. Pengulangan tersebut
tentunya bertujuan untuk mempertahankan kesinambungan topik
dalam wacana itu.

Paragraf 5
Jadi tidak dapat dipungkiri bahwa pada kenyataannya agresi
adalah suatu respon terhadap amarah. Kekecewaan, sakit fisik,
penghinaan, atau ancaman sering memancing amarah dan akhirnya
memancing agresi. Ejekan, hinaan, dan ancaman merupakan
pancingan yang jitu terhadap amarah yang akan mengarah pada
agresi. Anak-anak di kota seringkali saling mengejek pada saat
bermain, begitu juga dengan remaja biasanya mereka mulai saling
mengejek dengan ringan sebagai bahan tertawaan, kemudian yang
diejek ikut membalas ejekan tersebut. Lama kelamaan ejekan yang
dilakukan semakin panjang dan terus menerus dengan intensitas
ketegangan yang semakin tinggi.

Pada penggalan wacana di atas terdapat kata yang diulang


beberapa kali dalam beberapa bagian dalam wacana. Pada wacana
diatas topiknya Agresi merupakan suatu respon terhadap amarah.
Topik tersebut diulang pada beberapa bagian. Pengulangan tersebut
tidak dilakukan secara utuh namun hanya terjadi pada pengulangan
kata. Topik yang diulang adalah penggunaan kata agresi dan amarah.
Kata agresi diulang pada kalimat kedua dan kalimat ketiga sedangkan
kata amarah diulang pada kalimat kedua dan ketiga. Pengulangan
tersebut tentunya bertujuan untuk mempertahankan kesinambungan
topik dalam wacana itu.

Paragraf 6
Ejekan ini semakin lama-semakin seru karena rekan-rekan yang
menjadi penonton juga ikut-ikutan memanasi situasi. Pada akhirnya,
jika salah satu tidak dapat menahan amarahnya, ia mulai berupaya
menyerang lawannya. Dengan demikian, berarti isyarat tindak
kekerasan mulai terjadi. Bahkan pada akhirnya penonton pun tidak
jarang ikut-ikutan terlibat dalam perkelahiran.
Pada penggalan wacana di atas terdapat kata yang diulang
beberapa kali dalam beberapa bagian dalam wacana. Pada wacana
diatas topiknya ejekan semakin seru karena rekan yang menjadi
penonton memanasi situasi. Topik tersebut diulang pada beberapa
bagian. Pengulangan tersebut tidak dilakukan secara utuh namun
hanya terjadi pada pengulangan kata. Topik yang diulang adalah
penggunaan kata penonton. Kata penonton diulang pada kalimat
kedua dan kalimat kelima. Pengulangan tersebut tentunya bertujuan
untuk mempertahankan kesinambungan topik dalam wacana itu.

Paragraf 9
Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagaian ditentukan
faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi. Dalam
suatu eksperimen, ilmuan menyuntikkan hormon testosteron pada
tikus dan beberapa hewan lain (hormon testosterone merupakan

hormon androgen utama yang memberikan ciri kelamin jantan),


maka tikustikus tersebut berkelahir semakin sering dan lebih kuat.
Sewaktu testosteron dikurangi hewan tersebut menjadi lembut.
Adapun pada waktu yang sedang mengalami massa haid, kadar
hormon kewanitaan yaitu estrogen dan progesteron menurun
jumlahnya akibatnya banyak wanita melaporkan bahwa perasaan
mereka mudah tersinggung, gelisah, tegang dan bermusuhan.
Pada penggalan wacana di atas terdapat kata yang diulang
beberapa kali dalam beberapa bagian dalam wacana. Pada wacana
diatas topiknya Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagaian
ditentukan faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku
agresi. Topik tersebut diulang pada beberapa bagian. Pengulangan
tersebut tidak dilakukan secara utuh namun hanya terjadi pada
pengulangan kata. Topik yang diulang adalah penggunaan kata
hormon. Kata hormon diulang pada kalimat kedua dan kalimat
keempat.

Pengulangan

tersebut

tentunya

bertujuan

untuk

mempertahankan kesinambungan topik dalam wacana itu.

Paragraf 10
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini anak-anak dan
remaja banyak belajar menyaksikan adegan kekerasan melalui
televisi dan juga game ataupun mainan yang bertema kekerasan.
Acara-acara yang menampilkan adegan kekerasan hampir setiap
saat dapat ditemui dalam tontonan yang disajikan di televisi mulai
dari film kartun, sinetron sampai film laga. Selain itu, ada pula
acara-acara TV yang menyajikan acara khusus perkelahiran dan
pembunuhan, meskipun sedikit, pasti akan menimbulkan rangsangan
dan memungkinkan untuk meniru model kekerasan tersebut.
Pada penggalan wacana di atas terdapat kata yang diulang
beberapa kali dalam beberapa bagian dalam wacana. Pada wacana
diatas topiknya anak anak remaja belajar menyaksikan adegan
kekerasan melalui televisi. Topik tersebut diulang pada beberapa

bagian. Pengulangan tersebut tidak dilakukan secara utuh namun


hanya terjadi pada pengulangan kata dan frase. Topik yang diulang
adalah penggunaan kata televisi sedangkan frasenye adegan
kekerasan. Kata televisi dan adegan kekerasan diulang pada kalimat
kedua dan kalimat ketiga. Pengulangan tersebut tentunya bertujuan
untuk mempertahankan kesinambungan topik dalam wacana itu.
Paragraf 12
Begitu pula tawuran pelajar yang tejadi ada kemungkinan faktor
frustasi ini memberi sumbangan yang cukup berarti pada terjadinya
peristiwa tersebut. Sebagi contoh, banyaknya anak-anak sekolah yang
bosan dengan waktu luang yang sangat banyak dengan cara
nongkrong-nongkrong di pinggiran jalan dan ditambah lagi efek
mengejek yang bermuara pada terjadinya perkelahiran. Banyak juga
perkelahiran yang disulut oleh karena frustasi yang diakibatkan
hampir setiap saat dipalak (diminta uangnya) oleh anak sekolah lain
padahal sebenarnya uang yang dipalak adalah uang kebutuhan
dirinya.
Pada penggalan wacana di atas terdapat kata yang diulang
beberapa kali dalam beberapa bagian dalam wacana. Pada wacana
diatas topiknya faktor frustasi memberi sumbangan pada peristiwa
tawuran. Topik tersebut diulang pada beberapa bagian. Pengulangan
tersebut tidak dilakukan secara utuh namun hanya terjadi pada
pengulangan kata. Topik yang diulang adalah penggunaan kata
frustasi. Kata pendidikan disiplin diulang pada kalimat kedua.
Paragraf 13
Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras
terutama

dilakukan

menimbulkan

dengan

berbagai

memberi

pengaruh

yang

hukuman
buruk

fisik,
bagi

dapat
remaja.

Pendidikan disiplin seperti itu akan membuat remaja menjadi


seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, dan membenci
orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta inisiatif.

Pada akhirnya ia melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi


kepada orang lain
Pada penggalan wacana di atas terdapat kata yang diulang
beberapa kali dalam beberapa bagian dalam wacana. Pada wacana
diatas topiknya pendidikan disiplin yang otoriter dilakukan dengan
memberi hukuman fisik pada remaja. Topik tersebut diulang pada
beberapa bagian. Pengulangan tersebut tidak dilakukan secara utuh
namun hanya terjadi pada pengulangan frase. Topik yang diulang
adalah penggunaan frase pendidikan disiplin. Kata pendidikan
disiplin diulang pada kalimat kedua.

Paragraf 14
Hubungan dengan lingkungan sosial bergantung pada kekuasaan
dan ketakutan. Siapa yang lebih berkuasa dapat berbuat sekehendak
hatinya. Adapun yang tidak berkuasa menjadi tunduk. Pola
pendisiplinan tersebut dapat pula menimbulkan pemberontakan,
terutaman jika larangan-larangan yang bersanksi hukuman tidak
diimbangi dengan cara lain yang dapat memenuhi kebutuhan
kebutuhan yang mendasar. Contohnya anak dilarang unuk keluar
main, tetapi di dalam rumah tidak diperhatikan oleh kedua
orangtuanya karena kesibukan mereka.
Pada penggalan wacana di atas terdapat kata yang diulang
beberapa kali dalam beberapa bagian dalam wacana. Pada wacana
diatas topiknya tentang kekuasaan. Topik tersebut diulang pada
beberapa bagian. Pengulangan tersebut tidak dilakukan secara utuh
namun hanya terjadi pada pengulangan kata. Topik yang diulang
adalah penggunaan kata berkuasa. Kata pendidikan disiplin diulang
pada kalimat kedua dan ketiga.

3. Ekuivalensi Leksikal
Paragraf 7

Gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neuron


otak yang mengatur perilaku agresif. Dari penelitian yang dilakukan
terhadap binatang mulai dari yang sulit sampai yang paling mudah
dipancing amarahnya. Faktor keturunan tampaknya membuat hewan
jantan yang berasal dari berbagai jenis lebih mudah marah bila
dibandingkan betinanya.
Pada penggalan wacana tersebut topic dipertahankan dengan cara
ekuivalensi leksikal maksudnya topik pada kalimat pertama disebut
dengan konstituen yang secara leksikal ekuivalensi pada kalimat
ketiga. Pada data tersebut terdapat topik gen. Agar topik tersebut
dapat

dipertahankan

kesinambungannya

maka

pada

kalimat

berikutnya topik gen diubah atau diparafase dengan bentuk lain yaitu
faktor keturunan. Penggunaan bentuk tersebut sama sekali tidak
mengubah makna kalimat yang dimaksud karena tetap mengacu pada
faktor genetik
Paragraf 8
Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat
memperkuat dan memperlambat sirkuit neural yang mengendalikan
agresi. Pada hewan sederhana, marah dapat dihambat atau
ditingkatkan dengan merangsang sistem limbik (daerah yang
menimbulkan kenikmatan pada manusia) sehingga muncul hubungan
timbal balik antara kenikmatan dan kekejaman. Orang yang
berorientasi pada kenikmatan akan sedikit melakukan agresi. Adapun
orang yang tidak pernah mengalami kesenangan, kegembiraan, atau
santai cenderng untuk melakukan kekejaman dan penghancuran
(agresi). Keinginan yang kuat untuk menghancurkan disebabkan oleh
ketidak mampuan untuk menikmati sesuatu hal yang disebabkan
cedera otak karena kurang rangsangan sewaktu bayi.
Pada penggalan wacana tersebut topik dipertahankan dengan cara
ekuivalensi leksikal maksudnya topik pada kalimat pertama disebut

dengan konstituen yang secara leksikal ekuivalensi pada kalimat


kedua. Pada data tersebut terdapat topik
memperlambat.

Agar

topik

tersebut

memperkuat dan

dapat

dipertahankan

kesinambungannya maka pada kalimat berikutnya topik memperkuat


dan memperlambat diubah atau diparafase dengan bentuk lain yaitu
dihambat atau ditingkatkan. Penggunaan bentuk tersebut sama sekali
tidak mengubah makna kalimat yang dimaksud karena tetap mengacu
pada jumlah sedikit dan jumlah banyak.
Paragraf 10
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini anak-anak dan
remaja banyak belajar menyaksikan adegan kekerasan melalui
televisi dan juga game ataupun mainan yang bertema kekerasan.
Acara-acara yang menampilkan adegan kekerasan hampir setiap saat
dapat ditemui dalam tontonan yang disajikan di televisi mulai dari
film kartun, sinetron sampai film laga. Selain itu, ada pula acaraacara TV yang menyajikan acara khusus perkelahiran dan
pembunuhan, meskipun sedikit, pasti akan menimbulkan rangsangan
dan memungkinkan untuk meniru model kekerasan tersebut.
Pada penggalan wacana tersebut topik dipertahankan dengan cara
ekuivalensi leksikal maksudnya topik pada kalimat pertama disebut
dengan konstituen yang secara leksikal ekuivalensi pada kalimat
keempat. Pada data tersebut terdapat topik anak anak remaja belajar
menyaksikan adegan kekerasan melalui televisi. Agar topik tersebut
dapat

dipertahankan

kesinambungannya

maka

pada

kalimat

berikutnya topik televisi diubah atau diparafase dengan bentuk lain


yaitu TV. Penggunaan bentuk tersebut sama sekali tidak mengubah
makna kalimat yang dimaksud karena tetap mengacu makna yang
sama.
4. Pelesapan
Paragraf 1

Pada kalangan remaja, aksi yang biasa dikenal sebagai tawuran


pelajar atau tawuran massal merupakan hal yang sudah terlalu
sering kita saksikan, bahkan cenderung dianggap biasa. Pelakupelaku tindak aksi ini bahkan sudah dilakukan oleh siswa-siswa
tingkat SMA. Ini sangatlah memprihatinkan kita semua.
Pada penggalan wacana tersebut terdapat topik yang dilesapkan
pada kalimat berikutnya. Pelesapan topik dilakukan keseluruhan
namun pelesapan topik dilakukan pada tingkat klausa. Hal ini
dilakukan untuk menciptakan kesinambungan topic dalam wacana itu.
Pada penggalan wacana tersebut konstituen aksi yang biasa dikenal
sebagai tawuran pelajar atau tawuran massal dilesapkan pada
kalimat berukutnya yaitu pada alenia kedua.

Wacana 4
Tuku bonka seko solo
Ojo lali tuku kursi
Ora ragu ora lali
Songo juli nomer siji
COBLOS NOMER SIJI-PRABOWO HATTA
PRABOWO CENTER JATENG-GERAKAN INDONESIA RAYA (GEMIRA) JATENG

Mengapa wacana tersebut muncul di harian surat kabar?


Wacana tersebut muncul, karena sekarang ini merupakan massa kampanye
capes dan cawapes dan mendekati jadwal pemilihan yaitu tanggal 9 Juli 2014.
Oleh sebab itu wacana seperti di atas muncul.
Mengapa kampaye Prabowo-Hatta melalui media harian surat kabar?

Prabowo-Hatta ingin menyetuh masyarakat melalui media surat kabar. Pada


dasarnya harian surat kabar terbit setiap hari dan pembaca yang berlangganan
pastinya membacanya setiap hari. Selain itu mayoritas pembaca harian surat kabar
berusia di atas 25 tahun yang sudah mempunyai hak untuk memilih.
Mengapa wacana tersebut muncul di harian surat kabar Suara Merdeka.
Wacana tersebut muncul di Suara Merdeka, menunjukkan bahwa harian suara
Merdeka mendukung pasangan Prabowo-Hatta. Selain itu ideology yang dipegang
harian Suara Merdeka sama dengan ideology yang dipegang Prabowo-Hatta.
Apa tujuan dari wacana tersebut?
Terdapat tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek dalam wacana
tersebut. Tujuan jangka pendeknya yaitu memberikan gambaran mengenai
pasangan capres dan cawapres Prabowo-Hatta dengan cara mempersuasif. Tujuan
jangka panjangnya, masyarakat memilih pasangan capres dan cawapres urutan
nomor satu pada 9 juli 2014 sehingga perubahan baru untuk Indonesia terwujud.
Mengapa ragam bahasa jawa yang dipilih dalam kampanye Prabowo Hatta?
Hal tersebut berkaitan dengan media harian surat kabar yang digunakan
dalam kampanye. Prabowo Hatta, memilih harian surat kabar Suara Merdeka
untuk sarana kampanyenya. Penggunaan ragam jawa ini terjadi karena harian
surat kabar Suara Merdeka distribusi utamanya di daerah Jawa Tengah. Selain itu
pembaca harian surat kabar Suara Merdeka mayoritas golongan tua ke atas
sehingga penggunaan ragam jawa cocok untuk menyentuh hati mereka.
Mengapa kalimat pertama berbunyi Tuku bonka seko solo?
Hal ini berkaitan dengan lawan Prabowo yaitu Jokowi. Jokowi sebelum ke
menjadi gubernur Jakarta dan sekarang mencalonkan diri sebenarnya berasal dari
solo. Maka dari ini dipilih kata solo yang menggunakan bunyi vokal o bukan
a yang identik dengan orang Jawa Tengah. Sedangkan kata boneka digunakan
karena lawan Prabowo diibaratkan sebagai boneka karena mencalonkan diri di
tunjuk dari partai yaitu ditunjuk Megawati. Hal ini dapat dikatakan bahwa lawan
Prabowo merupakan boneka dari Megawati.
Mengapa kalimat pertama berbunyi Ojo lali tuku kursi?

Kalimat tersebut menggambarkan bahwa calon yang ada sekarng ini hanya
untuk mencari kekuasaan atau kedudukan. Kursi mempunyai makna konotasi
yang negatif yaitu kekuasaan. Maka muncullah kalimat seperti itu.
Mengapa menggunakan bentuk kampanye dengan bahasa seperti itu?
Pasangan Prabowo-Hatta ingin mengemas kampanyenya dalam bentuk yang
menarik. Mereka melibatkan keindahan bentuk bahasa dalam berkampanye.
Bahasa dibentuk sedemikian rupa. Kalimat yang digunakan mudah, simple tapi
bermakna. Pada kalimatnya jika huruf depan pada setiap kata diambil akan
membentuk kata yang berbunyi TOOS. Kata itu menggambarkan bahwa
pembaca dan harian surat kabar suara merdeka mempunyai pilihan yang sama
yaitu Prabowo-Hala, sehingga mereka menyuarakan kata toos.

Anda mungkin juga menyukai