Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Masa sekarang estetika menjadi pertimbangan utama dalam segala aspek


kehidupan. Atas dasar tersebut setiap orang berusaha untuk bisa tampil prima pada
setiap kesempatan. Senyum dengan gigi geligi sehat putih cemerlang adalah senyum
yang menguatkan citra positif seseorang dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.1,2
Keinginan masyarakat untuk mendapatkan senyum yang lebih cerah dan
lebih putih menyebabkan kebutuhan pelayanan gigi kosmetik meningkat. Salah satu
bentuk pelayanan gigi kosmetik adalah pemutihan gigi (dental bleaching). Pemutihan
gigi merupakan alternatif konservatif untuk mengembalikan fungsi estetik dari gigi
yang mengalami perubahan warna sehingga dapat dicapai warna gigi yang lebih
terang. Perubahan warna gigi terutama gigi permanen anterior merupakan salah satu
alasan penderita untuk mencari perawatan gigi estetik. 3-5
Pemutihan gigi vital dapat dilakukan di rumah (home bleaching) dan di
praktek dokter gigi (office bleaching). Pada home bleaching sering digunakan
karbamid peroksida konsentrasi rendah yaitu 10%-22%, sedangkan

pada office

bleaching digunakan hidrogen peroksida dan karbamid peroksida konsentrasi tinggi,


yaitu 35%-50%. Office bleaching sering dilakukan pada pasien yang tidak
mempunyai waktu yang cukup banyak untuk melakukan home bleaching dan
menginginkan efek pemutihan gigi yang cepat dan lebih jelas. 6-8

Universitas Sumatera Utara

Hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% merupakan dua agen
office bleaching yang sering digunakan saat ini. Hidrogen peroksida merupakan
senyawa kimia reaktif yang sangat tidak stabil, jernih, tidak berbau dan bersifat asam.
Hidrogen peroksida mengandung unsur hidrogen dan oksigen (H2O2) yang dapat
terurai menjadi radikal bebas. Sedangkan karbamid peroksida yang memiliki struktur
kimia CO(NH2)2.H2O2 merupakan senyawa kimia organik yang terdiri dari hidrogen
peroksida dan urea. Karbamid peroksida merupakan keadaan dimana hidrogen
peroksida dalam keadaan lebih stabil.1,2,9
Bahan aktif bleaching sangat reaktif

dalam mengurai senyawa-senyawa

diskolorasi (staining) yang terdapat di ekstrinsik maupun intrinsik struktur gigi. Sifat
reaktif dari bahan aktif bleaching ini dapat menimbulkan efek samping yang tidak
diinginkan di dalam rongga mulut termasuk terhadap bahan restorasi yang terdapat
di dalam

rongga mulut seperti amalgam, porselen, ormocer, glass ionomer,

kompomer dan restorasi resin komposit.1,10


Saat ini restorasi resin komposit sangat sering ditemukan pada gigi geligi
yang akan dilakukan proses pemutihan, baik pada gigi anterior maupun posterior. Hal
ini dikarenakan resin komposit memiliki estetik yang sangat baik, tidak mudah larut
dalam cairan mulut, tahan terhadap dehidrasi dan relatif mudah untuk dimanipulasi.
Kekurangan dari resin komposit yaitu sifat pengerutan saat polimerisasi dan koefisien
termal ekspansinya yang tinggi.2,11,12
Jenis resin komposit terbaru yang sedang dikembangkan saat ini adalah resin
komposit nanofil. Resin komposit nanofil memiliki sifat kombinasi antara kekuatan
mekanik dengan permukaan polis yang sangat baik. Resin komposit nanofil memiliki

Universitas Sumatera Utara

permukaan yang lebih halus dan mengkilat, pengkerutan (shrinkage) polimerisasi


yang lebih minim dan resistensi yang lebih baik serta memiliki daya atrisi yang lebih
rendah bahkan dapat digunakan untuk restorasi regio posterior sekalipun. Hal ini
menyebabkan resin komposit nanofil banyak digunakan saat ini.13
Sebelum prosedur bleaching dilakukan , sebaiknya karies yang terdapat pada
gigi ditumpat terlebih dahulu dan restorasi yang bocor diganti untuk mencegah bahan
aktif bleaching masuk melalui tubulus dentin sehingga mungkin dapat mengiritasi
pulpa dan menyebabkan gigi sensitif. Perawatan bleaching juga dapat menjadi
prosedur pra restoratif sebelum dilakukan prosedur restorasi dengan resin komposit,
veneer atau mahkota porselen. 14
Restorasi resin komposit sering diganti setelah proses bleaching dilakukan.
Hal ini dikarenakan oleh efek fisik-mekanik negatif yang mungkin terjadi pada
restorasi akibat proses bleaching. Perubahan warna pada resin komposit setelah
proses bleaching merupakan salah satu alasan yang relevan sehingga perlu dilakukan
penggantian restorasi. Pasien disarankan untuk melakukan penggantian restorasi resin
komposit setelah warna gigi dan nilai kuat ikatan resin komposit ke enamel telah
stabil yaitu minimal 2 minggu setelah proses bleaching dilakukan.13,14
Efek bleaching terhadap restorasi resin komposit dapat bervariasi tergantung
pada komposisi resin komposit dan bahan bleaching, serta frekuensi dan lamanya
waktu aplikasi bahan bleaching terhadap permukaan restorasi resin komposit.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa bleaching dapat meningkatkan kekasaran
permukaan resin komposit secara signifikan serta mempengaruhi nilai kuat ikatan
antara restorasi resin komposit dengan enamel. Bleaching juga dapat menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

perubahan kekerasan permukaan dan warna pada resin komposit, serta menimbulkan
keretakan dan marginal mikroleakage pada restorasi resin komposit. Perubahan
kekerasan dan kekasaran permukaan restorasi resin komposit adalah hal yang umum
digunakan untuk menganalisis efek negatif yang mungkin timbul dikarenakan oleh
agen aktif bleaching .5,13
Kekasaran permukaan restorasi resin komposit merupakan suatu hal yang
penting bagi para peneliti dan praktisi karena kekasaran permukaan berhubungan
dengan retensi plak yang dapat menyebabkan inflamasi gingiva dan awal karies.
Kolonisasi bakteri berawal dari keadaan permukaan yang tertimbun plak. Selain itu,
warna dari resin komposit dapat menjadi lebih gelap karena adanya permukaan yang
kasar dan tidak memantulkan cahaya sehingga mengurangi estetik.2,15
Studi yang dilakukan Wattanapayungkul et al (2004) menunjukkan resin
komposit yang telah diaplikasikan bahan pemutih peroksida dengan konsentrasi
rendah dapat meningkatkan kekasaran permukaan resin komposit secara signifikan.
Namun, karena nilai kekasaran permukaan tidak melebihi 0,2 m yang merupakan
batas kritis untuk retensi dan akumulasi plak, hasilnya tidak terlihat secara signifikan
secara klinis.10
Silva et al (2005) menyatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan tidak
terdapat peningkatan kekasaran permukaan yang signifikan secara statistik pada resin
komposit nanofil yang telah di bleaching dengan menggunakan hidrogen peroksida.
Hal ini berlawanan dengan hasil penelitian yang dilakukan Morales et al (2006),
hasil penelitian mereka menunjukkan peningkatan kekasaran permukaan yang
signifikan secara statistik pada resin komposit nanofil setelah dilakukan perawatan

Universitas Sumatera Utara

bleaching dengan menggunakan karbamid peroksida 10% dan hidrogen peroksida


35%. 5,9
Penelitian Denny et al (2010) menyatakan bahwa terdapat peningkatan
kekasaran permukaan pada resin komposit setelah prosedur in office bleaching
dengan menggunakan bahan pemutih hidrogen peroksida 25% dan 35% . Kekasaran
permukaan yang ditimbulkan oleh bahan pemutih hidrogen peroksida 25% pada resin
komposit lebih tinggi dibandingkan hidrogen peroksida 35%. Hal ini dikarenakan
kekuatan bahan hidrogen peroksida lebih tergantung pada volume frekuensi
pemakaian dibandingkan dengan persentasi volume peroksida. 2
Sharafeddin et al (2010) menyatakan bahwa karbamid peroksida 35% tidak
memberikan efek yang signifikan terhadap kekasaran permukaan baik pada komposit
nanofil maupun resin komposit mikrofil. Beberapa hasil studi penelitian lainnya
menyatakan karbamid peroksida 10% dan 35%

memberikan efek ringan terhadap

perubahan permukaan resin komposit. Sehingga efek bleaching terhadap kekasaran


permukaan resin komposit masih menjadi perdebatan hingga kini.15
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa belum ada penelitian mengenai
pengaruh hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran
permukaan resin komposit nanofil. Perubahan mungkin dapat terjadi pada resin
komposit selama proses bleaching dilakukan, sehingga penting untuk dilakukan
penelitian

ini. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh

jenis bahan

bleaching yang berbeda terhadap resin komposit nanofil dengan menganalisis


perubahan kekasaran permukaan yang timbul pada resin komposit nanofil.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian di atas dapat dirumuskan masalah, yaitu :
1. Apakah terdapat pengaruh bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 35%
dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil?
2. Apakah terdapat perbedaan bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 35%
dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit nanofil?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui adanya pengaruh jenis bahan pemutih gigi hidrogen peroksida
35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin komposit
nanofil.
2. Mengetahui adanya perbedaan jenis bahan pemutih gigi hidrogen
peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan resin
komposit nanofil.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Menambah informasi mengenai pengaruh jenis bahan pemutih gigi
hidrogen peroksida 35% dan karbamid peroksida 35% terhadap kekasaran permukaan
resin komposit nanofil.
2. Menambah pengetahuan dan pertimbangan klinis bagi dokter gigi untuk
melakukan perawatan pemutihan gigi pada pasien dengan restorasi resin komposit.
3. Sebagai dasar acuan untuk penelitian lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai