Anda di halaman 1dari 27

Sifat- sifat Mekanik Logam

Sifat mekanik logam merupakan sifat yang menyatakan kamampuan suatu logam
dalam menerima suatu beban atau gaya tanpa mengalami kerusakan pada logam tersebut.
Sifat-sifat mekanik logam antara lain:
1.

Kekuatan (strength)
Yaitu kemampuan material logam dalam menerima gaya berupa tegangan tanpa
mengalami patah. Berdasarkan pada jenis beban yang bekerja, kekuatan dibagi dalam
beberapa macam yaitu kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan, kekuatan torsi, dan
kekuatan lengkung..

2.

Kekerasan (hardness)
Yaitu kemampuan material logam dalam menerima gaya berupa penetrasi.pengikisan dan
pergeseran sifat ini berhubungan dengan sifat ketahanan aus.

3.

Kekakuan (stiffness)
Kemampuan material dalam mempertahankan bentuk setelah mendapat gaya dari arah
tertentu atau kemampuan suatu material untuk menerima tegangan/beban tanpa
mengakibatkan terjadinya deformasi atau difleksi.

4.

Ketangguhan (toughtness)
Merupakan sifat yang menyatakan kemampuan bahan dalam menyerap gaya yang
diberikan tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan.

5.

Kelenturan (elasticity)
Menyatakan kemempuan material kembali kebentuk asal setelah gaya dihilangkan. Hal
ini terjadi sebelum masuk wilayah plastis dengan kata lain kemampuan material untuk
kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah mengalami deformasi (perubahan bentuk)

6.

Plastisitas (plasticity)
Kemampuan bahan dalam mengalami sejumlah deformasi (perubahan bentuk secara
permanen) permanen sebelum terjadi patah, hal ini setelah masuk wilayah plastis. Material
yang mempunyai plastisitas tinggi dikatakan sebagai material yang ulet (ductile), sedangkan
material yang mempunyai plastisitas rendah dikatakan sebagai material yang getas (brittle).

7.

Mulur (creep)
Merupakan kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi plastik bila
pembebanan yang besarnya relatif tetap dilakukan dalam waktu yang lama pada suhu yang
tinggi.

8.

Kelelahan (fatigue)
Merupakan kemampuan material dalam menahan beban secara terus menerus atau
Merupakan kecenderungan dari logam untuk menjadi patah bila menerima beban bolak-balik
(dynamic load) yang besarnya masih jauh di bawah batas kekakuan elastiknya.

9.

Keuletan (ductility)
Adalah sutu sifat material yang digambarkan seprti kabel dengan aplikasi kekuatan tarik.
Material ductile ini harus kuat dan lentur. Keuletan biasanya diukur dengan suatu periode

tertentu, persentase keregangan. Sifat ini biasanya digunakan dalam bidan perteknikan, dan
bahan yang memiliki sifat ini antara lain besi lunak, tembaga, aluminium, nikel, dll.
9.

Kegetasan (brittleness)
Adalah suatu sifat bahan yang mempunyai sifat berlawanan dengan keuletan. Kerapuhan ini
merupakan suatu sifat pecah dari suatu material dengan sedikit pergeseran permanent.
Material yang rapuh ini juga menjadi sasaran pada beban regang, tanpa memberi keregangan
yang terlalu besar. Contoh bahan yang memiliki sifat kerapuhan ini yaitu besi cor.

Analisis Sifat Termal Logam Uranium, Paduan UMo dan Umosi


Menggunakan Differential Thermal Analyzer
Yanlinastuti Yanlinastuti, Sutri Indaryati, Rahmiati Rahmiati

Sari
Telah dilakukan analisis termal terhadap logam uranium, paduan U-7%Mo dan U7%Mo-1%Si menggunakan Differential Thermal Analyzer (DTA). Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui karakterisasi sifat termal diantaranya kestabilan
panas, temperatur reaksi termokimia dan entalpi. Dari hasil analisis
menunjukkan bahwa logam uranium mengalami perubahan fasa ? menjadi fasa ?
pada temperatur 667,16oC dengan entalpi sebesar 2,3034 cal/g dan pada
temperatur 773,05oC mengalami perubahan fasa ? menjadi fasa ? dengan panas
yang dibutuhkan sebesar 2,8725 cal/g serta pada temperatur 1125,26 oC logam
uranium tersebut mengalami peleburan menjadi cair dengan panas yang
dibutuhkan sebesar 2,1316 cal/g. Sedangkan paduan U-7% Mo mempunyai
kestabilan panas hingga temperatur 650oC, namun diatas temperatur 673,75oC,
paduan U-7%Mo mengalami perubahan aliran panas yang ditunjukkan oleh
reaksi termokimia dengan terbentuknya puncak endotermik dengan
membutuhkan panas sebesar 0.0257 cal/g. Paduan U-7%Mo- 1%Si mempunyai
kestabilan panas hingga 550oC, namun pada temperatur 574,18oC paduan
tersebut mengalami reaksi termokimia dengan terbentuknya puncak endotermik
dengan membutuhkan panas sebesar 0,613 cal/g. Dari ke tiga reaksi termokimia
dapat diketahui bahwa logam uranium, paduan U-7%Mo dan U-7%Mo- 1%Si
mempunyai kestabilan panas relatif baik hingga temperatur 550oC.
Pengertian Ikatan Logam
Lebih dari delapan puluh unsur yang ada di sistem periodik unsur adalah logam.
Logam bersifat padat pada temperatur dan tekanan standar, dengan
pengecualian unsur merkuri dan galium yang keduanya berupa cairan. Sebagai
pengingat, sifat-sifat logam adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai konduktivitas termal dan listrik yang tinggi.

2. Berkilau dan memantulkan cahaya.


3. Dapat ditempa.
4. Mempunyai variasi kekuatan mekanik.
Ikatan logam adalah suatu kekuatan utama yang menyatukan atom-atom logam.
Ikatan logam merupakan akibat dari adanya tarik menarik muatan positif dari
logam
dan
muatan
negatif
dari
elektron
yang
bergerak
bebas.
Sifat-sifat logam tidak dapat dimasukkan dalam kriteria ikatan seperti ikatan
kovalen maupun ikatan ion. Senyawa ionik tidak dapat mengantarkan listrik pada
fase padatan, dan senyawa ionik bersifat rapuh (berlawanan dengan sifat
logam). Atom dari senyawa logam hanya mengandung satu sampai tiga elektron
valensi. Dengan demikian atom tersebut tidak mampu membentuk ikatan
kovalen. Senyawa kovalen merupakan penghantar listrik yang buruk dan
umumnya berupa cairan (dengan sifat berkebalikan dengan pembentukan
logam). Dengan demikian, logam membentuk model ikatan yang berbeda.
Model Lautan Elektron
Untuk menjelaskan ikatan pada logam, Lorentz mengusulkan sebuah model yang
dikenal dengan model gas elektron atau model lautan elektron. Model ini
didasarkan pada sifat logam berikut:
Energi ionisasi yang rendah
Logam umumnya mempunyai energi ionisasi yang rendah. Secara tak langsung,
pengertian ini merujuk pada elektron valensi yang tidak terikat dengan kuat oleh
inti. Elektron valensi dapat bergerak dengan bebas diluar pengaruh inti. Dengan
demikian, logam mempunyai elektron yang bebas bergerak.
Banyak orbital kosong
Telah diteliti bahwa logam mempunyai banyak orbital yang kosong sebagai
akibat elektron valensi logam lebih rendah daripada orbital valensi logam.
Sebagai contoh, logam litium mempunyai orbital 2p yang kosong; natrium
mempunyai orbital 3p dan 5d yang kosong; dan magnesium mempunyai orbital
3p dan 3d yang juga masih kosong.
Contoh Ikatan Logam
Elektron yang paling luar pada sebagian besar logam biasanya mempunyai
hubungan yang tidak erat dengan ini karena letaknya yang jauh dari muatan
positif inti. Semua elektron valensi logam-logam bergabung membentuk lautan
elektron yang bergerak bebas di antara inti atom. Elektron yang bergerak bebas
beraksi sebagai ikatan terhadap ion bermuatan positif. Ikatan logam tidak
mempunyai arah. Akibatnya, ikatan tidak rusak ketika logam ditempa.
Skema ikatan logam dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Elektron valensi
menjadi terdisosiasi dengan inti atomnya dan membentuk lautan elektron.

Contoh ikatan unsur yang mempunyai ikatan logam adalah sebagian besar
logam seperti Cu, Al, Au, Ag, dsb. Logam transisi seperti Fe, Ni, dsb membentuk
ikatan campuran yang terdiri dari ikatan kovalen (pada elektron 3d) dan ikatan
logam.

Ikatan Logam
Ikatan logam adalah ikatan yang mungkin terbentuk antaratom logam. Ikatan logam
mempunyai ciri khas tersendiri yang berbeda dengan ikatan ion dan yang lain.
Atom logam cenderung melepaskan elektron bermuatan positif. Antarato logam dapat saling
berikatan akibat gaya tarik menarik antara ion logam bermuatan positif dengan elektron
valensi yang bermuatan negatif. Elektron elektron valensi tersebut dapat bergerak bebas di
sela sela ruang antaratom dan membentuk suatu lautan elektron. Jadi, kristal logam terdiri
atas kumpulan ion logam bermuatan positif di dalam lautan elektron yang mudah bergerak.
Susunan atom dalam logam
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan Sinar X, logam logam dalam bentuk padatan
mempunyai struktur lattice. Ahli kimia membayangkan struktur lattice tersusun atas tumpuan
atom atau logam yang tersusun terjejal. Susunan atom atom dalam logam dapat diibaratkan
tumpukan buah buahan. Ada 3 kemungkinan susunan atom atom dalam padatan logam.
Susunan tersebut adalah
a. Body centered cubic (BCC)
b. Face centered cubic (FCC)
c. Hexagonal close packed
Model penyusunan atom atom dalam padatan logam dapat menjelaskan ikatan logam yang
terbentuk dan sifat sifat logam.
SIfat Sifat Logam
Logam mempunyai beberapa sifat diantaranya :
1. Umumnya bersifat keras
2. Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi

3. Merupakan konduktor dan isolator yang baik


4. Permukaanya mengkilap
Gaya tarik menarik yang terjadi antara kation logam dan elektron valensi cukup kuat. Untuk
memutuskan ikatan tersebut dibutuhkan energi yang sangat besar. Itulah yang menyebabkan
titik didih dan titik leleh suatu Logam sangat tinggi.
Suatu logam dapat mengkilap karena cahaya yang megenai permukaan logam dapat
dipantulkan oleh elektron. Suatu logam dapat juga menghantarkan listrik karena saat arus
listrik dialirkan ke logam, elektron akan berpindah sekaligus menghantarkan listrik dari kutub
negatif ke kutub positif. Logam dapat menghantarkan panas karena energi panas
menyebabkan elektron bergerak lebih cepat serta tumbukan antara elektron dan proton
semakin banyak sehingga menghasilkan panas.
Beberapa logam juga memiliki sifat dapat ditempa (malleable) dan diukur (ductille) tanpa
harus menghancurkannya lebih dahulu. Logam logam yang dapat ditempa diantaranya adalah
alumunium, tembaga, timbel, emas, dan perak. Adapu logam yang dapat diulur adalah nikel,
krom dan besi.
Pada saat ditempa logam dapat melunak karena pada saat logam dikenakan energi, susunan
atom logam tidak berubah, meskipun posisi atom berubah namun ion logam tetap berikatan
dengan elektron. Hal ini menyebabkan logam dapat ditempa dan diulur.
Ikatan Logam

Pengertian
Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama elektronelektron valensi antar atom-atom logam. Senyawa yang terbentuk hasil dari ikatan logam
dinamakan logam (jika semua atom adalah sama). Misalnya:Dalam logam tembaga, atom
tembaga dikelilingi 12 atom tembaga ( yang berikatan) atau aloi (jika terdapat atom-atom
yang berbeda) misalnya atom logam Be dan Cu membentuk baja.

logam
Pembentukan Ikatan Logam

aloi

Logam memiliki sedikit elektron valensi dan memiliki elektronegativitas yang rendah. Semua
jenis logam cenderung melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion-ion
positif/atom-atom positif/kation logam.
Kulit terluar unsur logam relatif longgar (terdapat banyak tempat kosong) sehingga elektron
terdelokalisasi, yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi tidak tetap posisinya pada suatu
atom, tetapi senantiasa berpindah pindah dari satu atom ke atom lainnya.
Elektron valensi logam bergerak dengan sangat cepat mengitari intinya dan berbaur dengan
elektron valensi yang lain dalam ikatan logam tersebut sehingga menyerupai awan atau
lautan yang membungkus ion-ion positif di dalamnya. Elektron bebas dalam orbit ini
bertindak sebagai perekat atau lem. Kation logam yang berdekatan satu sama lain saling tarik
menarik dengan adanya elektron bebas sebagai lemnya.

Ikatan
Logam
Beberapa
Unsur
Ikatan
Logam
Natrium
Logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi sehingga memberikan kesan
kuatnya ikatan yang terjadi antara atom-atomnya. Secara rata-rata logam seperti natrium (titik
leleh 97.8C) meleleh pada suhu yang sangat jauh lebih tinggi dibanding unsur (neon) yang
mendahuluinya pada tabel periodik.

Natrium memiliki struktur elektronik 1s2 2s2


2p6 3s1. Tiap atom Natrium tersentuh oleh delapan atom natrium yang lainnya dan terjadi

pembagian (sharing) antara atom tengah dan orbital 3s di semua delapan atom yang lain. Dan
tiap atom yang delapan ini disentuh oleh delapan atom natrium lainya secara terus menerus
hingga diperoleh seluruh atom dalam bongkahan natrium. Semua orbital 3s dalam semua
atom saling tumpang tindih untuk memberikan orbital molekul dalam jumlah yang sangat
banyak yang memeperluas keseluruhan tiap bagian logam. Terdapat jumlah orbital molekul
yang sangat banyak, tentunya, karena tiap orbital hanya dapat menarik dua elektron.
Elektron dapat bergerak dengan leluasa diantara orbital-orbital molekul tersebut, dan karena
itu tiap elektron menjadi terlepas dari atom induknya. Elektron tersebut disebut
terdelokalisasi. Logam terikat bersamaan melalui kekuatan daya tarik yang kuat antara inti
positif dengan elektron yang terdelokalisasi.
Ikatan Logam Magnesium
Ikatan logam magnesium lebih kuat dan titik leleh juga lebih tinggi. Magnesium memiliki
struktur elektronik terluar 3s2. Diantara elektro-elektronnya terjadi delokalisasi, karena itu
lautan yang ada memiliki kerapatan dua kali lipat daripada yang terdapat pada natrium.
Sisa ion juga memiliki muatan dua kali lipat dan tentunya akan terjadi dayatarik yang lebih
banyak antara ion dan lautan. Atom-atom magnesium memiliki jari-jari yang sedikit
lebih kecil dibandingkan atom-atom natrium dan karena itu elektron yang terdelokalisasi
lebih dekat ke inti. Tiap atom magnesium juga memiliki 12 atom terdekat dibandingkan
delapan yang dimiliki natrium. Faktor-faktor inilah yang meningkatkan kekuatan ikatan
secara lebih lanjut.
Ikatan Logam pada Unsur Transisi
Logam transisi cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi. Alasannya adalah
logam transisi dapat melibatkan elektron 3d yang ada dalam kondisi delokalisasi seperti
elektron pada 4s. Lebih banyak elektron yang dapat kamu libatkan, kecenderungan daya tarik
yang lebih kuat.
Ikatan Logam pada Leburan Logam
Pada leburan logam, ikatan logam tetap ada, meskipun susunan strukturnya telah rusak.
Ikatan logam tidak sepernuhnya putus sampai logam mendidih. Hal ini berarti bahwa titik
didih merupakan penunjuk kekuatan ikatan logam dibandingkan dengan titik leleh. Pada saat
meleleh, ikatan menjadi longgar tetapi tidak putus
Sifat fisis logam
Sifat fisis logam ditentukan oleh ikatan logamnya yang kuat, strukturnya yang rapat, dan
keberadaan elektron-elektron bebas. Beberapa sifat fisis logam yang penting:
Berupa padatan pada suhu ruang

Atom-atom logam bergabung oleh ikatan logam yang sangat kuat membentuk struktur kristal
yang rapat. Hal ini menyebabkan atom-atom tidak memiliki kebebasan bergerak seperti
halnya pada zat cair (pengecualiannya adalah Hg).
Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika ditempa

Ikatan logam yang kuat dan struktur


logam yang rapat menyebabkan logam bersifat kuat, keras, dan rapat. Akan tetapi. Adanya
elektron-elektron bebas menyebabkan logam bersifat lentur/tidak mudah patah. Hal ini
dikarenakan sewaktu logam dikenakan gaya luar, maka elektron-elektron bebas akan
berpindah mengikuti ion-ion positif yang bergeser. Kemudian, berikatan lagi dengan atom
yang berada di sampingnya. Oleh karena itu, logam dapat ditempa, dibengkokkan, atau
dibentuk sesuai keinginan.
Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
Hal ini dikarenakan atom-atom logam terikat oleh ikatan logam yang kuat. Untuk mengatasi
ikatan tersebut, diperlukan energi dalam jumlah yang besar.
Menghantarkan listrik dengan baik

Di dalam ikatan logam, terdapat elektronelektron bebas yang dapat membawa muatan listrik. Jika diberi suatu beda tegangan, maka
elektron-elektron ini akan bergerak dari kutub negatif menjadi kutub positif.
Menghantarkan panas dengan baik

Elektron-elektron yang bergerak bebas di


dalam kristal logam memiliki energi kinetik. Jika dipanaskan, elektron-elektron akan

memperoleh energi kinetik yang cukup untuk dapat bergerak/bervibrasi dengan cepat. Dalam
pergerakannya, elektron-elektron tersebut akan bertumbukkan dengan elektron-elektron
lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya transfer energi dari bagian bersuhu tingi ke bagian
bersuhu rendah.
Mempunyai permukaan yang mengkilap
Di dalam ikatan logam, terdapat elektron-elektron bebas. Sewaktu cahaya jatuh pada
permukaan logam, maka elektron-elektron bebas akan menyerap energi cahaya tersebut.
Elektron-elektron akan melepas kembali energi tersebut dalam bentuk radiasi
elektromagnetik dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi cahaya awal. Oleh karena
frekuensinya sama, maka kita melihatnyta sebagai pantulan cahaya yang datang. Pantulan
cahaya tersebut memberikan permukaan logam tampak mengkilap.
Memberikan efek fotolistrik dan efek termionik

Apabila elektron bebas pada ikatan logam memperoleh energi


yang cukup dari luar, maka elektron tersebut dapat lepas dari logam. Elektron tersebut dapat
ditarik keluar oleh suatu beda potensial positif. Jika energi yang diperoleh elektron bebas
berasal dari berkas cahaya, maka fenomena pelepasan elektron dari logam disebut efek
fotolistrik. Sedangkan jika energi tersebut berasal dari pemanasan, maka disebut efek
termionik.Contoh gambar ikatan logam.
Kembali klik disini
Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya tarik
menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik atau
poliatomik menjadi stabil. Penjelasan mengenai gaya tarik menarik ini sangatlah rumit dan
dijelaskan oleh elektrodinamika kuantum. Dalam prakteknya, para kimiawan biasanya
bergantung pada teori kuantum atau penjelasan kualitatif yang kurang kaku (namun lebih
mudah untuk dijelaskan) dalam menjelaskan ikatan kimia. Secara umum, ikatan kimia yang
kuat diasosiasikan dengan transfer elektron antara dua atom yang berpartisipasi. Ikatan kimia
menjaga molekul-molekul, kristal, dan gas-gas diatomik untuk tetap bersama. Selain itu
ikatan kimia juga menentukan struktur suatu zat.
Kekuatan ikatan-ikatan kimia sangatlah bervariasi. Pada umumnya, ikatan kovalen dan ikatan
ion dianggap sebagai ikatan "kuat", sedangkan ikatan hidrogen dan ikatan van der Waals

dianggap sebagai ikatan "lemah". Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa ikatan "lemah"
yang paling kuat dapat lebih kuat daripada ikatan "kuat" yang paling lemah.

Contoh model titik Lewis yang menggambarkan ikatan kimia anatara karbon C,
hidrogen H, dan oksigen O. Penggambaran titik lewis adalah salah satu dari
usaha awal kimiawan dalam menjelaskan ikatan kimia dan masih digunakan
secara luas sampai sekarang.

Daftar isi

1 Tinjauan

2 Sejarah

3 Teori ikatan valensi

4 Teori orbital molekul

5 Perbandingan antara teori ikatan valensi dan teori orbital molekul

6 Ikatan dalam rumus kimia

7 Ikatan kuat kimia


o

7.1 Ikatan kovalen

7.2 Ikatan polar kovalen

7.3 Ikatan ion

7.4 Ikatan kovalen koordinat

7.5 Ikatan pisang

7.6 Ikatan 3c-2e dan 3c-4e

7.7 Ikatan tiga elektron dan satu elektron

7.8 Ikatan aromatik

7.9 Ikatan logam

8 Ikatan antarmolekul
o

8.1 Dipol permanen ke dipol permanen

8.2 Ikatan hidrogen

8.3 Dipol seketika ke dipol terimbas (van der Waals)

8.4 Interaksi kation-pi

9 Elektron pada ikatan kimia

10 Lihat pula

11 Referensi

12 Pranala luar

Tinjauan
yang mengelilingi inti atom bermuatan negatif dan proton yang terdapat dalam inti atom
bermuatan positif, mengingat muatan yang berlawanan akan saling tarik menarik, maka dua
atom yang berdekatan satu sama lainnya akan membentuk ikatan.
Dalam gambaran yang paling sederhana dari ikatan non-polar atau ikatan kovalen, satu atau
lebih elektron, biasanya berpasangan, ditarik menuju sebuah wilayah di antara dua inti atom.
Gaya ini dapat mengatasi gaya tolak menolak antara dua inti atom yang positif, sehingga
atraksi ini menjaga kedua atom untuk tetap bersama, walaupun keduanya masih akan tetap
bergetar dalam keadaan kesetimbangan. Ringkasnya, ikatan kovalen melibatkan elektronelektron yang dikongsi dan dua atau lebih inti atom yang bermuatan positif secara bersamaan
menarik elektron-elektron bermuatan negatif yang dikongsi.
Dalam gambaran ikatan ion yang disederhanakan, inti atom yang bermuatan positif secara
dominan melebihi muatan positif inti atom lainnya, sehingga secara efektif menyebabkan satu
atom mentransfer elektronnya ke atom yang lain. Hal ini menyebabkan satu atom bermuatan
positif dan yang lainnya bermuatan negatif secara keseluruhan. Ikatan ini dihasilkan dari
atraksi elektrostatik di antara atom-atom dan atom-atom tersebut menjadi ion-ion yang
bermuatan.
Semua bentuk ikatan dapat dijelaskan dengan teori kuantum, namun dalam prakteknya,
kaidah-kaidah yang disederhanakan mengijinkan para kimiawan untuk memprediksikan

kekuatan, arah, dan polaritas sebuah ikatan. Kaidah oktet (Bahasa Inggris: octet rule) dan
teori VSEPR adalah dua contoh kaidah yang disederhanakan tersebut. Ada pula teori-teori
yang lebih canggih, yaitu teori ikatan valens yang meliputi hibridisasi orbital dan resonans,
dan metode orbital molekul kombinasi linear orbital atom (Bahasa Inggris: Linear
combination of atomic orbitals molecular orbital method) yang meliputi teori medan ligan.
Elektrostatika digunakan untuk menjelaskan polaritas ikatan dan efek-efeknya terhadap zatzat kimia.

Sejarah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah kimia dan Sejarah molekul

Spekulasi awal dari sifat-sifat ikatan kimia yang berawal dari abad ke-12 mengganggap spesi
kimia tertentu disatukan oleh sejenis afinitas kimia. Pada tahun 1704, Isaac Newton
menggarisbesarkan teori ikatan atomnya pada "Query 31" buku Opticksnya dengan
mengatakan atom-atom disatukan satu sama lain oleh "gaya" tertentu.
Pada tahun 1819, setelah penemuan tumpukan volta, Jns Jakob Berzelius mengembangkan
sebuah teori kombinasi kimia yang menekankan sifat-sifat elektrogenativitas dan
elektropositif dari atom-atom yang bergabung. Pada pertengahan abad ke-19 Edward
Frankland, F.A. Kekule, A.S. Couper, A.M. Butlerov, dan Hermann Kolbe, beranjak pada
teori radikal, mengembangkan teori valensi yang pada awalnya disebut "kekuatan
penggabung". Teori ini mengatakan sebuah senyawa tergabung berdasarkan atraksi kutub
positif dan kutub negatif. Pada tahun 1916, kimiawan Gilbert N. Lewis mengembangkan
konsep ikatan elektron berpasangan. Konsep ini mengatakan dua atom dapat berkongsi satu
sampai enam elektron, membentuk ikatan elektron tunggal, ikatan tunggal, ikatan rangkap
dua, atau ikatan rangkap tiga.

Dalam kata-kata Lewis sendiri:

An electron may form a part of the shell of two different atoms and
cannot be said to belong to either one exclusively.

Pada tahun yang sama, Walther Kossel juga mengajukan sebuah teori yang mirip dengan teori
Lewis, namun model teorinya mengasumsikan transfer elektron yang penuh antara atomatom. Teori ini merupakan model ikatan polar. Baik Lewis dan Kossel membangun model
ikatan mereka berdasarkan kaidah Abegg (1904).
Pada tahun 1927, untuk pertama kalinya penjelasan matematika kuantum yang penuh atas
ikatan kimia yang sederhana berhasil diturunkan oleh fisikawan Denmark Oyvind Burrau.[1]
Hasil kerja ini menunjukkan bahwa pendekatan kuantum terhadap ikatan kimia dapat secara
mendasar dan kuantitatif tepat. Namun metode ini tidak mampu dikembangkan lebih jauh
untuk menjelaskan molekul yang memiliki lebih dari satu elektron. Pendekatan yang lebih
praktis namun kurang kuantitatif dikembangkan pada tahun yang sama oleh Walter Heitler
and Fritz London. Metode Heitler-London menjadi dasar dari teori ikatan valensi. Pada tahun
1929, metode orbital molekul kombinasi linear orbital atom (Bahasa Inggris: linear
combination of atomic orbitals molecular orbital method), disingkat LCAO, diperkenalkan
oleh Sir John Lennard-Jones yang bertujuan menurunkan struktur elektronik dari molekul F2
(fluorin) dan O2 (oksigen) berdasarkan prinsip-prinsip dasar kuantum. Teori orbital molekul
ini mewakilkan ikatan kovalen sebagai orbital yang dibentuk oleh orbital-orbital atom
mekanika kuantum Schrdinger yang telah dihipotesiskan untuk atom berelektron tunggal.
Persamaan ikatan elektron pada multielektron tidak dapat diselesaikan secara analitik, namun
dapat dilakukan pendekatan yang memberikan hasil dan prediksi yang secara kualitatif cukup
baik. Kebanyakan perhitungan kuantitatif pada kimia kuantum modern menggunakan baik
teori ikatan valensi maupun teori orbital molekul sebagai titik awal, walaupun pendekatan
ketiga, teori fungsional rapatan (Bahasa Inggris: density functional theory), mulai
mendapatkan perhatian yang lebih akhir-akhir ini.
Pada tahun 1935, H. H. James dan A. S. Coolidge melakukan perhitungan pada molekul
dihidrogen.Berbeda dengan perhitungan-perhitungan sebelumnya yang hanya menggunakan
fungsi-fungsi jarak antara elektron dengan inti atom, mereka juga menggunakan fungsi yang
secara eksplisit memperhitungkan jarak antara dua elektron.[2] Dengan 13 parameter yang
dapat diatur, mereka mendapatkan hasil yang sangat mendekati hasil yang didapatkan secara
eksperimen dalam hal energi disosiasi. Perluasan selanjutnya menggunakan 54 parameter dan
memberikan hasil yang sangat sesuai denganhasil eksperimen. Perhitungan ini meyakinkan
komunitas sains bahwa teori kuantum dapat memberikan hasil yang sesuai dengan hasil
eksperimen. Namun pendekatan ini tidak dapat memberikan gambaran fisik seperti yang
terdapat pada teori ikatan valensi dan teori orbital molekul. Selain itu, ia juga sangat sulit
diperluas untuk perhitungan molekul-molekul yang lebih besar.

Teori ikatan valensi


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Teori ikatan valensi

Pada tahun 1927, teori ikatan valensi dikembangkan atas dasar argumen bahwa sebuah ikatan
kimia terbentuk ketika dua valensi elektron bekerja dan menjaga dua inti atom bersama oleh
karena efek penurunan energi sistem. Pada tahun 1931, beranjak dari teori ini, kimawan
Linus Pauling mempublikasikan jurnal ilmiah yang dianggap sebagai jurnal paling penting
dalam sejarah kimia: "On the Nature of the Chemical Bond". Dalam jurnal ini, berdasarkan
hasil kerja Lewis dan teori valensi ikatan Heitler dan London, dia mewakilkan enam aturan
pada ikatan elektron berpasangan:
1. Ikatan elektron berpasangan terbentuk melalui interaksi elektron takberpasangan pada masing-masing atom.
2. Spin-spin elektron haruslah saling berlawanan.
3. Seketika dipasangkan, dua elektron tidak bisa berpartisipasi lagi pada
ikatan lainnya.
4. Pertukaran elektron pada ikatan hanya melibatkan satu persamaan
gelombang untuk setiap atom.
5. Elektron-elektron yang tersedia pada aras energi yang paling rendah
akan membentuk ikatan-ikatan yang paling kuat.
6. Dari dua orbital pada sebuah atom, salah satu yang dapat bertumpang
tindih paling banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat, dan
ikatan ini akan cenderung berada pada arah orbital yang terkonsentrasi.

Buku teks tahun 1939 Pauling: On the Nature of Chemical Bond menjadi apa yang banyak
orang sebut sebagai "kitab suci" kimia modern. Buku ini membantu kimiawan eksperimental
untuk memahami dampak teori kuantum pada kimia. Namun, edisi 1959 selanjutnya gagal
untuk mengalamatkan masalah yang lebih mudah dimengerti menggunakan teori orbital
molekul. Dampak dari teori valensi ini berkurang sekitar tahun 1960-an dan 1970-an ketika
popularitas teori orbital molekul meningkat dan diimplementasikan pada beberapa progam
komputer yang besar. Sejak tahun 1980-an, masalah implementasi teori ikatan valensi yang
lebih sulit pada program-program komputer telah hampir dipecahkan dan teori ini beranjak
bangkit kembali.

Teori orbital molekul


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Teori orbital molekul

Teori orbital molekul (Bahasa Inggris: Molecular orbital tehory), disingkat MO,
menggunakan kombinasi linear orbital-orbital atom untuk membentuk orbital-orbital molekul
yang menrangkumi seluruh molekul. Semuanya ini seringkali dibagi menjadi orbital ikat,
orbital antiikat, dan orbital bukan-ikatan. Orbital molekul hanyalah sebuah orbital
Schrdinger yang melibatkan beberapa inti atom. Jika orbital ini merupakan tipe orbital yang
elektron-elektronnya memiliki kebolehjadian lebih tinggi berada di antara dua inti daripada
di lokasi lainnya, maka orbital ini adalah orbital ikat dan akan cenderung menjaga kedua inti
bersama. Jika elektron-elektron cenderung berada di orbital molekul yang berada di lokasi

lainnya, maka orbital ini adalah orbital antiikat dan akan melemahkan ikatan. Elektronelektron yang berada pada orbital bukan-ikatan cenderung berada pada orbital yang paling
dalam (hampir sama dengan orbital atom), dan diasosiasikan secara keseluruhan pada satu
inti. Elektron-elektron ini tidak menguatkan maupun melemahkan kekuatan ikatan.

Perbandingan antara teori ikatan valensi dan teori orbital


molekul
Pada beberapa bidang, teori ikatan valensi lebih baik daripada teori orbital molekul. Ketika
diaplikasikan pada molekul berelektron dua, H2, teori ikatan valensi, bahkan dengan
pendekatan Heitler-London yang paling sederhana, memberikan pendekatan energi ikatan
yang lebih dekat dan representasi yang lebih akurat pada tingkah laku elektron ketika ikatan
kimia terbentuk dan terputus. Sebaliknya, teori orbital molekul memprediksikan bahwa
molekul hidrogen akan berdisosiasi menjadi superposisi linear dari hidrogen atom dan ion
hidrogen positif dan negatif. Prediksi ini tidak sesuai dengan gambaran fisik. Hal ini secara
sebagian menjelaskan mengapa kurva energi total terhadap jarak antar atom pada metode
ikatan valensi berada di atas kurva yang menggunakan metode orbital molekul. Situasi ini
terjadi pada semua molekul diatomik homonuklir dan tampak dengan jelas pada F2 ketika
energi minimum pada kurva yang menggunakan teori orbital molekul masih lebih tinggi dari
energi dua atom F.
Konsep hibridisasi sangatlah berguna dan variabilitas pada ikatan di kebanyakan senyawa
organik sangatlah rendah, menyebabkan teori ini masih menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari kimia organik. Namun, hasil kerja Friedrich Hund, Robert Mulliken, dan Gerhard
Herzberg menunjukkan bahwa teori orbital molekul memberikan deskripsi yang lebih tepat
pada spektrokopi, ionisasi, dan sifat-sifat magnetik molekul. Kekurangan teori ikatan valensi
menjadi lebih jelas pada molekul yang berhipervalensi (contohnya PF5) ketika molekul ini
dijelaskan tanpa menggunakan orbital-orbital d yang sangat krusial dalam hibridisasi ikatan
yang diajukan oleh Pauling. Logam kompleks dan senyawa yang kurang elektron (seperti
diborana) dijelaskan dengan sangat baik oleh teori orbital molekul, walaupun penjelasan yang
menggunakan teori ikatan valensi juga telah dibuat.
Pada tahun 1930, dua metode ini saling bersaing sampai disadari bahwa keduanya hanyalah
merupakan pendekatan pada teori yang lebih baik. Jika kita mengambil struktur ikatan
valensi yang sederhana dan menggabungkan semua struktur kovalen dan ion yang
dimungkinkan pada sekelompok orbital atom, kita mendapatkan apa yang disebut sebagai
fungsi gelombang interaksi konfigurasi penuh. Jika kita mengambil deskripsi orbital molekul
sederhana pada keadaan dasar dan mengkombinasikan fungsi tersebut dengan fungsi-fungsi
yang mendeskripsikan keseluruhan kemungkinan keadaan tereksitasi yang menggunakan
orbital tak terisi dari sekelompok orbital atom yang sama, kita juga mendapatkan fungsi
gelombang interaksi konfigurasi penuh. Terlihatlah bahwa pendekatan orbital molekul yang
sederhana terlalu menitikberatkan pada struktur ion, sedangkan pendekatan teori valensi
ikatan yang sederhana terlalu sedikit menitikberatkan pada struktur ion. Dapat kita katakan
bahwa pendekatan orbital molekul terlalu ter-delokalisasi, sedangkan pendekatan ikatan
valensi terlalu ter-lokalisasi.

Sekarang kedua pendekatan tersebut dianggap sebagai saling memenuhi, masing-masing


memberikan pandangannya sendiri terhadap masalah-masalah pada ikatan kimia. Perhitungan
modern pada kimia kuantum biasanya dimulai dari (namun pada akhirnya menjauh)
pendekatan orbital molekul daripada pendekatan ikatan valensi. Ini bukanlah karena
pendekatan orbital molekul lebih akurat dari pendekatan teori ikatan valensi, melainkan
karena pendekatan orbital molekul lebih memudahkan untuk diubah menjadi perhitungan
numeris. Namun program-progam ikatan valensi yang lebih baik juga tersedia.

Ikatan dalam rumus kimia


Bentuk atom-atom dan molekul-molekul yang 3 dimensi sangatlah menyulitkan dalam
menggunakan teknik tunggal yang mengindikasikan orbital-orbital dan ikatan-ikatan. Pada
rumus molekul, ikatan kimia (orbital yang berikatan) diindikasikan menggunakan beberapa
metode yang bebeda tergantung pada tipe diskusi. Kadang-kadang kesemuaannya dihiraukan.
Sebagai contoh, pada kimia organik, kimiawan biasanya hanya peduli pada gugus fungsi
molekul. Oleh karena itu, rumus molekul etanol dapat ditulis secara konformasi, 3-dimensi,
2-dimensi penuh (tanpa indikasi arah ikatan 3-dimensi), 2-dimensi yang disingkat (CH3
CH2OH), memisahkan gugus fungsi dari bagian molekul lainnnya (C2H5OH), atau hanya
dengan konstituen atomnya saja (C2H6O). Kadangkala, bahkan kelopak valensi elektron nonikatan (dengan pendekatan arah yang digambarkan secara 2-dimensi) juga ditandai. Beberapa
kimiawan juga menandai orbital-orbital atom, sebagai contoh anion etena4 yang
dihipotesiskan (\/C=C/\ 4) mengindikasikan kemungkinan pembentukan ikatan.sehingga
terjadi ikatan rangkap dua.

Ikatan kuat kimia


Panjang ikat dalam pm
dan energi ikat dalam kJ/mol.
Panjang ikat dapat dikonversikan menjadi
dengan pembagian dengan 100 (1 = 100 pm).
Data diambil dari [1].

Ikatan

Panjang
(pm)

Energi
(kJ/mol)

H Hidrogen
HH

74

436

HC

109

413

HN

101

391

HO

96

366

HF

92

568

HCl

127

432

HBr

141

366

C Karbon
CH

109

413

CC

154

348

C=C

134

614

CC

120

839

CN

147

308

CO

143

360

CF

135

488

CCl

177

330

CBr

194

288

CI

214

216

CS

182

272

N Nitrogen
NH

101

391

NC

147

308

NN

145

170

NN

110

945

O Oksigen
OH

96

366

OC

143

360

OO

148

145

O=O

121

498

F, Cl, Br, I Halogen


FH

92

568

FF

142

158

FC

135

488

ClH

127

432

ClC

177

330

ClCl

199

243

BrH

141

366

BrC

194

288

BrBr

228

193

IH

161

298

IC

214

216

II

267

151

S Belerang
CS

182

272

Ikatan-ikatan berikut adalah ikatan intramolekul yang mengikat atom-atom bersama menjadi
molekul. Dalam pandangan yang sederhana dan terlokalisasikan, jumlah elektron yang
berpartisipasi dalam suatu ikatan biasanya merupakan perkalian dari dua, empat, atau enam.
Jumlah yang berangka genap umumnya dijumpai karena elektron akan memiliki keadaan
energi yang lebih rendah jika berpasangan. Teori-teori ikatan yang lebih canggih
menunjukkan bahwa kekuatan ikatan tidaklah selalu berupa angka bulat dan tergantung pada
distribusi elektron pada setiap atom yang terlibat dalam sebuah ikatan. Sebagai contohnya,
karbon-karbon dalam senyawa benzena dihubungkan satu sama lain oleh ikatan 1.5 dan dua
atom dalam nitrogen monoksida NO dihubungkan oleh ikatan 2,5. Keberadaan ikatan
rangkap empat juga diketahui dengan baik. Jenis-jenis ikatan kuat bergantung pada perbedaan
elektronegativitas dan distribusi orbital elektron yang tertarik pada suatu atom yang terlibat
dalam ikatan. Semakin besar perbedaan elektronegativitasnya, semakin besar elektronelektron tersebut tertarik pada atom yang berikat dan semakin bersifat ion pula ikatan
tersebut. Semakin kecil perbedaan elektronegativitasnya, semakin bersifat kovalen ikatan
tersebut.
1. REDIRECT Nama halaman tujuan
Ikatan kovalen
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan kovalen

Ikatan kovalen adalah ikatan yang umumnya sering dijumpai, yaitu ikatan yang perbedaan
elektronegativitas (negatif dan positif) di antara atom-atom yang berikat sangatlah kecil atau
hampir tidak ada. Ikatan-ikatan yang terdapat pada kebanyakan senyawa organik dapat

dikatakan sebagai ikatan kovalen. Lihat pula ikatan sigma dan ikatan pi untuk penjelasan
LCAO terhadap jenis ikatan ini.
Ikatan polar kovalen
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan polar kovalen

Ikatan polar kovalen merupakan ikatan yang sifat-sifatnya berada di antara ikatan kovalen
dan ikatan ion. ikatan non polar adalah
Ikatan ion
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan ion

Ikatan ion merupakan sejenis interaksi elektrostatik antara dua atom yang memiliki
perbedaan elektronegativitas yang besar. Tidaklah terdapat nilai-nilai yang pasti yang
membedakan ikatan ion dan ikatan kovalen, namun perbedaan elektronegativitas yang lebih
besar dari 2,0 bisanya disebut ikatan ion, sedangkan perbedaan yang lebih kecil dari 1,5
biasanya disebut ikatan kovalen.[3] Ikatan ion menghasilkan ion-ion positif dan negatif yang
berpisah. Muatan-muatan ion ini umumnya berkisar antara -3 e sampai dengan +3e.
Ikatan kovalen koordinat
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan kovalen koordinat

Ikatan kovalen koordinat, kadangkala disebut sebagai ikatan datif, adalah sejenis ikatan
kovalen yang keseluruhan elektron-elektron ikatannya hanya berasal dari salah satu atom,
penderma pasangan elektron, ataupun basa Lewis. Konsep ini mulai ditinggalkan oleh para
kimiawan seiring dengan berkembangnya teori orbital molekul. Contoh ikatan kovalen
koordinat terjadi pada nitron dan ammonia borana. Susunan ikatan ini berbeda dengan ikatan
ion pada perbedaan elektronegativitasnya yang kecil, sehingga menghasilkan ikatan yang
kovalen. Ikatan ini biasanya ditandai dengan tanda panah. Ujung panah ini menunjuk pada
akseptor elektron atau asam Lewis dan ekor panah menunjuk pada penderma elektron atau
basa Lewis
Ikatan pisang
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan pisang

Ikatan pisang adalah sejenis ikatan yang terdapat pada molekul-molekul yang mengalami
terikan ataupun yang mendapat rintangan sterik, sehingga orbital-orbital ikatan tersebut
dipaksa membentuk struktur ikatan yang mirip dengan pisang. Ikatan pisang biasanya lebih
rentan mengalami reaksi daripada ikatan-ikatan normal lainnya.
Ikatan 3c-2e dan 3c-4e

Dalam ikatan tiga-pusat dua-elektron, tiga atom saling berbagi dua elektron. Ikatan sejenis ini
terjadi pada senyawa yang kekurangan elektron seperti pada diborana. Setiap ikatan
mengandung sepasang elektron yang menghubungkan atom boron satu sama lainnya dalam
bentuk pisang dengan sebuah proton (inti atom hidrogen) di tengah-tengah ikatan, dan

berbagi elektron dengan kedua atom boron. Terdapat pula Ikatan tiga-pusat empat-elektron
yang menjelaskan ikatan pada molekul hipervalen.
Ikatan tiga elektron dan satu elektron

Ikatan-ikatan dengan satu atau tiga elektron dapat ditemukan pada spesi radikal yang
memiliki jumlah elektron gasal (ganjil). Contoh paling sederhana dari ikatan satu elektron
dapat ditemukan pada kation molekul hidrogen H2+. Ikatan satu elektron seringkali memiliki
energi ikat yang setengah kali dari ikatan dua elektron, sehingga ikatan ini disebut pula
"ikatan setengah". Namun terdapat pengecualian pada kasus dilitium. Ikatan dilitium satu
elektron, Li2+, lebih kuat dari ikatan dilitium dua elektron Li2. Pengecualian ini dapat
dijelaskan dengan hibridisasi dan efek kelopak dalam. [4]
Contoh sederhana dari ikatan tiga elektron dapat ditemukan pada kation dimer helium, He2+,
dan dapat pula dianggap sebagai "ikatan setengah" karena menurut teori orbital molekul,
elektron ke-tiganya merupakan orbital antiikat yang melemahkan ikatan dua elektron lainnya
sebesar setengah. Molekul oksigen juga dapat dianggap memiliki dua ikatan tiga elektron dan
satu ikatan dua elektron yang menjelaskan sifat paramagnetiknya.[5]
Molekul-molekul dengan ikatan elektron gasal biasanya sangat reaktif. Ikatan jenis ini
biasanya hanya stabil pada atom-atom yang memiliki elektronegativitas yang sama.[5]
Ikatan aromatik
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Aromatisitas

Pada kebanyakan kasus, lokasi elektron tidak dapat ditandai dengan menggunakan garis
(menandai dua elektron) ataupun titik (menandai elektron tungga). Ikatan aromatik yang
terjadi pada molekul yang berbentuk cincin datar menunjukkan stabilitas yang lebih.
Pada benzena, 18 elektron ikatan mengikat 6 atom karbon bersama membentuk struktur
cincin datar. "Orde" ikatan antara dua atom dapat dikatakan sebagai (18/6)/2=1,5 dan seluruh
ikatan pada benzena tersebut adalah identik. Ikatan-ikatan ini dapat pula ditulis sebagai ikatan
tunggal dan rangkap yang berselingan, namun hal ini kuranglah tepat mengingat ikatan
rangkap dan ikatan tunggal memiliki kekuatan ikatan yang berbeda dan tidak identik.
Ikatan logam
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan logam

Pada ikatan logam, elektron-elektron ikatan terdelokalisasi pada kekisi (lattice) atom.
Berbeda dengan senyawa organik, lokasi elektron yang berikat dan muatannya adalah statik.
Oleh karena delokalisai yang menyebabkan elektron-elektron dapat bergerak bebas, senyawa
ini memiliki sifat-sifat mirip logam dalam hal konduktivitas, duktilitas, dan kekerasan.

Ikatan antarmolekul
Terdapat empat jenis dasar ikatan yang dapat terbentuk antara dua atau lebih molekul, ion,
ataupun atom. Gaya antarmolekul menyebabkan molekul saling menarik atau menolak satu

sama lainnya. Seringkali hal ini menentukan sifat-sifat fisik sebuah zat (seperti pada titik
leleh).

Dipol permanen ke dipol permanen


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gaya antarmolekul

Perbedaan elektronegativitas yang bersar antara dua atom yang berikatan dengan kuat
menyebabkan terbentuknya dipol (dwikutub). Dipol-dipol ini akan saling tarik-menarik
ataupun tolak-menolak.
Ikatan hidrogen
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan hidrogen

Ikatan hidrogen bisa dikatakan sebagai dipol permanen yang sangat kuat seperti yang
dijelaskan di atas. Namun, pada ikatan hidrogen, proton hidrogen berada sangat dekat dengan
atom penderma elektron dan mirip dengan ikatan tiga-pusat dua-elektron seperti pada
diborana. Ikatan hidrogen menjelaskan titik didih zat cair yang relatif tinggi seperti air,
ammonia, dan hidrogen fluorida jika dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang lebih
berat lainnya pada kolom tabel periodik yang sama.
Dipol seketika ke dipol terimbas (van der Waals)
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gaya van der Waals

Dipol seketika ke dipol terimbas, atau gaya van der Waals, adalah ikatan yang paling lemah,
namun sering dijumpai di antara semua zat-zat kimia. Misalnya atom helium, pada satu titik
waktu, awan elektronnya akan terlihat tidak seimbang dengan salah satu muatan negatif
berada di sisi tertentu. Hal ini disebut sebagai dipol seketika (dwikutub seketika). Dipol ini
dapat menarik maupun menolak elektron-elektron helium lainnya, dan menyebabkan dipol
lainnya. Kedua atom akan seketika saling menarik sebelum muatannya diseimbangkan
kembali untuk kemudian berpisah.
Interaksi kation-pi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Interaksi kation-pi

Interaksi kation-pi terjadi di antara muatan negatif yang terlokalisasi dari elektron-elektron
pada orbital dengan muatan positif.

Elektron pada ikatan kimia


Banyak senyawa-senyawa sederhana yang melibatkan ikatan-ikatan kovalen. Molekulmolekul ini memiliki struktur yang dapat diprediksi dengan menggunakan teori ikatan
valensi, dan sifat-sfiat atom yang terlibat dapat dipahami menggunakan konsep bilangan
oksidasi. Senyawa lain yang mempunyai struktur ion dapat dipahami dengan menggunakan
teori-teori fisika klasik.

Pada kasus ikatan ion, elektron pada umumnya terlokalisasi pada atom tertentu, dan elektronelektron todal bergerak bebas di antara atom-atom. Setiap atom ditandai dengan muatan
listrik keseluruhan untuk membantu pemahaman kita atas konsep distribusi orbital molekul.
Gaya antara atom-atom secara garis besar dikarakterisasikan dengan potensial elektrostatik
kontinum (malaran) isotropik.
Sebaliknya pada ikatan kovalen, rapatan elektron pada sebuah ikatan tidak ditandai pada
atom individual, namun terdelokalisasikan pada MO di antara atom-atom. Teori kombinasi
linear orbital yang diterima secara umum membantu menjelaskan struktur orbital dan energienerginya berdasarkan orbtial-orbital dari atom-atom molekul. Tidak seperti ikatan ion, ikatan
kovalen bisa memiliki sifat-sifat anisotropik, dan masing-masing memiliki nama-nama
tersendiri seperti ikatan sigma dan ikatan pi.
Atom-atom juga dapat membentuk ikatan-ikatan yang memiliki sifat-sifat antara ikatan ion
dan kovalen. Hal ini bisa terjadi karena definisi didasari pada delokalisasi elektron. Elektronelektron dapat secara parsial terdelokalisasi di antara atom-atom. Ikatan sejenis ini biasanya
disebut sebagai ikatan polar kovalen. Lihat pula elektronegativitas.
Oleh akrena itu, elektron-elektron pada orbital molekul dapat dikatakan menjadi terlokalisasi
pada atom-atom tertentu atau terdelokalisasi di antara dua atau lebih atom. Jenis ikatan antara
dua tom ditentukan dari seberapa besara rapatan elektron tersebut terlokalisasi ataupun
terdelokalisasi pada ikatan antar atom.
Dalam kimia, sebuah logam atau metal (bahasa Yunani: Metallon) adalah sebuah unsur kimia
yang siap membentuk ion (kation) dan memiliki ikatan logam, dan kadangkala dikatakan
bahwa ia mirip dengan kation di awan elektron. Metal adalah salah satu dari tiga kelompok
unsur yang dibedakan oleh sifat ionisasi dan ikatan, bersama dengan metaloid dan nonlogam.
Dalam tabel periodik, garis diagonal digambar dari boron (B) ke polonium (Po) membedakan
logam dari nonlogam. Unsur dalam garis ini adalah metaloid, kadangkala disebut semilogam; unsur di kiri bawah adalah logam; unsur ke kanan atas adalah nonlogam.
Nonlogam lebih banyak terdapat di alam daripada logam, tetapi logam banyak terdapat dalam
tabel periodik. Beberapa logam terkenal adalah aluminium, tembaga, emas, besi, timah,
perak, titanium, uranium, dan zink.
Alotrop logam cenderung mengkilap, lembek, dan konduktor yang baik, sementara nonlogam
biasanya rapuh (untuk nonlogam padat), tidak mengkilap, dan insulator.
Dalam bidang astronomi, istilah logam seringkali dipakai untuk menyebut semua unsur yang
lebih berat daripada helium.

Daftar isi

1 Sifat-sifat logam

1.1 Sifat kimia

1.2 Sifat fisika

2 Paduan logam

3 Penggunaan Logam

4 Logam mulia

5 Logam berat

6 Referensi

7 Lihat pula

Sifat-sifat logam
Sifat kimia

Logam biasanya cenderung untuk membentuk kation dengan menghilangkan elektronnya,


kemudian bereaksi dengan oksigen di udara untuk membentuk oksida basa. Contohnya:
4 Na + O2 2 Na2O (natrium oksida)
2 Ca + O2 2 CaO (kalsium oksida)
4 Al + 3 O2 2 Al2O3 (aluminium oksida)

Logam-logam transisi seperti besi, tembaga, seng, dan nikel, membutuhkan waktu lebih lama
untuk teroksidasi. Lainnya, seperti palladium, platinum dan emas, tidak bereaksi dengan
udara sama sekali. Beberapa logam seperti aluminium, magnesium, beberapa macam baja,
dan titanium memiliki semacam "pelindung" di bagian paling luarnya, sehingga tidak dapar
dimasuki oleh molekul oksigen.
Proses pengecatan, anodisasi atau plating pada logam biasanya merupakan langkah-langkah
terbaik untuk mencegah korosi.
Sifat fisika

konduktivitas listrik]], konduktivitas termal, sifat luster dan massa jenis. Logam yang
mempunyai massa jenis, tingkat kekerasan, dan titik lebur yang rendah (contohnya Logam
pada umumnya mempunyai angka yang tinggi dalam [[logam alkali dan logam alkali tanah)
biasanya bersifat sangat reaktif. Jumlah elektron bebas yang tinggi di segala bentuk logam
padat menyebabkan logam tidak pernah terlihat transparan.
Mayoritas logam memiliki massa jenis yang lebih tinggi daripada nonlogam. Meski begitu,
variasi massa jenis ini perbedaannya sangat besar, mulai dari litium sebagai logam dengan
massa jenis paling kecil sampai osmium dengan logam dengan massa jenis paling besar.

Paduan logam
Paduan logam merupakan pencampuran dari dua jenis logam atau lebih untuk mendapatkan
sifat fisik, mekanik, listrik dan visual yang lebih baik. Contoh paduan logam yang populer
adalah baja tahan karat yang merupakan pencampuran dari besi (Fe) dengan Krom (Cr).

Penggunaan Logam
Umumnya, logam bermanfaat bagi manusia, karena penggunaannya di bidang industri,
pertanian, dan kedokteran.[1] Contohnya, merkuri yang digunakan dalam proses klor alkali.[1]
Proses klor alkali merupakan proses elektrolisis yang berperan penting dalam industri
manufaktur dan pemurnian zat kimia.[1] Beberapa zat kimia yang dapat diperoleh dengan
proses elektrolisis adalah natrium, kalsium, magnesium, aluminium, tembaga, seng, perak,
hidrogen, klor, fluor, natrium hidroksida, kalium bikromat, dan kalium permanganat.[1] Proses
elektrolisis larutan natrium klorida tersebut merupakan proses klor-alkali.
Elektrolisis larutan NaCl menghasilkan natrium hidroksida di katode (kutub positif) dan gas
klor di anode (kutub negatif).[1] Pada industri angkasa luar dan profesi kedokteran dibutuhkan
bahan yang kuat, tahan karat, dan bersifat noniritin, seperti aloi titanium.[1] Sebagian jenis
logam merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimiawi.[1]
Pada zaman dahulu, logam tertentu, seperti tembaga, besi, dan timah digunakan untuk
membuat peralatan, perlengkapan mesin, dan senjata.[1]

Logam mulia
Secara umum logam mulia berarti logam-logam termasuk paduannya yang biasa dijadikan
perhiasan, antara lain emas, perak, tembaga dan platina. Logam-logam tersebut memiliki
warna yang bagus, tahan karat, lunak dan terdapat dalam jumlah yang sedikit di alam. Emas
dan perak memiliki sifat penghantar listrik yang sangat baik sehingga banyak dipakai untuk
melapisi konektor-konektor pada perangkat elektronik.

Logam berat
Logam berat (heavy metal) adalah logam dengan massa jenis lima atau lebih, dengan nomor
atom 22 sampai dengan 92. Logam berat dianggap berbahaya bagi kesehatan bila
terakumulasi secara berlebihan di dalam tubuh. Beberapa di antaranya bersifat
membangkitkan kanker (karsinogen). Demikian pula dengan bahan pangan dengan
kandungan logam berat tinggi dianggap tidak layak konsumsi.
Kasus-kasus pencemaran lingkungan menyebabkan banyak bahan pangan mengandung
logam berat berlebihan. Kasus yang populer adalah sindrom Minamata, sebagai akibat
akumulasi raksa (Hg) dalam tubuh ikan konsumsi.
Di Indonesia, pernah dilaporkan bahwa ikan-ikan di Teluk Jakarta juga memiliki kandungan
raksa yang tinggi. Udang dari tambak Sidoarjo pernah ditolak importir dari Jepang karena
dinilai memiliki kandungan kadmium (Cd) dan timbal (Pb) yang melebihi ambang batas.
Diduga logam-logam ini merupakan dampak buangan limbah industri di sekitarnya. Kakao
dari Indonesia juga pernah ditolak pada lelang internasional karena dinilai memiliki

kandungan Cd di atas ambang batas yang diizinkan. Cd diduga berasal dari pupuk TSP yang
diberikan kepada tanaman di perkebunan.

Sobat Materi Kimia SMA, berikut adalah sifat-sifat logam yang mendukung
teori lautan elektron yang sobat pelajari di kelas X ini. Semoga dapat membantu
sobat memahami materi ikatan logam.
Sifat Mengkilap Logam
Fakta menunjukkan bahwa logam mengkilap. Bagaimana teori lautan elektron
menjelaskan fakta ini?
Menurut teori Drude-Lorentz, jika cahaya tampak (visible) jatuh pada permukaan
logam, sebagian elektron valensi logam akan tereksitasi. Ketika elektron yang
tereksitasi itu kembali ke keadaan dasar akan disertai pembebasan energi dalam
bentuk cahaya atau kilap. Peristiwa ini menimbulkan sifat mengkilap pada
permukaan logam. Apakah penjelasan ini dapat diterima?
Konduktor Listrik dan Panas
Semua logam bersifat konduktor (penghantar) listrik dan panas yang baik.
Bagaimana teori tersebut menjelaskan fakta ini?
Daya hantar listrik pada logam disebabkan oleh adanya elektron valensi yang
bergerak bebas dalam kristal logam. Jika listrik dialirkan melalui logam, elektronelektron valensi logam akan membawa muatan listrik ke seluruh logam dan
bergerak menuju potensial yang lebih rendah sehingga terjadi aliran listrik dalam
logam.
Jika sejumlah kalor (panas) diserap oleh logam, elektron-elektron valensi logam
akan bergerak lebih cepat dan elektron-elektron tersebut membawa sejumlah
kalor yang diserap. Akibatnya, kalor dapat didistribusikan oleh logam ke seluruh
kristal logam sehingga logam menjadi panas.
Lentur (Tidak Kaku)
Logam memiliki sifat lentur (mudah ditempa, dibengkokkan, tetapi tidak mudah
patah). Bagaimana fakta ini dapat dijelaskan?
Kisi-kisi kation bersifat kaku (tetap di tempat), sedangkan elektron valensi logam
bergerak bebas. Jika logam ditempa atau dibengkokkan terjadi pergeseran
kation-kation, tetapi pergeseran ini tidak menyebabkan patah karena selalu
dikelilingi oleh lautan elektron.

Sebagai pembanding, tinjaulah kristal ion, misalnya NaCl. Dalam kristal NaCl, kisi
kation maupun elektron valensi tidak dapat bergerak (berada pada posisinya).

Pada saat kristal NaCl ditekan, terjadi pergeseran kisi. Kisi-kisi kation akan
bersinggungan dengan kisi-kisi kation lainnya sehingga terjadi tolak menolak.
Tolakan antarkisi ini menimbulkan perpecahan antarkisi, yang akhirnya kristal
akan pecah menjadi serbuk.

Begitulah sifat-sifat logam yang membuktikan teori lautan elektron. Materi ini
merupakan materi terakhir di Bab Ikatan Kimia, jika sobat mau mempelajari
lagi dari awal silahkan menuju Kestabilan Unsur dan Konfigurasi Elektron

Anda mungkin juga menyukai