PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bumi tempat berpijaknya manusia ini memiliki sifat yang dinamis dimana
seringkali terjadinya pergerakan yang disebabkan oleh trejadinya pergerakan yang
disebabkan oleh adanya gaya-gaya yang dating dari luar maupun dalam bumi itu
sendiri, dan pergerakan-pergerakan bumi yang terjadi itu seringkali mengakibatkan
adanya perubahan pada bentuk muka bumi ini baik dalam skala yang besar maupun
dalam skala yang relative kecil, yang pada akhirnya membentuk struktur-struktur
geologi. Semua perubahan itu akan tertampak di atas permukaan bumi, dimana
skalanya akan tergantung pada factor gaya yang menyebabkannya.
Keberadaan ilmu geologi khususnya geologi struktur sebagai ilmu semakin di
rasakan peranannya dalam perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dalam hal ini
geologi sebagai sains dan teknologi sangat di perlukan sebagai dasar untuk mengolah
dan memanfaatkan sumberdaya alam.
Kondisi geologi Sulawesi umumnya sulawesi selaatan khusunya di kenal
cukup rumit, disebabkan karena Sulawesi merupakan daerah pertemuan antara
lempeng Eurasia, Australia dan Pasifik Barat. Hal tersebut merupakan daya tarik
untuk diteliti oleh para ahli, antara lain oleh Rab Sukamto,1982 yang meneliti
perkembangan tektonik pulau Sulawesi. Penelitian lanjutan mengenai struktur geologi
sangat penting karena data-data hasil penelitian geologi masih terbatas.
dengan
maksud sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Geologi Struktur pada
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Adapun tujuan dari praktek lapangan Geologi Struktur ini yaitu untuk
membedakan secara jelas di lapangan jenis-jenis dari struktur geologi yang ada baik
itu lipatan, kekar, dan sesar.
I.3 Letak, Waktu dan Kesampaian Daerah
Praktek lapangan Geologi Struktur ini yang berlokasi di daerah Batukalasi dan
sekitarnya, Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan pada
hari Sabtu tanggal 2 Desember 2006 Minggu tanggal 3 Desember 2006, diawali
berangkat dari kampus pukul 14.00 WITA dengan menggunakan kendaraan bus yang
memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan.
Lokasi Field trip geologi struktur secara administrative terletak pada daerah
Pulau Batukalasi Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi Selatan. yaitu pada 0406'23,3"
LS dan 11936'33,9" BT yang terdapat dalam peta rupa bumi nomor 2010-64 lembar
Pangkajene.
Daerah Field Trip ini dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua
atau kendaraan roda empat dan sebagian hanya dapat dicapai dengan jalan kaki.
Daerah ini berjarak sekitar 50 km dari Makassar ke arah Barru
MANADO
PALU
Palopo
Makale
PROP. SULAWESI
SELATAN
PU LAU
SULAWE
SI
PROP. SULAWESI TENGGARA
KENDARI
MAKASSAR
0
Daerah Penelitian
100 km
I.5
I.6
Peneliti Terdahulu
Beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian pada daerah tersebut
adalah:
-
Van Leuwen (1979) meneliti Geologi Daerah Biru bagian Barat dari Sulawesi
Selatan.
Kustomo Hasan (1987), meneliti tentang endapan Flis Kapur Atas pada daerah
Balangbaru, Sulawesi Baratdaya.
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
II.1 Geomorfologi Regional
Di daerah Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat terdapat dua baris
pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah utara-baratlaut dan terpisah
oleh lembah Sungai Walanae. Pegunungan yang barat menempati hampir setengah
luas daerah, melebar di bagian selatan (50 km) dan menyempit di bagian utara (22
km). Puncak tertingginya 1694 m, sedangkan ketinggian rata-ratanya 1500 m.
Pembentukannya sebagian besar batuan gunungapi. Di lereng barat dan di beberapa
tempat di lereng timur terdapat tofografi kras, pencerminan adanya batugamping. Di
antara topografi kras di lereng barat terdapat daerah perbukitan yang di bentuk oleh
batuan Pra-Tersier. Pegunungan ini di baratdaya dibatasi oleh dataran Pangkajene
Maros yang luas sebagai dataran di selatannya.
Pegunungan yang di timur relatif lebih sempit dan lebih rendah, dengan
puncaknya rata-rata setinggi 700 m, dan yang tertinggi 787 m. Juga pegunungan ini
sebagian besar berbatuan gunung api. Bagian selatannya selebar 20 km dan lebih
tinggi, tetapi ke utara menyempit dan merendah, dan akhirnya menunjam ke bawah
batas antara Lembah Walanae dan dataran Bone. Bagian utara pegunungan ini
bertopografi kras yang permukaannya berkerucut. Batasnya di timurlaut adalah
dataran Bone yang sangat luas, yang menempati hampir sepertiga bagian timur.
Lembah Walanae yang memisahkan kedua pegunungan tersebut di bagian
utara selebar 35 km, tetapi di bagian selatan hanya 10 km. Di tengah terdapat Sungai
Walanae yang mengalir ke utara. Bagian selatan berupa perbukitan rendah dan di
bagian utara terdapat dataran alluvium yang sangat luas mengelilingi D. Tempe.
II.2 Stratigrafi Regional
Pulau Sulawesi dibagi atas tiga mandala atau provinsi geologi yang didasarkan
pada perbedaan litologi, stratigrafi, struktur dan sejarahnya. Ketiga mandala ini
adalah mandala geologi Sulawesi Barat, Mandala Geologi Sulawesi Timur, dan
mandala Geologi Banggai Sula (Rab Sukamto, 1982).
Seluruh daerah lengan selatan pulau Sulawesi termasuk mandala geologi Sulawesi
Barat yang termasuk dalam lokasi penelitian. Tatanan stratigrafi daerah penelitian
menurut Rab. Sukamto, 1982 yaitu Pangkajene, Watampone bagian barat Sulawesi,
sebagai berikut :
Batuan alas terdiri dari batuan kompleks tektonik yang diperkirakan berumur
Trias Kapur. Kelompok batuan ini terdiri dari kompleks tektonik yang diperkirakan
berumur Trias Kapur. Kelompok batuan ini terdiri dari mulai yang paling tua
berturut-turut batuan ultrabasa yang beranggotakan peridotit dan dunite, selanjutnya
batuan metamorf yang beranggotakan sekis mika, sekis garnet dan eklogit. Kemudian
yang paling atas adalah kelompok Melange yang terbentuk dari batuan campur aduk
antara batuan-batuan pada zona tumbukan lempeng. Kelompok batuan tektonik
(kompleks) ini dikenal sebagai kompleks tektonik Bantimala.
Formasi batuan yang ada diatasnya yaitu batuan sedimen flysch yang
bersimbol Km/Kb, merupakan batuan sedimen laut dalam yang terdiri dari rijang,
serpih, lempung, lanau, dan greywacke. Batuan ini terkenal sebagai formasi
balangbaru yang berumur Kapur.
10
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Lipatan
Lipatan adalah merupakan hasil perubahan bentuk dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis
atau bidang di dalam bahan tersebut. Pada umumnya, unsur yang terlibat dalam
lipatan adalah bidang perlipatan, foliasi dan liniasi.
Berdasarkan proses lipatan dan jenis batuan yang terlipat dapat dibedakan
menjadi 4 macam lipatan, yaitu:
Shear folding.
Unsur-unsur Lipatan
1. Antiklin adalah unsur struktur lipatan dengan bentuk convex ke atas dengan
urutan lapisan batuan yang tua di bawah dan yang muda di atas.
2. Sinklin adalah unsur lipatan dengan bentuk concave ke atas dengan urutan lapisan
batuan yang tua di bawah dan yang muda di atas.
3. Antiform adalah unsur struktur lipatan seperti antiklin dengan lapisan batuan yang
tua di atas dan yang muda di bawah.
12
13
4. Sinform adalah unsur struktur lipatan seperti sinklin dengan lapisan batuan yang
tua di atas dan yang muda di bawah.
5. Trough adalah titik dasar terendah dari lipatan, sedangkan inflection adalah
pertengahan antara dua pelengkungan maksimum.
6. Axial line (hinge line) adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik
pelengkungan maksimum pada setiap permukaan lapisan dari suatu struktur
lipatan.
7.
Axial surface (hinge surface) adalah bidang khayal di mana terdapat semua axial
line dari suatu lipatan. Pada beberapa lipatan, bidang ini dapat merupakan suatu
bidang planar dan dinamakan axial plane.
8. Hinge adalah pelengkungan maksimum dari lipatan, dan crest adalah puncak
tertinggi dari lipatan.
9. Crestal surface adalah suatu bidang khayal di mana terdapat semua crestal line
dari suatu antiklin.
10. Trough surface adalah suatu bidang khayal di mana terdapat semua trough line
dari semua antiklin.
11. Plunge adalah sudut penunjaman dari axial line terhadap bidang horisontal dan
diukur pada bidang vertikal.
12. Crestal line adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik tertinggi
pada setiap permukaan lipatan suatu antiklin.
13. Trough line adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik terendah
pada suatu sinklin.
14
Klasifikasi lipatan
Untuk menamakan suatu lipatan harus sesuai dengan klasifikasi yang sudah ada ,
yang mana klasifikasi tersebut ada bermacam-macam tergantung dari dasar yang
digunakan.
1. Menurut Fleuty, 1964
a.
b.
III. 2
Kekar
Kekar merupakan suatu rekahan yang relatif tanpa mengalami pergeseran pada
bidang rekahannya. Penyebab terjadinya kekar dapat disebabkan oleh gejala tektonik
maupun gejala non tektonik. Dalam analisa struktur geologi, yang diperlukan adalah
kekar yang disebabkan oleh gejala tektonik. Panjang setiap rekahan itu berkisar dari
beberapa kaki hingga ratusan kaki. Jarak antar kekar berkisar dari beberapa kaki
hingga puluhan kaki. Untuk rekahan rekahan yang jaraknya sangat dekat, hanya satu
per beberapa inci atau beberapa inci biasanya dipakai peristilahan khusus.
Pada umumnya kekar merupakan bidang datar, tetapi tidak terjadi beberapa di
antaranya ada juga yang merupakan bidang kurva. Di sepanjang bidang tersebut
relatif tidak terjadi pergerakan. Hal itulah yang digunakan sebagai ciri pembeda kekar
15
dengan sesar. Meski secara teoritis dikatakan demikian, tetapi dalam kenyataannya
seringkali dalam suatu kelompok kekar ditemukan adanya sedikit pergerakan. Tetapi
secara praktis hal itu tidak terlalu berpengaruh karena meski ada kekar yang
memperlihatkan adanya pergerakan tetapi kekar-kekar lain yang sehimpunan
dengannya tidak memperlihatkan adanya pergerakan.
Kebanyakan kekar, paling tidak pada awalnya, merupakan rekahan yang rapat.
Tetapi kemudian, karena adanya pelapukan, rekahan itu dapat membesar menjadi
rekahan terbuka, khususnya di daerah Batugamping. Sebagian besar kekar merupakan
bidang yang licin, meski sebagian ada juga yang memperlihatkan plumose marking
yang merupakan tonjolan-tonjolan dan depresi-depresi setinggi 1 mm atau sekitar itu.
cermin sesar (Slicken slide) seringkali mengidentifikasikan adanya pergerakan yang
sejajar dengan kekar.
Klasifikasi kekar ada beberapa macam, tergantung dasar klasifikasi yang
digunakan, di antaranya :
a. Berdasarkan bentuknya
b. Berdasarkan ukurannya
c. Berdasarkan kerapatannya
d. Berdasarkan cara terjadinya (genesanya)
Klasifikasi kekar berdasarkan genesanya :
1. Shear joint (kekar gerus), terjadi akibat adanya tegasan tekanan(compressive
stess).
2. Tension joint (tension stess) dibedakan atas :
a. Extension joint, terjadi akibat pemekaran/tarikan
16
III. 3 Sesar
Sesar merupakan suatu bidang rekahan atau zona rekahan yang telah
mengalami pergeseran. Berdasarkan tipe gerakannya secara umum dibedakan atas :
Sesar translasi, yaitu jenis sesar yang pergeserannya sepanjang garis lurus dan sesar
rotasi, yaitu jenis sesar yang pergeserannya mengalami perputaran/terputar.
Unsur-unsur/ istilah dalam sesar :
17
Bidang sesar yaitu bidang sepanjang rekahan dalam batuan yang tergeserkan.
Dip sesar yaitu sudut antar bidang sesar dengan bidang horizontal dan tegak lurus
jurus sesar.
Hade, yaitu sudut antara garis vertikal dengan bidang sesar, dan merupakan
penyiku dari dip sesar.
Heave yaitu komponen horizontal dari slip/separation, dan diukur pada bidang
vertikal yang tegak lurus jurus sesar.
Throw yaitu komponen vertikal dari slip/separation, diukur pada bidang vertikal
yang tegak lurus jurus sesar.
Hanging wall dan foot wall, ysitu blok yang terletak di atas bidang sesar dan di
bawah bidang sesar.
Klasifikasi sesar :
Penamaan dari suatu sesar adalah tergantung dari dasar klasifikasi yang ddigunakan,
diantaranya sebagai berikut :
1. Berdasarkan orientasi pola tegasan utama yang menyebabkannya
a.
b.
c.
18
Dip separation
1. Normal separation fault
2. Reverse separation fault
3. Thrust separation fault
Strike separation
1. Left lateral separation fault
2. Right lateral separation fault
b.
Slip
-
Dip slip : Normal slip fault, reverse slip fault, dan thrust slip fault
Srike slip : right lateral slip fault, dan left lateral slip faulth
Oblique slip : Normal right lateral slip fault, reverse left lateral slip fault
dan variasi lainnya.
Strike slip fault, jika net slip sejajar dengan strike sesar tidak ada komponen
dip slip. Besar rake net slip 00
b.
Dip slip fault, jika net slip adalah 900 sehingga tidak ada komponen strike slip
c.
Diagonal slip fault, jika rake net slip lebih besar 00 dan lebih kecil 900.
sehingga di sini mempunyai komponen strike slip dan komponen dip slip.
BAB IV
STUKTUR GEOLOGI PULAU BATUKALSI
IV.1 Lipatan
Dari data yang telah didapat dalam field trip terdapat data-data dari struktur
bidang berupa strike dip atau kedudukan batuan yang mana telah diolah dan dicoba
untuk dilakukan rekonstruksi sehingga terbentuklah suatu lipatan. Pada daerah
penelitian ini setelah dilakukan 8 pengukuran kedudukan batuan yaitu sebagai
berikut:
1.
N 175o E / 17o
2.
N 175o E / 25o
3.
N 175o E / 19o
4.
N 175o E / 26o
5.
N 175o E / 28o
6.
N 175o E / 24o
7.
N 175o E / 28o
8.
N 175o E / 30o
Dari data kedudukan diketahui bahwa pada lapisan batuan terjadi
penunjaman. Sehingga dapat diketahui bahwa jenis lipatannya yaitu lipatan monoklin
dimana dijumpai lapisan lapisan batuan dengan arah perlapisan yang relatif sama
dengan besar kemiringan yang berbeda beda.
19
20
21
antiklin, sebab kedudukan dip batuan berarah saling berlawanan dimana jika
direkontruksi dengan menggunakan inerpolasi Higgins, maka akan didapatkan lipatan
antiklin.
Lipatan yang terjadi pada daerah penelitian ini telah mengalami pelapukan
dan erosi, sehingga tidak terihat adanya pelengkungan dari struktur lipatan yang telah
terjadi. Namun dari data kedudukan batuan hal ini dapat diinterpretasikan.
Secara khusus lipatan yang terjadi pada daerah penelitian, merupakan lipatan
dengan satu sayap lipatan yang terdapat pada daerah penelitian, sedangkan sayap
lipatan yang lainnya terdapa pada pulau induk, sehingga lipatan yang terjadi adalah
lipatan homoklin yang hanya memiliki satu sayap lipatan pada daerah yang diamati.
IV..1.1 Kekar
Kenampakan kekar bisa dijumpai pada seluruh daerah penelitian ini. Pada
daerah penelitian ini dijumpai litologi tufa yang mengalami kekar yang cukup kuat
atau frekuensinya tinggi. Hal ini dapat dilihat dari spasinya yang berukuran besar
yaitu sekitar 1 30 cm dan bukaan 1 4 cm.
Dari hasil pengolahan data kekar pada diagram kipas dan diagram kontur
maka dapat kita tentukan jenis kekar yang terjadi pada daerah penelitian. Berdasarkan
ganesanya, kekar pada daerah penelitian termasuk dalam jenis kekar gerus (shear
joint) yang terjadi akibat adanya tegasan tekanan (compressive joint). Gaya yang
bekerja merupakan gaya-gaya endogen yaitu gaya yang bekerja dari dalam yang
menyebabkan terjadinya deformasi atau pembalikan pada suatu batuan.
22
Pada umumnya kekar merupakan bidang datar dan beberapa diantaranya ada
juga yang berupa bidang kurvatur. Disepanjang bidang tersebut relative tidak terjadi
pergerakan. Hal ini lah yang digunakan pada ciri pembeda kekar dengan sesar. Meski
secara teoritis dikatakan demikian, tetapi dalam kenyataannya sering kali dalam suatu
kelompok kekar yan ditemukan adanya sedikit pergerakan. Tetapi secara praktis hal
ini tidak terlalu berpengaruh, karena meski ada kekar yang memperlihatkan adanya
gerakan/pergeseran,
tetapi
kekar
yang
lain
sehimpunan
dengannya
tidak
23
kenampakan dari extension joint adalah kekar non sistematis dan tidak berpasangan
dengan kekar lainnya. Kekar ini termasuk dalam kekar sistematik dimana dicirikan
oeh arah kedudukan umum setiap kekar adalah relative sejajar, sudut yang dibentuk
antara dua kekar yan saling bersilangan adalah kurang dari 90 0, permukaan kekar
umumnya berpermukaan licin/halus, dan kekarnya umumnya tertutup.
Pada daerah penelitian, pengambilan data kekar dilakukan dengan mendata
kekar yang yan terdapat pada lokasi yang telah dipetak dengan ukuran 2 kali 2 meter.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui arah umum dari kekar dan arah tegasan utama
yang bekerja pada daerah tersebut.
24
25
26
akan mengalami pergeseran atau sesar pada zona lemah. Pada daerah dimana gaya
compressive bekerja (yaitu pada daerah dimana tegasan utama maksimum dominant)
akan mengalami sesar naik akibat tekanan pada lapisan batuan tersebut secara terus
menerus, sedang pada daerah yang sejajar dengan tegasan utama menegah dimana
gaya extension dominant bekerja akan terbentuk sesar turun sebagai akibat dari gaya
yang cenderung saling memisah.
Sesar geser akan terbentuk pada daerah yang sejajar dengan arah tegasan
utama maksimum dimana arah net slipnya juga sejajar dengan arah tegasan uatama.
Secara genetic struktur yang terdapat di daerah penelitian yaitu Pulau
Batukalasi dapa dijelaskan, dimana adanya struktur yang beragaram seperti lipatan,
sesar, dan kekar diakibatkan oleh gaya tektonik yang bekerja pada pulau tersebut.
Permulaan terbentuknya struktur geologi di daerah ini adalah adanya gaya
tektonik yang menekan lapisan batuan yang menyusun daerah tersebut (gaya
compressive) dengan arah yang saling berlawanan. Menurut Metode Harding, dengan
adanya gaya yang menekan suatu lapisan batuan maka akan membentuk lipatan
antiklin, dimana gaya tersebut belum melampaui batas elastisitas batuan. Lipatan
yang terjadi berarah tegak lurus dengan arah tegasan utama yang bekerja pada daerah
tersebut.
Setelah terbentuk lipatan pada daerah penelitian, gaya yang bekerja pada
daerah ini terus bekerja dan menekan batuan tersebut, sehingga melampaui batas
elastisitas dari batuan, sehingga lapisan batuan akan mengalami kekar atau rekahan
pada batuan yang belum pergeseran. Kekar yang terjadi adalah shear joint yan
diakibatkan oleh gaya compressive, sehingga arah dari kekar ini relatif memotong
27
arah tegasan utama maksimum secara berpasangan, secara teoritis sudu antara kekar
yang berpasangan ini kurang dari 900.
Perlu diketahui pula bahwa tegasan utama maksimum yang menekan suatu
daerah, akan menghasilkan pula tegasan utama menengah yang bersifat cenderung
memisah (gaya extension) dimana gaya ini berarah tegak lurus dengan arah tegasan
utama.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan data-data hasil penelitian dan hasil analisa geologi struktur yang
telah dibahas pada bab terdahulu maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
1. Unsur-unsur struktur yang dijumpai pada daerah penelitian adalah : Lipatan,
kekar dan sesar
2. Struktur penyerta disekitar jalur sesar yang dijumpai yaitu drag fold atau struktur
drag (seretan) adalah gejala penyerta pada bidang sesar yang menunjukkan
mekanisme gerak relatifnya.
3. Mekanisme pembentukannya adalah akibat adanya gaya tektonik berupa gaya
tekan atau gaya compressive yang menyebabkan terjadinya struktur-strukur
tersebut.
V.2 Saran
Kalau bisa daerah Batukalasi dapat lebih dikembangkan unuk penelitian unsurunsur struktur yang berupa sruktur pembentuk batuan yang tersingkap didaerah
tersebut dan daerah tersebut sebaiknya dijadikan sebagai daerah penelitian yang
terkukus pada mata kuliah struktur.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan laporan lapangan Geologi
sruktur ini sebagai salah satu syarat kelulusan dari maa kuliah Geologi Struktur.
Dalam menyusun laporan lapangan ini penyusun telah mendapa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada bapak
Ir.H. Djamaluddin dan bapak Ir. Djamal Rauf Husain sebagai dosen pembimbing,
para asisten yang selalu memberikan arahan dan petunjuk kepada kami sera semua
teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan laporan lapangan ini.
Akan tetapi, Penulis menyadari bahwa dirinya selaku manusia biasa yang
memiliki banyak kesalahan maupun kekurangan sehingga apabila di dalam laporan
ini nantinya ditemukan kesalahan maupun kekurangan maka penulis memohon maaf
yang sebesar-besarnya, dan selanjutnya memohon kiranya ada masukan berupa saran
ataupun kritik yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian agar dalam penulisan
laporan selanjutnya kesalahan tersebut dapat dihindari. Selanjutnya penulis hanya
dapat mengharapkan agar laporan ini dapat membawa manfaat bagi pembaca.
P e n u l i s
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
I.2
I.3
I.4
I.5
I.6
I.7
BAB II
Latar Belakang...............................................................................
Maksud dan Tujuan........................................................................
Letak, Waktu dan Kesampaian Daerah..........................................
Alat dan Bahan...............................................................................
Metode dan Tahapan Penelitian.....................................................
Peneliti Terdahulu..........................................................................
1
2
2
3
4
5
GEOLOGI REGIONAL
II.1
II.2
II.3
BAB III
Geomorfologi Regional................................................................. 6
Stratigrafi Regional........................................................................ 7
Stuktur Geologi Regional.............................................................. 10
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Lipatan........................................................................................... 12
ii
iii
III.2 Kekar.............................................................................................. 19
III.3 Sesar............................................................................................... 28
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Kondisi Struktur.............................................................................
IV.1.1 Lipatan...............................................................................
IV.1.2 Kekar..................................................................................
IV.1.3 Sesar...................................................................................
IV.2 Mekanisme struktur daerah penelitian...........................................
BAB V
PENUTUP
V.1
V.2
Kesimpulan....................................................................................
Saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN :
-
Peta Lintasan
Peta Kerangka Struktur Geologi
Laporan Sementara
Anlisa data lipatan
Analisa data kekar
Analisa data sesar
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
2.
3.
iv
DAFTAR FOTO
Halaman
Foto 1.1 Kenampakan struktur geologi di foto ke arah Timur................................
21
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
3.
vi