Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti
kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue). Logos berarti
ilmu. Jadi pengertian dari traumatologi adalah ilmu yang mempelajari semua
aspek yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh manusia
yang masih hidup. Kegunaannya selain untuk kepentingan pengobatan
(dalam ilmu kedokteran bedah) juga untuk kepentingan forensic, sebab
dapat diaplikasikan untuk membantu penegak hokum dalam rangka untuk
membuat terangnya tindak pidana kekerasan yang menimpa tubuh
seseorang. Raumatologi dapat dimanfaatkan untuk membantu menentukan
jenis penyebab trauma, waktu terjadinya trauma, cara melakukannya, dan
akibat dari trauma tersebut.
Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam
kasus forensik. Di dalam ilmu forensik, trauma berdasarkan sifat dan
penyebabnya diklasifikasikan dalam beberapa cara, yaitu mekanik, fisika,
dan kimia. Trauma mekanik dapat diakibatkan oleh kekerasan benda tajam,
kekerasan benda tumpul, dan tembakan senjata. Jenis senjata atau alat yang
digunakan serta cara melakukannya mempengaruhi jenis luka yang
ditimbulkan. Jenis luka yang disebabkan oleh trauma akibat benda tajam
sendiri dapat digolongkan menjadi luka iris, luka tusuk, dan luka bacok.1,2

Berdasarkan hasil penelitian statistik hasil otopsi didapati bahwa


rongga dada merupakan lokasi paling sering menjadi sasaran trauma tajam,
dibandingkan dengan trauma tumpul yang paling sering mengenai kepala.
Mayoritas korban yang meninggal akibat tindakan yang tidak disengaja
disebabkan oleh trauma tumpul, sedangkan tindakan kriminal relatif lebih
sering menggunakan benda tajam untuk membunuh korban.

B.

Tujuan
1. Tujuan umum :
Mengenali dan mengatahui luka/trauma benda tajam
2. Tujuan khusus :
1.
2.
3.
4.

C.

Mengetahui jenis-jenis luka akibat trauma benda tajam


Mengetahui mekanisme terjadinya trauma benda tajam
Mengetahui akibat trauma benda tajam
Mengetahui pemeriksaan post mortem akibat trauma benda tajam

Manfaat
1. Bagi Mahasiswa Klinik
Dapat menjadi tambahan pengetahuan forensik mengenai
luka/trauma benda tajam, yang berguna dalam praktik sehari-hari
sebagai dokter umum

2. Bagi penulis
Bermanfaat untuk memperluas wawasan dan pengalaman penulis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Trauma Benda Tajam


Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera
serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang
dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan
jaringan tubuh akibat kekerasan.1
Trauma benda tajam adalah bentuk luka yang mudah dikenali karena
berciri seperti garis batas luka yang teratur, tepinya rata, sudut lukanya
tajam, tidak adanya jembatan jaringan, tebing luka rata, bila ditautkan akan
menjadi

rapat

karena

benda

tersebut

hanya

memisahkan

tidak

menghilangkan jaringan dan membentuk garis lurus atau melengkung, serta


daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar atau luka lecet. Bendabenda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah
benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun benda dengan
ujung yang runcing, contohnya bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok,
dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, bahkan tepi kertas
ataupun rumput.6

B. Benda Tajam
Benda tajam adalah benda yang mempunyai sisi yang tajam minimal di
salah satu sisinya dan dapat memotong. Contoh yang popular adalah pisau,
dimana pisau merupakan senjata yang paling sering dianggap bertanggung
jawab atas terjadinya trauma akibat benda tajam, tetapi alat-alat lainnya
seperti

pemecah

es,

kapak,

pemotong,

dan

bayonet

juga

dapat

mengakibatkan luka yang dapat dikenali orang.3


Bentuk dari luka yang disebabkan oleh pisau yang mengenai tubuh
korban, dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Sifat-sifat dari benda tajam
Sifat benda tajam meliputi :
a. Bentuk
b. Ketajaman ujungnya
c. Ketajaman tepinya, baik yang bermata satu maupun yang bermata
dua.
Contoh-contoh benda tajam lain yang termasuk didalamnya adalah
seperti sebuah pahat, sepotong kawat, logam yang tajam atau sebuah
kayu yang ujungnya tajam. Pada intinya semua benda sesuatu yang
mempunyai ujung yang tajam yang dapat mengakibatkan penetrasi
pada kulit sampai ke jaringan yang ada dibawahnya, dikategorikan
sebagai benda tajam.

2. Bagaimana sentaja tajam mengenai dan masuk ke dalam tubuh

Jarang pisau masuk ke dalam tubuh dan keluar lagi dengan sudut dan
arah yang sama, dengan demikian setiap luka tusuk merupakan
perpaduan antara tusukan dan irisan. Oleh karena kenyataan tersebut
ukuran luka dimana pisau itu masuk akan lebih besar dari ukuran lebar
pisau itu sendiri. Kekuatan mengayunkan pisau dapat membuat
perbedaan bentuk luka yang terjadi yaitu bila dilakukan dengan
3.

kekuatan yang besar luka yang terjadi akan menjadi luka bacok.
Tempat dimana terdapat luka
Kulit memiliki elastisitas yang besar dan besarnya ketegangan kulit
tidak sama pada seluruh tubuh. Pada daerah dimana serat-serat
elastiknya sejajar yaitu pada lipatan-lipatan kulit, maka tusukan yang
sejajar dengan lipatan tersebut

dapat mengakibatkan luka yang

tertutup, sempit, dan berbentuk celah. Akan tetapi bila tusukan pisau
itu melintasi serta memotong lipatan kulit, maka luka yang terjadi
akibat pisau terseut kan terbuka lebar.

C. Ciri Umum Luka Benda Tajam


Ciri umum luka benda tajam meliputi :1
1. Garis batas luka teratur, tepi luka rata dan sudutnya runcing.
2. Bla ditautkan akan menjadi rapat ( karena benda tersebut hanya
memisahkan, tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis
lurus atau sedikit lengkung).
3. Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan
4. Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar
D. Klasifikasi Luka Akibat Benda Tajam

Ciri-ciri suatu luka dapat menunjukkan cara benda penyebabnya


digunakan. Hal ini tergantung dari jenis benda penyebab luka tersebut. Cara
penggunaan senjata tajam dapat dibedakan, yaitu diiriskan, ditusukan, dan
dibacokkan.6
1. Luka Iris
Luka iris merupakan luka yang terjadi jika benda tajam yang
mengenai tubuh hampir sejajar dengan permukaan tubuh. Luka iris
dapat ditandai dengan panjang luka lebih besar dari dalamnya, tepi
rata, disekitar luka umumnya tidak ditemukan memar dan luka lecet,
dinding luka tidak terdapat jembatan jaringan, dan sudut luka runcing.
Jenis luka ini umumnya lebih sering ditemukan pada kecelakaan
dan bunuh diri. Bila luka mengenai pembuluh darah besar, maka
kematian korban dapat disebabkan oleh perdarahan atau masuknya
udara kedalam pembuluh darah (emboli darah).
Pada bunuh diri sering ditemukan luka-luka sayat yang khas yang
disebut luka sayat percobaan. Lokasi luka percobaan hampir selalu
pada lengan-pergelangan tangan atau leher merupakan irisan-irisan
yang berkelompok dengan arah yang hampir sejajar.4
2. Luka Tusuk
Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk
atau korban yang terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang
digunakan bermata satu, maka salah satu sudut akan tajam, sedangkan
sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau bermata dua, maka kedua
sudutnya tajam.

Deskripsi luka tusuk pada umumnya sama dengan diskripsi luka


tusuk pada umumnya sama dengan deskripsi luka lainnya yaitu
berdasarkan jumlah, letak, bentuk, ukuran dan sifat.
Bentuk luka tusuk tidak sepenuhnya tergantuk bentuk senjata.
Jaringan elatis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek
yang sesuai dengan bentuk senjata. Harus dipahami bahwa jaringan
elastis berbentuk garis lengkung pada seluruh area tubuh, sehingga jika
ditusuk tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan

lebar dan

pendek. Sedangkan bila ditusuk parallel dengan garis tersebut, luka


yang terjadi sempit dan panjang.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk,
salah satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau pisau keluar,
dimana hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu
khas. Manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan, juga akan
mempengaruhi bentuk luka tusuk, misalnya:
a. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian dan
kemudian ditusukan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada
keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya
b. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarah ke salah
satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan
memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor.
c. Tusukan masuk kemudian saat masih di dalam ditusukkan ke
arah lain menyebabkan saluran luka menjadi lebih luas. Luka
luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar
senjata yang digunakan.

d. Tusukan

masuk

yang

kemudian

dikeluarkan

dengan

menggunakan titik terdalam sebagai landasan menyebabkan


saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian
superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar
senjata yang digunakan.
e. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut
luka berbentuk ireguler dan besar. Jika senjata digunakan dengan
kekuatan tambahan, dapat ditemukan kontusio minimal pada luka
tusuk tersebut. Hal ini juga dapat diindikasikan adanya pukulan.
Panjang saluran luka dapat mengindikasikan panjang minimum
dari senjata yang digunakan. Harus diingat bahwa posisi tubuh korban
saat ditusuk berbeda dengan saat autopsi. Memanipulasi tubuh sesuai
dengan posisi saat ditusuk sulit dilakukan atau bahkan tidak mungkin
mengingat berat dan adanya kaku mayat. Hal lain yang perlu
dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota tubuh
pada saat penusukkan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya
ragu-ragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan.
Pisau yang ditusukan pada dinding dada dengan kekuatan
tertentu akan mengenai tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan
sternum. Karakteristik senjata paling baik dilihat melalui trauma pada
tulang. Biasanya senjata yang tidak begitu kuat dapat rusak atau patah
pada ujungnya yang akan tertancap pada tulang. Sehingga dapat
dicocokkan, ujung pisau yang tertancap pada tulang dengan
pasangannya.

3. Luka Bacok (Chop Wound)


Luka akibat benda tajam dapat pula disebabkan oleh benda tajam
yang ukurannya besar dan berat, seperti luka akibat golok, kapak, sabit
dan celurit. Luka yang disebabkan benda atau senjata yang ukurannya
besar akan lebih hebat dan berat, disebut sebagai luka bacok. Pada
dasarnya terletak pada bagaimana senjata atau benda tajam tersebut
mengenai tubuh, yaitu tepi tajam yang pertama kali mengenai tubuh
serta tenaga yang dipakai sedemikian besarnya.
Bila pada pisau digerakkan menusuk dengan ujung pisau, faktor
yang paling penting diperhatikan adalah faktor tenaga atau kekuatan
yang disertai serta faktor ketajaman bagian benda tajam yang
mengenai tubuh. Pada senjata seperti celurit, maka luka akan
diperberat dengan adanya gerakan untuk menarik clurit dari tubuh
korban, selain faktor gerakan dari korban sendiri.
Istilah dibacokkan mengandung pengertian bahwa senjata yang
digunakan adalah senjata tajam yang ukurannya relatif

besar dan

diayunkan dengan tenaga yang kuat sehingga mata tajam dari senjata
tersebut mengenai suatu bagian dari tubuh. Tulang-tulang di bawahnya
biasanya berfungsi sebagai bantalan sehingga ikut menderita luka.
Makin tajam instrumen makin tajam pula tepi luka. Sebagaimana
luka lecet yang dibuat oleh instrument tajam yang lebih kecil, luka
akibat penapisan dapat terjadi pada tempat dimana bacokan dibuat.
Abrasi lanjutan dapat ditemukan pada sisi di seberang tempat
penapisan, yang disebabkan oleh hapusan bilah yang pipih. Pada
instrumen pembacok yang diarahkan pada kepala, sudut besaran bilah

10

terkadang dapat dinilai dari bentuk patahan tulang tengkorak. Sisi


pipih bilah bias meninggalkan cekungan pada salah satu sisi patahan,
sementara sisi yang lain dapat tajam atau menipis.
Berat senjata penting untuk menilai kemampuannya memotong
hingga tulang di bawah luka yang dibuatnya. Ketebalan tulang
tengkorak dapat dikalahkan dengan menggunakan instrument yang
lebih berat. Ketebalan tulang tengkorak dapat dikalahkan dengan
menggunakan instrument yang lebih berat. Perlu dicatat kemungkinan
dilakukannya pemelintiran setelah terjadi bacokan dan dalam upaya
melepaskan senjata. Gerakan tersebut, jika dilakukan dengan tekanan
dapat mengakibatkan pergeseran tulang, umumnya di dekat kaki-kaki
luka bacok.
Terdapat dua tipe luka yang dapat disebabkan oleh instrumen
tajam baik dengan benda atau senjata tajam yang dapat dikenal dengan
baik dan memiliki ciri yang dapat dikenali dari aksi korban. Yang
pertama merupakan tanda percobaan, yaitu insisi dangkal yang
dibuat sebelum luka yang fatal oleh individu yang berencana bunuh
diri. Luka percobaan tersebut seringkali terletak parallel dan terletak
dekat dengan luka dalam di daerah pergelangan tangan atau leher.
Meskipun jarang sekali dilaporkan, luka bacok superfisial ini di kepala
dapat terjadi sebelum ayunan yang keras dan menyebabkan kehilangan
kesadaran dan/ atau kematian. Bentuk lainnya merupakan luka
perawatan yang dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan
bawah (jarang di tempat lain) dari korban sebagaimana ia berusaha

11

melindungi diri dari ayunan senjata, contohnya dengan menggenggam


bilah dari instrument tajam.
Luka-luka yang merupakan luka bacok (chop wound) memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Ciri-ciri umum luka akibat benda tajam
b. Ukuran luka besar dan menganga
c. Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka
d. Biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka
e. Jika senjata yang digunakan tidak begitu tajam maka di sekitar
garis batas luka terdapat memar.
Kematian pada luka bacok biasanya terjadi pada kasus
pembunuhan dan kecelakaan. Sebab kematian pada luka bacok, yaitu
perdarahan, rusaknya organ vital, emboli udara, infeksi dan sepsis, dan
refleks vagal pada luka bacok di daerah leher.

E. Perbedaan Trauma Tajam dan Trauma Tumpul


Tabel 1. Perbedaan antara luka akibat benda tajam dan benda tumpul:5
Benda tumpul
Benda tajam
Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi Garis batas luka tegas
luka tidak rata
Bila ditautkan tidak dapat rapat (karena Bila ditautkan membentuk garis
sebagian jaringan hancur)
lurus
Tebing luka tidak rata dan terdapat jembatan Tebing

luka

rata,

tidak

ada

jaringan
jembatan jaringan
Disekitar garis batas luka ditemukan memar
Biasa tidak ditemukan memar
Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah Bentuk luka bergantung dari cara
yang dekat tulang (misalnya daerah kepala, benda tajam tersebut mengenai
muka dan ekstremitras) dan bentuk luka sasaran

12

tidak menggambarkan bentuk dari benda


penyebabnya.
F. Perbedaan Sifat Luka Akibat Bunuh Diri, Pembunuhan, dan
Kecelakaan
Pada kasus bunuh diri dengan benda atau senjata tajam, maka cara
yang terbanyak dijumpai adalah dengan cara memotong (mengiris)
tenggorokan. Bila korban menggunakan tangan kanan untuk maksud
tersebut maka pada umumnya luka iris akan dimulai dari bawah telinga
sebelah kiri dan berjalan di bawah dagu ke sebelah kanan, dengan demikian
luka tersebut berjalan dari kiri atas belakang ke kanan bawah depan. Bila
korban menggunakan tangan kirinya atau orang yang kidal akan terdapat
keadaan yang sebaliknya.6
Pada pemeriksaan yang teliti dari luka akan sering didapatkan satu atau
lebih luka yang lebih dangkal dan berjalan sejajar disekitar luka utama, lukaluka tersebut adalah luka percobaan (hesitation mark). Luka-luka percobaan
dapat pula ditemukan pada bagian lain dari tubuh, seperti pada pergelangan
tangan atau pergelangan kaki, lipat siku atau pada daerah perut. Luka-luka
tersebut umumnya yang terjangkau oleh tangan korban serta biasanya tidak
menembus pakaian karena umunya korban menyingkap pakaian terlebih
dahulu.6
Selain daerah leher, daerah dada merupakan daerah tersering, dalam
hal ini sesuai dengan letak jantung, serta pada daerah perut biasanya daerah
lambung. Lokasi-lokasi tersebut merupakan lokasi yang sering dipilih oleh

13

korban di dalam kasus bunuh diri; di dalam kasus-kasus tersebut biasanya


bentuk luka yang didapatkan adalah luka tusuk. Luka-luka percobaan
tentunya dapat pula dijumpai. Luka-luka yang menunjukkan adanya tandatanda perlawanan pada kasus bunuh diri dengan sendirinya tidak akan
didapatkan.
Pada kasus bunuh diri selain luka-luka utama yaitu luka yang fatal,
yang terdapat baik pada daerah leher, dada atau daerah lambung serta
adanya luka-luka percobaan; pada tangan korban tidak jarang akan
ditemukan pisau yang tergenggam dengan sangat kuatnya, ini disebabkan
adanya kekakuan yang terjadi seketika pada otot-otot tangan korban yang
menggenggam pisau. Kekakuan seketika tersebut dikenal dengan istilah
cadaveric spasm, yang mencerminkan adanya faktor stres emosional dan
intravitalitas. Dengan demikian adanya senjata yang tergenggam erat
tersebut pada korban, hampir dapat ditentukan dengan pasti bahwa korban
telah melakukan bunuh diri; dan mengingat bahwa faktor stres emosional
atau ketegangan jiwa merupakan faktor yang memungkinkan terjadinya
cadaveric spasm.
Pada keadaan dimana pisau tidak tersedia, seperti didalam rumah
tahanan atau lembaga permasyarakatan, maka bunuh diri dapat pula dengan
mempergunakan benda-benda tajam lainnya seperti : pecahan kaca, pecahan
botol, dan kepingan kaleng. Dengan demikian kelainan yang didapatkan
pada pemeriksaan lebih bervariasi.

14

Pada kasus pembunuhan, sulit untuk membunuh seseorang hanya


dengan satu tusukan saja, kecuali bila korbannya sedang tidur atau dalam
keadaan sangat lemah atau bila korban diserang secara mendadak dan yang
terkena adalah organ tubuh yang vital. Jumlah luka umumnya lebih dari
satu, tidak mempunyai tempat atau lokasi tertentu, seringkali didapatkan
luka-luka yang didapat sewaktu korban melakukan perlawanan, luka-luka
yang terakhir tadi disebut luka tangkis. Luka-luka tangkis dapat ditemukan
pada daerah lengan bawah bagian dalam atau pada telapak tangan. Lukaluka pada telapak tangan dimungkinkan bila korban berusaha menangkap
atau merebut ataupun menangkis serangan lawannya.
Luka mematikan biasanya pada daerah leher, dada, dan pada daerah
perut dimana terdapat organ-organ vital. Sebagai dokter, diharapkan dapat
membedakan kasus pembunuhan dimana korban digorok lehernya dengan
kasus bunuh diri. Terdapat perbedaan-perbedaan pokok, diantaranya arah
atau letak luka yang mendatar, tidak adanya luka-luka percobaan dan
didapatkan luka-luka tangkis.
Perlu diingat pula bahwa terdapat banyak benda atau senjata tajam
yang bentuknya runcing-runcing, misalnya pisau saku dan ganco. Dengan
menggunakan benda atau senjata yang demikian, pembunuhan dapat
dilakukan dengan cara menghantam benda atau senjata tajam tersebut ke
kepala korban, menembus tulang dan masuk kedalam otak. Sehingga akan
didapati luka-luka yang terjadi seperti kasus-kasus diatas tadi, hanya

15

ukurannya kecil dan berbentuk celah saja, maka pada pemeriksaan luar dari
korban haruslah dilakukan dengan seteliti dan secermat mungkin.

Tabel 2. Perbedaan Sifat Luka Pembunuhan, Bunuh Diri, Kecelakaan

Lokasi luka
Jumlah luka
Pakaian
Luka tangkis
Luka percobaan
Cedera sekunder

Pembunuhan
Sembarang
Banyak
Terkena
Ada
Tidak Ada
Mungkin Ada

Bunuh Diri
Terpilih
Banyak
Tidak Terkena
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada

Kecelakaan
Terpapar
Tunggal/Banyak
Terkena
Tidak Ada
Tidak Ada
Mungkin Ada

G. Pembagian Derajat Luka


Jika dari sudut medik, luka merupakan kerusakan jaringan (baik
disertai atau tidak disertai diskontinuitas permukaan kulit) akibat trauma.
Bila ditinjau dari sudut hukum, luka merupakan kelainan yang disebabkan
oleh suatu tindak pidana, baik yang bersifat intentional (sengaja),
recklessness

(ceroboh),

atau

negligence

(kurang

hati-hati).

Untuk

menentukan berat ringannya hukuman perlu ditentukan lebih dahulu berat


ringannya luka. Kebijakan hukum pidana di dalam penentuan berat
ringannya luka tersebut didasarkan atas pengaruhnya terhadap kesehatan
jasmani, kesehatan rohani, kelangsungan hidup janin dalam kandungan,
estetika jasmani, pekerjaan/jabatan atau pekerjaan mata pencaharian, serta
fungsi alat indera.
1. Luka Ringan
Luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya.

16

2. Luka Sedang
Luka yang dapat menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencahariannya
untuk sementara waktu (sementara waktu harus dinyatakan beberapa
hari atau bulan).
3. Luka Berat
a. Penyakit atau luka yang tak dapat diharapkan sembuh dengan
sempurna
b. Luka yang datang mendatangkan bahaya maut
c. Rintangan tetap menjalan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata
d.
e.
f.
g.

pencahariannya.
Kehilangan salah satu dari panca indera
Cacat besar atau kudung
Mengakibatkan kelumpuhan
Mengakibatkan gangguan daya pikir empat minggu lamanya atau

lebih
h. Mengakibatkan keguguran atau matinya janin dalam kandungan
H. Aspek Medikolegal
Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka
akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat
memberikan kejelasan dari permasalahan sebagai berikut:3
a. Jenis luka apakah yang terjadi?
b. Jenis kekerasan atau senjata apakah yang menyebabkan luka?
c. Bagaimanakah kualifikasi luka?
Pengertian kualifikasi luka semata-mata pengertian llmu Kedokteran
Forensik, yang hanya baru dipahami seielah mempelajan pasal-pasal dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yang bersangkutan dengan Bab XX
(Tentang

Penganiayaan), terutama pasal 351 dan pasal 352; dan Bab IX

17

(Tentang Arti Beberapa Istilah Yang Dipakai Dalam Kitab Undang-Undang),


yaitu pasal 90.
Pasal 351
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah
dikenakan pidana penjara paling lama lima tahun
3. Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh
tahun
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
Pasal 352
1. Kecuali

yang tersebut

dalam

pasal

penganiayaan tidak menimbulkan penyakit

353

dan

356, maka

atau

halangan

untuk

menjalankan pekerjaan, jabatan, atau pencaharian, diancam, sebagai


penganiayaan ringan,

dengan

pidana penjara paling lama tiga

bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah. Pidana dapat
ditambah sepertiga bagi orang

yang

melakukan kejahatan itu

terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.


2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana

Pasal 90
Luka berat berarti:
1. Jatuh

sakit

atau mendapat luka yang tidak memberi harapan

akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut

18

2. Tidak
3.
4.
5.
6.
7.
8.

mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan

pekerjaan pencaharian
Kehilangan salah satu panca indera
Mendapat cacat berat (vermin king)
Menderita sakit lumpuh
Terganggunya daya pikir selama empat minggu
Gugurya atau matinya kandungan seorang perempuan.
Oleh karena istilah "penganiayaan" merupakan istilah hukum, yaitu.
dengan sengaja melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada
seseorang, maka di dalam Visum et Repertum yang dibuat dokter
tidak

boleh

mencantumkan

istilah

penganiayaan, oleh karena

dengan sengaja atau tidak itu merupakan urusan hakim. Demikian pula
dengan menimbulkan perasaan nyeri sukar sekali untuk dapat
dipastikan secara obyektif, maka kewajiban dokter di dalam
membuat Visum et Repertum hanyalah menentukan secara obyektif
adanya luka,

dan

bila

ada

luka,

dokter harus

menentukan

derajatnya.

19

BAB III
KESIMPULAN

Penulisan referat ini menjawab tujuan yang diinginkan dalam penulisan ini.
Referat ini dapat memberikan informasi yang baik tentang trauma benda tajam
yang dinilai dari segi forensik dan medikolegalnya. Dapat disimpulkan bahwa
trauma benda tajam merupakan suatu kekerasan berupa luka atau cedera yang
disebabkan oleh trauma mekanik benda tajam.
Dalam pemeriksaan luar maupun dalam harus dapat dilakukan secara teliti,
karena dari pemeriksaan yang baik, dapat disimpulkan jenis senjata yang
digunakan, jenis dan sifat luka, motif trauma tersebut, derajat luka, serta waktu
kejadiannya. Hal tersebut dapat digunakan baik untuk penilaian medik, juga untuk
penilaian dan kepentingan peradilan.
Oleh karena itu, sebagai tenaga medis, seorang dokter umum perlu untuk
mengetahui

dasar-dasar

traumatologi

yang

baik,

serta

mampu

mengaplikasikannya dalam praktik sehari-hari dengan tetap berpegang pada


hukum dan undang-undang yang berlaku di Indonesia.

20

DAFTAR PUSTAKA

1.

Dahlan, Sofwan. Kedokteran Forensik : Traumatologi. Semarang : Badan


Penerbit Universitas Diponegoro, 2000.

2.

Dahlan, Sofwan. Petunjuk Praktikum Pembuatn Visum et Repertum.


Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2000.

3.

Idris, Abdul Munim. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.


Jakarta : Binarupa Aksaraa, 1997.

4.

Kepolisian Negara Republik Indonesia Dinas Kedokteran Dan Kesehatan.


Atlas Kedokteran Forensik Tentang Perlukaan. Cetakan II. Jakarta: Dinas
Kedokteran dan Kesehatan Polri Lembaga Kedokteran Kepolisian Unit
Kedokteran Forensik, 1995

5.

Abraham S, Arif Rahman, Bambang PN, Gatot S, Hadi Bin Salim, et al. Ilmu
Kedokteran Forensik.Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.Cetakan Kedua.2012.

6.

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan II. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.

21

7.

Dix, J. Color Atlas of Forensic Pathology. CRC Press : 2000 : 134-145


LAMPIRAN GAMBAR7

22

23

24

25

26

27

Gambar 1. Pisau dan Komponenkomponennya


Gambar 7. Luka insisi yang dalam pada leher
dapat terjadi karena motif pembunuhan (tidak
ada
luka percobaan)
Gambar
Luka
tusuk
pada dada
Gambar
4. 11.
Luka
tusuk
multiple
pada dada yang
disebabkan oleh pisau yang sama.
Gambar 14. Gambaran Luka Tusuk multiple pada dinding
dada.
Gambar 10 . Luka tusuk multiple pada leher
dan dada

Gambar 2. Luka Tusuk. Sisi kiri merupakan


Gambar
8. Luka
tusuk
padabagian
lengantajam
bawah
bagian
tumpul
dan sisi
kanan
(panah tebal)

Gambar 5. Luka tusuk multiple. Dan luka tusuk


dalam pada rongga perut yang menyebabkan
keluarnya isi perut
Gambar 15. Gambaran luka iris superficial dan luka iris
dalam

Gambar 12. Luka tusuk pada jantung


ditemukan sudut luka tusuk tumpuh (anak
panah)

Gambar 13. Luka Tusuk multiple pada paru

Gambar 3. Elastisitas kulit dapat menyebabkan


Gambar
9 . Lukabentuk
iris dalam
lengan dengan
luka memiliki
yangdiberbeda.
banyak lukaGambar
percobaan
(tanda
bunuh
6. Luka insisi yangdiri)
dalam pada leher
dapat terjadi karena motif bunuh diri (adanya
luka percobaan di leher)

28

Anda mungkin juga menyukai