Anda di halaman 1dari 16

2.

4 DOKUMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN


2.4.1 Pengertian Dokumentasi Keperawatan Tahap Implementasi
Dokumentasi penting dalam perawatan kesehatan sekarang ini. Dokumentasi
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan
sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Catatan medis harus
mendeskripsikan tentang status dan kebutuhan klien yang komprehensif, juga layanan
yang diberikan untuk perawatan klien. Dokumentasi yang baik mencerminkan tidak
hanya kualitas perawatan tetapi juga membuktikan pertanggunggugatan setiap anggota
tim perawatan dalam memberikan perawatan.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori
dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas
kehidupan sehari-hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang
berpusat pada klien, menyelia dan mengevaluasi kerja anggota staf, dan mencacat serta
melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan
berkelanjutan dari klien.
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klienkeluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian
hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan
rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual),
kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan
tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995).

Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana intervensi keperawatan.


Komponen yang ada pada format dokumentasi implementasi pada pemenuhan
kebutuhan keselamatan dan keamanan :
a.

Nama pasien, umur.

b.

Ruangan, kamar, bed.

c.

Nomor registrasi, nomor rekam medik.

d.

Hari, tanggal , dan waktu.

e.

Nomor diagnosa.

f.

Tindakan keperawatan dan hasil, respon klien.

g.

Paraf dan nama jelas perawat.

2.4.2 Pedoman dalam Melaksanakan Implementasi Keperawatan


Beberapa pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan (Kozier et al,.
1995) adalah sebagai berikut:
1.

Berdasarkan respons klien.

2.

Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan


professional, hukum dan kode etik keperawatan.

3.

Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia.

4.

Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan.

5.

Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi


keperawatan.

6.

Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya
meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (Self Care).

7.

Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan.

8.

Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien.

9.

Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.

10. Bersifat holistik.


11. Kerjasama dengan profesi lain.
12. Melakukan dokumentasi
2.4.3 Kategori dalam Implementasi Keperawatan

Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari
implementasi keperawatan, antara lain:
1.

Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan


tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi
untuk klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi
tim keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan
lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.

2.

Interpersonal

implementations,

meliputi

koordinasi

kegiatan-kegiatan,

meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal


personal, pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual, bertindak
sebagai advokasi klien, role model, dan lain lain.
3.

Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit,


melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar
klien, mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan
keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.
Sedangkan dalam melakukan implementasi keperawatan, perawat dapat
melakukannya sesuai dengan rencana keperawatan dan jenis implementasi
keperawatan. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan,
antara lain:

1.

Independent implementations, adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh


perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan
kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL),
memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosiospiritual,

perawatan alat invasive yang

dipergunakan klien, melakukan

dokumentasi, dan lain-lain.


2.

Interdependen/ Collaborative implementations, adalah tindakan keperawatan atas


dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya,
seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus,
kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain. Keterkaitan dalam tindakan
kerjasama ini misalnya dalam pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis, dan efek

samping merupakan tanggungjawab dokter tetapi benar obat, ketepatan jadwal


pemberian, ketepatan cara pemberian, ketepatan dosis pemberian, dan ketepatan
klien, serta respon klien setelah pemberian merupakan tanggung jawab dan
menjadi perhatian perawat.
3.

Dependent implementations, adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari


profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya
dalam hal: pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh
ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian
fisioterapi.

2.4.4 Metode Implementasi


1. Membantu dalam aktifitas kehidupan sehari-sehari
Aktifitas kehidupan sehari-hari adalah aktifitas yang biasanya dilakukan dalam
sepanjang hari normal: mencakup ambulasi, makan, berpakaian, menyikat gigi, berhias.
2. Konseling
Konseling adalah metoda implementasi yang mebantu klien menggunakan
proses pemecahan masalah untuk mengenali dan menangani stres dan yang
memudahkan hubungan interpersonal antara klien, keluarganya, dan tim perawatan
kesehatan. Ini berjtujuan untuk membantu klien menerima perubahan yang akaan
terjadi yang diakibatkan stres berupa dukungan emosional, intelektual, spiritual, dan
psikologis.
3. Penyuluhan
Penyuluhan adalah metode implementasi yang digunakan untuk menyajiakn
prinnsip , prosedur, dan teknik yang tepat tentang perawatn kesehatan untuk klien dan
untuk menginformasikan klien tentang status kesehatannya.
4. Memberikan asuhan keperawatan langsung.
5. Kompensasi untuk reaksi yang merugikan.
6. Tindakan preventif.
7. Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien untuk prosedur.
8. Tindakan menyelammatkan jiwa.
9. Mencapai tujuan perawatan.

10. Mengawasi dan mengevaluasi kerja dari anggota staf lain


Perawat yang memberikan tugas bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap
tugas ditugaskan secara sesuai dan diselesaikan sesuai dengan standar keperawatan.
2.4.5 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Secara operasional hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan adalah:
1.

Pada tahap persiapan.


a.Menggali perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan professional pada diri sendiri.
b.Memahami rencana keperawatan secara baik.
c.Menguasai keterampilan teknis keperawatan.
d.Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan.
e.Mengetahui sumber daya yang diperlukan.
f.Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan keperawatan.
g.Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur keberhasilan.
h.Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin muncul.
i.Penampilan perawat harus menyakinkan.

2.

Pada tahap pelaksanaan.


a.Mengkomunikasikan/ menginformasikan kepada klien tentang keputusan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat.
b.Beri kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya terhadap
penjelasan yang telah diberikan oleh perawat.
c.Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia dan
kemampuan teknis keperawatan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang
diberikan oleh perawat.
d.Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah energi klien,
pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, privacy, kondisi klien, respon klien
terhadap tindakan yang telah diberikan.

3.

Pada tahap terminasi.

a.Terus memperhatikan respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah


diberikan.
b.Tinjau kemajuan klien dari tindakan keperawatan yang telah diberikan.
c.Rapikan peralatan dan lingkungan klien dan lakukan terminasi.
d.Lakukan pendokumentasian.
2.4.6 Hal-hal yang Harus Didokumentasikan
Hal-hal yang perlu didokumentasikan pada tahap implementasi
1.

Mencatat waktu dan tanggal pelaksanaan.

2.

Mencatat diagnosa keperawatan nomor berapa yang dilakukan intervensi


tersebut

3.

Mencatat semua jenis intervensi keperawatan termasuk hasilnya


Contoh : Mengornpres luka dengan betadin 5 %
Flasil : luka tampak bersih, pus tidak ada, tidak berbau

4.

Berikan tanda tangan dan nama jelas perawat satu tim kesehatan yang telah
melakukan intervensi.

2.4.7 Petunjuk Pendokumentasian Pelaksanaan (Implementasi)


Petunjuk Pendokumentasian Pelaksaaan (Implementasi):
1.

Gunakan ballpoint tertulis jelas, tulis dengan huruf cetak bila tulisan tidak jelas.
Bila salah tidak boleh di tipp ex tetapi dicoret saja, dan ditulis kembali diatas atau
disamping.
Contoh: RR: 24 kali/menit, Seharusnya RR: 42 kali/menit
RR: 24 kali/menit, RR : 42 kali / menit

2.

Jangan lupa selalu menuliskan waktu, jam pelaksanaan


Contoh 28 Mei 2008, pukul 18.00, memonitor tanda vital
RR : 42 kali/menit
Suhu : 39 C
Nadi : 98 kali/menit
TD :140/90 mmHg

3.

Jangan membiarkan baris kosong, tetapi buatlah garis kesamping untuk mengisi
tempat yang tidak digunakan
Contoh: Mengukur suhu klien, hasil: suhu 39 C Hartifah, R.N

4.

Dokumentasikan sesegera mungkin setelah tindakan dilaksanakan guna


menghindari kealpaan (lupa)

5.

Gunakan kata kerja aktif, untuk menjelaskan apa yang dikerjakon.


Contoh : Memberikan obat tetes mata

6.

Dokumentasikan bagaimana respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan

7.

Dokumentesikan aspek keamanan, kenyamanan dan pengawasan infeksi


terhadap klien. Juga tindakan-tindakan invasive harus dicatat.
Contoh : Memberikan kompres betadin pacia lokasi tusukan infus

8.

Dokumentasikan pula modifikasi lingkungan bila itu merupakan bagian dari


tindakan keperawatan.
Contoh : Membatasi pengunjung, agar pasien dapat istirahat

9.

Dokumentasikan.persetujuan keluarga untuk prosedur khusus dan tindakan


invasif yang mempunyai resiko tambahan.

10. Dokumentasikan semua informasi yang diberikan dan pendidikan kesehatan yang
diberikan.
11. Dokumentasikan dengan jelas, lengkap, bukan berarti semua kalimat harus ditulis,
tetapi kata kata kunci dan simbol-simbol / lambang-lambang sudah baku/lazim
dapat digunakan
Contoh: IVFD, NGT, dll
12. Spesifik hindarkan penggunaan kata yang tidak jelas,bila perlu tuliskan ungkapan
klien untuk memperjelas maksud.
Contoh : Klien nampak cemas (salah), klien tidak dapat tidur, sering menekuk kaki
sebelah kanannya dah ia mengatakan "ingin bertemu' suaminya dulu sebelum mati'
13. Rujuk ke petunjuk, kebijakan dan prosedur rumah sakit untuk penggunaan format
2.4.8 Tujuan Dokumentasi Pelaksanaan (Implementasi)
Tujuan Dokumentasi Pelaksanaan:

1.

Mengevaluasi kondisi kesehatan pasien dalam periode yang singkat (evaluasi


formatif) setelah tindakan dilakukan.

2.

Mengetahui jumlah tenaga/jenis tenaga kesehatan yang terlihat langsung


memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

3.

Mengetahui jenis tindakan keperawatan yang telah diberikan.

4.

Mengetahui pendidikan kesehatan yang telah diberikan.

5.

Dokumentasi legal intervensi keperawatan yang telah diberikan kepada klien dan
keluarganya

2.4.9 Kegunaan Dokumentasi Implementasi


Manfaat Kegunaan Dokumentasi Implementasi:
1. Mengkomunikesikan secara nyata tindakan tindakan yang telah dilakukan untuk
klien.
Hal ini penting untuk:
a)

Menghindarkan kesalahan kesalahan seperti duplikasi tindakan, yang


seharusnya tidak perlu terjadi.
Contoh : Pemberian obat sudah diberikan, tetapi tidak dicatat Sehingga
diberikan obat kembali.

b)

Quality Assurance (menjamin mutu ) yang akan menunjukkan apa yang


secara nyata telah dilakukan terhadap klien dan bagaimana hubungannya
dengan standar yang telah dibuat.

c)

Melihat hubungan respon respon klien dengan tindakan keperawatan yang


sudah diberikan (evaluasi klinis)

2. Menjadi dasor penentuan tugas


Sistem klasifikasi klien didasarkan pada dokumentasi tindakan keperawatan yang
sudah ada, untuk selanjutnya digunakan dalam menentukan jurnal perawat yang
harus bartugas dalam setiap shift jaga.
3. Memperkuat pelayanan keperawatan
Jalan keluar dari tindakan malpraktek tergantung pada dokumen-dokumen yang ada.
a)

Dokumen tentang kondisi klien

b)

Segala sesuatu yang telah dilakukan untuk klien.

c)

Kejadian kejadian atau kondisi klien sebelum dilakukan tindakan

4. Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelanjaan


Dokumen tentang penggunaan alat alat dan bahan bahan akan membantu
perhitungan anggaran biaya suatu rumah sakit
Catatan Keperawatan:

Gunakan tinta yang jelas, menulis dengan huruf cetak / bila tulisan tidak

jelas
Menulis pada catatan sesegera mungkin setelah memberikan askep
Menulis dengan sebenarnya : bagaimana kapan, dimana kegiatan dilakukan
Selalu membuat nama jelas dan paraf
Catatan meliputi :
1.

Pengkajian

2.

Intervensi aktivitas

3.

Evaluasi respon

2.5 DOKUMENTASI EVALUASI KEPERAWATAN


2.5.1 Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan,rencana tindakan,dan pelaksanaanya yang sudah
behasil di capai.Evaluasi sendiri merupakan kegiatan yang disengaja dan terus menerus
dilakukan dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Menurut Craven dan Hirnle evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas
asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan
respon prilaku klien yang tampil.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

2.5.2 Tujuan Evaluasi


Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.hal ini
bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan kep yang di berikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
1. Tujuan umum :
a.Menjamin asuhan keperawatan secara optimal
b.Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
2.Tujuan khusus
a.Mengakhiri rencana tindakan keperawatan,hal ini jika klien mencapai tujuan yg
di telah tetapkan.
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan ,yaitu jika klien mengalami kesulitan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
c.Meneruskan rencana tindakan keperawatan,yaitu jika klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2.5.3 Proses Evaluasi
Proses evaluasi terdiri dari 2 tahap yaitu mengukur pencapain tujuan klien dan
penentuan keputusan pada tahap evaluasi dengan membandingkan data yang terkumpul
dengan tujuan dan pencapaian tujuan.
1. Mengukur pencapain tujuan klien
Perawat menggunakan keterampilan pengkajian untuk mendapatkan data yang akan
digunakan dalam evaluasi.faktor yang dievaluasi mengenai status kesehatan klien yang
terdiri dari beberapa komponen yang meliputi KAPP (kognitif,affektif,psikomotor,dan
perubahan fungsi tanda dan gejala spesifik).
a. Kognitif
Lingkup

evaluasi

penyakitnya , mengontrol

pada

kognitif

meliputi

pengetahuan

klien

terhadap

gejala-gejalanya , pengobatan , diet , aktivitas , persedian

alat-alat,resiko komplikasi , gejala yang harus di laporkan ,pencegahan , pengukuran


dan lain-lain.Evaluasi kognitif dapat di peroleh melalui interview atau tes tertulis.
b. Affektif (status emosional)
Affektif klien cenderung ke penilaian yang subyektif dan sangat sukar di
evaluasi.Hasil evaluasi di tulis dalam bentuk perilaku yang akan memberikan sesuatu
indikasi terhadap status emosi klien .
Contoh:
1. Observasi secara langsung
Observasi secara langsung yaitu perawat mengobservasi ekspresi wajah , postur
tubuh dan nada suara serta isi pesan secara verbal pada waktu melakukan wawancara.
2.Umpan balik dari profesi kesehatan lain
Umpan balik dari profesi kesehatan yang lain yaitu perawat dapat mengkonfirmasikan
dengan tenaga kesehatan lainnya untuk memvalidasi hasil observasi tentang keadaan
klien.
c. Psikomotor
Psikomotor biasanya lebih mudah untuk dievaluasi dibandingkan dengan yang
lainya jika perilaku yang dapat diobservasi sudah diidentivikasi pada tujuan.Hal ini
bisa di lakukan melalui observasi secara langsung.Dengan melihat apa yang telah di
lakukan klien sesuai dengan yang di harapkan adalah suatu cara yang terbaik untuk
mengevaluasi psikomotor klien.
d. Perubahan fungsi tubuh dan gejala
Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh dan gejala mencakup beberapa
aspek status kesehatan klien yang bisa di observasi.Untuk mengevaluasi perubahan
fungsi tubuh maka perawat memfokuskan pada bagaimana fungsi kesehatan klien
berubah setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Penentuan keputusan pada tahap evaluasi
Setelah data terkumpul tentang status keadaan klien ,maka perawat membandingkan data
denga outcomes.Tahap berikutnya adalah membuat keputusan tentang pencapaian klien
terhadap outcomes.Ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap ini yaitu:
1. Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan.

Pada tahap ini,perawat akan mengkaji masalah klien lebih lanjut atau mengevaluasi
outcomes yang lain.
2. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan
Perawat mengetahui keadaan klien pada tahap perubahan ke arah pemecahaan
masalah.Penambahan waktu,resource, dan intervensi mungkin diperlukan sebelum
tujuan tercapai.
3. Klien tidak daapat mencapai haasil yang telah ditentukan.
Pada situasi ini perawat harus mencoba untuk mengidentifikasi alasan mengapa keadaaan
atau masalah ini timbul.
Yaitu sebagai berikut:
a. Mengkaji ulang masalah atau respon bahwa secara akurat telah diidentifikasi.
b. Membuat outcomes yang baru.Mungkin outcomes pertama tidak realistik dalam hal
sarana,perawat

dan

waktu.Kemunkinan

yang

lain

adalah

klien

tidak

men

ghendaki terhadap tujuan yang disusun oleh perawat.


c. Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal ketepatan untuk mencapai tujuan
sebelumnya.
Kualitas asuhan keperawatan dapat dievaluasi pada saat proses dan dengan melihat hasilnya.
1. Evaluasi Struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling
tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas
fisik, ratio perawat dengan klien,dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan
kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan.
2. Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang.
Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat
pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan,
dan kemampuan tehnikal perawat.
3. Evaluasi hasil

Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan
dan kriteria hasil.

2.5.4 Hasil Yang Diharapkan


Onabedian (1980) mendefinisikan hasil sebagai perubahan yang baik atau buruk pada
status kesehatan klien sebagai hasil pelayanan sebelumnya atau yang sedang berjalan.
Morhead et al (2008) mendefinisikan hasil klien yang sensitif keperawatan adalah
pengukuran status klien atau keluarga, perilaku, atau persepsi yang dipengaruhi oleh
intervensi keperawatan.
Adapun kriteria hasil yang diharapkan sebagai berikut:
1.

Tujuan tercapai :
Jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

2.

Tujuan tercapai sebagian


Jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah
ditetapan

3.

Tujuan tidak tercapai


Jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul
masalah baru
Untuk tiap hasil, disarankan indikator evaluasi yang spesifik, perilaku, dan respon

klien yang merupakan pengukuran pencapaian hasil.Membantu klien menyelesaikan


masalah kesehatan actual, mencegah terjadinya masalah resiko, dan mempertahankan
kesehatan.
2.5.5 Revisi Rencana Keperawatan
Revisi rencana keperawatan atau pengkajian ulang merupakan pemantauan status
klien yang konstan dengan melihat respon klien terhadap intervensi keperawatan dan
kemajuan ke arah pencapaian hasil yang diharapkan dan dilaksanakan terus menerus
sampai klien sembuh/pulang dari rumah sakit. Evaluasi bersifat spesifik pada tiap klien,
berdasarkan pengenalan terhadap perilaku, status fisik, dan reaksi klien.

Keterampilan berfikir kritis mendukung evaluasi akurat yang akan menghasilkan


refisi pada pelayanan yang tidak efektif dan penghentian terapi yang telah berhasil
menyelesaikan masalah.Revisi rencana keperawatan ini dilaksanakan untuk tujuan:
1.Menentukan ketepatan tindakan keperawatan
2.Menentukan kebutuhan untuk merevisi intervensi
3.Menentukan perkembangan masalah atau kebutuhan klien yang baru.
4.Menentukan kebutuhan rujukan ke tempat lain atau ahli lain .
5.Menentukan kebutuhan untuk menyusun kembali prioritas guna memenuhi kebutuhan
perawatn yang berubah.
2.5.6 Modifikasi Rencana Perawatan
Untuk memodifikas rencana, dibutuhkan pengkajian ulang terhadap hal-hal klien yang
berhubungan dengan diagnosis dan etiologi keperawatan. Pengkajian ulang membutuhkan
pemikiran kritis karena perawat akan membandingkan data baru tentang kondisi klien dengan
informasi sebelumnya. Setelah pengkajian ulang, menentukan diagnosis keperawatan yang
sesuai

dengan

situasi

tersebut.

Kemudian

melakukan

revisi

daftar

masalah

untuk

menggambarkan perubahan status klien.


2.5.7 Penghentian Rencana Perawatan
Penghentian ini memastikan bahwa perawat lain tidak akan meneruskan intervensi yang
tidak penting. Kontinuitas perawatan menginginkan perawatan yang relevan dan tepat waktu.
2.5.8 Sistem Dokumentasi Keperawatan
1 Pendokumentasian Terkomputerisasi
Di rumah sakit, penempatan computer di samping tempat tidur pasien dapat membantu
menjamin ketersediaan data yang sering diperlukan. Dengan sistem ini waktu yang diperlukan
dapat berkurang. Sistem ini memudahkan dalam mendapatkan kembali data dan memonitor
indicator klinis. Namun, kerahasiaan data pada sistem ini kurang terjamin.
2 Pencatatan Naratif
Catatan naratif menjadi metode utama dalam membuat data klinis pada catatan medis.
Pencatatan naratif diidentifikasi sebagai data yang panjang dalam catatan.

2.5.9 Hasil Evaluasi

1. Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan
2. Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: jika klien menunjukkan perubahan sebagian
dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan
3. Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan
diberikan.
O (Objective) : adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran
yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (Analisis) : adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan
dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian,
atau tidak teratasi.
P (Planning)
: adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisa.
Contoh: dx medis: batuk dg produksi secret purulen
dx keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi secret yg berlebih
implementasi: 1. Monitoring status pernafasan
2. Menganjurkan pasien minum air hangat
3. Mengkolaborasikan dg dokter pemberian mukolitik
4. Melakukan fisioterapi dada: postural drainase dan claaping
5. Mengajarkan batuk efektif
6. Mengkaji karakteristik secret: konsistensi,jumlah,warna, dan bau
7. Mengkolaborasikan pemeriksaan secret secara laboratorium
evaluasi : S : pasien mengatakan sudah lebih bisa bernafas lega tapi masih merasa berat saat
bernafas
O : k/u baik, RR 20x/i, masih menggunakan otot bantu pernafasan, secret purulen dg
produksi 4 ml warna hijau berbusa dan berbau
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi no 1,2,4, dan 6

Nursalam,2009,Proses dan Dokumentasi Keperawatan,Jakarta:s alemba Medika


Drs.Nasrul Effendi,1995,Pengantar Proses Keperawatan,Jakarta:EGC
H.Lismidar,dkk,2002,Proses Keperawatn,Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia
H.Zaidin Ali,MBA,MM,2009,Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan,Jakarta :EGC
Nursalam. 2001. Proses & Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik. Jakarta: Salemba
Medika
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC

Ali, Zaidin. 2001. Dasar Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta :


Widya Medika

Anda mungkin juga menyukai