1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan system perkemihan dengan melakukan anamnesa
keperawatan dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan diagnostic.
a. Anamnesis
Anamnesa pada klien dengan gangguan system perkemihan mencakup tanda dan gejala
yang cenderung kearah penyakit pada saluran kemih. Yang meliputi:
1) Rasa nyeri
Rasa nyeri akibat ginjal biasanya disebabkan oleh obstruksi dan distensi mendadak
pada kapsula ginjal. Nyeri ginjal dapat dirasakan sebagai rasa sakit yang tumpul pada
sudut kostovertebral ( daerah yang berbentuk oleh selubung iga dan kolumna
vertebralis ) dan rasa sakit ini dapat menjalar sampai ke umbilicus.
Kelainan ureter akan menimbulkan rasa nyeri didaerah punggung dan menjalar ke
abdomen, paha bagian atas, testis atau labium. Nyeri dibagian pinggang yang
menjalar ke abdomen bawah ataau epigastrium, dan sering disertai mual, muntah,
serta ilius paralitik dapat menunjukkan adanya kolik renal.
Nyeri kandung kemih dapat disebabkan oleh distensi yang berlebihan atau infeksi
kandung kemih. Sering dijumpai perasaan ingin berkemih, tenesmus ( nyeri ketika
mengejan ), dan disuria terminal ( nyeri pada akhir berkemih ).
Nyeri meatus uretra akan terjadi pada iritasi kandung kemih atau uretra yang
disebabkan oleh infeksi ( uretritis ), trauma atau adanya baenda asing dalam saluran
perkemihan bagian anterior ( depan ).
2) Perubahan pada eliminasi ( pengeluaran ) urin
Eliminasi urin atau mikturisi biasanya tanpa nyeri dengan frekuensi 5-6 kali sehari
dan kadang kadang sekali pada malam hari. Rata-rata individu membentuk dan
mengeluarkan urin sebanyak 200-1500 ml dalam waktu 24 jam.
Masalah umum yang menyertai eliminasi urin adalah keluhan sering berkemih,
inkontinensia ( tidak mampu menahan kemih ), poliuria ( sering berkemih ), oliguria
(sedikit berkemih), dan hematuria ( air kemih mengandung darah ).
3) Gejala gastrointestinal ( saluran pencernaan )
Hubungan anatomis ginjal kanan dengan kolon, duodenum, kaput pancreas, hati dan
kandung empedu dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal. Kedekatan ginjal
kiri dengan kolon, lambung, dan pancreas limpa juga menimbulkn gejala intestinal.
Gejala ini mencakup mual, muntah, diare, gangguan rasa nyaman abdomen dan ilius
paralitik.
4) Riwayat keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan harus mencakup informasi yang berhubungan
dengan fungsi ginjal dan saluran perkemihan:
a) Keluhan utama klien atau alas an utama mengapa dating kerumah sakit atau
b)
c)
d)
e)
dokter/perawat.
Adanya rasa nyeri: lokasi, karakter, durasi dan factor yang memicunya.
Riwayat infeksi saluran perkemihan :
Terapi dan perawatan dirumah sakit yang pernah dialami.
Adanya gejala panas atau menggigil.
Riwayat penggunaan kateter atau sistoskopi sebelumnya.
Gejala kelainan buang air kemih
Disuria: nyeri pada saat akan berkemih, kapan keluhan ini terjadi.
Hesistansi: nyeri selama dan sesudah berkemih
Inkontinensia
Riwayat salah satu keadaan berikut ini :
Hematuri: perubahan warna atau volume urin.
Nokturi ( sering berkemih di malam hari , kapan dimulainya.
Riwayat penyakit pada masa anak-anak sepertiimpetigo atau sindrom nefrotik.
Riwayat batu ginjal
Riwayat penyakit diabetetes mellitus , hipertensi, trauma abdomen, cedera
medulla spinalis, atau kelainan neurologi lain.
f)
g)
h)
i)
b. Pemeriksaan Fisik
Gangguan fungsi ginjal mempengaruhi semua system tubuh, sehingga diperlukn
pengkajian yang menyeluruh. Disamping itu, pengkajian tersebut secara spesifik harus
berfokus pada saluran perkemihan.
Tehnik pemeriksaan fisik pada klien dengan gangguan system perkemihan:
1) Inspeksi
Inspeksi pada daerah muka dan ekstermitas. Untuk menemukan gejala edema yang
menunjukkan retensi caiaran.
Inspeksi daerah inguinal untuk menemukan pembesaran nodus limfatikus, hernia
inguinal atau femoral.
2) Palpasi
Palpasi dapat langsung membantu menentukan ukuran dan mobilitas ginjal.
Tehnik palpasi pada ginjal adalah sebagai berikut:
a) Atur posisi klien terlentang atau supinasi, pemeriksaan meletakkan salah satu
tangannya dibelakang pinggang klien dengan jari-jari tangan yang tidak mengenai
iga bagian bawah.
b) Tangan yang lain ( telapak tangan menghadap ke bawah ) ditempatkan disebelah
anterior ( depan ) ginjal dengan jari-jari tangan tepat diatas umbilicus.
c) Klien diminta untuk menarik nafas dalam dan tangan pemeriksa yang berada
disebelah anterior ditekan kedepan.
d) Rasakan bahwa tangan menyentuh kutub ginjal yang licin dan bulat diantara
kedua belah tangan; ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan yang kiri.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b/d mekanisme regulatori ( gagal ginjal ) dengan retensi urine.
b. Perubahan eliminasi urin b/d stimulasi kandung kemih, iritasi ginjal atau uretra, obstruksi
mekanik, inflamasi atau trauma jaringan.
c. Retensi urine (akut/kronik) b/d obstruksi mekanik, pembesaran prostat, ketidakmampuan
kandung kemih untuk bermkontraksi secara adekuat.
d. Nyeri akut b/d iritasi mukosa kandubg kemih, spasme otot, trauma jaringan peningkatan
frekuensi / dorongan kontraksi uretra.
e. Perubahan nutrisi ( resiko tinggi ) : kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia,
mual/muntah, peningkatan kebutuhan metabolik, pembatasan diet.
f. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan b/d kurang terpajaan
informasi, salah mengartikan informasi, tidak mengenal sumber informasi.
3. Perencanaan dan implementasi keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b/d mekanisme regulatori ( gagal ginjal ) dengan retensi urine.
Perencanaan dan implementasi
Rasional
1. Pantau nadi dan tekanan darah, serta 1. Takikardi dan hipertensi terjadi
central Venous pressure ( CVP )
karena
kegagalan
mengeluarkan
urin;
ginjal
pemberian
cairan
berlebihan
selama
pengobatan
hipovolemia;perubahan
2. Batasi cairan sesuai indikasi
fase
oliguri.
2. Manajemen cairan diukur untuk
menggantikan
pengeluaran
dari
water loss.
3. Membantu menghindari periode
tanpa cairan; menurunkan rasa
haus.
4. Kelebihan
cairan
dapat
saluran
bawah
dan
hasil-hasil
pemeriksaan
pengeluaran urin.
6. Mengkaji adanya disfungsi ginjal,
hipo/hipernatremia,
hipo/hiperkalemia,
elektrolit, Hb/Ht.
dan
adanya
anemia.
7. Untuk melebarkan lumen tubular,
7. Kolaborasi pemberian obat diuretic
(furosemid/lasix ).
8. Kolaborasi
antihipertensi
menurunkan
dan
pemberian
obat
(catapres,metildopa,
hiperkalemia,
dan
prazosin).
9. Diberikan
9. Kolaborasi
hiperkalemia,
pemberian
obat
untuk
mengatasi
antihipertensi
(catapres,
metildopa,
volume cairan.
prazosin).
fungsi
informasi
ginjal
tentang
dan
adanya
untuk
meningkatkan
pemasukan cairan.
perdarahan.
2. Kaji adanya keluhan nyeri kandung
kemih:
palpasi
suprapubik,
3. Pantau
hasil
laboratorium
pemeriksaan
elektrolit,
BUN,
kreatinin.
4. Kolaborasi pemberian obat sesuai
dengan indikasi ( misalnya diamox,
HCT, kalium atau natrium fosfat,
dan
distensi
perhatikan
elektrolit
menandakan
disfungsi ginjal.
4. Diamox dapat meningkatkan pH
urin;
adanya
HCT
digunakan
untuk
untuk
menurunkan
atau
pertahankan
sesuai indikasi.
6. Siapakan klien
untuk
pemeriksaan endoskopi.
kateter
prosedur
rasa
kateter
nyaman
(sentuhan
tajam,
intermiten
menunjukkan
kandung kemih.
2. Menurunkan
tegangan
sekitar
spasme
otot,
terapiutik
perubahan
pijatan/kompres
hangat
posisi,
pada
memfokuskan
kembali
perhatian,
dapat
spasme
otot.
kortikosteroid
menurunkan
Sedangkan
dapat
menurunkan
edema jaringan.
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan b/d kurang terpajaan
informasi, salah mengartikan informasi, tidak mengenal sumber informasi.
Perencanaan dan implementasi
rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang
1. Memberikan dasar pengetahuan
proses
penyakit,
prognosis
dan
dan
pemeriksaan
dan
dimana
klien
dapat
membuat
pilihan informasi.
2. Meningkatkan pengetahuan klien
tentang penyakitnya, prognosis dan
program pengobatan.
4. Evaluasi Keperawatan
a. Haluaran urine tepat, dengan berat jenis ( hasil pemeriksaan laboratorium ) mendekati
normal; berat badan stabil; tanda vital dalam batas normal; tidak ada edema.
b. Buang air kecil dengan pola dan jumlah yang normal tanpa adanya obstruksi.
c. Buang air kecil yang cukup dan tak teraba adanya distensi kandung kemih.
d. Rasa nyeri klien hilang atau berkurang atau terkontrol dengan menunjukkan keterampilan
relaksasi, tampak rileks dan istirahat/ tidur dengan nyaman.
e. Klien menyatakan mengetahui proses penyakit, prognosis dan pengobatan.
Suharyanto Toto, Madjid Abdul, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Perkemihan, Jakarta, 2009.