Anda di halaman 1dari 7

BAB II

KAJIAN TEORI
Lumut berasal dari bahasa Yunani bryon yang berarti tumbuhan lumut.
Pada umumnya lumut berwarna hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastida
yang menghasilkan klorofil a dan b. Jadi lumut bersifat autotrof. Tubuh lumut
dapat dibedakan antara saprofit dan gametofitnya. Briophyta merupakan
organisme multiseluler dan eukariotik.
Lumut tidak mempunyai bunga atau biji, dan memiliki daun-daun sederhana
yang menutupi batang liat yang tipis. Karena lumut belum mempunyai jaringan
pengangkut, maka air masuk ke tubuh lumut dengan cara imbibisi. Oleh karena
itu, lumut hanya dapat hidup di rawa dan tempat teduh.
1. Ciri-ciri Tubuh Tumbuhan Lumut
Sel sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari
selulosa.
Pada semua tumbuhan yang tergolong lumut terdapat persamaan bentuk
susunan gametangiumnya (anteredium maupun arkegonium)..
Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan
yang berbeda beda, jika batangnya dilihat secara melintang tampak
bagian bagian sebagai berikut:
Selapis sel kulit, beberapa sel diantaranya memanjang membentuk

rizoid-rizoid epidermis.
Lapisan kulit dalam yang tersusun atas beberapa lapisan sel

dinamakan korteks.
Silinder pusat terdiri dari sel-sel parenkimatik yang memanjang dan
berguna untuk mengangkut air dan garam-garam mineral

(makanan).
Pada tumbuhan lumut belum terdapat floem maupun xylem. Jaringan
pengangkutnya berupa jaringan empulur.
Pada tumbuhan lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan
tidak ada pertumbuhan membesar.
Rizoid tampak seperti rambut / benang benang , berfungsi sebagai
akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap air serta
garam-garam mineral (makanan).
Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri atas:
3

Vaginula , kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium.


Seta atau tangkai.
Apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan

peralihan antara seta dan kotak spora.


Kaliptra atau tudung berasal dari dinding arkegonium sebelah atas

menjadi tudung kotak spora.


Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam
pembentukan spora.
2.

1.1 Struktur
tubuhLumut
lumut
Gambar 1.2 Saprofit tubuh lumut
2. Gambar
Reproduksi
Tumbuhan
Briophyta mengalami dua fase dalam siklus hidupnya, yaitu fase
gametofit dan sporofit. Fase gametofit adalah lumut yang biasa kita lihat
sehari-hari. Gametofit merupakan lumut yang menghasilkan gamet (sel
kelamin). Fase sporofit merupakan lumut yang berada dalam keadaan
menghasilkan spora. Dalam siklus hidupnya, fase gametofit lebih dominan
dibandingkan fase sporofitnya.
Briophyta bereproduksi secara aseksual dan secara seksual secara
bergantian (metagenesis). Reproduksi secara aseksual (sporofit) terjadi
melalui pembentukan spora. Spora ini dihasilkan dari sporangium (kotak
spora). Spora yang dihasilkan adalah spora haploid (n). Spora ini kemudian
akan tumbuh menjadi protonema.
Adapun reproduksi secara seksual (gametofit) pada Briophyta, yaitu
dengan cara penyatuan gamet betina yang dihasilkan arkegonia berupa sel
telur dan gamet jantan yang dihasilkan oleh antheridia berupa sperma.
Sperma bergerak menuju sel telur di arkegonia dengan perantara air.

Pertemuan sel telur dan sperma


menyebabkan terjadinya fertiliasi yang
menghasilkan zigot. Zigot membelah
secara mitosis membentuk sporogonium.
sporogonium terus berkembang menjadi
sporofit yang diploid (2n).
3. Klasifikasi Tumbuhan Lumut

Gambar 1.4 Klasifikasi tumbuhan lumut.


Gambar 1.3 Proses reproduksi
lumut

a) Lumut Daun (Bryophyta)


Lumut daun dapat tumbuh di
tanah-tanah gundul yang secara
periodik mengalami kekeringan, di
atas pasir bergerak, di antara rumputrumput, di atas batu cadas, batang
pohon, di rawa-rawa, dan sedikit yang
terdapat di dalam air.
Pada tempat yang sesuai, spora

Gambar 1.5 Funaria

akan berkecambah membentuk protonema. Protonema ini terdiri atas


benang berwarna hijau, fototrof, bercabang-cabang. Dari protonema,
muncul rizoid yang masuk ke dalam tanah. Pada keadaan cukup cahaya,
protonema akan membentuk kuncup yang dapat berkembang menjadi
tumbuhan lumut. Alat kelamin Musci terkumpul pada ujung batang atau
ujung cabang dan dikelilingi oleh daun paling atas. Pada Musci, kapsul
sporanya memiliki kolumela yang terletak di tengah dan dikelilingi oleh
ruang yang berisi spora. Kolumela inilah yang berfungsi sebagai
pemberi makanan dan penyimpan air bagi spora yang baru terbentuk.
Bagian atas yang tetap menyelubungi kapsul spora disebut kaliptra dan
bagian bawahnya sebagai sarung pada pangkal seta yang disebut
vaginula.

Gambar 1.6 Siklus hidup lumut daun

b) Lumut Hati (Hepaticophyta)

Lumut hati biasa hidup di tempat yang basah sehingga tubuhnya


Gambar 1.7 Marchantia polimorpha
berstruktur higromorf. Ada juga yang hidup di tempat-tempat yang
sangat kering, seperti di kulit pohon, di atas tanah, atau batu cadas
sehingga tubuhnya berstruktur xeromorf. Di dalam tubuh lumut terdapat
alat penyimpan air sehingga dalam keadaan kekeringan tidak
mengakibatkan lumut mati.
Lumut hati merupakan tumbuhan penutup tanah yang daunnya
berbentuk lembaran-lembaran yang berkelok di bagian pinggirnya,
memiliki semacam akar yang tumbuh dari permukaan bawah tumbuhan.
Hidup di tempat yang lembap, dan tidak terkena cahaya matahari.

Reproduksi lumut hati :


Gambar 1.8 Metagenesis lumut hati

Reproduksi
vegetatif:

pembentukan gemma dan fragmentasi. Gemma dihasilkan dari

bagian dorsal talus. Pada setiap gemma terdapat sekumpulan titik


tumbuh. Gemma dewasa terpencar/terlepas dari talusnya karena
tetesan air atau sentuhan serangga kecil. Jika gemma jatuh di

tempat cocok, akan tumbuh menjadi talus (individu baru).


Reproduksi generatif : membentuk gamet. Dari talus yang
berbentuk seperti lembaran daun, organ anteridium dan arkegonium
muncul mencuat ke atas. Peleburan spermatozoid + ovum zigot

talus atau lumut baru.


c) Lumut Tanduk (Anthocerotophyta)
Lumut tanduk adalah lumut yang memiliki hubungan
kekerabatannya paling dekat
dengan tumbuhan vaskuler.
Bentuk tubuhnya mirip lumut
hati, tetapi sporofitnya
membentuk kapsul memanjang
yang tumbuh seperti tanduk.
Lumut tanduk juga
mengalami pergiliran keturunan

Gambar 1.9 Anthoceros laevis

(metagenesis) ketika fase sporofit


dan fase gametofit terjadi secara bergiliran. Susunan sporogonium
lumut tanduk lebih rumit jika dibandingkan dengan lumut hati lainnya.
Gametofitnya mempunyai cakram dan tepi bertoreh. Sepanjang poros
bujurnya terdapat sederetan sel mandul yang disebut kolumela.
Kulomela dilindungi oleh arkespora penghasil spora. Dalam askespora,
selain spora, juga dihasilkan sel mandul yang disebut elatera. Tidak
seperti lumut hati, masaknya kapsul spora pada sporogonium lumut
tanduk tidak bersamaan, tetapi berurutan dari bagian atas sampai pada
bagian bawah.
4. Peranan Tumbuhan Lumut
Tumbuhan lumut memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia
oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons), dan
sebagai penyerap polutan. Tumbuhan ini juga dikenal sebagai tumbuhan

perintis, mampu hidup di lingkungan yang kurang disukai tumbuhan pada


umumnya.
Beberapa tumbuhan lumut dimanfaatkan sebagai ornamen tata ruang.
Beberapa spesies Sphagnum dapat digunakan sebagai obat kulit dan mata.
Tumbuhan lumut yang tumbuh di lantai hutan hujan membantu menahan
erosi, mengurangi bahaya banjir, dan mampu menyerap air pada musim
kemarau.

Anda mungkin juga menyukai