Referat Sle
Referat Sle
PENDAHULUAN
Dengan kemajuan pengetahuan dibidang pengobatan survival five years rate penderita LES
bisa mencapai 90% sehingga kehamilan pada penderita LES tidak dapat dihindarkan.
Penderita LES diperbolehkan hamil tetapi dengan syarat penyakitnya harus dalam fase tenang
dan harus mendapat pengawasan. Kehamilan pada LES merupakan kehamilan risiko tinggi.
Diketahui bahwa kehamilan normal memberikan beberapa perubahan pada tubuh, yang mana
perubahan-perubahan ini dapat mencetus aktivitas penyakit LES, meningkatkan resiko
kehamilan pada penderita LES terutama dengan gangguan fungsi ginjal atau jantung, serta
adanya autoantibodi pada ibu yang mungkin dapat menembus plasenta atau bahkan
mempengaruhi pertumbuhan plasenta. Jadi jelaslah bahwa kehamilan pada SLE bisa
berdampak buruk pada ibu maupun janinnya sendiri. Resiko pada ibu antara lain
memberatnya penyakit lupus, sedangkan pada janin dan menimbulkan abortus, partus
prematur, kematian janin intrauterin, gangguan pertumbuhan serta kongenital lupus.
Pengelolaan kehamilan dengan SLE diperlukan kerjasama antara spesialis penyakit dalam
konsultan reumatologi, spesialis kebidanan dan spesialis anak perinatologi dengan harapan
mendapatkan hasil kehamilan yang baik.(1)
BAB II
LUPUS ERITEMATOUS SISTEMIK
2.1. Epidemiologi (2)
Prevalensi LES adalah 5 berbanding 100 per 100,000 individu, tergantung dari
populasi studi. LES terutama terjadi pada usia reproduksi antara 15 40 tahun, dengan rasio
wanita dan laki-laki 5 : 1, dengan demikian terdapat peningkatan kejadian kehamilan dengan
LES ini. Dari berbagai laporan kejadian LES ini tertinggi di Negara Cina dan Asia Tenggara.
Sedangkan Indonesia, RS Dr Soetomo Surabaya melaporkan 166 penderita dalam 1 tahun
( Mei 2003 April 2004). Dari 2000 kehamilan dilaporkan sebanyak 1-2 kasus LES. (2)
2.2. Patogenesis (2)
Sampai saat ini belum jelas mekanisme terjadinya LES ini. Interaksi antara faktor
lingkungan, genetik dan hormonal yang saling terkaitkan menimbulkan abnormalitass respon
imun pada tubuh penderita LES. Beberapa faktor pencetus yang dilaporkan menyebabkan
kambuhnya LES adalah stress fisik maupun mental, infeksi, paparan ultraviolet dan obatobatan. Obat-obatan yang diduga mencetuskan SLE adalah procainamine, hidralazin, quidine
dan sulfazalasine. Pada LES ini sel tubuh sendiri dikenali sebagai antigen. Target antibodi
pada LES ini adalah sel beserta komponennya yaitu inti sel, dinding sel, sitoplasma dan
partikel nukleoprotein. Karena didalam tubuh terdapat berbagai macam sel yang dikenali
sebagai antigen maka akan muncul berbagai macam autoantibodi pada penderita LES. Peran
antibodi ini dalam menimbulkan gejala klinis belum jelas diketahui, beberapa ahli
melaporkan kerusakan organ atau sistem bisa disebabkan oleh efek langsung antibodi atau
melalui pembentukan kompleks imun. Kompleks imun akan mengaktivasi sistem komplemen
untuk melepaskan C3a dan C5a yang meransang sel basofil untuk membebaskan vasoaktif
amin seperti histamine yang menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskuler yang akan
memudahkan mengendapnya kompleks imun. Pembentukan kompleks imun ini akan
terdeposit pada organ atau sistem sehingga menimbulkan reaksi peradangan pada organ atau
sistem tersebut. Sistem komplemen juga akan menyebabkan lisis selaput sel sehingga akan
memperberat kerusakan jaringan yang terjadi. Kondisi inilah yang menimbulkan manifestasi
klinis LES tergantung dari organ atau sistem mana yang terkena. Pada plasenta proses
tersebut akan menyebabkan vaskulitis desidua.(2)
2.3. Manifestasi Klinis (2, 3,4)
Penderita LES umumnya menegeluh lemah, demam, malaise, anoreksia dan berat
badan menurun. Pada penyakit yang sudah lanjut dan berbulan-bulan sampai tahunan barulah
akan menunjukkan manifestasi gejala klinis yang lebih spesifik dan lengkap serta cenderung
melibatkan multi organ. Manifestasinya bisa ringan sampai berat yang dapat mengancam
jiwa. Persentase spektrum klinis LES tampak pada tabel dibawah ini.(2)
Sistim Organ
Manifestasi klinis
Persen (%)
Sistemik
Muskuloskeletal
Hematologik
95
95
85
Kulit
antikoasalan lupus
Ras kupu-kupu, ruam kulit, fotosensitiviti, ulkus
80
Neurologik
60
Cardiopulmonar
kejang
Pleuritis, pericarditis, miocarditis, endocarditis Libman
60
Ginjal
Gastrointestinal
Thrombosit
Mata
Kehamilan
Sacks
Proteinuria, sindroma neprotik, gagal ginjal
Anoreksia, mual, nyeri , diare
Venus (10%), arteri (5%)
Infeksi konjungtif
Abortus berulang, preeklampsia, kematian janin dalam
60
45
15
15
30
rahim
Tabel 1- Manifestasi Klinis LES
The 1997 Revised Criteria of American Rheumatism Association for Systemic Lupus
Erythematosus (4)
Criteriaa
Comments
Malar rash
Malar erythema
Discoid rash
Photosensitivity
Oral ulcers
Usually painless
Arthritis
Serositis
Renal disorder
Proteinuria greater than 0.5 g/day or > 3+ dipstick, or cellular casts red
cell, haemoglobin, granular, tubular or mixed
Neurological
Criteriaa
Comments
disorders
electrolyte imbalance)
Hematological
disorders
Immunological
disorders
Antinuclear
antibodies
If four criteria are present at any time during course of disease, systemic lupus can be diagnosed with 98percent specificity and 97-percent sensitivity.
spesifik terhadap LES dan ditemukan pada 80-90-% penderita yang tidak diobati. Kehadiran
ataupun titer anti -dsDNA dikaitkan dengan aktifitas LES beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peningkatan titer anti-DNA mendahuluin lupus flares pada lebih dari
5
80% penderita peningkatan kadar antibodi ini telah dikaitkan dengan eksaserbasi penyakit
dan prematuritas dalam kehamilan. Berikut merupakan beberapa autoantibody yang
dihasilkan pada pasien LES ( dikutip dari Cunningham) (3).
Antibodi
Antinuclear
Incidency (%)
95
Clinical Assocations
Multiple antibodies, repeated
negative test make lupus
Unlikely
Associated with nephritis and
clinical actively
Anti-DNA
70
Ant-Sm
30
Polimyositis, scleroderma,
Anti-RNP
40
Anti Ro (SSA)
30
Sjorgen Syndrome,
cutaneous lupus, neonatal
Anti-La(SSB)
10
lupus.
Always with anti- Ro;
Antihistone
70
Sjogrens syndrome
Common in drug-induced
Anticardiolipin
50
lupus (95%)
Antiphospolipid antibody;
increased thrombosis,
Spontaneous abortion; early
preeclampsia plasental
infarction; fetal death;
prolonged partial
thromboplastin
Antierythocytic
Antiplatelet
60
Antibodi terhadap single-stranded DNA (ssDNA) juga ditemui pada persentase yang
cukup tinggi pada penderita LES yang tidak
jika
dibandingkan dengan anti-ds DNA. Penderita LES j(nRNP), Ro/SSA juga mempunyai
antibodi terhadap RNA yang meliputi Sm antigen, nuclear ribonucleoprotein (nRNP),Ro/SSA
antigen dan La/SSB antigen.
2.6. PENGARUH KEHAMILAN TERHADAP LES (2,3)
Masih belum dapat dipastikan apakah kehamilan dapat mencetuskan LES, eksaserbasi
LES pada kehamilan tergantung dari lamanya masa remisi LES, keterlibatan organ-organ
vital seperti ginjal dan jantung. Penderita LES yang telah mengalami remisi lebih dari 6 bulan
sebelum hamil mempunyai resiko 25% eksaserbasi pada saat hamil dan 90% hasil
kehamilannya baik. Tetapi sebaliknya bila masa remisi LES sebelum hamil kurang dari 6
bulan maka resiko eksaserbasi pada saat hamil menjadi 50% dengan hasil kehamilan yang
buruk. Apabila kehamilan terjadi saat LES aktif maka resiko kematian janin 50-75% dengan
angka kejadian kematian ibu menjadi 10 %. Dengan meningkatnya umur kehamilan maka
resiko eksaserbasi juga meningkat , yaitu 13% pada trimester I, 14 % pada trimester II, 53%
pada trimesterIII serta 23% pada masa nifas. Dari berbagai laporan dapat diketahui bahwa
10% dari penderita LES aktif masih dapat mengalami kehamilan. Walaupun demikian
terjadinya eksarsebasi LES selama kehamilan dan menyebabkan bertambah tingginya tingkat
7
mortalitas dan morbiditas ibu terutama pada masa peripartum. Pada suatu penelitian
retrospektif, telah dibuktikan bahwa eksarsebasi LES dalam kehamilan 3 kali lebih besar
pada 20 minggu kehamilan dan 6 kali lebih besar pada 8 minggu post partum. Beberapa ahli
mengganggap bahwa kehamilan mempresipitasi timbulnya LES, dimana kematian yang
terkait dengan penyakit tersebut secara bermakna lebih tinggi. Hal ini merupakan alasan
sebagian ahli bahwa penderita dengan LES tidak diperbolehkan untuk hamil. Dewasa ini para
klinisi menganggap bahwa sesungguhnya hal ini tidak tepat, dimana diagnosis dan
penatalaksanaan LES saat ini telah lebih baik. Penelitian baru-baru ini telah menunjukkan
bahwa 150,605 wanita dengan LES akan mengalami eksarsebasi selama kehamilan dan masa
post partum.
Pada suatu penelitian telah membuktikan bahwa tidak ada perbedaan bermakna flare
score antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Peneliti yang sama mengikuti kehamilan
80 wanita dengan LES, disimpulkan bahwa kejadian eksarsebasi LES dengan kehamilan
kurang dari 25% dan sebagian besar dengan klinis yang ringan. Jika hanya menggunakan
gejala dan tanda yang spesifik untuk LES, maka kejadiannya hanya 13%.
2.7. PENGARUH LES TERHADAP KEHAMILAN (3,4,5,6)
Nasib kehamilan penderita LES sangat ditentukan dari aktifitas penyakitnya, konsepsi
yang terjadi pada saat remisi mempunyai hasil kehamilan yang baik. Beberapa komplikasi
kehamilan yang bisa terjadi pada kehamilan yaitu, kematian janin meningkat 2-3 kali
dibandingkan wanita hamil normal, bila didapatkan hipertensi dan kelainan ginjal maka
mortalitas janin menjadi 50%. Kelahiran prematur juga bisa terjadi sekitar 3050 %
kehamilan dengan LES sebagian besar akibat preeklamsia atau gawat janin. Infark plasenta
yang terjadi pada penderita LES dapat meningkatkan resiko terjadinya pertumbuhan janin
terhambat sekitar 25% demikian juga resiko terjadinya preeklamsia, eklamsia meningkat
sekitar 25-30% pada penderita LES yang disertai lupus nefritis.
Preeclampsi
SLE
a
Serologic
-Decreased
++
+++
complement
++
+++
++
++
++
-Thrombocytopenia
++
-Leukopenia
+++
-Elevated Ba or Bb
fragments with low
CH50
-Elevated
anti-
dsDNA
-Antithrombin
III
deficiency
Hematologic
-Microangiopathic
hemolytic anemia
-Coombs
positive
hemolytic anemia
Renal
-Hematuria
--
+++
-Cellular casts
++
++
++
++
++
-Elevated
serum
creatinine
-Elevated
serum
ratio
blood
of
urea
nitrogen/ creatinine
-Hypocalciuria
Liver transaminase
berskala besar, didapatkan hasil bahwa persalinan preterm lebih sering pada kelompok LES
dibandingkan dengan kontrol (12% vs 4%) . Sebagai tambahan, pecah ketuban sebelum
waktunya lebih sering dijumpai pada kehamilan dengan penyulit LES.
4. Kelainan Pertumbuhan Janin(4)
Berdasarkan kenyataan bahwa wanita hamil penderita LES dapat mengidap preeklampsi,
sindroma antifosfolipid atau keduanya, tidaklah mengejutkan bila terjadi kejadian kelainan
pertumbuhan janin. Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Mintz dkk., menemukan
bahwa 20 dari 86 (23%) kehamilan diatas 20 minggu menghasilkan janin dengan kelainan
pertumbuhan, termasuk 4 kasus kematian janin. Hanya 4% dari kelompok kontrol yang
melahirkan janin dengan gangguan pertumbuhan.
5. Lupus Neonatal
Neonatal lupus erythematosus (NLE) adalah gangguan yang jarang,disebabkan oleh aliran
transplasenta dari autoantibodi ibu yang LES. Manifestasi klinis yang paling umum adalah
jantung, kulit, dan hati. Gejalanya adalah ruam kulit,kelainan hati, defek hati, kelainan kulit
seperti LES. Mereka mungkin seperti mengalami urtikaria, deskuamasi, atau ulserasi.
Terdapat juga kelainan irama jantung dan kelainan konduksi. Gangguan hematologi misalnya,
anemia hemolitik, trombositopenia mendalam, neutropenia dapat terjadi dalam 2 minggu
pertama kehidupan.
11
Outcome
Description
Maternal
Lupus flare
Preeclampsia
Preterm labor
Increased
Perinatal
Preterm delivery
Growth restriction
Increased
Stillbirth
Neonatal lupus
B. Prenatal
Penderita LES yang hamil harus melakukan pemeriksaan ke ahli kebidanan setiap 1-2
minggu pada trimester satu dan dua, dan setiap minggu setelahnya. Pada setiap kunjungan,
penderita harus dianamnesis mengenai gejala atau tanda aktivitas LES. Dianjurkan
pemeriksaaan fisik dan penunjang seperti pemeriksaan tekanan darah, urinalisis,
perbandingan kreatinin- protein, GFR, dan antibodi aPL. Sesetengah ahli, memeriksa rutin
antibodi anti Ro/SS-A dan anti La/SSB, anti-dsDNA dan komplemen C3 dan C4.
C. Persalinan
Manejemen kehamilan dengan LES pada persalinan, adalah kelanjutan dari ANC .
Eksaserbasi bisa timbul pada proses persalinan dan diperlukan penatalaksanaan kotikosteroid
akut. Pemberian glukokortikoid perlu diberikan saat persalinan atau saat section secarean
terhadap pasien dengan pengobatan steroid kronik. Hidrokortison intravena diberi dalam tiga
dosis 100 mg setiap 8 jam.
D. Postnatal
Terapi pemeliharaan perlu dimulai setelah persalinan, dosisnya adalah dosis yang
sama waktu hamil. Perubahan dosis bisa dilakukan sesuai kondisi pasien.
13
antibodies ( antiphospholipid).
Counsel patient regarding risk ( exacerbations, preeclampsia , fetal/ neonatal.)
Prenatal
14
15
Untuk penderita yang tidak memberikan respon dapat diberikan metilprednisolon 100
mg intravena setiap
4-8 jam. Jika 24-48 jam keadaan tidak membaik, maka dosis
metilprednisolon dapat ditingkatkan sampai 25-100% dari dosis awal. Pada keadaan dimana
terdapat kegawatan dimana efek sistemik yang berat dapat diberikan steroid dengan dosis
yang sangat tinggi dalam waktu singkat. Cara ini dikenal sebagai pulse steroid therapy,
walaupun umumnya efektif tetapi cara ini akan memberikan efek samping yang berbahaya.
Steroid dosis tinggi juga diberikan pada penderita LES yang akan menjalani seksio sesaria,
dapat diberikan metilprednisolon intravena sampai 48 jam pasca operasi untuk kemudian
dilakukan tapering off.
2. Salisilat dan OAINS
Penggunaan salisilat seperti yang dilaporkan oleh Lewis dan Schulman (1973) akan
menyebabkan postmaturitas, persalinan yang lama dan perdarahan yang relatif lebih banyak
selama persalinan jika diberikan dalam dosis lebih dari 50 mg selama 6 bulan. Tuner dan
Collins dalam penelitiannya menunjukan peningkatan bayi berat lahir rendah pada
penggunaan aspirin. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh jick dkk,justru memberikan
hasil yang sebaliknya, dikatakan bahwa pemberian aspirin selama kehamilan relatif aman .
Aspirin dosis rendah profilaktik antikoagulasi sangat berguna pada penderita ini. OAINS juga
memiliki efek yang relatif sama terhadap kehamilan dalam derajat yang bervariasi.
Penggunaan OAINS sedapat mungkin dihindari selama kehamilan dikarenakan dapat
menyebabkan penutupan duktus arteriosus in utero.
3. Antimalaria
Penggunaan antimalaria tidak dianjurkan, walaupun efek samping yang terjadi
dilaporkan sangat jarang. Klorokuin fosfat 250 mg/hari atau hidroksiklorokuin 400 mg/hari
dapat digunakan dengan aman selama kehamilan. Jika antimalaria tidak menunjukkan hasil
yang baik setelah digunakan selama 6 bulan, maka antimalaria dihentikan penggunaannya.
16
17
18
BAB III
KESIMPULAN
Penderita LES diperbolehkan hamil tetapi dengan syarat penyakitnya harus dalam
fase tenang dan harus mendapat pengawasan. Kehamilan pada LES merupakan kehamilan
risiko tinggi. Diketahui bahwa kehamilan normal memberikan beberapa perubahan pada
tubuh, yang mana perubahan-perubahan ini dapat mencetus aktivitas penyakit LES,
meningkatkan resiko kehamilan pada penderita LES terutama dengan gangguan fungsi ginjal
atau jantung, serta adanya autoantibodi pada ibu yang mungkin dapat menembus plasenta
atau bahkan mempengaruhi pertumbuhan plasenta.
Diagnosis pada LES ditegakkan berdasarkan manifestasi kilnis. ACR ( American
College Rheumatology), telah mebuat kriteriakriteria diagnosis untuk LES. Jika memenuhi 4
dari 11 kriteria diagnosis LES bisa ditegakkan, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan
autoantibodi. Resiko pada ibu selama kehamilan antara lain memberatnya penyakit lupus,
sedangkan pada janin dan menimbulkan abortus, partus prematur, kematian janin intrauterin,
gangguan pertumbuhan serta kongenital lupus.
Manejemen pada kehamilan perlu dilakukan secara teratur mulai dari prakehamilan,
prenatal, persalinan dan juga postnatal. Penggunaan obat pada wanita LES harus diperhatikan
kerana penggunaan obat sitotoksik dan imunosupresif dielakkan supaya tidak menganggu
perkembangan janin. Jika terdapat eksasebasi akut bias diterapi dengan kortikosteroid.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Yuliasi, Kehamilan Pada Lupus Eritematosus Sistemik, Available at :
http://penelitian.unair.ac.id/_9b8fb37dd4dba2c1a9281b66b8254222_Unair.pdf
2. Anak Agung Ngurah Jaya Kusum , Lupus Eritematosus Sistemik Pada Kehamilan.
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/8_lupus%20eritematosus.pdf
3. Jeff M, Troy F, D. ware. Autoimmune Diseases. High Risk Pregnancy Management
Options. Pg 763 -76.
4. Cunningham, FG. Williams Obstetrics 21st Edition. McGraw Hill. USA. 1073-78,
1390-94, 1475-77.
5. Gestational complications. Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics,
The, 3rd Edition.Lippincott Williams & Wilkins. Pg 120-21.
6. Lupus Eritematous. Available at : http://digilib.unsri.ac.id/download/Lupus
%20eritematosus.pdf
7. Neonatal Lupus. Available at :
http://www.rightdiagnosis.com/n/neonatal_lupus/symptoms.htm
8. Neonatal Lupus Eritematous. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1006582-clinical
20
21