BAB I
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
Nama
Umur
Agama
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Masuk RS
II.
: Ny. T
: 34 tahun
: Islam
: Karang Anyer
: Pedagang
: SD
: 25 September 2014, pukul 02.50 WIB
ANAMNESA
KELUHAN UTAMA
Ari-ari tidak lahir 1 jam setelah bayi dilahirkan
KELUHAN TAMBAHAN
Keluar darah banyak dan nyeri perut
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke RSUD Arjawinangun atas rujukan puskesmas diantar
bidan dan keluarga dengan keluhan ari-ari tidak lahir 1 jam setelah bayi lahir.
Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri perut hebat dan darah yang terus
mengalir.
Pasien mengaku melahirkan di rumah dengan bantuan keluarga, namun
karena ari-ari tidak lahir dan keluar darah banyak, keluarga membawa pasien ke
bidan.
RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche
Lama
Banyak
Siklus
Dismenore
Fluor albus
HPHT
TP
: 13 tahun
: 7 hari
: 4x ganti pembalut/hari
: teratur
::: 15/11/13
: 23/8/13
RIWAYAT PERNIKAHAN
1 kali menikah selama 11 tahun, usia pasien ketika menikah 19 tahun, usia suami
pasien ketika menikah 25 tahun, pasien merupakan istri tunggal.
Anak II
hidup, sehat
: 7 tahun, perempuan, hamil cukup bulan, lahir spontan normal dibantu
bidan, presentasi kepala, bbl; 2,4 kg, tidak ada penyulit, hidup, sehat
Anak III : 4 tahun, laki-laki, hamil cukup bulan, lahir spontan normal dibantu
bidan, presentasi kepala, bbl: 3kg, tidak ada penyulit, hidup, sehat
Anak IV :
RIWAYAT KONTRASEPSI
Terakhir memakai kontrasepsi jenis suntik 3 bulan selama 3 tahun berhenti 6
bulan sebelum hamil
RIWAYAT ANC
sekitar 10 kg
Perut membesar sesuai usia kehamilan
RIWAYAT IMUNISASI
Imunisasi TT sebanyak 2x, usia kehamilan 4 dan 5 bulan
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Asma
: keluhan sesak nafas disertai bunyi mengi disangkal
Penyakit Jantung : keluhan mudah lelah saat beraktivitas, tidur dengan
menggunakan dua bantal, nyeri dada, sesak saat tidur
Hipertensi
terlentang disangkal
: keluhan nyeri kepala disertai nyeri tengkuk, riwayat
tekanan darah tinggi disangkal
HIV
terlentang disangkal
: keluhan nyeri kepala disertai nyeri tengkuk, riwayat
HIV
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: sedang
Kesadaran
: compos mentis
Tanda tanda vital
:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi
: 90 x/menit, regular, isi cukup
Pernapasan : 23 x/menit
Suhu
: 36,8 oC
STATUS GENERALIS
Kepala
Muka
Mata
THT
Cor
Pulmo
Abdomen
Extremitas
menonjol
: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
: suara dasar napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/: bising usus (+) normal, lihat status obstetri
: akral hangat, edema extremitas atas -/-, edema extremitas
Leopold I : TFU: 35cm, teraba bulat lunak tak melenting, tidak teraba
bagian lain janin
Leopold II : kanan: teraba tahanan memanjang
kiri: teraba bagian kecil janin
Leopold III : teraba bulat keras melenting, bisa digerakkan
Leopold IV : konvergen
His
Auskultasi
TBJ
: 3x10x40
: DJJ: 146 x/menit
: (35-12) x 155= 3565 gram
VAGINAL TOUCHER
Vulva/urethra/vagina : tenang
Portio
: arah depan, keras (-), kenyal (-), kaku (-)
Pembukaan
: 5 cm
Effacement
: 70%
Bagian terendah
: kepala
Ketuban
: (-), tidak berbau, jernih, tes lakmus (+)
Penurunan
: hodge II
Penunjuk
: sutura sagitalis melintang
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hb: 11,2 g/dl Leukosit: 16.900 /ul
MCV: 88,7
MCHC: 33.8
Ht: 32 %
MCH: 29.7
GDS: 90
mg/dl
V.
DIAGNOSA KERJA
P4A0 dengan Perdarahan Pervaginam Post Partum e.c Plasenta Akreta.
VI.
PENATALAKSANAAN
VII.
PROGNOSIS
Ad bonam
FOLLOW UP
25/09/2014
02.50
Dilakukan eksplorasi
plasenta dan diberikan
asam traneksamat,
cefotaxim.
retensio plasenta
05.00
Dilakukan laparotomy
retensio plasenta
PERDARAHAN POSTPARTUM
1. Pengertian Perdarahan Post Partum
7
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10%
dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak
pada kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa perdarahan pervaginam
yang terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan banyak darah tersebut
menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain (Wiknjosastro, 2005).
5. Diagnosis Perdarahan Post Partum
Diagnosis perdarahan postpartum dapat digolongkan berdasarkan tabel berikut ini :
NO
Kadang-Kadang Ada
Diagnosis
lembek
Perdarahan segera setelah anak
lahir
Uterus berkontraksi baik
Plasenta lahir lengkap
Darah segar yang segera mengalir
Syok
Atonia Uteri
menit
Perdarahan segera
Kontraksi uterus baik
Plasenta atau sebagian selaput
berlebihan
Inversion uteri akibat
tarikan
Perdarahan lanjutan
Uterus berkontraksi
namun tinggi fundus
tidak berkurang
Syok neurogenic
Pucat dan limbung
Retensio plasenta
Tertinggalnya
sebagian plasenta
Inversio uteri
belum lahir)
atau vaginum)
Syok
Nyeri tekan perut
Denyut nadi ibu cepat
Robekan dinding
uterus (rupture uteri)
6.2.
10
a.
c.
d.
e.
11
Sisa Plasenta
Sewaktu suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka uterus tidak dapat
berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.
Perdarahan postpartum yang terjadi segera jarang disebabkan oleh retensi
potongan-potongan kecil plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah persalinan
bayi harus menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang hilang, uterus
harus dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan (Faisal, 2008).
12
inversio uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri
sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali
ditemukan, terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar.
Sebab inversio uteri yang tersering adalah kesalahan dalam memimpin kala III,
yaitu menekan fundus uteri terlalu kuat dan menarik tali pusat pada plasenta
yang belum terlepas dari insersinya. Menurut perkembangannya inversio uteri
dibagi dalam beberapa tingkat (Wiknjosastro, 2005) :
1. Fundus uteri menonjol ke dalam kavum uteri, tetapi belum keluar dari ruang
tersebut
2. Korpus uteri yang terbalik sudah masuk ke dalam vagina
3. Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak di
luar vagina.
Gejala-gejala inversio uteri pada permulaan tidak selalu jelas. Akan tetapi,
apabila kelainan itu sejak awal tumbuh dengan cepat, seringkali timbul rasa
nyeri yang keras dan bisa menyebabkan syok.
6.3.
dan
dipersiapkan
langkah-langkah
dalam
pertolongan
14
15
atau 40 detik bila plasenta tidak turun, tetapi tegangan dapat diusahakan
lagi pada kontraksi rahim yang berikut.
6.4.
maternal
meningkat
kembali
sesudah
usia
30-35
tahun
(Wiknjosastro, 2005)
Menurut BKKBN (2007) bahwa jika ingin memiliki kesehatan
reproduksi yang prima seyogyanya harus menghindari 4 terlalu dimana dua
diantaranya adalah menyangkut dengan usia ibu. T yang pertama yaitu terlalu
muda artinya hamil pada usia kurang dari 20 tahun. Adapun risiko yang
mungkin terjadi jika hamil di bawah 20 tahun antara lain keguguran,
preeklampsia (tekanan darah tiggi, oedema, proteinuria), eklampsia (keracunan
kehamilan), timbulnya kesulitan persalinan karena sistem reproduksi belum
sempurna, bayi lahir sebelum waktunya, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
fistula vesikovaginal (merembesnya air seni ke vagina), fistula retrovaginal
(keluarnya gas dan tinja dari vagina) dan kanker leher rahim. T yang kedua
adalah terlalu tua artinya hamil di atas usia 35 tahun. Risiko yang mungkin
16
terjadi jika hamil pada usia terlalu tua ini antara lain adalah terjadinya
keguguran, preeklampsia, eklampsia, timbulnya kesulitan pada persalinan,
perdarahan, BBLR dan cacat bawaan (Suryani, 2008).
Menurut penelitian Pardosi (2005), bahwa pada tingkat kepercayaan
95% ibu yang berumur di bawah 20 tahun atau di atas 30 tahun memiliki risiko
mengalami perdarahan postpartum 3,3 kali lebih besar dibandingkan ibu yang
berumur 20 sampai 29 tahun. Selain itu penelitian Najah (2004) menyatakan
bahwa pada tingkat kepercayaan 95% umur ibu di bawah 20 tahun dan di atas
35 tahun bermakna sebagai faktor risiko yang memengaruhi perdarahan
postpartum.
Pendidikan
Menurut Depkes RI (2002), pendidikan yang dijalani seseorang
memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dimana seseorang
yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih
rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru
dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah.
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada
masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk
memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya.
Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang
dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan
kesadarannya melalui proses pembelajaran (Notoatmodjo, 2003).
Wanita dengan pendidikan lebih tinggi cenderung untuk menikah
pada usia yang lebih tua, menunda kehamilan, mau mengikuti Keluarga
Berencana (KB), dan mencari pelayanan antenatal dan persalinan. Selain itu,
mereka juga tidak akan mencari pertolongan dukun bila hamil atau bersalin
dan juga dapat memilih makanan yang bergizi.
Menurut Thadeus dan Maine (1990) yang dikutip dari Suryani
(2008), dari beberapa penelitian yang dilakukan di berbagai negara
17
18
Anemia
Menurut World Health Organization (WHO) anemia pada ibu hamil
adalah kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari
11,0 gr%.
Volume darah ibu hamil bertambah lebih kurang sampai 50% yang
menyebabkan
konsentrasi
sel
darah
merah
mengalami
penurunan.
sampai
<11 gr%.
Meningkatnya
volume
darah
berarti
meningkatkan pula jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi selsel darah merah sehingga tubuh dapat menormalkan konsentrasi hemoglobin
sebagai protein pengankut oksigen (Winkjosastro, 2000).
Anemia dapat mengurangi daya tahan tubuh ibu dan meninggikan
frekuensi komplikasi kehamilan serta persalinan. Anemia juga menyebabkan
peningkatan risiko perdarahan pasca persalinan. Rasa cepat lelah pada
penderita anemia disebabkan metabolisme energi oleh otot tidak berjalan
secara sempurna karena kekurangan oksigen. Selama hamil diperlukan lebih
banyak zat besi untuk menghasilkan sel darah merah karena ibu harus
memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri dan saat bersalin ibu
membutuhkan hemoglobin untuk memberikan energi agar otot-otot uterus
dapat berkontraksi dengan baik.
Pemeriksaan dan pengawasan hemoglobin dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan dengan alat sahli dapat
digolongkan sebagai berikut (Manuaba, 1998) :
1. Hb > 11,0 gr% disebut tidak anemia
2. Hb 9,0 gr% - 10,9 gr% disebut anemia ringan
3. Hb 7,0 gr% - 8,9 gr% disebut anemia sedang
4. Hb < 6,9 gr% disebut anemia berat
20
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF. Obstetri William Edisi 18. Jakarta: EGC,
1995.
Supono. Ilmu Kebidanan Bab Fisiologi. Palembang: Bagian Departemen Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2004.
Khoman JS. Pendarahan Hamil Tua dan Pendarahan Post Partum. Cermin Dunia
Kedokteran, Edisi Khusus No. 80, 1992 : 60-63.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga, Eds: Hanifa Wiknjosastro dkk.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005
21
22