Anda di halaman 1dari 16

Bioaktivitas minyak atsiri sereh

DC.) Terhadap pertumbuhan bakteri e. coli

dan staphylococcus aureus


Rahman, H., Husain, D.R., Abdullah, A. 2013
(http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/6161)
Ekstrak sereh berisi nabati konstituen yaitu: minyak atsiri (Leung dan Foster,
1996 dalam Rahman, dkk., 2013), saponin, tanin, alkaloid dan flavonoid (Hamza et
al. 2009 dalam Rahman, dkk., 2013). Berdasarkan kandungan tersebut menurut Jafari
et al. (2012) dalam Rahman, dkk (2013) mengindikasikan sereh memiliki aktivitas
antibakteri yang besar terutama kandungan minyak atsiri. Berdasarkan penelitian
sebelumnya didapatkan sereh memiliki kandungan aktivitas antibakteri dengan zona
hambat sebesar 8 mm terhadap pertumbuhan E. coli dan 13 mm terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 25% b/v (berat/volume)
(Poelongan, 2009 dalam Rahman, dkk., 2013).
Ekstrak sereh diambil dari batang sereh 15 cm diatas pangkal kemudian
dilakukan ekstraksi. Selanjutnya minyak atsiri yang dihasilkan ditambahkan NaCMC
sebanyak 0,038 gr dengan konsentrasi 0,5% kemudian dibuat variasi konsentrasi
6,25%, 12,5%, 50% dan 100%. Pegujian hambat dilakukan secara in vitro dengan
metode difusi agar dengan menggunakan sumuran (disc diffusion) pada media Muller
Hinton Agar (MHA) dengan inkubasi selama 24 hingg 48 jam kemudian dilihat dan
diukur diameter zona bening pada tiap konsentrasi.
Setelah dilakukan inkubasi selama 24 jam dan 48 jam dan dilakukan
pengulangan selama 2 kali pertumbuhan bakteri Eschericia coli didapatkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri maka semakin besar pula zona bening yang
terbentuk disekitar sumuran, control (+) dengan zat kimia chiprofloxacin (konsentrasi
5 g/disk )myang bersifat bakteriosidal mampu menghambat pertumbuhan bakteri
dengan adanya zona hambat disekitar media dengan hasil peingkatan zona bening
setelah inkubasi 2x24 jam dan 2x 48 jam, sedangkan control (-) tidak membentuk

zona hambat. Selanjutnya pada uji daya hambat dengan bakteri Staphylococcus
aureus didapatkan hasil yang sama. Hal tersebut disebabkan perbedaan volume
minyak atsiri yang berbeda pada tiap konsentrasi. Begitu pula dengan control (+) dan
(-) mendapatkan hasil yang sama.
Dari percobaan tersebut dapat diketahui bahwa kandungan minyak atsiri pada
sereh mengandung senyawa bergugus fungsi aldehid yakni sitral (irham, 2011 dalam
Rahman, dkk., 2013). Sedangkan komponen antibakteri pada minyak atsiri berasal
dari geraniol dan sitral. Kemudian berdasarkan diameter pada daya hambat kedua
bakteri, antimikroba pada minyak atsiri ekstrak sereh termasuk bakterisidal
(membunuh bakteri) dengan peningkatan zona bening pada sumuran setelah inkubasi
24 jam dan 48 jam. Menurut Corner (1995) dalam Rahman, dkk. (2013) mekanisme
penghambatan bakteri oleh senyawa antibakteri yaitu dengan gangguan senyawa
penyusun dinding sel mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membrane sel yang
menyebabkan kehilangan komponen penyusun sel sehingga menginaktivasi enzim
dan destruksi atau kerusakan fungsi material genetik.
Dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri pada sereh (Cymbopogon citratus
DC.) lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
Staphylococcus aureus bila dibandingkan dengan bakteri gram negatif Eschericia
coli. Hal tersebut disebabkan dinding sel bakteri gram positif lebih sederhana
sehingga senyawa antibaktri mudah masuk ke dalam sel dan bekerja sedangkan pada
bakteri gram negative dinding selnya berlapis tiga yaitu lipoprotein, lipopolisakarida
dan peptidoglikan. Dan efektifitas minyak atsiri pada ekstrak sereh diperoleh pada
konsentrasi 50% terhadap bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus.

Analisis Minyak Atsiri Serai (Cymbopogon citratus) Sebagai Alternatif Bahan


Irigasi Saluran Akar Gigi Dengan Menghambat Pertumbuhan Enterococcus
faecalis
Nisaa, U dan Darjono, A. 2011. Jurnal Unnisula vol 49, No 124 (2011).
Penelitian ini menggunakan metode difusi dengan disc diffusion pada media
Muller Hinton Agar (MHA) menggunakan ekstrak serai sebanyak 50 l dengan
konsentrasi 10%, 12,5%, 15%, 17,5%, 20% dan control positif menggunakan EDTA.
Kemudian pada setiap lubang dihitung zona hambatan setelah diinkubasi selama 24
jam kemudia hasilnya dianalisis dengan metode anava satu jalur dengan syarat
distribusi normal dan variansi data homogeny dan dilanjutkan dengan uji LSD.
Berdasrkan penelitian didapatkan hasi positif dengan adanya zona hambatan
pada tiap konsentrasi ekstrak sereh yang diuji dengan bakteri Enterococcus faecalis.
Menurut Santoro, dkk (2007) dalam Nisaa, dkk (2011) bahwa aktivitas seraai sebagai
antibakteri gram positif maupun negative disebabkan karena adanya komponen citral(geranial) dan -citral(neral). Berdasarkan uji anava dan data yang didapatkan
dari percobaan disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi mminyak atssiri maka
semakin tinggi pula daya antibakterinya. Hal tersebut sesuai dengan pendapar Pelczar
(2005) dalam Nisaa, dkk (2011) bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu bahan
antibakteri maka daya anti bakteri semakin kuat sehingga bakteri yang mati semakin
banyak, ditunjukkan dengan semakin luas zona hambatan pertumbuhan bakteri
Enterococcus faecalis yang terbentuk pada konsentrasi minyak atsiri serai tertinggi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentraasi minyak atsiri serai yg efektif
menghambat pertumbuhan E. faecalis pada konsentrasi 20% dan hampir sama dengan
uji (+) dengan EDTA.

Aktivitas antimikroba dari Ekastrak Serai (Cymbopogon citratus) Terhadap


Mikroba dari Lingkungan, Klinis dan Makanan
Singh, B.R., Singh, V., Singh, R.K., Ebibeni, N. 2011. International Resreach of
Pharmacology (ISSN 2251-0176) Vol. 1 (9) pp. 228-236, December 2011.
Serai umumnya digunakan sebagai bahan yang penting dalam masakan asia
karena rasanya yang kuat. Teh herbal dari serai digunakan sebagai obat penenang,
penurun panas dan stimulani imun di India (pearson, 2010; Brian dan Ikhlas, 2002
dalam Singh et al., 2011) sementara, minyak essensial sereh dapat digunakan sebagai
obat unutk jerawat, kulit berminyak, scabies, perut kembung, sakit kepala, masalah
peredaran darah (Pearson, 2010 dalam Singh et al., 2011) dan keringat berlebih akibat
aktivitas antimikroba dan antibakteri (Lawless, 1995 dalam Singh et al., 2011). Ini
juga digunakan sebagai situmulan untuk mengeluarkan udara, buang air kecil dan
antiseptic (Ghani et al., 1997 dalam Singh et al., 2011). Di Nigeria serai digunakan
unutk sakit perut dan dikombinasikan dengan beberapa tanaman untuk pengobatan
malaria (Aibninu et al., 2007 dalam Singh et al., 2011) dan tipus (Depken, 2011
dalam Singh et al., 2011).
Sementara itu, dari beberapa pengujian antimikroba terdahulu, LGO tidak
menunjukkan aktivitas pada keempat bakteri gram positif (Bacillus subtilis,
Corynebacterium diphtheria, Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus)
dan tiga gram negative (Salmonella paratyphi A, Eschericia coli dan Pseudomonas
Aerugiosa) pada kultur bakteri (Saify et al., 2000 dalam Singh et al., 2011), kemudian
beberapa studi menunjukkan serai merupakan antibakteri dan antifungi (Ushimaru et
al., 2007 dalam Singh et al., 2011).
LGO selain efektif untuk mengobati infeksi bakteri dan jamur dapat juga
digunakan untuk penyakit kulit seperti kurap, keracunan makanan, infeksi
staphylococcus, beberapa infeksi usus besar, dakit perut dan saluran kemih.

Kemudian dapat menjadi kontrol malaria (Plasmodium spp.) (Pearson, 2010 dalam
Singh et al., 2011).
Penelitian ini dilakukan dengan menguji ekstrak Serai dengan 1114 biakan
yang terdiri dari 29 genus dan 105 spesies yang terdiri dari khamir, kapang dan
mikroba yang diisolasi dari tempat yang berbeda yaitu lingkungan (air, udara, tanah,
dan kotoran kadal serta burung), makanan dan hewan yang sehat. Penelitian ni
menggunakan metode diffusion disc dan minimum inhibitory concentration
(MIC) berdasarkan metode yang digunakan pada National Committee for Clinical
Laboratory Standards (NCCLS) dan Clinical and Laboratory Standards Institute
(CLSI). Media yang digunakan yaitu Mueller Hinton agar (MHA), tryptic soy broth
(TSB) dan Sabrauds broth. Pada kontrol positif digunakan 50g mercuric chloride
dan kontrol negative cakram direndam pada methanol dan dikeringkan kemudian
untuk bakreti diinkubasi 24 sedangkan jamur 48-72 jam.
Penelitian ini menggunakan minyak sereh murni dari Naga Fragrance Pvt,
India. Jamur yang digunakan yaitu 5 Aspergillus niger, 6 Aspergillus flavus, 3
Penicilium spp, 7 strain Candida albicans dan 1093 strain bakteri dari 26 genus.
Dari percobaan aktivitas antimikroba dari ekstrak serai dengan menggunakan
metode disc diffusion didapatkan 38,2% dari 1114 biakan dari mikroba yang
berbeda bersifat sensitif. Dari semua kapang (Aspergillus spp, 11; Penicilium spp, 3),
khamir( Candida albicans, 7), Lactobacilus acidophilus (1) dan Morganella morganii
(3) yang di tes tergolong sensitif terhadap ekstrak serai.
Berdasarkan penelitian efek antimikroba dari minyak serai terhadap beberapa
genus mikroba didapatka genus yang sensitive dengan presentase 100% yaitu pada
Aspergillus spp., Candida spp., Lactobacilus acidophilus, morganella morganii dan
penicilium spp. Sedangkan strain bakteri yang paling banyak di tes pada genus
Enterococcus spp. Sebanyak 213 strain dan yang paling sedikit dengan 1 strain pada
Lactobacillus acidophilus, Leclercia adecarboxylata dan Xenorhabdus luminescens.

Kemudian efek antimikroba minyak serai terhadap strain bakteri gram


negative didapatkan bakteri yang paling sensitive dengan presentase strain 100%
yaitu pada A. media (9), A. salmonicida ssp smithia (1), A. schuberti (8), A. sobria
(3), Enterobacter ssp.(1), Morganella morganti (3), Proteus myxofaciens (1),
Providencia helmbachae (1), dan Serratia rubidae (3). Pada pengujian bakteri gram
negative strain bakteri terbanyak yang digunakan yaitu pada Eschericia coli dan K.
pnumoniae spp. pneumoniae dengan 96 strain. Sedangkan pada bakteri gram negatif
strain bakteri yang paling resistan pada minyak serai dengan nilai resistan 100% yaitu
pada bakteri Citrobacter amalonaticus (11), C. diversus (6), Enterobacter
cancerogenus

(9),

Enterobacter

cloacae

(1),

Enterobacter

gregoviae

(5),

Enterobacter hormaechei (11), Enterobacter sakazaki (1), Eschericia furgusonii (1),


Escherichia vulneris (2), Hafnea alvei (1), Leciercia adecarboxylata (1), Povidencia
rettgeri (5), Pseudomonas aeruginosa (2), Pseudomonas flourescens (1), Salmonella
enterica ssp. houtenae (3), Salmonella enterica ssp. salmae (11), Serratia fronticola
(1), Serratia marcescens (2), Serratia odorifera (5), Serratia plymuthica (1) dan
Xenorhabdus luminescens (1).
Pada pengujian bakteri gram positif bakteri yang sensitif terhadap minyak
serai dengan presentase 100% yaitu Bacillus anthracoides (3), Bacillus badius (7),
Bacillus circulans (4), Bacillus laterosporus (1), Bacillus lentus (8), Bacillus
marcerans (4), Bacillus mycoides (2), Bacillus stearothermophilus 1 (1), Bacillus
stearothermophilus 2 (4), Bacillus subtilis (3), Bacillus spp. (1), Eenterococcus
asacchrolyticus

(1),

Eenterococcus

solitaries

(1),

Enterococcus

spp.

(6),

Lactobacillus acidophilus (1), Staphylococcus epidermidis (2), Streptococcus


agalactiae (1). Sedangkan hasil bakteri yang paling resisten dengan presentase 100%
diantaranya Bacillus licheniformis (6), Eenterococcus faecium (11), Eenterococcus
malodoratus (3), Eenterococcus raffinosus (5), Staphylococcus xylosus (2),
Streptococcus milleri (3), Streptococcus alactolyticus (1), Streptococcus ceseolyticus
(1). Pada uji bakteri gram positif ini strain bakteri yang paling banyak digunakan

adalah Bacillus coaggulans denga jumlah 51 strain. Sedangkan pada jamur setelah
dilakukan uji didapatkan hasil resisten pada semua jamur, yaitu Aspergillus flavus (6),
Aspergillus niger (5), Candida albicans (7), dan Penicilium spp. (3).
Berdasarkan data uji efek antimikroba miyak serai terhadap bakteri baik
baikteri gram positif maupun negative didapatkan miyak serai efektif mencegah
pertumbuhan bakteri gram positif. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya jumlah
bakteri yang sensitif terhadap antimikroba minyak serai begitu pula pada bakteri yang
resisten, pada bakteri gram positif menunjukkan jumlah yang sedikit sehingga
dikatakan efektif. Tetapi jika dibandingkan dengan kemampuannya untuk mencegah
pertumbuhan jamur maka minyak serai lebih cocok untuk mencegah pertumbuhan
jamur, karena berdasarkan data yang didapatkan dari semua jamur yang diuji dengan
ekstrak serai semuanya bersifat sensitif dan tidak tumbuh sehingga dapat disimpulkan
bahwa anti mikroba pada minyak serai lebih cocok untuk mencegah pertumbuhan
jamur. Berdasarkan percobaan dari LGO (minyak sereh) pada bakteri dan jamur dapat
disimpulkan brsifat bakteriosidah dan fungisidal pada konsentrasi yang tinggi
(1mg/ml) sedangkan bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah (<10g/ml).
Sedangkan sensitivitas pada bakteri yang diuji nilainya bermacam macam.
Pada gram negative seperti yang terdapat pada table 2 nilai sensitivitasnya beragam.
Meskipun 78% bakteri anaerob sensitive terhdap ekstrak serai, dari beberapa spesies
yang dianalisis mengungkapkan biakan bakteri A. mesia (9), A.Schubertii (8), A.
sobria (3), A. salmonicida ssp. Smithia (1), sebagian besar biakan A. caviae (10 dari
12), A. hydrophila (15 dari 18), A. veronii (13 dari 14), A. salmonicida ssp.
Salmonicida (3 dari 5) merupakan biakan bakteri yang sensitif. Banyak genus
Pseudomonas yang sensitive (46,4%) sedangkan semua biakan P.aeruginosa dan P.
fluorescens resisten terhadap ekstrak ini.

Aktivitas Antibakteri dari minyak Sereh (Cymbopogon citratus) Terhadap


Beberapa Bakteri Patogen yang Dipilih
Naik, M.I., Fomda, B.A., Jaykumar, E., Bhat, J.A. 2010. Asian Pasific Journal of
Tropical Medicine (2010) 535-538
Kegunaan dari sereh telah diketahui oleh banyak orang sebagai obat batuk,
elephantias, malaria, ophthalmia, pneumonia dan ganguan vasikular. Penelitian
menunjukkan bahwa sereh dapat menjadi anti depresan, antioksidan, antiseptic,
bakteriasidal, fungisidal danobat penenang (McGuffin et al., 1997 dalam Naik et al.,
2010). Menurut Onamuwni et al.(1984) dalam Naik et al. (2010) bakteri gram positif
lebih sensitive terhadap minya sereh daripada gram negative. Minyak sereh
ditemukan efektif terhadap Acinetobacter baumanii, Aeromonas veronii,
Enterococcus faecalis, Eschericia coli, Klebsiela pneumonia, Salmonela enterica
stereotype typhimurium, Serratia marcesens, Proteus vulgaris, Enterobacter
aerogenes, Corynebacterium equii dan Staphylococcus aureus (Barrata et al., 1998
dalam Naik et al., 2010).
Materi dan metode
Minyak atsiri sereh didapatkan dari lembaga pusat tanaman obat dan aromatic
(CIMAP) di Lucknow India. Kemudian dibuat konsentrasi yang berbedan yaitu 5%,
10%, 15%, 20%, 25% dan 30%. Organisme mulanya distreak pada media Nutrient
Agar miring dan diinkubasi semalam dengan suhu (37+1)oC. Kultur tetap disimpan
pada kondisi dingin (lemari pendingin) dan dibuat subkultur setiap 15 hari. Dalam
melihat aktivitas antibakteri metode yang dipergunakan yaitu agar difusi seperti yang
dijelaskan oleh Southwell et al. (1993) dalam Naik et al. (2010). Agar NA dicairakan
dan 20 ml agar tersebut dituangkan kedalam cawan petri steril kemudian ditunggu
sampai kering. Selanjutnya disuspensikan 1ml bakteri kedalamnya. Dibuat tiga
lubang dengan diameter 5mm pada media dengan menggunakan alat pemotong
berongga yang telah steril. Kemudian sebanyak 25 l minyak atsiri dipipetkan
kedalam media kemudian diinkubasi selam 24 dan 48 jam. Selanjutnya zona hambat
diukur diameternya. Pada uji ini pada kontrol ditambahkan tween-80.
Pada penentuan MIC dari minyak atsiri sereh menggunakan metode pengenceran air
kaldu yang telah dijelaskan Hammer et al. (1999) dalam Naik et al. (2010) dengan
konsentrasi minyak atsiri yang berbeda. Kontrol positif menggunakan TSB 0,5%.
Suspensi bakteri yang dimasukkan pada setiap cawan sebanyak 25 l. setelah
diinkubasi selama 24 dan 48 jam dilihat kekeruhan pada setiap suspensi.

Pada uji kerentanan terhadap antibakteri menggunakan metode cakram difusi Bauer
dan Kirby dengan antibiotic yang dipergunakan pada penelitian yaitu azithromycin
(15mcg), ceftriazone (10mcg), chloramphenicol (30mcg), carbenicillin (100mcg),
gentamicin (10mcg), kanamycin (30mcg), tobramycin (10mcg), nitrofurantoin
(300mcg), vancomycin (30mcg), cifrofloxacin (30mcg).
Metode analisis statistika yang digunakan yaitu dengan analisis varians kemudian
dilakukan uji F dengan membandingkan pada tabulasi nilai kepercayaan 5% dan 1%.
Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa minyak atsiri pada sereh efektif pada
semua bakteri uji kecuali P.aeruginosa.. bakteri gram positif (S. aureus, B. cereus,
B.subtilis) diketahui lebih sensitif dari nakteri gram negative (E. coli, K. pneumoniae,
P. aeruginosa). Aktivitas anti bakteri meningkat sejalan dengan konsentrasi yang
semakin tinggi. Konsentrasi efektif berdasarkan percobaan yaitu pada konsentaris
30% sedangkan minimum pada konsentrasi 5% dari minyak atsiri sereh.
Dengan metode pengenceran air kaldu didapatkan daya hambat terbaik pada
konsentrasi yang rendah pada minyak atsiri sereh, hal ini berbanding terbalik dengan
metode agar difusi. Dengan metode ini didapatkan bahwa minyak atsiri sereh lebih
efektif pada bakteri gram positif daripada gram negatif. Dengan menggunakan
metode ini bakteri yang paling sensitive yaitu Klebsiela pneumonia dengan hasil
akhir uji MIC 0,50% dan MBC 0,50%. Hasil tersebut berbeda dengan uji anti bakteri
menggunakan agar difusi, pada uji antibakteri dengan agar difusi didapatkan bakteri
yang paling sensitive yaitu Staphylococcus aureus. Namun dari perbandingan hasil
kedua metode tersebut pada Pseudomonas aeruginosa sama sama resisten.
Pada uji bakteri dengan antibiotik didapatkan hasil yang berbeda beda pada tiap
bakteri. Bakteri gram positif terlihat lebih sensitive daripada bakteri gram negatif.
Dari uji dengan antibiotik terlihat bakteri yang paling sensitif terhadap antibiotic yaitu
S. aureus dan yang paling resisten yaitu K. pneumonia.
Berdasarkan ketiga uji dapat disimpulkan bahwa pada pengujian dengan metode
difusi agar dan pengenceran air kaldu bahwa bakteri gram positif lebih sensitive
daripada bakteri gram negatif. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Onawumni et al.
(1986) dan Cimanga et al. (2002) dalam Naik et al. (2010), serta P. aeruginosa
ditemukan resisten pada setiap konsentrasi minyak atsiri sereh. Sedangkan perbedaan
konsentrasi efektif pada metode difusi agar dan pengenceran air kaldu menurut
Tortorano et al. (1998) dalam Naik et al. (2010) dipengruhi beberapa faktor seperti
perbedaan pertumbuhan dari tiap mikroba, pencahayaan mikroba saat berada didalam

minyak atsiri, kelarutan atau komponen dari minyak atsiri dan kualitas
pengemulsinya. Sedangkan pada uji dengan antibiotik didapatkan bakteri gram
negative lebih sensitif dari gram positif. Tetapi dapat disumpulkan secara keseluruhan
bahwa minyak atsiri sereh dapat menghambat pertumuban bakteri gram positif dan
negatif.

Studi Efektivitas Ekstrak Daun Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L.) Sebagai
Anti Fungi Candida albicans
Fitriani, E., Alwi, M., Umrah. 2013. Biocelebes, Desember 2013, hlm 15-20 Vol. 7
No.2 ISSN: 1978-6417
Penelitian ini menggunakan daun sereh dengan membuat ekstak daun sereh dengan
konsentrasi 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%, serta kontrol positif menggunakan
Metrodinazol. Metode yang digunakan yaitu metode sumuran (disc diffusion) dengan
lubang tiap cawan 2 atau 3 lubang pada setiap media Malt Extrct Agar (MEA) dan
diinkubasi selama 48 jam pada suhu 35 oc kemudian diamati zona hambatan yang
terbentuk. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap sederhana
selanjutnya dilakukan analisis varian (ANOVA).
Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa ekstrak daun sereh
wangi pada setiap konsentrasi dapat bersifat anti fungi Candida albicans. Hal tersebut
dapat dilihat dari semakin besarnya diameter zona hambatan pada konsentrasi yang
semakin besar. Namun pada konsentrasi 25% dan 50% perbedaan diameter sangat
kecil sehingga dapat dikatakan zona hambatan pada kedua konsentrasi itu sama, hal
tersebut disebabkan kandungan anti fungi yang masik ke medium rendah sehingga
daya hambatnya lebih kecil dari perlakuan lain dan dapat dilihat pada notasi pada
grafik dan analisa data. Selanjutnya pada konsentrasi 75% dan 100% daya hambatnya
sama, hal tersebut dikarenakan pada konsentrasi 100% ekstrak sangat kental sehingga
sulit untuk masuk ke medium walaupun ekstrak pada konsentrasi 100% lebih banyak.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahnwa konsentrasi optimal dalam menghambat
pertumbuhan jamur Candida albicans pada konsentrasi 75%. Hal tersebut juga
mengacu pada standar yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (1988) bahwa
mikroba dikatakan peka terhadap antimikroba jika diameter daya hambatannya
sebesar 12-24 mm. Dari data tersebut terlihat bahwa konsentrasi 75% tetap menjadi

konsentrasi optimum dengan diameter 23,7 mm sedangkan pada konsentrasi 100%


hanya 21,4 mm.

Uji Efektivitas Konsentrasi Minyak Atsiri Sereh Dapur (Cymbopogon citratus


DC. Stapf) terhadap Pertumbuhan Jamur Aspergillus sp. secara In vitro
Ella, M.E., Sumiartha, K., Suniti, N.W., Sudiarta, I.P., Antara, N.S. 2013. Jurnal EAgroteknologi Tropika Vol. 2, No. 1, Januari 2013 ISSN: 2301-6515
Pada penelitian ini digunakan ekstrak minyak atsiri sebagai antimikroba
terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus sp. konsentari minyak atsiri yang
dipergunakan untuk uji daya hambat pertumbuhan yaitu 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8% dan
1%. Penetapan konsentrasi ini didasarkan pada uji pendahuluan yang telah dilakukan,
hasilnya dengan konsentrasi 1%, 2%, 5%, dan 10% dapat menghambat pertumbuhan
jamur Aspergillus sp. sehingga diputuskan konsentrasi diturunkan dibawah 1%.
Media yang dipergunakan pada percobaan kali ini yaitu media PDA dengan jamur
Aspergillus sp. berasal dari buah manga yang terinfeksi. Metode yang digunakan
yaitu media PDA pada mulanya dituang pada cawan yang telah steril kemudian
ditambahkan ekstrak minyak atsiri dengan konsentrasi berbeda sebanyak 1ml.
Kemudian jamur yang telah dibiakkan sebelumnya dalam cawan perti dipotong
dengan cork borer berdiameter 5mm, selanjutnya ditanamkan di tengah tengah media
ddan tiap perlakuan dibuat empat kali pengulangan. Selanjutnya dilakukan
pengamtan seriap hari dengan mengukur diameter jamur setiap perlakuan. Dan
dilakukan perhitungan daya hambat minyak atsiri sereh dapur terhadap pertumbuhan
jamur Aspergillus sp.
Selanjutnya dilakukan uji MIC (Minimum Inhibitory Concentration). Dalam
pengujian ini digunakan 7 perlakuan konsentrasi minyak atsiri sereh dapur yang
berbeda, yaitu: 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,,4%, 0,5%, 0,6% dan kontrol 0% dengan
pengulangan tiap perlakuan sebnyak 4 kali. Kemudian dilakukan perhitungan daya
hambat pertumbuhan jamur Aspergillus sp. selain kedua uji diatas dilakukan
pengujian penghambatan pembentukan spora. Pengujian ini dilakukan dengan
memanen spora yang terdapat pada masing masing cawan. Setelah spora diambil

dengan kuas harus steril kemudian dicampurkan dengan 10ml aquades agar seluruh
spora terangkat. Kemudian dipindahkan ke tabung reaksi steril untuk dikocok hingga
homogeny dan dihitung jumlah spora yang dibentuk tiap perlakuan dengan
haemocytometer. Pada ketiga percobaan tersebut menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengna parameter berupa pertumbuhan koloni jamur pada media
PDA serta jumlah spora masing masing perlakuan dan dibandingkan dengan kontrol.
Berdasarkan isolasi jamur yang dilakukan terlebih dahulu didapatkan koloni
jamur Aspergillus sp. dengan ciri-ciri koloni berwarna coklat hingga hitam, hida
bersekat, konidiofor tegak dan tak bersekat, dan ujung konidiofor membulat. Dari
hasil percobaan uji hambat pertumbuhan koloni jamur Aspergillus sp. dengan minyak
atsiri sereh dapur menggunakan media PDA didapatkan semakin tinggi konsentrasi
minyak atsiri maka keefektifan dalam menghambat koloni jamur Aspergillus sp.
semakin baik. Sehingga dapat disimpulkan konsentrasi yang efektif menekan
pertumbuhan jamur Aspergillus sp. pada konsentrasi 0,6%, 0,8% dan 1% dengan
keefektifan 100%. Mekanisme senyawa antijamur pada minyak atsiri yang
terkandung dalam sereh dapur yaitu dengan mengganggu satu atau lebih target
subseluler dengan merusak dinding sel sehingga permeabilitas membran terganggu
dan menghambat enzim-enzim metabolic mengakibatkan terhambatnya sintesis
protein dan asam nukleat. Pada hasil uji MIC didapatkan konsentrasi minimum
minyak atsiri yang efektif menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus sp. pada
konsentrasi minimum 0,3% dengan presentase daya hambat 23,92%. Pada uji
penghambatan pembentukan spora dapat disimpulkan semakin besar konsentrasi
minyak yang digunakan, maka semakin besar kemampuan daya hambatnya terhadap
pembentukan spora jamur Aspergillus sp. Hal tersebut dapat dilihat pada perlakuan
0,2% daya hambat mulai ditunjukkan dengan nilai 38,91% sedangkan pada perlakuan
0,4% presentase daya hambat meningkat menjadi 92,22% dam maksimum pada
konsentrasi 0,6% , 0,8% dan 1% dengan preentase daya hambat masing masing
100%. Sehingga dapat disimpulkan pada konsentrasi minyak atsiri sereh dapur

(Cymbopogon citratus) dengan konsentrasi dibawah 1% dapat menekan pertumbuhan


Aspergillus sp.

Bioaktifitas Minyak Atsiri Sereh (Cymbopogon citratus Stapf.) Dalam


Menghambat Pertumbuhan Jamur Malassezia furfur Penyebab Panu Pitiriasis
vesicolor
Yusdar, M., Husain, D.R., Alam, G., Dwayana, Z. 2013.
(http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/6619)
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas anti mikroba pada minyak
atsiri sereh dalam menghambat pertumbuhan jamur Malassezia furfur penyebab panu.
Pada penelitian ini menggunakan medium Nutrient Agar (NA) sintetik sebagai media
utama dan Malasezia furfur medium sebagai media spesifik. Sampel sereh yang
digunakan diambil ekstrak minyak atsirinya dengan memotong 20cm dari atas
pangkal, selanjutnya ekstrak minyak atsiri ini dibuat variasi konsentrasi uji yaitu
100%, 50%, 25%, 12,5% dan 6,25% yang sebelumnya ditambahkan dengan Natrium
Carboxyl Methyl Cellulose (Na-CMC) sebanyak 0,5% dengan larutan kontrol positif
menggunakan asam salisilat 6,25% dan kontrol negative DMSO. Pengujian daya
hambat dilakukan secara in vitro dengan metode difusi agar yang menggunakan
metode sumuran dengan menginkubasi selama 24 dan 48 jam. Selanjutnya dilakukan
pengamatan dengan mengukur diameter tiap zona bening disekitar sumuran pada tiap
perlakuan konsentrasi berbeda. Sebelum melakukan uji efektiftas antifungi minyak
atsiri sereh dilakukan identifikasi KLT (Kromatografi Lapis Tipis) untuk mengetahui
komponen senyawa yang ada didalamnya selanjutnya dilakukan uji KLT-Bioautografi
kontak dengan metode difusi agar dengan dua lapisan.
Berdasarkan percobaan di laboratorium dengan mengamati aktifitas hambatan
senyawa bioaktif minyak atsiri sereh terhadap pertumbuhan jamur Malassezia furfur

dengan inkubasi selama 24 hingga 48 jam didapatkan hasil sebagai berikut. Pada
pengamatan setelah inkubasi selama 24 jam zona hambat tertinggi pada jamur
Melassezia furfur yaitu pada konsentrasi 100% dengan diameter zona hambat yang
terbentuk berkisar antara 16,5-17,8 mm, untuk zona hambat terendah yaitu pada
konsentrasi 6,25% berkisar antara 14-14,2 mm. Sedangkan pada kontrol positif
dengan asam salisilat 6,25% zona bening yang terbentuk berkisar 28,8-30,1 mm.
Setelah inkubasi selama 48 jam kontrol positif mengalami peningkatan zona hambat
terhadap fungi uji. Konsentrasi terbesar dengan zona bening terlebar yaitu pada
konsentrasi 100% dengan diameter berkisar 17,2-19,7 mm, konsentrasi terendah
dengan zona bening yang sempit yaitu pada konsentrasi 6,25% dengan diameter
berkisar 15,3-16,8 mm. sedangkan pada kontrol positif berkisar antara 31,9-32,2 mm.
Sehingga dapat disimpulkan efektifitas minyak atsiri sereh terhadap pertumbuhan
jamur Malassezia furfur pada konsentraasi 100% dapat dilihat pada pengamatan
setelah inkubasi 24 dan 48 jam. Bedanya zona hambatan tersebut menurut Barnet
(1992) dalam Yusdar, dkk (2013) perbedan besarnya zona unutk masing masing
kensentrasi dapat diakibatkan karena perbedaan besarnya kandungan zat aktif, reaksi
antara bahan aktif dengan medium dan temperatur inkubasi.
Pada sereh antimikroba yang terdapat didalamnya yaitu berupa sitral, yang
mengandung kandungan senyawa terpen yang terdiri campuran isomer bioaktif nerol
dan graniol serta penyusun terbesar pada minyak atsiri (65-80%) sehingga dapat
bersifat antimikroba pada beberapa spesies mikroba.
Sifat antifungi terbagi menjadi dua yaitu fungistatikdan fungisidal dengan
membandingkan hasil pengukuran zona hambatan pada pengamatan 24 dan 48 jam.
Berdasarkan hasil pembentukan zona hambatan pada percobaan, maka minyak atsiri
sereh Cymbopogon citratus Stapf. Terhadap pertumbuhan jamur Malassezia furfur
dapat dinilai bersifat fungisidal.

Anda mungkin juga menyukai