zona hambat. Selanjutnya pada uji daya hambat dengan bakteri Staphylococcus
aureus didapatkan hasil yang sama. Hal tersebut disebabkan perbedaan volume
minyak atsiri yang berbeda pada tiap konsentrasi. Begitu pula dengan control (+) dan
(-) mendapatkan hasil yang sama.
Dari percobaan tersebut dapat diketahui bahwa kandungan minyak atsiri pada
sereh mengandung senyawa bergugus fungsi aldehid yakni sitral (irham, 2011 dalam
Rahman, dkk., 2013). Sedangkan komponen antibakteri pada minyak atsiri berasal
dari geraniol dan sitral. Kemudian berdasarkan diameter pada daya hambat kedua
bakteri, antimikroba pada minyak atsiri ekstrak sereh termasuk bakterisidal
(membunuh bakteri) dengan peningkatan zona bening pada sumuran setelah inkubasi
24 jam dan 48 jam. Menurut Corner (1995) dalam Rahman, dkk. (2013) mekanisme
penghambatan bakteri oleh senyawa antibakteri yaitu dengan gangguan senyawa
penyusun dinding sel mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membrane sel yang
menyebabkan kehilangan komponen penyusun sel sehingga menginaktivasi enzim
dan destruksi atau kerusakan fungsi material genetik.
Dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri pada sereh (Cymbopogon citratus
DC.) lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri gram positif
Staphylococcus aureus bila dibandingkan dengan bakteri gram negatif Eschericia
coli. Hal tersebut disebabkan dinding sel bakteri gram positif lebih sederhana
sehingga senyawa antibaktri mudah masuk ke dalam sel dan bekerja sedangkan pada
bakteri gram negative dinding selnya berlapis tiga yaitu lipoprotein, lipopolisakarida
dan peptidoglikan. Dan efektifitas minyak atsiri pada ekstrak sereh diperoleh pada
konsentrasi 50% terhadap bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus.
Kemudian dapat menjadi kontrol malaria (Plasmodium spp.) (Pearson, 2010 dalam
Singh et al., 2011).
Penelitian ini dilakukan dengan menguji ekstrak Serai dengan 1114 biakan
yang terdiri dari 29 genus dan 105 spesies yang terdiri dari khamir, kapang dan
mikroba yang diisolasi dari tempat yang berbeda yaitu lingkungan (air, udara, tanah,
dan kotoran kadal serta burung), makanan dan hewan yang sehat. Penelitian ni
menggunakan metode diffusion disc dan minimum inhibitory concentration
(MIC) berdasarkan metode yang digunakan pada National Committee for Clinical
Laboratory Standards (NCCLS) dan Clinical and Laboratory Standards Institute
(CLSI). Media yang digunakan yaitu Mueller Hinton agar (MHA), tryptic soy broth
(TSB) dan Sabrauds broth. Pada kontrol positif digunakan 50g mercuric chloride
dan kontrol negative cakram direndam pada methanol dan dikeringkan kemudian
untuk bakreti diinkubasi 24 sedangkan jamur 48-72 jam.
Penelitian ini menggunakan minyak sereh murni dari Naga Fragrance Pvt,
India. Jamur yang digunakan yaitu 5 Aspergillus niger, 6 Aspergillus flavus, 3
Penicilium spp, 7 strain Candida albicans dan 1093 strain bakteri dari 26 genus.
Dari percobaan aktivitas antimikroba dari ekstrak serai dengan menggunakan
metode disc diffusion didapatkan 38,2% dari 1114 biakan dari mikroba yang
berbeda bersifat sensitif. Dari semua kapang (Aspergillus spp, 11; Penicilium spp, 3),
khamir( Candida albicans, 7), Lactobacilus acidophilus (1) dan Morganella morganii
(3) yang di tes tergolong sensitif terhadap ekstrak serai.
Berdasarkan penelitian efek antimikroba dari minyak serai terhadap beberapa
genus mikroba didapatka genus yang sensitive dengan presentase 100% yaitu pada
Aspergillus spp., Candida spp., Lactobacilus acidophilus, morganella morganii dan
penicilium spp. Sedangkan strain bakteri yang paling banyak di tes pada genus
Enterococcus spp. Sebanyak 213 strain dan yang paling sedikit dengan 1 strain pada
Lactobacillus acidophilus, Leclercia adecarboxylata dan Xenorhabdus luminescens.
(9),
Enterobacter
cloacae
(1),
Enterobacter
gregoviae
(5),
(1),
Eenterococcus
solitaries
(1),
Enterococcus
spp.
(6),
adalah Bacillus coaggulans denga jumlah 51 strain. Sedangkan pada jamur setelah
dilakukan uji didapatkan hasil resisten pada semua jamur, yaitu Aspergillus flavus (6),
Aspergillus niger (5), Candida albicans (7), dan Penicilium spp. (3).
Berdasarkan data uji efek antimikroba miyak serai terhadap bakteri baik
baikteri gram positif maupun negative didapatkan miyak serai efektif mencegah
pertumbuhan bakteri gram positif. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya jumlah
bakteri yang sensitif terhadap antimikroba minyak serai begitu pula pada bakteri yang
resisten, pada bakteri gram positif menunjukkan jumlah yang sedikit sehingga
dikatakan efektif. Tetapi jika dibandingkan dengan kemampuannya untuk mencegah
pertumbuhan jamur maka minyak serai lebih cocok untuk mencegah pertumbuhan
jamur, karena berdasarkan data yang didapatkan dari semua jamur yang diuji dengan
ekstrak serai semuanya bersifat sensitif dan tidak tumbuh sehingga dapat disimpulkan
bahwa anti mikroba pada minyak serai lebih cocok untuk mencegah pertumbuhan
jamur. Berdasarkan percobaan dari LGO (minyak sereh) pada bakteri dan jamur dapat
disimpulkan brsifat bakteriosidah dan fungisidal pada konsentrasi yang tinggi
(1mg/ml) sedangkan bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah (<10g/ml).
Sedangkan sensitivitas pada bakteri yang diuji nilainya bermacam macam.
Pada gram negative seperti yang terdapat pada table 2 nilai sensitivitasnya beragam.
Meskipun 78% bakteri anaerob sensitive terhdap ekstrak serai, dari beberapa spesies
yang dianalisis mengungkapkan biakan bakteri A. mesia (9), A.Schubertii (8), A.
sobria (3), A. salmonicida ssp. Smithia (1), sebagian besar biakan A. caviae (10 dari
12), A. hydrophila (15 dari 18), A. veronii (13 dari 14), A. salmonicida ssp.
Salmonicida (3 dari 5) merupakan biakan bakteri yang sensitif. Banyak genus
Pseudomonas yang sensitive (46,4%) sedangkan semua biakan P.aeruginosa dan P.
fluorescens resisten terhadap ekstrak ini.
Pada uji kerentanan terhadap antibakteri menggunakan metode cakram difusi Bauer
dan Kirby dengan antibiotic yang dipergunakan pada penelitian yaitu azithromycin
(15mcg), ceftriazone (10mcg), chloramphenicol (30mcg), carbenicillin (100mcg),
gentamicin (10mcg), kanamycin (30mcg), tobramycin (10mcg), nitrofurantoin
(300mcg), vancomycin (30mcg), cifrofloxacin (30mcg).
Metode analisis statistika yang digunakan yaitu dengan analisis varians kemudian
dilakukan uji F dengan membandingkan pada tabulasi nilai kepercayaan 5% dan 1%.
Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa minyak atsiri pada sereh efektif pada
semua bakteri uji kecuali P.aeruginosa.. bakteri gram positif (S. aureus, B. cereus,
B.subtilis) diketahui lebih sensitif dari nakteri gram negative (E. coli, K. pneumoniae,
P. aeruginosa). Aktivitas anti bakteri meningkat sejalan dengan konsentrasi yang
semakin tinggi. Konsentrasi efektif berdasarkan percobaan yaitu pada konsentaris
30% sedangkan minimum pada konsentrasi 5% dari minyak atsiri sereh.
Dengan metode pengenceran air kaldu didapatkan daya hambat terbaik pada
konsentrasi yang rendah pada minyak atsiri sereh, hal ini berbanding terbalik dengan
metode agar difusi. Dengan metode ini didapatkan bahwa minyak atsiri sereh lebih
efektif pada bakteri gram positif daripada gram negatif. Dengan menggunakan
metode ini bakteri yang paling sensitive yaitu Klebsiela pneumonia dengan hasil
akhir uji MIC 0,50% dan MBC 0,50%. Hasil tersebut berbeda dengan uji anti bakteri
menggunakan agar difusi, pada uji antibakteri dengan agar difusi didapatkan bakteri
yang paling sensitive yaitu Staphylococcus aureus. Namun dari perbandingan hasil
kedua metode tersebut pada Pseudomonas aeruginosa sama sama resisten.
Pada uji bakteri dengan antibiotik didapatkan hasil yang berbeda beda pada tiap
bakteri. Bakteri gram positif terlihat lebih sensitive daripada bakteri gram negatif.
Dari uji dengan antibiotik terlihat bakteri yang paling sensitif terhadap antibiotic yaitu
S. aureus dan yang paling resisten yaitu K. pneumonia.
Berdasarkan ketiga uji dapat disimpulkan bahwa pada pengujian dengan metode
difusi agar dan pengenceran air kaldu bahwa bakteri gram positif lebih sensitive
daripada bakteri gram negatif. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Onawumni et al.
(1986) dan Cimanga et al. (2002) dalam Naik et al. (2010), serta P. aeruginosa
ditemukan resisten pada setiap konsentrasi minyak atsiri sereh. Sedangkan perbedaan
konsentrasi efektif pada metode difusi agar dan pengenceran air kaldu menurut
Tortorano et al. (1998) dalam Naik et al. (2010) dipengruhi beberapa faktor seperti
perbedaan pertumbuhan dari tiap mikroba, pencahayaan mikroba saat berada didalam
minyak atsiri, kelarutan atau komponen dari minyak atsiri dan kualitas
pengemulsinya. Sedangkan pada uji dengan antibiotik didapatkan bakteri gram
negative lebih sensitif dari gram positif. Tetapi dapat disumpulkan secara keseluruhan
bahwa minyak atsiri sereh dapat menghambat pertumuban bakteri gram positif dan
negatif.
Studi Efektivitas Ekstrak Daun Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L.) Sebagai
Anti Fungi Candida albicans
Fitriani, E., Alwi, M., Umrah. 2013. Biocelebes, Desember 2013, hlm 15-20 Vol. 7
No.2 ISSN: 1978-6417
Penelitian ini menggunakan daun sereh dengan membuat ekstak daun sereh dengan
konsentrasi 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%, serta kontrol positif menggunakan
Metrodinazol. Metode yang digunakan yaitu metode sumuran (disc diffusion) dengan
lubang tiap cawan 2 atau 3 lubang pada setiap media Malt Extrct Agar (MEA) dan
diinkubasi selama 48 jam pada suhu 35 oc kemudian diamati zona hambatan yang
terbentuk. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap sederhana
selanjutnya dilakukan analisis varian (ANOVA).
Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa ekstrak daun sereh
wangi pada setiap konsentrasi dapat bersifat anti fungi Candida albicans. Hal tersebut
dapat dilihat dari semakin besarnya diameter zona hambatan pada konsentrasi yang
semakin besar. Namun pada konsentrasi 25% dan 50% perbedaan diameter sangat
kecil sehingga dapat dikatakan zona hambatan pada kedua konsentrasi itu sama, hal
tersebut disebabkan kandungan anti fungi yang masik ke medium rendah sehingga
daya hambatnya lebih kecil dari perlakuan lain dan dapat dilihat pada notasi pada
grafik dan analisa data. Selanjutnya pada konsentrasi 75% dan 100% daya hambatnya
sama, hal tersebut dikarenakan pada konsentrasi 100% ekstrak sangat kental sehingga
sulit untuk masuk ke medium walaupun ekstrak pada konsentrasi 100% lebih banyak.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahnwa konsentrasi optimal dalam menghambat
pertumbuhan jamur Candida albicans pada konsentrasi 75%. Hal tersebut juga
mengacu pada standar yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (1988) bahwa
mikroba dikatakan peka terhadap antimikroba jika diameter daya hambatannya
sebesar 12-24 mm. Dari data tersebut terlihat bahwa konsentrasi 75% tetap menjadi
dengan kuas harus steril kemudian dicampurkan dengan 10ml aquades agar seluruh
spora terangkat. Kemudian dipindahkan ke tabung reaksi steril untuk dikocok hingga
homogeny dan dihitung jumlah spora yang dibentuk tiap perlakuan dengan
haemocytometer. Pada ketiga percobaan tersebut menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengna parameter berupa pertumbuhan koloni jamur pada media
PDA serta jumlah spora masing masing perlakuan dan dibandingkan dengan kontrol.
Berdasarkan isolasi jamur yang dilakukan terlebih dahulu didapatkan koloni
jamur Aspergillus sp. dengan ciri-ciri koloni berwarna coklat hingga hitam, hida
bersekat, konidiofor tegak dan tak bersekat, dan ujung konidiofor membulat. Dari
hasil percobaan uji hambat pertumbuhan koloni jamur Aspergillus sp. dengan minyak
atsiri sereh dapur menggunakan media PDA didapatkan semakin tinggi konsentrasi
minyak atsiri maka keefektifan dalam menghambat koloni jamur Aspergillus sp.
semakin baik. Sehingga dapat disimpulkan konsentrasi yang efektif menekan
pertumbuhan jamur Aspergillus sp. pada konsentrasi 0,6%, 0,8% dan 1% dengan
keefektifan 100%. Mekanisme senyawa antijamur pada minyak atsiri yang
terkandung dalam sereh dapur yaitu dengan mengganggu satu atau lebih target
subseluler dengan merusak dinding sel sehingga permeabilitas membran terganggu
dan menghambat enzim-enzim metabolic mengakibatkan terhambatnya sintesis
protein dan asam nukleat. Pada hasil uji MIC didapatkan konsentrasi minimum
minyak atsiri yang efektif menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus sp. pada
konsentrasi minimum 0,3% dengan presentase daya hambat 23,92%. Pada uji
penghambatan pembentukan spora dapat disimpulkan semakin besar konsentrasi
minyak yang digunakan, maka semakin besar kemampuan daya hambatnya terhadap
pembentukan spora jamur Aspergillus sp. Hal tersebut dapat dilihat pada perlakuan
0,2% daya hambat mulai ditunjukkan dengan nilai 38,91% sedangkan pada perlakuan
0,4% presentase daya hambat meningkat menjadi 92,22% dam maksimum pada
konsentrasi 0,6% , 0,8% dan 1% dengan preentase daya hambat masing masing
100%. Sehingga dapat disimpulkan pada konsentrasi minyak atsiri sereh dapur
dengan inkubasi selama 24 hingga 48 jam didapatkan hasil sebagai berikut. Pada
pengamatan setelah inkubasi selama 24 jam zona hambat tertinggi pada jamur
Melassezia furfur yaitu pada konsentrasi 100% dengan diameter zona hambat yang
terbentuk berkisar antara 16,5-17,8 mm, untuk zona hambat terendah yaitu pada
konsentrasi 6,25% berkisar antara 14-14,2 mm. Sedangkan pada kontrol positif
dengan asam salisilat 6,25% zona bening yang terbentuk berkisar 28,8-30,1 mm.
Setelah inkubasi selama 48 jam kontrol positif mengalami peningkatan zona hambat
terhadap fungi uji. Konsentrasi terbesar dengan zona bening terlebar yaitu pada
konsentrasi 100% dengan diameter berkisar 17,2-19,7 mm, konsentrasi terendah
dengan zona bening yang sempit yaitu pada konsentrasi 6,25% dengan diameter
berkisar 15,3-16,8 mm. sedangkan pada kontrol positif berkisar antara 31,9-32,2 mm.
Sehingga dapat disimpulkan efektifitas minyak atsiri sereh terhadap pertumbuhan
jamur Malassezia furfur pada konsentraasi 100% dapat dilihat pada pengamatan
setelah inkubasi 24 dan 48 jam. Bedanya zona hambatan tersebut menurut Barnet
(1992) dalam Yusdar, dkk (2013) perbedan besarnya zona unutk masing masing
kensentrasi dapat diakibatkan karena perbedaan besarnya kandungan zat aktif, reaksi
antara bahan aktif dengan medium dan temperatur inkubasi.
Pada sereh antimikroba yang terdapat didalamnya yaitu berupa sitral, yang
mengandung kandungan senyawa terpen yang terdiri campuran isomer bioaktif nerol
dan graniol serta penyusun terbesar pada minyak atsiri (65-80%) sehingga dapat
bersifat antimikroba pada beberapa spesies mikroba.
Sifat antifungi terbagi menjadi dua yaitu fungistatikdan fungisidal dengan
membandingkan hasil pengukuran zona hambatan pada pengamatan 24 dan 48 jam.
Berdasarkan hasil pembentukan zona hambatan pada percobaan, maka minyak atsiri
sereh Cymbopogon citratus Stapf. Terhadap pertumbuhan jamur Malassezia furfur
dapat dinilai bersifat fungisidal.