Anda di halaman 1dari 48

UNDANG-UNDANG DAN

KETENTUAN HUKUM
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PELAYANAN
ILMU KEDOKTERAN
FORENSIK

UNDANG-UNDANG DAN KETENTUAN HUKUM YANG


BERHUBUNGAN DENGAN PELAYANAN ILMU
KEDOKTERAN FORENSIK
FORENSIC MEDICINE
MEDICO
SCIENCE
F0rensic = Forum
Tempat berlangsungnya sidang peradilan
(Romawi).
-

Sidney Smith >> Kumpulan ilmu pengetahuan medis


yang menunjang pelaksanaan
penegakan
hukum.
Simpson K >> Ilmu Kedokteran yang mempelajari
tentang surat surat keterangan
orang hidup
dan mati demi kepentingan hukum.
Jaising P mondi >> Cabang ilmu kedokteran yang
menggunakan prinsip-prinsip
dan

II. SEJARAH ILMU KEDOKTERAN


ERA LAMA
FORENSIK

PEMBUKTIAN PERADILAN
trial
by ordeal
judicia ignis (bara api), judicia aquae (air),
judicia ovae
(makanan racun), judicia dei (Tuhan).

Mesir

Homer, Herodus, Papyrus >> perkawinan,


kelainan
seksual,
diagnosa
keracunan, dll.

Imhotep >> menggunakan medicolegal


pertama
(Penasihat hukum dan dokter
pribadi kerajaan).

Spanyol
Testimony of Gaius Manicuis Valerianus
(aspek
medicolegal).

Cina
Buku buku kedokteran forensik : Ming
Yuang Shih Lu
dan Hsi Yuan Lu ( Hakim Agung Sung Tzu).

Inggris
Instruction to Coroner (buku kedokteran
forensik).

Italia, bologna
Autopsi pertama.

ERA BARU :

Paolo Zacchias / Bpk Forensik


Question

KEDOKTERAN FORENSIK DI INDONESIA


dr H F Roll : Memberi kuliah forensik pertama.
dr H Muller : Kepala bagian Forensik pertama
(Patologi
Forensik).

DOKTER JAVA(1864)
JAKARTA

STOVIA(1930)
USU, MEDAN

NIAS(1932)
UGM, JOGYAKARTA

IAPI(1970)
UNAIR, SURABAYA

PDFI(1993)
UNHAS, MAKASAR

UI,

BEBERAPA KETENTUAN HUKUM YANG


BERHUBUNGAN DENGAN PELAYANAN
DOKTER DALAM BIDANG KEDOKTERAN
FORENSIK
DI INDONESIA PERATURAN/ HUKUM

(LISAN

dan TERTULIS)

1.Undang-undang Dasar 1945


2.Ketetapan MPR.
3.Undang-undang / Peraturan Pemerintah
pengganti Undang- undang.
4.Peraturan Pemerintah.
5.Keputusan Presiden.
6.Peraturan-Peraturan Pelaksanaa lainnya, seperti:
Peraturan Menteri.

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM

Kewajiban Dokter Membantu Peradilan.


Yang Berhak Membuat Visum Dan Wewenang Penyidik.
Sangsi Hukum Terhadap Menghalang-halangi Atau Menolak
Membantu Pihak Peradilan.
Visum Et Repertum Dan Saksi .
Wajib Melapor Bila Ada Tindak Pidana.
Tentang Rahasia Jabatan Dan kelonggaran Membuka Rahasia
Jabatan .
Tentang Perkosaan Dan Pelanggaran Kesusilaan.
Abortus Provocatus.
Pembunuhan Anak Sendiri.
Klasifikasi Luka.
Kejahatan Terhadap Nyawa.
Meninggalkan Orang Yang Memerlukan Pertolongan.
Kejahatan Yang Mendatangkan Bahaya Bagi Keamanan Umum.
Bedah Mayat Klinis, Anatomis Dan Transplantasi

HUKUM DAN PERADILAN


Menurut Jenis

1. PERKARA

PERDATA

2. PERKARA

PIDANA

Menurut Cara / Sistem

1.

Sistem CORONER

2.

Sistem MEDICAL EXAMINER

3.

Sistem CONTINENTAL

Perkara pidana
Perkara yang menyangkut
kepentingan dan
ketentraman masyarakat dimana
pihak yang
berperkara adalah antara jaksa
Perkara perdata
penuntut
umum mewakili negara dengan
tertuduh.
Perkara antar pribadi atau badan
hukum yaitu antara penggugat
dengan tergugat.inisiatif
berperkara

. Sistem Coroner
Inggris dan beberapa negara bekas jajahan Inggris.
Perlu tidaknya pemeriksaan bedah mayat ditentukan oleh
seorang coroner (crown yaitu petugas yang mewakili
kerajaan dalam membantu mengutip pajak wilayah
kekuasaan).

. Sistem Medical Examiner


Perlu atau tidaknya bedah mayat pada korban adalah seorang
medical examiner (ahli Patology forensik) atau deputinya. Di
Amerika.

. Sistem Continental
Di Eropa dan dianut juga oleh negara Indonesia (bekas
jajahan belanda). Perlu atau tidaknya dilakukan pemeriksaan

KUHAP
sebagai hukum acara pidana yang berisi
ketentuan tata tertib prose S
penyelesaian penanganan kasus Tindak
pidana, sekaligus telah memberi
legalisasi hak asasi kepada
tersangka atau terdakwa untuK membela
kepentingannya di depan PENGADILAN
KUHP
sebagai ketentuan hukum yang
memuat tentang hal-hal yang
dinyatakan sebagai suatu tuntutan
tindak pelanggaran hukum pidana
seseorang serta memuat hukuman
(sangsi atau denda pidana) atas
perbuatannya

pembuktian, yaitu :

Sistem pembuktian yang positif : sistem


pembuktian yang
didasarkan semata kepada alat bukti yang
dibenarkan oleh
undang-undang atau yang sah menurut
undang-undang.

Sistem pembuktian yang hanya didasarkan oleh


keyakinan
hakim.
Sistem pembuktian yang didasarkan oleh
pertimbangan
hakim yang logis.

Sistem pembuktian yang negatif

sistem

1. Kewajiban Dokter Membantu


Peradilan

KUHAP Pasal 133

Bahwa atas kewenangan seorang penyidik, dan


permintaan
tertulis dengan tegas, maka seorang dokter atau
ahli
kedokteran kehakiman wajib membantu
peradilan, dan
pemeriksaan mayat atau bedah mayat
sebagaimana telah
dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman dan
dokter pada
rumah sakit dengan perlakuan secara baik.

KUHAP Pasal 135


Ketentuan dan tugas seorang dokter dalam
membantu
peradilan inipun, termasuk dalam hal penggalian

Hakim dalam memberikan suatu keputusan


minimal 2
bukti. KUHAP Pasal 183

184 ,

peradilan,

Sedangkan alat bukti yang sah menurut KUHAP Pasal

adalah :
1 Keterangan saksi
2 Keterangan ahli.
3 Surat.
4 Petunjuk.
5 Dari
Keterangan
terdakwa.
5 alat bukti
yang sah di atas, keterkaitan dokter
dalam
memberikan bantuan terhadap peradilan adalah bahwa
bantuan 187
dokter
terdapatsurat),
dalam 186
2 alat
bukti ,yaitu :
KUHAP
(tentang
(keterangan
Surat
Ahlidan
= dalam
keterangan ahli.

pengertian umum), 120 ayat 1 (Keterangan


ahli dalam
pengertian khusus), Khusus keahlian dokter
Kep MenKeh
No. M. 01.PW. 07-03 tahun 1982

Pelanggaran Menjalankan
Kewajiban DOKTER ditindak
Pidana sesuai :
KUHP
KUHP
KUHP
KUHP

Pasal
Pasal
Pasal
Pasal

216 ayat 1
222
224
522

2. Yang Berhak Meminta Visum


Dan Wewenang Penyidik
Staatsblad No. 350 tahun 1937
Visa reperta seorang dokter yang dibuat
baik atas
sumpah dokter yang diucapkannya pada
waktu
menamatkan pelajarannya di Negeri
Belanda atau
di Indonesia, maupun atas sumpah
khusus dalam
pasal 2, mempunyai daya bukti yang sah

Jadi dapat dikatakan bahwa, definisi Visum


et Repertum adalah :
Keterangan yang dibuat oleh dokter atas
permintaan penyidik yang berwewenang
mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap
manusia, baik hidup maupun mati ataupun bagian
atau diduga bagian dari tubuh manusia,
berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah,
untuk kepentingan peradilan.
Sedangkan menurut KUHAP sebagai Keterangan
Ahli Pasal 133

PUTUSAN MAJELIS PERTIMBANGAN


KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DALAM FATWANYA NO. 4/1955
MENEGASKAN BAHWA :
1.
2.

Bedah mayat itu boleh/mubah hukumnya untuk


kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan dokter
dan penegakan keadilan di antara umat manusia.
Membatasi kemubahan itu sekedar darurat saja
menurut kadar yang tidak harus dilikukan untuk
mencapai tujuan-tujuan.

PenyidiK & PENYIDIK PEMBANTU


KUHAP Pasal 6 ayat 1 dan 2
Ayat 1

1. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia


(Penyidik) >>>> KUHAP Pasal 4, 5, 6,
7, 8 dan 9.
2. Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang
(Penyidik
Pembantu) >>>> KUHAP Pasal 10, 11
dan 12.

Ayat 2
Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana

Surat Keputusan Pangab No:


04/P/II/1983 tentang Fungsi
Kepolisian
Militer
sebagai
penyidik (pasal
Seorang
Polisi Militer
adalah4
huruf c).
penyidik
dan
Provost
adalah
pembantu penyidik dalam jajaran
militer
dan
POLRI

Kapolri No :
Ins/E/20?IX/75.
Visum et repertum untuk penderita
memiliki
gangguan kejiwaan diatur Undangundang No.3/
tahun 1966 Pasal 5, 6, dan 8 serta
Peraturan
Menkes RI 1970 Bab III Pasal 11-23
,dalam kasus
Pidana yang dijelaskan pada KUHP Pasal
144.

1.

Visum et repertum

Psikiatri

Permintaan hakim untuk kepentingan

Wewenang Penyidik Dalam


Penyidikan dan Penyelidikan

Menerima laporan atau pengaduan dari seorang


tentang
adanya tindak pidana.
. Melakukan tindakan pertama pada saat di
tempat kejadian
Menyuruh berhenti dan meminta tanda pengenal
diri
tersangka.
Melakukan penangkapan, penahanan,
penggeledahan dan
penyitaan.
Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa
sebagai

3. Sangsi Hukum Terhadap Menghalang-halangi


Atau Menolak Membantu Pihak Peradilan

KUHP Pasal 216 ayat 1

Bila dengan sengaja tidak mentaati,


meghalang-halangi
atau menggagalkan perintah atau permintaan
menurut UU

KUHP Pasal 222

Bila dengan sengaja, mencegah, menghalanghalangi dan


menggagalkan pemeriksaan mayat

KUHP Pasal 224 dan KUHP Pasal

4. Visum et Repertum dan Saksi


PERSAMAAN
- Memiliki kekuatan hukum yang sama
(alat bukti yang sah)
- Mengutamakan kebenaran / kejujuran
- Menjalankan Sumpah dan Janji
- Memberikan suatu kesaksian dari apa yang
dilihat
- Jika menyatakan keterangan palsu akan ada
sangsi

PERBEDAAN
orang

Visum et Repertum >>


sakit dan

Surat (visum

Saksi / Kesaksian / Keterangan Saksi(ahli)


KUHAP Pasal 12o, Pasal 160 ayat 3 dan 4,
Pasal 161,
Pasal
162.
Bahwa
setiap
orang yang ditunjuk menjadi saksi baik
dalam keadaan hidup maupun meninggal dunia, dalam
keadaan hadir atau berhalangan karena suatu hal. Bila
telah mengucapkan sumpah dan janji untuk memberikan
keterangan yang sebenarnya adalah dianggap sah, hal ini
pun berlaku dengan surat keterangan ahli atau visum et
repertum.
-Hal tentang pemberian suatu kesaksian/
keterangan
palsu adalah pidana >>> KUHP Pasal 242,
Pasal 267
(Dasar KUHAP Pasal 174 dan KODEKI Bab I)
-Jika karena suatu hal yang dapat diterima,

5. Wajib Melapor Bila Ada Tindak


Pidana
Peranan dokter adalah :
melaporkan adanya dugaan tindak pidana, memastikan
sebab, cara dan waktu kematian pada peristiwa kematian
tidak wajar karena pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan
atau kematian yang mencurigakan. Hasil pemeriksaan
dan laporan tertulis akan digunakan sebagai petunjuk
atau pedoman dan alat bukti dalam menyidik, menuntut
dan mengadili perkara pidana maupun perdata.
Dalam hal demikian tampak bahwa laporan pemeriksaan
dan kesaksian dokter di sidang pengadilan turut
berperan dalam proses penegakkan hukum.
KUHAP Pasal 108

6. Tentang Rahasia
Kelonggaran membuka

Jabatan Dan
Rahasia Jabatan

Peraturan Pemerintah No. 26


tahun 1960
(lafal sumpah.dokter).
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya
ketahui karena pekerjaan saya sebagai dokter.
Peraturan pemerintah No. 10 tahun 1966
Tentang wajib simpan rahasia kedokteran
Segala sesuatu yang didapati oleh seorang dokter atau ahli
kedokteran kehakiman, dan orang kesehatan umumnya,
adalah tidak dibenarkan diceritakan kepada siapapun yang
tidak berkepentingan.

(Bagi yang melanggar : KUHP Pasal 322)

Kelonggaran dalam membuka rahasia


jabatan
seorang dokter, karena suatu hal
dilindungi oleh
undang-undang :
KUHP Pasal 48
KUHP Pasal 50
Bahwa
seorang
dokter atau saksi ahli
KUHP
Pasal 51
dapat
kelonggaran membuka rahasia jabatan
bila oleh
suatu kekuasaan, oleh karena
menjalankan
peraturan undang-undang, menjalankan
perintah

7.Tentang Perkosaan Dan Pelanggaran Kesusilaan


KUHAP BAB IV tentang
Pelanggaran kesusilaan
1.PERKOSAAN

Adalah pelanggaran kesusilaan (natural sexual


offences) sebagai manifestasi birahi yang tidak
terkendalikan dan tertuju kepada objek yang wajar yaitu
kelamin dan yang berlawanan jenis (heteroseksual).

2. PENYIMPANGAN SEKSUAL

Adalah pelanggaran kesusilaan yang tidak wajar


(unnatural sexual offences) seperti ; insest, sodomi,
bestialiti, ekshibitionisme, nekrotisme, pedofillia, dan
lain-lain. Di sini objek atau cara yang digunakan untuk
mencapai kepuasan seksual tidak wajar
heteroseksual/homoseksual

KETETAPAN HUKUM TINDAK


PEMERKOSAAN :
KUHP Pasal 285
KUHP Pasal 286
KUHP Pasal 287

Berdasarkan Pasal tersebut maka:


Persetubuhan dengan perempuan yang
bukan istrinya (lawan jenis kelamin),
dalam keadaan pingsan / tidak berdaya,
dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan, belum cukup dan belum
pantas untuk kawin adalah suatu
pemerkosaan.

KETETAPAN HUKUM PELANGGARAN


SUSILA PENYIMPANGAN SEKSUAL
KUHP Pasal 288
KUHP Pasal 289
Hal pelanggaran kesusilaan adalah perbuatan
persetubuhan baik yang dilakukan pada perempuan
yang bukan istrinya, perempuan yang belum pantas
atau cukup umur (beda jenis kelamin) ataupun
terhadap setiap orang (dengan jenis kelamin sama)
dengan perbuatan cabul atau merusak susila
mengakibatkan luka atau kematian.

8. Abortus Provokatus
Abortus Provokatus (Medico
Legal) :
Pengguguran kandungan di bawah umur
28
minggu (dimana janin belum viable)
tanpa
indikasi medis (ilegal)
Abortus ilegal menggunakan cara :
1. Kekerasan umum (General
violence)
2. Dengan kekerasan lokal (Local
viokence)

KETENTUAN HUKUM :
KUHP Pasal 299
Melakukan sesuatu sehingga kandungan
seseorang gugur
KUHP Pasal 346
Menggugurkan kandungan atau
menyuruh orang
melakukan
KUHP Pasal 347
Menggugurkan kandungan tanpa izin
perempuan
tersebut
KUHP Pasal 348
Menggugurkan kandungan seseorang,
meskipun

9. Pembunuhan Anak Sendiri


INFANTICIDE (KUHP PASAL 341 dan 342)
Membunuh anak sendiri, dilakukan oleh ibu kandung, pada
saat
anak di dalam kandungan viable ( diatas 28 minggu), atau
pada
saat dilahirkan, atau beberapa saat atau tidak berapa
lama
setelah lahir

Beberapa saat atau Tidak berapa lama


Artinya : Bila si bayi yang telah
dilahirkan, belum
mendapatkan tanda-tanda perawatan
atau kasih
sayang Misalnya ; perawatan tali pusat,
dibersihkan,
disusui atau dibungkus/diselimuti.

10. Klasifikasi luka


INJURY (TRUMA)
Etiologi :

Trauma mekanik, Luka

termis, Luka
kimiawi, Luka panas
dan api.

Medicolegal :

Perbuatan sendiri

(bunuh
diri), Perbuatan
orang lain

KETETAPAN HUKUM (PIDANA)


Penganiayaan
Penganiayaan &
pembunuhan
KUHP Pasal 351
Pasal 338
KUHP Pasal 352
Pasal 340
KUHP Pasal 90

KUHP
KUHP
KUHP

11. Kejahatan Terhadap Nyawa


Euthanasia berarti dengan sengaja tidak
melakukan
sesuatu untuk memperpanjang hidup
seorang
Dilihat
cara melaksanakannya
pasien
ataudari
sengaja
melakukan sesuatu
untuk
memperpendek
Euthanasia
pasif yaitu hidup
: perbuatan
dan mengakhiri
menghentkan atau
seorang
mencabut segala tindakan atau pengobatan
pasien,
yang
perludan dilakukan untuk kepentingan
pasien.
untuk mempertahankan hidup manusia.

Euthanasia aktif yaitu : perbuatan yang


dilakukan secara
medik melalui intervensi aktif oleh seorang
dokter dengan

Dilihat dari cara melakukannya


Euthanasia aktif langsung (direct) : dilakukan
tindakkan medis secara terarah yang
diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien.atau
memperpendek hidup pasien (mercy killing)
Euthanasia aktif tidak langsung (indirect):
dimana dokter atau tenaga kesehatan melakukan
tindakkan medik untuk meringankan penderitaan
pasien,namun mengetahui resiko teersebut dapat
memperpendek atau akhiri hidup pasien.

Dilihat dari cara memintanya


Euthanasia voluntir/suka rela/permintaan
pasien:
dilakukan atas permintaan pasien dalam keadaan
sadar dan diminta berulang - ulang.
Euthanasia involunter/tidak atas permintaan

Dilihat dari cara memintanya


Euthanasia voluntir/suka
rela/permintaan pasien yaitu : Euthanasia
yang dilakukan atas permintaan pasien
dalam keadaan sadar dan diminta berulang
- ulang.
Euthanasia involunter/tidak atas
permintaan pasien yaitu : Euthanasia yang
dilakukan pada pasien yang (sudah) tidak
sadar,biasanya keluarga pasien yang
meminta.

Dilihat dari pelaksanaannya


Tidak ada bantuan dalam proses
kematian, tanpa
maksud memperpendek hidup pasien.
Ada bantuan dalam proses kematian,
tanpa
maksud memperpendek hidup pasien.
Tidak ada bantuan dalam proses
kematian,
dengan tujuan memperpendek hidup
pasien.

ketetapan Hukum :
KUHP Pasal
344
KUHP Pasal
340
KUHP Pasal
345
KUHP Pasal
388

PIDANA
Euthanasia

KUHP Pasal

359
Sumpah Hippokrates

12. Meninggalkan orang yang memerlukan


Pertolongan
Jika seorang dokter membiarkan seseorang
dalam keadaan sengsara karena sakit
misalnya, dan memerlukan pertolongan
makanya hukuman pidana sangsinya.
(KUHP Pasal 304 sampai dengan KUHP
309)

Aspek Medikolegal :
Bagi seorang dokter atau ahli kedokteran
kehakiman, haruslah memahami dengan baik
ketentuan hukum tersebut, agar dapat
dipastikan apa penyebab utama kematiannya.
Apakah karena faktor sengsara dalam
keadaan sakit yang dibiarkan atau tidak
ditolong, atau karena hal lain

13. Kejahatan Yang Mendatangkan


Bahaya Bagi Keamanan Umum
KUHP Pasal 202 :

jika memasukkan

suatu
zat berbahaya ke
tempat

KUHP Pasal 203 :

keperluan umum.
jika karena

kealpaannya
memasukkan zat
berbahaya ke
tempat keperluan
umum

KUHP Pasal 204 :


menawarkan,

jika menjual,

14.Bedah mayat klinis, anatomis dan


transplantasi
PP no. 18 tahun 1981 tentang bedah
mayat klinis, bedah mayat anatomis
dan transplantasi alat serta jaringan
tubuh manusia tercantum pada Pasal 1,
Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13,
Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17,
Pasal 18,
UU no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Pasal 33, Pasal 34

Bedah mayat klinis yaitu


bedah mayat yang dilakukan untuk
kepentingan dunia
kesehatan.

Bedah mayat anatomis yaitu

Suatu tindakan bedah mayat yang


dilakukan untuk
mempelajari anatomi (organ atau sistem
organ) dari tubuh
Transplantasi
organ
atau
jaringan
manusia dalam pendidikan kedokteran.

tubuh manusia yaitu

merupakan tindakan medik yang sangat


bermanfaat bagi pasien dengan

Jenis-jenis transplantasi :
Autograft

: pemindahan dari satu


tempat ke tempat lain

dalam
Allograft

tubuh itu sendiri.


pemindahan dari satu
tubuh ke tubuh lain

yang
Isograft

samA spesiesnya.
pemindahan dari satu
tubuh ke tubuh lain

yang
identik, kembar

KESIMPULAN
1. Dokter perlu memahami ketentuan hukum, sehingga dapat membantu dalam
proses penegakan hukum dan keadilan.
2. Sistem peradilan di Indonesia menggunakan sistem continental. Penyidik
yang menentukan diperlukan atau tidaknya pemeriksaan korban oleh dokter.
3. Visum et repertum adalah yang dilihat dan dilaporkan oleh seorang dokter dari
tubuh korban dengan sejujurnya berdasarkan keilmuannya demi keadilan.
4. Seorang dokter atau ahli forensik perlu memahami beberapa undang-undang
dan ketentuan hukum yang berhubungan dengan pelayanan di bidang
kedokteran kehakiman, sehingga berdasarkan keilmuan yang dimiliki
seorang dokter tersebut, dapat mengamalkan kepada masyarakat yang
mencari kebenaran dan keadilan.
5. Dokter hendaknya juga memiliki kesamaan persepsi, dalam memandang
masalah kedokteran dari sisi hukum atau hukum dari sisi kedokteran guna
menghindari terjadinya tuntutan, ancaman yang dilakukan oleh pihak-pihak
tertentu kepada para ahli kedokteran kehakiman dalam melaksanakan
tugasnya.
6. Ada banyak undang-undang, ketentuan hukum yang sangat berkaitan baik
langsung maupun tidak langsung, di dalam profesi seorang dokter. Yang
diperlukan bagi seorang dokter adalah pemahaman dari undang-undang dan
ketentuan hukum tersebut, demi kepentingan umum (peradilan) dan profesi.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai