Anda di halaman 1dari 37

UNIVERSITAS GUNADARMA

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan


Jurusan Teknik Sipil

TEKNIK PONDASI DALAM


Pondasi Tiang Pancang

Disusun Oleh:

Asri Winita (18311906)


Ayu Fatimah Zahra (18311892)
Ayu Yoan Fiorentina (18311896)
Teknik Sipil 2011-B

2013

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Teknik sipil adalah salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari

tentang

bagaimana

merancang,

membangun,

merenovasi

tidak

hanya

gedung dan infrastruktur, tetapi juga mencakup lingkungan untuk kemaslahatan


hidup manusia.
Teknik sipil mempunyai ruang lingkup yang luas, didalamnya
pengetahuan matematika, fisika, kimia, biologi, geologi, lingkungan hingga
komputer mempunyai peranannya masing-masing. Teknik sipil dikembangkan
sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia dan pergerakannya, hingga bisa
dikatakan ilmu ini bisa mengubah sebuah hutan menjadi kota besar (sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_sipil).
Maka dari itu, sebagai seorang insinyur teknik sipil kita harus bisa
merencanakan suatu bangunan dari awal hingga akhir dengan baik dan teliti.
Sebagai suatu awalan dari membangun sebuah bangunan adalah merencanakan
pondasi, dimana pondasi tersebut beragam jenis dan bentuknya. Sebelum
membuat pondasi, kita harus mengetahui sifat-sifat tanahnya, bisa dengan tes
lapangan maupus tes laboratorium. Selain tes lapangan atau laboratorium, kita
juga harus mengetahui perumusan untuk menghitung daya dukung pondasi, baik
pondasi dangkal ataupun pondasi dalam.

1.2

TUJUAN PENULISAN

a.

Mengetahui definisi pondasi tiang pancang

b.

Mengetahui

penggolongan

tiang

pancang

serta

kelebihan

dan

kekurangannya
c.

Mengetahui macam-macam tes laboratorium pada pondasi tiang pancang

d.

Mengetahui metode pelaksanaan pondasi tiang pancang

e.

Mengetahui perumusan daya dukung friksi pada pondasi tiang pancang


menurut beberapa ahli

f.

Mempelajari contoh soal daya dukung pondasi tiang pancang dan


pembahasannya

1.3

RUMUSAN MASALAH

a.

Apa definisi pondasi tiang pancang?

b.

Apa saja yang digolongkan pada pondasi tiang pancang serta kelebihan dan
kekurangannya?

c.

Apa saja macam-macam tes laboratorium pada pondasi tiang pancang?

d.

Bagaimanametode pelaksanaan pondasi tiang pancang?

e.

Bagaimana perumusan daya dukung friksi pada pondasi tiang pancang


menurut beberapa ahli?

f.

Bagaimana contoh soal daya dukung pondasi tiang pancang dan


pembahasannya?

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1

DEFINISI PONDASI TIANG PANCANG


Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada suatu

bangunan. Karena pondasi berfungsi sebagaipenahan seluruh beban (hidup dan


mati ) yang berada di atasnya dan gaya gaya dari luar.
Pondasi merupakan bagian dari struktur yang berfungsi meneruskan
beban menuju lapisan tanah pendukung dibawahnya. Dalam struktur apapun,
beban yang terjadi baik yang disebabkan oleh berat sendiri ataupun akibat beban
rencana harus disalurkan ke dalam suatu lapisan pendukung dalam hal ini adalah
tanah yang ada di bawah struktur tersebut. pendukung dalam hal ini adalah tanah
yang ada di bawah struktur tersebut.
Tiang pancang adalah bagian-bagian konstruksi yang dibuat dari kayu,
beton, dan atau baja, yang digunakan untuk meneruskan (mentransmisikan)
beban-beban permukaan ke tingkat-tingkat permukaan yang lebih rendah di dalam
massa tanah (Bowles, 1991).
Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan
gaya orthogonal kesumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang
dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang
pancang

yang terdapat

dibawah konstruksi,

dengan tumpuan pondasi.

(Sosrodarsono dan Nakazawa, 2000).


Pondasi tiang digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah
kuat terletak sangat dalam. Pondasi jenis ini dapat juga digunakan untuk
mendukung bangunan yang menahan gaya angkat keatas, terutama pada
bangunan-bangunan tingkat yang tinggi yang dipengaruhi oleh gaya-gaya
penggulingan akibat angin. Tiang-tiang juga digunakan untuk mendukung
bangunan dermaga. (Hardiyatmo,2003).
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila
tanah yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung
(bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang

bekerja padanya (Sardjono HS, 1988). Atau apabila tanah yang mempunyai daya
dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang
bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman
> 8 m (Bowles, 1991).
Tiang Pancang umumnya digunakan :
1.

Untuk mengangkat beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau


melalui sebuah stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini beban vertikal dan
beban lateral boleh jadi terlibat.

2.

Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk telapak
ruangan bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau untuk menopang
kaki-kaki menara terhadap guling.

3.

Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui


kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang
pancang ini dapat ditarik keluar kemudian.

4.

Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak


berada

padatanah

tepi

atau

didasari

oleh

sebuah

lapisan

yang

kemampatannya tinggi.
5.

Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol


amplitudogetaran dan frekuensi alamiah dari sistem tersebut.

6.

Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan atau


pir, khususnyajika erosi merupakan persoalan yang potensial.

7.

Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban diatas


permukaan airmelalui air dan kedalam tanah yang mendasari air tersebut.
Hal seperti ini adalahmengenai tiang pancang yang ditanamkan sebagian
dan yang terpengaruh oleh baik bebanvertikal (dan tekuk) maupun beban
lateral (Bowles, 1991).

Kriteria dan jenis pemakaian tiang pancang


Dalam perencanaan pondasi suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam
tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi yang digunakan berdasarkan atas beberapa
hal, yaitu:

Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi tersebut

Besarnya beban dan beratnya bangunan atas

Kondisi tanah tempat bangunan didirikan

Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.

Kriteria pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi bangunan


sangat tergantung pada kondisi:

Tanah dasar di bawah bangunan tidak mempunyai daya dukung


(misalnya pembangunan lepas pantai)

Tanah dasar di bawah bangunan tidak mampu memikul bangunan yang


ada diatasnya atau tanah keras yang mampu memikul beban tersebut jauh
dari permukaan tanah

Pembangunan diatas tanah yang tidak rata

Memenuhi kebutuhan untuk menahan gaya desak keatas (uplift)

2.2

PENGGOLONGAN TIANG PANCANG SERTA KELEBIHAN


DAN KEKURANGANNYA
Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan,

cara tiang meneruskan beban dan cara pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan
satu persatu.Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles,
1991), antara lain:
A.

Tiang Pancang Kayu


Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya

telah dipotong dengan hati-hati, biasanya diberi bahan pengawet dan didorong
dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Kadang-kadang
ujungnya yang besar didorong untuk aksud maksud khusus, seperti dalam tanah
yang sangat lembek dimana tanah tersebut akan bergerak kembali melawan poros.
Kadang kala ujungnya runcing dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan
yang terbuat dari logam bila tiang pancang harus menembus tanah keras atau
tanah kerikil. Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam
penggunaan tiang pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak
mudah busuk apabila tiang kayu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh di
bawah muka air tanah. Tiang pancang dari kayu akan lebih cepat rusak atau busuk
apabila dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti-ganti.

Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu :

Tiang pancang dari kayu relative lebih ringan sehingga mudah dalam
pengangkutan.

Kekuatan tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan untuk


pemancangan tidak menimbulkan kesulitan seperti misalnya pada
tiang pancang beton precast.

Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat
masuk lagi ke dalam tanah.

Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari pada untuk
end bearing pile sebab tegangan tekanannya relative kecil.

Karena tiang kayu ini relative flexible terhadap arah horizontal di


bandingkan dengan tiang-tiang pancang selain dari kayu, maka
apabila tiang ini menerima beban horizontal yang tidak tetap, tiang
pancang kayu ini akan melentur dan segera kembali ke posisi setelah
beban horizontal tersebut hilang. Hal seperti ini sering terjadi pada
dermaga dimana terdapat tekanan kesamping dari kapal dan perahu.

Kerugian pemakaian tiang pancang kayu

Karena tiang pancang ini harus selalu terletak di bawah muka air
tanah yang terendah agar dapat tahan lama, maka kalau air tanah yang
terendah itu letaknya sangat dalam, hal ini akan menambah biaya
untuk penggalian.

Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang relative
kecil di bandingkan dengan tiang pancang yang di buat dari baja atau
beton, terutama pada daerah yang muka air tanahnya sering naik dan
turun.

Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu ( gravel ) ujung


tiang pancang kayu dapat dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula
ujung tiang tersebut hancur. Apabila tiang kayu tersebut kurang lurus,
maka pada waktu dipancangkan akan menyebabkan penyimpangan
terhadap arah yang telah ditentukan.

Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif


dan jamur yang menyebabkan kebusukan.

B.

Tiang Pancang Beton

1. Precast Renforced Concrete Pile


Precast Renforced Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton
bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton ( bekisting ), kemudian
setelah cukup kuat lalu diangkat dan di pancangkan. Karena tegangan tarik beton
adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari
pada beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi
penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang
akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena berat sendiri
adalah besar, biasanya pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat pekerjaan,
jadi t idak membawa
kesulitan untuk transport. Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (
>50 ton untuk setiap tiang ), hal ini tergantung dari dimensinya. Dalam
perencanaan tiang pancang beton precast ini panjang dari pada tiang harus
dihitung dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang dari pada tiang ini kurang
terpaksa harus di lakukan penyambungan, hal ini adalah sulit dan banyak
memakan waktu. Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa
lingkaran, segi empat, segi delapan dapat dilihat pada (Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Tiang pancang beton precast concrete pile ( Bowles, 1991)

Keuntungan pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile

Precast Concrete Reinforced Pile ini mempunyai tegangan tekan yang


besar, hal ini tergantung dari mutu beton yang di gunakan.

Tiang pancang ini dapat di hitung baik sebagai end bearing pile
maupun friction pile.

Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air
tanah seperti tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan
galian tanah yang banyak untuk poernya.

Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap
pengaruh air maupun bahan-bahan yang corrosive asal beton
dekkingnya cukup tebal untuk melindungi tulangannya.

Kerugian pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile

Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena


itu Precast reinforced concrete pile ini di buat di lokasi pekerjaan.

Tiang pancang ini di pancangkan setelah cukup keras, hal ini berarti
memerlukan waktu yang lama untuk menunggu sampai tiang beton ini
dapat dipergunakan.

Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih


sulit dan memerlukan waktu yang lama.

Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang
ini tergantung dari pada alat pancang ( pile driving ) yang tersedia
maka untuk melakukan panyambungan adalah sukar dan memerlukan
alat penyambung khusus.

2. Precast Prestressed Concrete Pile


Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton
prategang yang
prategangnya.

menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya

Keuntungan pemakaian Precast prestressed concrete pile


Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi.
Tiang pancang tahan terhadap karat.
Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi.

Kerugian pemakaian Precast prestressed concrete pile


Pondasi tiang pancang sukar untuk ditangani.
Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi.
Pergeseran cukup banyak sehingga prategang sukar untuk disambung.

3. Cast in Place Pile


Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di tempat
dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor
tanah seperti pada pengeboran tanah pada waktu penyelidikan tanah. Pada Cast in
Place ini dapat dilaksanakan dua cara:
1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan
beton dan ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik keatas.
2. Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi
dengan beton, sedangkan pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah.

Keuntungan pemakaian Cast in Place


Pembuatan tiang tidak menghambat pekerjan.
Tiang ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam transport.
Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan dilapangan.

Kerugian pemakaian Cast in Place


Pada saat penggalian lubang, membuat keadaan sekelilingnya menjadi
kotor akibattanah yang diangkut dari hasil pengeboran tanah tersebut.
Pelaksanaannya memerlukan peralatan yang khusus.
Beton yang dikerjakan secara Cast in Place tidak dapat dikontrol.

C.

Tiang Pancang Baja


Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. karena terbuat

dari baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pengangkutan dan pemancangantidak menimbulkan bahaya patah seperti halnya

pada tiang beton precast. Jadi pemakaiantiang pancang baja ini akan sangat
bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yangpanjang dengan tahanan
ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap texture tanah,
panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban tanah.
a. Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka karat yang
terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir mendekati
keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka.
b. Pada tanah liat ( clay ) yang mana kurang mengandung oxygen maka akan
menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi karena
terendam air.
c. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah yang
padat akan sedikit sekali mengandung oxygen maka lapisan pasir tersebut juga
akan akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja.
Karat /korosi yang terjadi karena udara ( atmosphere corrosion ) pada bagian tiang
yang terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada
konstruksi baja biasa.

Keuntungan pemakaian Tiang Pancang Baja.

Tiang pancang ini mudah dalam dalam hal penyambungannya.

Tiang pancang ini memiliki kapasitas daya dukung yang tinggi.

Dalam hal pengangkatan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya


patah.

D.

Kerugian pemakaian Tiang Pancang Baja.

Tiang pancang ini mudah mengalami korosi.

Bagian H pile dapat rusak atau di bengkokan oleh rintangan besar.

Tiang Pancang Komposit


Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua

bahan yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang.
Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan
bagian bawah tiang dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di
atas muka air tanah dan bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya.

Biaya dan kesulitan yang timbul dalam pembuatansambungan menyebabkan cara


ini diabaikan.
Macam-macam tiang pancang komposit :
1. Water Proofed Steel and Wood Pile.
2. Composite Dropped in Shell and Wood Pile
3. Composit Ungased Concrete and Wood Pile.
4. Composite Dropped Shell and Pipe Pile
5. Franki Composite Pile
2.3

TES LABORATORIUM
Pada pembangunan pondasi tiang pancang, perlu dilakukan penelitian

terhadap tanah yang akan diberikan beban. Daya dukung pondasi tiang pancang
berkaitan dengan kondisi tanah itu sendiri, sehingga perlu dilakukan penelitian
atau pengujian terhadap tanah. Adapun jenis tes yang dilakukan di laboratorium
untuk pemasangan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :
1.

Uji Saringan (Sieve Analysis Test)


Uji saringan ini dimaksudkan untuk mengetahui ukuran gradasi butiran tanah.

Sejumlah contoh tanah yang lolos dan tertahan saringan No. 10 akan ditentukan
jumlah dan distribusi butirnya, kemudian disaring kembali pada rangkaian
susunan dari besar ke kecil. Pengujian contoh untuk analisis ukuran butir harus
dijaga sesuai dengan SNI 03-1975-1990, untuk penyiapan contoh tanah kering
terganggu dan contoh tanah agregat untuk pengujaian. Atau AASHTO T 146
dalam penyiapan contoh tanah basah terganggu untuk pengujian. Bagian yang
dapat mewakili pemilihan contoh kering udara untuk pengujian harus ditimbang.
Berat contoh tanah harus cukup terhadap jumlah minimal yang harus disiapkan
untuk analisis ukuran butiran adalah sebagai berikut :

2.

Atterberg Test
Atterberg test atau batas-batas atterberg terbagi menjadi beberapa test, yaitu :

a.

Batas Cair (Liquid Limit)


Batas cair adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan keadaan

plastis (yaitu batas atas atau daerah plastis) atau menyatakan kadar air minimum
dimana tanah masih dapat mengalir dibawah beratnya. Cara menentukannya
adalah dengan menggunakan alat Cassagrande. Tanah yang telah dicampur
dengan air ditaruh di dalam mangkuk Cassagrande dan di dalamnya dibuat alur
dengan menggunakan alat spatel (grooving tool). Bentuk alur sebelum dan
sesudah percobaan tampak berbeda. Engkol dibuka sehingga mangkuk dinaikkan
dan dijatuhkan pada dasar dan banyaknya pukulan dihitung sampai kedua tepi alur
tersebut berhimpit. Biasanya percobaan ini dilakukan terhadap beberapa contoh
tanah dengan kadar air berbeda dan banyaknya pukulan dihitung untuk masingmasing kadar air. Dengan demikian dapat dibuat grafik kadar air terhadap
banyaknya pukulan. Dari grafik ini dapat dibaca kadar air pada pukulan tertentu.
b.

Batas Plastis (Plastic Limit)


Batas plastis (plastic limit) adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis

atau kadar air minimum dimana tanah dapat digulung-gulung sampai diameter 3,1
mm (1/8 inchi). Kadar air ini ditentukan dengan menggiling tanah pada plat kaca
hingga diameter dari batang yang dibentuk mencapai 1/8 inchi. Bilamana tanah
mulai pecah pada saat diameternya 1/8 inchi, maka kadar air tanah itu adalah
batas plastis.
c.

Batas Susut (Shrinkage Limit)


Suatu tanah akan menyusut apabila air yang dikandungnya secara perlahan-

lahan hilang dalam tanah. Dengan hilangnya air secara terus menerus, tanah akan
mencapai suatu tingkat keseimbangan di mana penambahan kehilangan air tidak
akan menyebabkan perubahan volume. Batas susut menunjukkan kadar air atau
batas dimana tanah dalam keadaan jenuh yang sudah kering tidak akan menyusut
lagi, meskipun dikeringkan terus atau batas dimana sesudah kehilangan kadar air
selanjutnya tidak menyebabkan penyusutan volume tanah. Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui batas susut tanah.

3.

Uji Geser Triaxial


Dalam perancangan pondasi, uji triaksial terbatas hanya dilakukan pada

tanah-tanah lempung, lanau, dan batuan lunak. Umumnya, pengujian ini tidak
dilakukan pada tanah pasir dan kerikil, karena sulitnya memperoleh contoh tanah
tak terganggu. Walaupun pengambilan contoh tanah pasir sudah diusahakan
sangat hati-hati, namun pada pelepasan contoh tanah dari dalam tabung, tanah
akan berubah atau terganggu dari kondisi aslinya.
Hal terbaik yang dapat dilakukan hanyalah dengan mengukur berat
volumenya, yaitu dengan cara menimbang contoh pasir dalam tabung lalu diukur
berat volumenya. Kemudian, pengujian geser dilakukan pada contoh tanah yang
dibuat mempunyai berat volume yang sama. Pada tanah pasir, lebih baik
jika sudut gesekalam (j) secara empiris diukur dari uji lepangan, seperti uji SPT
atau uji penetrasikerucut statis (sondir). Kuat geser tanah lempung yang
digunakan untuk hitungankapasitas dukung tanah dapat diperoleh dari pengujian
triaksial takterdrainasi (undrained).
Pada uji ini umumnya digunakan sebuah sample tanah kira-kira berdiameter
1,5inc (38,1 mm) dan panjang 3 inc (76,2 mm). Sample tanah (benda uji)
tersebutditutup dengan membrane karet yang tipis dan diletakkan didalam sebuah
bejanaselinder dari bahan plastic yang kemudian bejana tersebut diisi dengan air
ataularutan gliserin. Didalam bejana, benda uji tersebut akan mendapat
tekananhidrostatis.Untuk menyebabkan terjadinya kerutuntuhan geser pada benda
uji, tegangan aksial (vertikal) diberikan melalui suatu piston vertical (tegangan ini
biasanya juga disebut tegangan deviator).
Untuk pembebanan vertical dapat dilakukan dengan dua cara antara lain:
1.

Dengan

memberikan

beban

mati

yang

berangsur-angsur

ditambah

(penambahan setiap saat sama) sampai benda uji runtuh (deformasi arah
aksialakibat pembebanan ini diukur dengan sebuah arloji ukur/dial gage)
2.

Dengan memberikan deformasi arah aksial (vertikal)dengan kecepatan

deformasi yang tetap dengan bantuan gigi-gigi mesin atau pembebanan hidrolis.
Cara ini disebut juga sebagai uji regangan terkendali.
Beban aksial yang diberikan diukur dengan bantuan sebuah proving ring
(lingkaran pengukur beban) yang berhuhubungan dengan piston vertical. Alat ini

juga dilengkapi dengan pipa-pipa untuk mengalirkan air ke dan dari dalam sample
tanah dimana pipa-pipa tersebut juga berguna sebagai sarana pengukur tegangan
airpori(pada kondisi uji).
Dalamujigesertriaxial, adatigatipestandar yang biasanyadilakukanyaitu:
a.

Consolidated Drained Test (CD Test)


Consolidated drained test atau uji air-teralirkan terkonsolidasi biasanya

dilakukan dengan cara benda uji diletakan dari segala arah dengan tegangan
penyekap dengan cara memberikan tekanan pada cairan dalam silinder. Setelah
penyekap dilaukan, tegangan airporidalam benda uji naik. Kenaikan airporidapat
dinyatakan dalam bentuk para meter tak berdimensi.
Untuk tanah-tanah yang jenuh air, parameter teganganporisama dengan nol.
apabila pada hubungan dengan pipa aliran (drainage) tetap terbuka, akan terjadi
disipasi akibat kelebihan tegangan airpori, dan kemudian terjadi konsolidasi. lama
kelamaan uc mengecil menjadi nol. Pada tanah yang jenuh air perubahan volume
dari benda uji yang terjadi selama proses konsolidasi dapat ditentukan dari
besarnya volume airporiyang mengalir keluar. Beban tengangan deviator, pada
benda uji ditambahkandengan lambat sekali (kecepatan penambahan beban sangat
kecil). Selama pengujian ini pipa aliran dibiarkan terbuka dengan demikian
penambahan beban tegangan deviator yang sangat perlahan-lahan tersebut
memungkinkan terjadinya dispasi penuh dari tegangan airporisehingga dapat
diciptakan selama pengujian.
Sebuah contoh yang umi\um dari variasi tegangan deviator terhadap
pertambahan regangan pada tanah pasir renggang dan pada tanah lempung yang
terkonsolidasi normal menunjukan hal yang serupa untuk tanah pasir padat dan
tanah lempung terkonsolidasi lebih.
Pengujian yang sama pada sample tanahdapat dilakukan beberapa kali dengan
tekanan penyekap yang berbeda-beda.bila harga tegangan-tegangan utama besar
dan kecil pada setiap uji tersebut dapat diketahui, maka kita dapat menggambar
lingkaran-lingkaran mohrnya sekaligus didapat pula garis keruntuhannya (failure
envelope).
Pengetahuan tentang kekuatan geser diperlukan untuk menyelesaikan

masalah-masalah yang berhubungan dengan stabilitasmassatanah. Bila suatu


titikpada sembarang bidang dari suatumassatanah memiliki tegangan geser yang
sama dengan kekuatan gesernya, maka keruntuhan akan terjadi pada titik tersebut.
Kekuatan geser tanah pada bidang tersebut pada titik yang sama, sebagai
parameter kuat geser, yang

berturut-turut didefinisikan sebagai kohesi

(cohesion intercept atau apparent cohesion) dan sudut tahanan geser (angle
of shearing resitance).
Berdasarkan konsep dasar Terzaghi, tegangan geser pada suatu tanah hanya
dapat ditahan oleh tegangan partikel-partikel padatnya. Kekuatan geser tanah
dapat juga dinyatakan sebagai fungsi dari tegangan normal efektif
Dengan

demikian

keruntuhan

akan

terjadi

pada

titik

yang

mengalamikeadaan kritis yang disebabkan oleh kombinasi antara tegangan


geser

dantegangan normal efektif.Selain itu, kekuatan geser juga dapat

dinyatakan dalam tegangan utama pada keadaan runtuh dititik yang ditinjau.
Garis yang dihasilkan oleh persamaan pada keadaan runtuh merupakan garis
singgungterhadap lingkaran Mohr yang menunjukkan keadaan tegangan
dengan nilai positif untuk tegangan tekan.
Kondisi terkonsolidasi lebih pada benda uji akan terjadi bila suatu sapel tanah
lempung yang pada mulanya dikonsolidasi dengan tekanan penyekap yang sama
besardan kemudian dibolehkan mengembang dengan menurunkan tegangan
penyekap menjadisama besar. Garis keruntuhan yang dihasilkan dari uji triaksial
kondisi air air teralirkan pada sample tanah lempung terkonsolidasi lebih akan
membentuk cabang dan mempunyai sudut yang lebih kecil dan memotong sumbu
vertical pada suatu harga sebesar harga kohesi dari tanah tersebut.
Pelaksanaan uji geser triaksial dengan metode air teralilirkan terkonsolidasi
padsa tanah lempung biasanya memerlukan beberapa hari untuk setiap benda uji.
Hal ini disebabkan karena kecepatan penambahan tegangan deviator lambat sekali
agar dapat menghasilkan kondisi air teralirkan sepenuhnya dari dalam benda uji.
Inilah sebabnya mengapa uji triaksial cara CD tidak umum dilakukan.
b.

Consolidated Undrained Test (CU Test)


Uji CU merupakan uji triaksial yang paling umum dipakai.Dimana pada uji

ini sample tanah yang jenuh air mula-mula dikonsolidasi dengan tekanan

penyekap yang sama dari segala penjuru dalam bejana yang berisikan fluida. Hal
ini akan menyebabkan terjadinya pengaliran air dari sample tanah keluar. Sesudah
tegangan airporiakibat pemberian tekanan penyekap telah seluruhnya terdipasi,
tegangan deviator pada sample tanah kemudian ditambah sampai menyebabkan
keruntuhan pada sample tanah tersebut.
Selama fase ini berlangsung, hubungan draenase (pengaliran air) dari dan ke
dalam sample tanah harus dibuat tertutup (drainase ini terbuka pada fase
konsolidasi). Karena tidak mungkin terjadi pengaliran air, maka pada saat
pembebanan ini akan terjadi kenaikan teganganpori. Selama uji berlangsung
diadakan pengukuran terus menerus.
Pada tanah pasir lepas (renggang) dan tanah lempung terkonsolidasi normal,
tegangan airporiakan membesar dengan bertambahnya regangan tadi sedangkan
untuk tanah pasir padat dan lempung terkonsolidasi libih, tegangan airporiakan
membesar dengan bertambahnya regangan sampai suatu batas tertentu. Kemudian
setyelah itu tegangan airporimenjadi negatif (relative terhadap tekanan atmosfer).
Hal ini dikarenakan tanahnya yang mengembang.
Pada uji ini berbeda dengan uji air mengalir-terkonsolidsasi, harga tegangan
total dan tegangan efektif pada uji air termampatkan-terkonsolidasi tidak sama.
Pada uji ini harga tegangan airporipada saat terjadi keruntuhan langsung daspat
diukur.
Pada uji ini juga dapat dilakukan padas sample tanah yang berbeda, dengan
tegangan penyekap dibuat berbeda-beda untuk menentukan parameter kekuatan
geser tanah tersebut.
c.

Unconsolidated Undrained Test (UU Test)


Pengujian Triaksial UU adalah suatu cara untuk pengujian kuat geser

tanah.Pengujian Triaksial tipe UU tersebut untuk mendapatkan nilai kohesi (c)


dan E tersebut yaitu dengan lingkaran Mohr dan regresi linier.Pada pengujian
Triaksial tipe UU Unconsolidation-Undrained) benda ujimula-muladibebani
dengan penerapan tegangan selkemudiandibebanidenganbebannormal, melalui
penerapan tegangan deviator sampaimencapai keruntuhan.
Pada penerapan tegangan deviator selama penggeserannya tidak diijinkan
airkeluar dari benda ujinya dan selama pengujian katup drainasi ditutup.

Karenapada pengujian air tidak diijinkan mengalir keluar, beban normal tidak
ditransferke butiran tanahnya. Keadaan tanpa drainasi ini menyebabkan adanya
tekanankelebihan

tekanan poridengan

tidak

ada

tahanan

geser

hasil

perlawanan daributiran tanahnya.

4.

PengujianGeserLangsung(Direct Shear Test)


Pengujian geser langsung dimaksudkan untuk menentukan besarnya

parameter geser tanah dengan alat geser langsung pada kondisi consolidated
drained. Parameter geser tanah terdiri atas susut geser intern (i) dan kohesi (c).
Kondisi consolidated berarti pelaksanaan penggeseran air ke pori tanah diberi
kesempatan untuk mengalir keluar.
Bidang keruntuhan geser yang terjadi dalam pengujian geser langsung adalah
bidang yang dipaksakan, bukan merupakan bidang terlembah seperti yang terjadi
pada pengujian kuat tekan bebas ataupun triaksial, dengan demikian selama
proses pembebanan horizontal, tegangan yang timbul dalam bidang geser sangat
kompleks, hal ini sekaligus merupakan salah satu kelemahan utama dalam
percobaan geser langsung. Nilai kekuatan geser tanah antara lain digunakan dalam
merencanakan kestabilan lereng, serta daya dukung pondasi tanah. Nilai kekuatan
geser ini dirumuskan oleh Coloumb dan Mohrn dalam persamaan berikut:

S c n tan f
Dimana,
S = kekuatan geser maksimum (kg/cm2)
c = kohesi (kg/cm2)
n = tegangan normal (kg/cm2)
f = sudut geser dalam (o)
Benda uji yang digunakan berupa contoh tanah disturb sebesar cincin cetak.
Alat uji yang digunakan terdiri atas kotak geser, perlengkapan penggeser tanah,
perlengkapan pembebanan, cincin beban dengan dialnya, dial pembacaan
penurunan benda uji, serta dial pengukur regangan penggeseran. Selama
pengujian pembacaan beban horisontal dilakukan pada interval regangan tetap
tertentu (Strain Controlled).

5.

KuatTekanBebas
Kuat tekan bebas adalah besarnya gaya aksial per satuan luas pada saat benda

uji mengalami keruntuhan atau pada saat regangan mencapai 20%. Pengujian kuat
tekan bebas termasuk hal khusul dari pengujian Triaksial Unconsolidated
Undrained. Pemeriksaan kuat tekan bebas yang dilakukan berfungsi untuk
menentukan nilai kuat tekan bebas (qu) dari suatu tanah. Untuk menentukan
kekuatan tanah pada tes ini, dilakukan dengan cara memasukkan benda uji sedikit
demi sedikit ke dalam tabung yang diberi vaselin sambil ditekan-tekan dengan jari
lalu dikeluarkan dan diletakkan dibawah mesin tekan, dan untuk selanjutnya
dilakukan pembacaan pada jarum dial dan jarum proving ring sampai benda uji
mengalami keruntuhan.
Hasilpemeriksaan di laboratorium berupa nilai kekuatan tekan bebas,
perbandingan tinggi dan diameter, nilai rata-rata persen regangan untuk mencapai
keruntuhan, deskripsi visual jenis tanah, simbol dan sebagainya

Gambar 2. Alat Unconfined Compression Test


Keterangan gambar 2.:
1. Mur tiang
2. Proving ring
3. Dial beban
4. Plat penekan atas
5. Plat penekan bawah

6.

Tes Konsolidasi
Apabila suatu lapisan tanah menerima tambahan beban diatasnya, maka air

pori akan mengalir dari lapisan tesebut dan terjadi pengurangan isi (volume),
inilah yang disebut dengan konsolidasi. Pada umumnya konsolidasi sini
berlangsung pada arah vertikal saja, karena lapisan yang terkena tambahan beban
itu tidak dapat bergerak secara horizontal. Hal ini dikarenakan tanah
terkonsolidasi tersebut ditahan oleh tanah disekelilingnya.Oleh sebab itu
perhitungan konsolidasi hampir selalu berdasarkan pada teori One Dimensional
Consolidation.
Pemampatan terjadi apabila suatu lapisan tanah menerima penambahan beban
di atas permukaannya. Pemampatan tersebut disebabkan adanya deformasi
partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara dari pori-pori yang
berhubungan dengan keadaan tanah tersebut.
Pada tanah pasir, karena permeabilitasnya besar, maka air dapat mengalir
dengan cepat. Keluarnya air tersebut dapat menyebabkan adanya pengurangan
volume, sedangkan pada tanah lempung yang masif/compressible penurunan akan
berlangsung dalam waktu yang lama. Koefisien rembesan lempung jauh lebih
kecil daripada koefisien rembesan pasir sehingga adanya penambahan tekanan air
pori karena pembebanan akan bekurang lambat laun dalam waktu yang relatif
lama.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat pemampatan dan penurunan
tanah pada saat dibebani.Tes konsolidasi dilakukan dengan cara memberikan
beban pada sampel tanah yang diuji dalam beberapa hari, dimana setiap harinya
diberikan penambahan beban sehingga, semakin hari beban yang diterima oleh
tanah akan semakin besar. Pada saat itu jugalah dilakukan pembacaan dial pada
alat uji di setiap menit dan jam-jam yang telah ditentukan. Sehingga dapat dilihat
penurunan dan pemampatan tanah yang terjadi jika diberikan beban.

Gambar 2. Alat-alat tes konsolidasi

Keterangan Gambar 2. :
1. Beban keseimbangan
2. Plat beban
3. Tiang penyangga
4. Dudukan dial
5. Sel konsolidasi
6. Bola baja
7. Plat penekan
8. Batu pori
9. Benda uji
10. Ring contoh
11. Sel konsolidasi
12. Beban

2.4

METODE PELAKSANAAN PONDASI TIANG PANCANG


Proses pelaksanaan pondasi tiang pancangAspek teknologi sangat

berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak
diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode
yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian
pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu
sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.

Langkah - langkah dari pekerjaan untuk dimensi kubus/ ukuran dan tiang
pancang:
1.

Menghitung daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah dasar


yang diperoleh dari penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian dihitung
kemungkinan nilai daya dukung yang diizinkan pada berbagai
kedalaman, dengan memperhatikan faktor aman terhadap keruntuhan
daya dukung yang sesuai, dan penurunan yang terjadi harus tidak
berlebihan.

2.

Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya. Hal ini dilakukan


dengan jalan memilih kedalaman minimum yang memenuhi syarat
keamanan terhadap daya dukung tanah yang telah dihitung. Kedalaman
minimum harus diperhatikan terhadap erosi permukaan tanah, pengaruh
perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila tanah yang lebih besar
daya dukungnya berada dekat dengan kedalaman minimum yang
dibutuhkan tersebut,dipertimbangkan untuk meletakkan dasar pondasi
yang sedikit lebih dalam yang daya dukung tanahnya lebih besar. Karena
dengan peletakan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam akan
mengurangi dimensi pondasi, dengan demikian dapat menghemat biaya
pembuatan pelat betonnya.

3.

Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung


diizinkan dipertimbangkan terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata
hasil hitungan daya dukung
Ultimit yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan yang

berlebihan, dimensi pondasi diubah sampai besar penurunan memenuhi syarat.

Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :


A.

Pekerjaan Persiapan

1.

Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal
saat tiang tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar
harus dibubuhi tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk
mempermudah perekaan, maka tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter.

2.

Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat


dengan hati-hati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain
yang tidak diinginkan.

3.

Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana


pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data
jumlah pukulan terakhir (final set).

4.

Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan


manuver alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi
pemancangan.

5.

Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.

6.

Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang


berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah
sedangkan level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang
dilakukan pada batang pertama.
b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama
sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah
berhimpit dan menempel menjadi satu.
c. Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat
d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.

7.

Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang


dilakukan pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai
mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.

8.

Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah


mencapai lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.

9.

Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.

B. Proses Pengangkatan
1.

Pengangkatan tiang untuk disusun ( dengan dua tumpuan )

Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat


penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer
ke penyusunan lapangan.
Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala
tiang adalah 1/5 L. Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen
maksimum pada bentangan, haruslah sama dengan momen minimum
pada titik angkat tiang sehingga dihasilkan momen yang sama.
Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton
adalah dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat
berupa kawat yang terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan dan
untuk lebih jelas dapat dilihat oleh gambar.

2.

Pengangkatan dengan satu tumpuan


Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap
akan dipancang oleh

mesin pemancangan sesuai dengan titik

pemancangan yang telah ditentukan di lapangan.


Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini
adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk
mendapatkan jarak ini, haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum
pada tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai momen yang
sama.

C.

Proses Pemancangan
1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh
pada patok titik pancang yang telah ditentukan.
2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap
lubang.
3. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada
helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan
kepala tiang.
4. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang
yang telah ditentukan.
5. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay
sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang
betul-betul vertikal. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah
tiang diklem dengan center gate pada dasar driving lead agar posisi
tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang
batang pertama.
6. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer
secara kontiniu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.

D.

Quality Control
1. Kondisi fisik tiang
a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
b. Umur beton telah memenuhi syarat
c.Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan
2. Toleransi
Vertikalisasi

tiang

diperiksa

secara

periodik

selama

proses

pemancangan berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak


lebih dari 1:75 dan penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak leboh
dari 75 mm.

3. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah
meter di sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah
meter. Dicatat jumlah pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter.
4. Final set
Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set
sesuai perhitungan.

2.5

KAPASITAS DAYA DUKUNG FRIKSI PONDASI TIANG


PANCANG
Seperti pada daya dukung ujung, rumus daya dukung friksi bermacam-

macam juga, tetapi dari sekian rumus, yang terkenal adalah:

Cara dari Tomlinson

Cara dari Vijayvergiya dan Focht, dan lain-lain

1.

Cara dari Tomlinson


Cara dari Tomlinsondapat digunakan untuk tanah berbutir halus (c-

soils), tanah berbutir kasar (-soils), maupun pada umumnya (c- soils).
Meskipun sebetulnya Tomlinson lebih menghendaki untuk tanah c-soils, untuk
mobilisasi komponen kalu terpaksa dihitung, maksimum hanya diizinkan 50%.
Untuk tanah c-soils

Atau

Dimana:

= faktor adhesi yang merupakan fungsi dari kohesi atau hasil undrained
shearingstrength (tabel 5.8)

= kohesi atau hasil undrained shearing strength

= coefficient of lateral pressure, harganya terletak dari Ko sampai 1,75.


Biasanya direncanakan mengambil harga yang mendekati Ko. Harga
untuk tiang pancang dihitung sebagai berikut:

Dimana:
Ko

= coefficient at rest condition

OCR =over consolidated ratio


qc

= preconsolidated pressure

qo

=overburden pressure (untuk memudahkan perhitungan, ambil OCR = 1)

= sudut geser dalam, biasanya diambil tegangan efektifnya, =

= sudut geser efektif tanah dan material tiang, kalau tidak disebutkan, dapat
diambil = (lebih baik dalam ) atau lihat tabel 5.5

As

= Luas selimut tiang pancang yang menerima geser

Tabel 5.5 Harga #

Cara dari Tomlinson dimodifikasi oleh Broms terutama pada bagian sumbangan
-soilsnya.

Harga Ks dan untuk berbagai material tiang pancang bisa dilihat pada tabel 5.6
berikut:

Tabel 5.6 Harga Ks dan menurut Tomlinson

Selain itu, nilai Ks dapat pula ditentukan dari hasil sondir. Hubungan
antara qe, , dan Ks melalui nilai relative density tanah dapat dilihat pada tabel
5.7.

Tabel 5.7 Karga Ks Fungsi dari Pembacaan CPT (qc) dan Sudut Geser Dalam ()

2.

Cara
Cara ini hanya berlaku untuk c-soils. Besarnya kapasitas daya dukung Qf

adalah sebagai berikut:

Dimana:
c, As dan q notasi yang sama dengan sebelumnya
= koefisien tanpa dimensi dari Vijayvergiya dan Focht bisa dilihat pada gambar
5.2

Gambar 5.2 Koefisien Vijayvergiya dan Focht

3.

Cara-cara Lainnya
Khususnya untuk tanha berpasir dapat digunakan persamaan Vesic

(1970) sebagai berikut:

Dimana:
Xv = 8 (untuk large displacement piles)
Dr = relative density

Khusus dari hasil tes lapangan (sondir dan boring) dapat digunakan persamaan
sebagai berikut:

Data SPT
Meyerhof (1956; 1976)

Dimana:
Xm = Koefisien Meyerhof
Diambil
Xm = 2,0 untuk large displacement piles
Xm = 1,0 untuk small displacement piles
N = nilai SPT rata-rata setelah dikoreksi

Data CPT
Meyerhof

Kalau harga qc bervariasi, persamaan 5.26 bisa dituliskan dalam bentuk:

Gambar 5.3 Skematik Penurunan Persamaan Kapasitas Daya Dukung Friksi

Khusus tanah kepasiran, dan didasarkan atas test tarik (pull-out tests).
Ireland menganjurkan (lihat gambar 5.4)

Dimana:
z = kedalaman titik pusat gravitasi dari bagian tiang yang terbenam
q = qo = beban yang bekerja di permukaan
K = koefisien tegangan tanah lateral dapat diambil K = 1,75
P = perimeter/ keliling tiang

Gambar 5.4 Skematik Diagram Mencari Kapasitas Daya Dukung Friksi dari
Ireland

Khusus tanah kepasiran yang keras sehingga digunakan tiang pancang


meruncing, (lihat gambar 5.5)
Norland (1963)

Dimana:
= sudut gesekan efektif antara pile dengan tanah, bisa diambil = 2/3
K = koefisien tekanan tanah
K = (1,7 2,2) Ko atau
K = (1,5 2,0) Ko
= sudut peruncing tiang

Gambar 5.5 Skematik Diagram Mencari Kapasitas Daya Dukung Friksi dari
Nordland

2.6
1.

CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN


Diketahui beban yang bekerja pada titik berat pondasi tiang pancang (O)
seperti pada gambar :
Ptotal

= P + Berat pile cap


= 6000 + (1,2 x 3,55 x 4,90 x 24)
= 6500,976 kN

My

= 820 kN.m

Mx

= -700 kN.m

beton

= 24 kN/m3

Ditanyakan : Berapa beban yang didukung oleh masing-masing tiang (Qi)?


Jawab :
Langkah 1 : Menghitung letak titik berat tiang (O)
Perhitungan letak titik berat tiang tidak perlu dilakukan karena susunan tiang
Yang simetris baik pada arah x dan y. Letak titik berat tiang berada pada
koordinat (0,0) dan berimpit pada titik berat pile cap.

Langkah 2 : Perhitungan besarnya distribusi beban ke tiang


n

= 12 buah

(x2)

= 6 (2,0252) + 6 (0,6752)
= 27,3375 m2

(y2)

= 8 (1,352)
= 14,58 m2

Qi

2.

Ptotal My.xi Mx.yi

n
(x 2 ) (y 2 )

6500,976 820.xi
- 700.yi

12
27,3375 14,58

Abutment setinggi 9,75 m dari dasar pondasi memiliki susunan pile cap
seperti di bawah ini. Kapasitas dukung tiang tunggal end bearing persegi
50x50 berdasarkan hasil sondir dan SPT menghasilkan Qijin = 1100 kN.
Kapasitas dukung tiang tunggal arah horisontal (Hijin) = 100 kN.

Beban jembatan rangka baja bentang 60 m, berat sendiri abutmen dan oprit
bekerja pada titik berat tiang pancang (O) :
Beban aksial (P) = 12000 kN.
Beban momen memutar sumbu x (Mx) = 2500 kN.m
Beban lateral (H) = 3000 kN.
Ditanyakan :
a. Berapa beban yang didukung olehmasing-masing tiang ?
b. Chek apakah pondasi abutment tersebut aman ?

Jawab :
a. Beban yang didukung olehmasing-masing tiang adalah :
(y2) = 10. (22) = 40 m2
Qi

P M x .y i

n (y 2 )

12000 2500. yi

15
40

Untuk baris tiang 1 s/d tiang 5,


yi = 2,0 sehingga untuk masing-masing tiangnya Qi = 925 kN
Tiang pada baris ini memiliki kemiringan tiang 1H:4V maka m=4.
Distribusi yang terjadi pada tiang 1 s/d 5 untuk arah vertikal :
Qiv = Qi / m.(1+m2) = 925/4.(1+42) = 953,5 kN
Distribusi yang terjadi padatiang 1 s/d 5 untuk arah horisontal :
Qih = Qi / m = 925/4 = 231,25kN
Untuk baris tiang 6 s/d tiang 10,
yi = 0 sehingga untuk masing-masing tiangnya Qi = 800 kN
Untuk baris tiang 11 s/d tiang 15,
yi = -2,0 sehingga untuk masing-masing tiangnya Qi = 675 kN

b. Untuk mengecek apakah pondasi abutment tersebut aman jika diketahui


kapasitas dukung tiang tunggal end bearing Qijin = 1100 kN dan kapasitas
dukung tiang tunggal arah horisontal (Hijin) = 100 kN.
Nilai yang terbesar dari distribusi beban vertikal (Qi) ke masing-masing
tiang :
Qi = 953,5kN<Qijin (= 1100 kN) Aman
Nilai yang terbesar dari distribusi beban horisontal (Hi) ke masingmasing tiang : Beban horisontal yang didukung tiang miring =
5 x 231,5 = 1157 kN
Sehingga beban horizontal masing-masing tiang :
Hi = (3000-1157) /15 =122,8 KN >Hijin (=100 kN) TidakAman.

Anda mungkin juga menyukai