HBV
HCV
Alcohol
Tobacco
OCPs
Europe and
United States
Estimat Range
e
22
4-58
60
12-72
45
8-57
12
0-14
10-50
Japan
Estimate
Range
20
63
20
40
-
18-44
48-94
15-33
9-51
-
Range
40-90
9-56
11-41
1
Aflatoxi
n
Other
Limited exposure
<5
(sumber emedicine.medscape.com)
<5
1.3 Etiologi
Dewasa ini hepatoma dianggap terjadi dari hasil interaksi sinergis multifaktor dan
multifasik, melalui inisiasi, akselerasi, dan transformasi, serta peran onkogen dan gen terkait.
Walaupun penyebab pasti hepatoma belum diketahui, tetapi sudah dapat diprediksi factor
risiko yang memicu hepatoma, yaitu:
1
Sirosis hati
Sirosis hati merupakan faktor risiko utama hepatoma di dunia dan melatarbelakangi
lebih dari 80% kasus hepatoma.Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah
asites, perdarahan saluran cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom
hepatorenal.Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis
kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi
ginjal dan sirkulasi darah.Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi.
Aflatoksin
Aflatoksin B1 (AFB1) merupakan mikotoksin yang diproduksi oleh jamur
Aspergillus.Dari
percobaan
binatang,
diketahui
bahwa
AFB1
bersifat
karsinogenik.Metabolit AFB1 yaitu AFB 1-2-3-epoksid merupakan karsinogen utama
dari kelompok aflatoksin yang mampu membentuk ikatan dengan DNA maupun RNA.
Salah satu mekanisme hepatokarsinogenesisnya ialah kemampuan AFB1 menginduksi
mutasi pada kodon 249 dari gen supresor tumor p53.
Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk non-alcoholic fatty liver disease
(NAFLD), khususnya nonalcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang
menjadi sirosis hati dan kemudian dapt berlanjut menjadi Hepatocelluler Carcinoma
(HCC).
2
Diabetes mellitus
Pada penderita DM, terjadi perlemakan hati dan steatohepatis non-alkoholik (NASH). Di
samping itu, DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin dan insulin-like growth
hormone faktors (IGFs) yang merupakan faktor promotif potensial untuk kanker.
Alkohol
Meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum berat alkohol
berisiko untuk menderita hepatoma melalui sirosis hati alkoholik.
1.4 Klasifikasi
Beberapa sistem staging HCC telah diajukan dan dipakai, antara lain klasifikasi
TNM, klasifikasi menurut Okuda, BCLC (Barcelona Clinic Liver Cancer), CLIP (Cancer
ofLiver Italian Program), GRETCH (Group dEtute et de Traitement du
CarcinomeHepatocellulaire), CUPI (Chinese University Prognostic Index) serta JIS
(JapaneseIntegrated Staging).
Klasifikasi menurut TNM disusun oleh The International Cooperative Study Group
on Hepatocellular Carcinoma berdasarkan evaluasi survival dari 557 pasien HCC (lihatTabel
1).Sistem klasifikasi CLIP, GRETCH dan CUPI masing-masing merupakan hasilanalisis
multivariat berbagai faktor survival pasien HCC dalam suatu penelitian kohort.
Okuda dkk. menyadari pentingnya ukuran tumor maupun fungsi hepar sebagai faktorfaktor
terpenting dalam penentuan prognosis HCC, namun penilaian mereka dalam hal ukuran
tumor masih kasar (pembedaan berdasarkan ukuran lebih besar atau kurang daripada 50%
ukuran hepar), sementara pengukuran fungsi hepar hanya didasarkan pada adanya asites serta
pada kadar albumin dan bilirubin serum (Tabel 2).
Sistem JIS menggunakan skoring klasifikasi klinis Child-Turcotte-Pugh (lihat Tabel 3) bagi
pengukuran fungsi hepar, dan sistem staging TNM untuk penilaian besar tumor (seperti
tergambar pada Tabel 4).
Klasifikasi Child-Pugh
1.5 Patofisiologi
Inflamasi, nekrosis, fibrosis, dan regenerasi dari sel hati yang terus berlanjut merupakan
proses khas dari sirosis hepatis yang juga merupakan proses dari pembentukan hepatoma
walaupun pada pasien-pasien dengan hepatoma, kelainan sirosis tidak selalu ada.
Virus hepatitis, dikarenakan protein tersebut merupakan suatu RNA. RNA akan
berkembang dan mereplikasi diri di sitoplasma dari sel hati dan menyebabkan suatu
perkembangan dari keganasan yang nantinya akan menghambat apoptosis dan meningkatkan
proliferasi sel hati. Sel-sel meregenerasi sel-sel hati yang rusak menjadi nodul-nodul yang
ganas sebagai respons dari adanya penyakit yang kronik yang disebabkan oleh infeksi virus
nodul sehingga mulai terbentuk karsinoma hepatoseluler.
Etiologi:
-HBV
-HCV
-Alcohol
Transformasi malignan
1. Pertumbuhan sentrifungal
2. Perluasan parasinusoidal
3. Penyebaran system vena portal
4. Metastasis jauh
Perjalanan penyakit cepat bila tidak segera diobati, sebagian besar pasien meninggal
dalam 3-6 bulan setelah diagnosis.Perjalanan klinis keganasan hati tidak berbeda diantara
pasien yang terinfeksi kedua virus dengan hanya terinfeksi salah satu virus yaitu HBV dan
HCV.Infeksi kronik ini sering menimbulkan sirosis yang merupakan faktor resiko penting
untuk karsinoma hepatoseluler.
Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri.Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu.Gangguan terhadap sulai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.
Inflamasi pada hepar terjadi karena invasi virus HBV atau HCV akan mengakibatkan
kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik (empedu yang membesar tersumbat oleh
tekanan nodul malignan dalam hilus hati) sehingga menimbulkan nyeri. Hal ini
dimanifestasikan dnegan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Sumbatan intrahepatik dapat
menimbulkan hambatan pada aliran portal sehingga tekanan portal akan naik dan terjadi
hipertensi portal.
Timbulnya asites karena penurunan sintesa albumin pada proses metabolism protein
sehingga terjadi penurunan tekanan osmotic dna peningkatan cairan atau penimbunan cairan
didalam rongga peritoneum.gangguan metabolism protein yang mengakibatkan penurunan
sintesa fibrinogen protrombin dan terjadi penurunan faktor pembekuan darah sehinga dapat
menimbulkan perdarahan.
Ikterus timbul karena kerusakan sel parenkim hati dan duktuli empedu intrahepatik maka
terjadi kesukaran pengangkutan tersebut dalam hati.akibatnya bilirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatica, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi)
dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk).Jadi, ikterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin oleh karena nodul tesebut menyumbat vena portal atau bila jaringan tumor tertanam
dalam ronga peritoneal.
9
USG lebih sensitif daripada AFP serum berulang.Sensitifitas USG untuk neoplasma hati
berkisar antara 70-80%.1
Secara umum pada USG sering diketemukan adanya hepar yang membesar,
permukaan yang bergelombang dan lesi-lesi fokal intra hepatik dengan struktur eko yang
berbeda dengan parenkim hati normal.Biasanya menunjukkan struktur eko yang lebih tinggi
disertai nekrosis sentral berupa gambaran hipoekoik sampai anekoik akibat adanya nekrosis,
tepinya irregular. Yang sangat sulit adalah menentukan hepatoma pada stadium awal di mana
gambaran struktur eko yang masih isoekoik dengan parenkim hati normal. 9
Modalitas imaging lain seperti CT-scan, MRI, dan angiografi kadang diperlukan
untuk mendeteksi hepatoma, namun karena kelebihannya, USG masih tetap merupakan alat
diagnostic yang paling popular dan bermanfaat.1
Gambar MRI yang menunjukkan tiga wilayah yang terpisah (ditunjukkan dengan panah) dari
metastasis hati.Di kutip dari kepustakaan 16.
4. Angiografi arteri hepatika
Sejak tahun 1953 Seldinger merintis penggunaan metode kateterisasi arteri femoralis
perkuran untuk membuat angiografi organ dalam, kini angiografi arteri hepatika selektif atau
supraselektif sudah menjadi salah satu metode penting dalam diagnosis hepatoma.Namun
karena metode ini tergolong invasive, penampilan untuk hati kiri dan hepatoma tipe
avaskular agak kurang baik.Angiografidilakukanmelaluimelaluiarterihepatika. 3, 11
13
5. Gambaran PET
Positron Emission Tomography (PET) yang merupakan alat pendiagnosis kanker
menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal sebagai flourine18 atau Fluorodeoxyglucose
(FGD) yang mampu mendiagnosa kanker dengan cepat dan dalam stadium dini. Caranya,
pasien disuntik dengan glukosa radioaktif untuk mendiagnosis sel-sel kanker di dalam tubuh.
Cairan glukosa ini akan bermetabolisme di dalam tubuh dan memunculkan respons terhadap
sel-sel yang terkena kanker.
14
Tampak
FGD
mengelilingi
tumor,
kemudian
divalidasi
dengan US Color Dopler dan
histologi
Pemeriksaan Laboratorium
1
Penanda Tumor
Alfa-fetoprotein (AFP) adalah protein serum normal yang disintesis oleh sel hati fetal, sel
yolk-sac dan sedikit sekali oleh saluran gastrointestinal fetal.Rentang normal AFP serum
adalah 0-20 ng/mL. Kadar AFP meningkat pada 60-70% pada pasien hepatoma, dan
kadar lebih dari 400 ng/mL adalah diagnostic atau sangat sugestif hepatoma.
Biopsi hati
Biopsihatiperkutandapatdiagnostikjikasampeldiambildaridaerahlokaldenganultrasoundata
uCT.
karenatumor
inicenderungakan
ke
pembuluh
darah,
biopsiperkutanharusdilakukandenganhati-hati.
pemeriksaansitologicairanasitesadalahselalunegatifuntuktumor.
kadangkadanglaparoskopiatauminilaparatomi,
untuk
biopsihatidapatdigunakan.
pendekataninimemilikikeuntungantambahankadangmengidentifikasipasienyangmemilikit
umorcocokuntukhepatectomyparsial.
Diagnosis Banding
1
Hemangioma
Hemangioma merukapakan tumor terlazim dalam hati, tumor ini biasanya subkapsular
pada konveksitaslobus hepatis dexter dan kadang-kadang berpedunkulasi.Ultrasonografi
memperlihatkan bercak-bercak ekogenik soliter dengan batas licin berbatas tegas.Pada
foto polos biasanya memperlihatkan kapsul berkalsifikasi.
Abses hepar
Sangat sukar dibedakan anatara abses piogenik dan amebik.Biasanya sangat besar,
kadang-kadang multilokular.Struktur eko rendah sampai cairan (anekoik) dengan adanya
bercak-bercak hiperekoik (debris) di dalamnya.Tepinya tegas, irregular yang makin lama
makin bertambah tebal.
16
Tumor metastasis
Hepar adalah organ yang paling sering menjadi tempat tumor metastasi setelah kelenjar
limfe.Gambaran eko bergantung pada jenis asal tumor primer.Jadi dapat berupa struktur
eko yang mungkin lebih tinggi atau lebih rendah daripada jaringan hati normal.
1.8 Penatalaksanaan
A Terapi Operasi
1 Reseksi Hepatik
Untuk pasien dalam kelompok non sirosis yang biasanya mempunyai fungsi hati normal
pilihan utama terapi adalah reseksi hepatik.Namun untuk pasien sirosis diperlukan
kriteria seleksi karena operasi dapat memicu timbulnya gagal hati yang dapat
menurunkan angka harapan hidup.Kontra indikasi tindakan ini adalah metastasis
ekstrahepatik, hepatoseluler karsinoma difus atau multifokal, sirosis stadium lanjut dan
penyakit penyerta yang dapat mempengaruhi ketahanan pasien menjalani
operasi.Kontraindikasi absolut bagi reseksi adalah adanya metastasis jauh, trombosis
vena porta utama, atau adanya trombosis vena cava inferior.Penyebab tersering mortalitas
pascaoperasi adalah kegagalan hati, perdarahan, serta komplikasi sepsis, yang dapat
diperkecil kemungkinannya dengan seleksi pasien secara baik. Pengembangan teknik
operasi memungkinkan diangkatnya jaringan hepar yang mengandung nodul HCC secara
selektif dengan teknik segmentektomi, atau bahkan secara superselektif dengan
subsegmentektomi (tindakan ini dapat dikerjakan dengan panduan USG intraoperasi,
yang dikenal sebagai prosedur Makuuchi)
2
Transplantasi Hati
Transplantasi hati memberikan kemungkinan untuk menyingkirkan tumor dan
menggantikan parenkim hati yang mengalami disfungsi.Kematian pasca transplantasi
tersering disebabkan oleh rekurensi tumor di dalam maupun di luar transplant.Tumor
yang berdiameter kurang dari 3 cm lebih jarang kambuh dibandingkan dengan tumor
yang diameternya lebih dari 5 cm. Untuk seleksi pasien HCC calon penerima transplan,
secara umum digunakan kriteria Milan, yaitu pasien dengan lesi tunggal berukuran 5
cm, atau lesi kurang dari 3 buah dan masing-masing berukuran 3 cm. Di Eropa,
Barcelona Clinic Liver Cancer Staging and Treatment Approach telah menyusun bagan
alur klasifikasi HCC beserta penatalaksanaannya. Berdasarkan kriteria BCLC, pasien
HCC dibagi menjadi stadium sangat dini, dini, menengah, lanjut, dan
terminal.Transplantasi hati diperuntukkan pasien HCC stadium sangat dini dengan
17
peningkatan tekanan vena porta dan stadium dini tanpa penyulit. Pasien HCC penerima
transplantasi hati sesuai algoritma ini dilaporkan memiliki angka survival lima tahun
sebesar 60-70%
3
B Terapi Lokal
1 Ablasi radiofrekuensi (RFA)
Ini adalah metode ablasi local yang paling sering dipakai dan efektif dewasa
ini.Elektroda RFA dimasukkan ke dalam tumor, melepaskan energi radiofrekuensi
hingga jaringan tumor mengalami nekrosis koagulatifn panas, denaturasi, jadi secara
selektif membunuh jaringan tumor.Satu kali RFA menghasilkan nekrosis seukuran bola
berdiameter 3-5 cm sehingga dapat membasmi tuntas mikrohepatoma, dengan hasil
kuratif.
2
Terapi hormonal
Estrogen secara in vitro terbukti memiliki efek merangsang proliferasi hepatosit, dan
secara in vivo bisa memicu pertumbuhan tumor hepar.Obat antiestrogen, tamoxifen,
dipakai karena bisa menurunkan jumlah reseptor estrogen di hepar.Namun hasil studi
random fase III yang dilakukan oleh Barbare ternyata tidak menunjukkan
peningkatan survival.
Terapi dengan thalidomide (sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan epirubicin
atau interferon)
Thalidomide yang awalnya dikembangkan pada tahun 1960-an sebagai sedatif, barubaru ini dievaluasi ulang perannya untuk obat antikanker. Penggunaannya pada
pasien HCC lanjut terutama berdasarkan efek anti-angiogeniknya.Studi fase II telah
dibuat untuk mengukur kemangkusan thalidomide sebagai terapi tunggal atau dalam
kombinasi dengan epirubicin atau dengan interferon menunjukkan aktivitas yang
terbatas pada pengobatan HCC.
Terapi interferon
Interferon yang biasa dipakai untuk terapi hepatitis viral telah dicobakan untuk
pengobatan HCC.Mekanisme terapinya ada beberapa, meliputi efek langsung
antivirus, efek imunomodulasi, serta efek antiproliferasi langsung maupun tak
langsung.Beberapa studi awal menunjukkan pemberian interferon dosis tinggi
meningkatkan angka survival, namun ada toksisitas karena obat pada penerimanya.
Penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian interferon dosis rendah tidak
menunjukkan efek perbaikan yang bermakna.
platelet derived growth factor dari tirosin-kinase beta. Obat ini cukup mahal, namun
manfaat klinisnya masih sangat terbatas.
E Radioterapi
Radioterapi eksternal sesuai untuk pasien dengan lesi hepatoma yang relatif terlokalisasi,
medan radiasi dapat mencakup seluruh tumor, selain itu sirosis hati tidak parah, pasien
dapat mentolerir radioterapi. Radioterapi umumnya digunakan secara bersama metode
terapi lain seperti herba, ligasi arteri hepatik, kemoterapi transarteri hepatik, dll.
Sedangkan untuk kasus metastasis stadium lanjut dengan metastasis tulang, radiasi lokal
dapat mengatasi nyeri.Dapat juga memakai biji radioaktif untuk radioterapi internal
terhadap hepatoma.
Klasifikasi Radioterapi:
Terapi Radiasi Eksterna
Terapi Radiasi Interna menggunakan selective internal radiotherapy (SIRT) dengan
radioisotop
SIRT dengan 90Ytrium microsphere
Berikut bagan alur penatalaksanaan hepatoma (HCC)
The Barcelona-Clinic Liver Cancer (BCL\C) approach to hepatocellular carcinoma management. Adapted from Llovet JM, Fuster J, Bruix J,
Barcelona-Clinic Liver Cancer Group. The Barcelona approach: diagnosis, staging, and treatment of hepatocellular carcinoma. Liver Transpl. Feb
2004;10(2 Suppl 1):S115-20.
20
1.9 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi adalah:
1. Metastasis
2. Ruptur
Insiden ruptur spontan hepatoma mencapai 11% 26% di negara-negara timur,
sedangkan di negara-negara barat hanya mencapai 2% 3%. Tanda -tanda rupture
spontan hepatoma sering didapat hanya dengan tanda-tanda seperti nyeri perut kanan
bawah karena darah turun mengikuti Para colic gutter kanan. Tetapi dapat juga dengan
tanda-tanda darah dalam peritoneum dan syok hemoragik. Sakit perut di kanan atas yang
tiba-tiba merupakan pertanda terjadinya rupture.Tumor yang akan rupture terletak dekat
permukaan dan dapat di deteksi dengan CT Scan yang tampak menmonjol keluar. Ruptur
terjadi karena arteri kehilangan elastin dan degradasi dari kolagen. Terapi dahulu di
lakukan dengan tindakan agresif operasi / reseksi hati, tetapi angka kematiannya tinggi.
Komplikasi Hepatoma paling sering adalah perdarahan varises esofagus, koma hepatik,
koma hipoglikemi, ruptur tumor, infeksi sekunder, metastase ke organ lain.
(Sjamsuhidajat, 2004).
Sedangkan menurut Suratun (2010 : hlm 301) komplikasi dari kanker hati adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
Pencegahan
Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial adalah pencegahan yang dilakukan terhadap orang yang belum
terpapar faktor risiko. Pencegahan yang dilakukan antara lain :
1. Konsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur serta konsumsi makanan dengan
gizi seimbang.
2. Hindari makanan tinggi lemak dan makanan yang mengandung bahan pengawet/
pewarna.
3. Konsumsi vitamin A, C, E, B kompleks dan suplemen yang bersifat antioksidan,
peningkat daya tahan tubuh.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan terhadap orang yang sudah
terpapar faktor risiko agar tidak sakit. Pencegahan primer yang dilakukan antara lain
dengan :
1. Memberikan imunisasi hepatitis B bagi bayi segera setelah lahir sehingga pada
generasi berikutnya virus hepatitis B dapat dibasmi.
2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang virus hepatitis (faktor-faktor
risiko kanker hati) sehingga kejadian kanker hati dapat dicegah melalui perilaku
hidup sehat.
21
3. Menghindari makanan dan minuman yang mengandung alkohol karena alkohol akan
semakin meningkatkan risiko terkena kanker hati.
4. Menghindari makanan yang tersimpan lama atau berjamur karena berisiko
mengandung jamur Aspergillus flavus yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya
kanker hati.
5. Membatasi konsumsi sumber radikal bebas agar dapat menekan perkembangan sel
kanker dan meningkatkan konsumsi antioksidan sebagai pelawan kanker sekaligus
mangandung zat gizi pemacu kekebalan tubuh.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan terhadap orang yang sudah sakit
agar lekas sembuh dan menghambat progresifitas penyakit melalui diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yang dapat dilakukan yaitu berupa perawatan terhadap penderita
kanker hati melalui pengaturan pola makan, pemberian suplemen pendukung
penyembuhan kanker, dan cara hidup sehat agar dapat mencegah kekambuhan setelah
operasi.
1.11
Prognosis
22
Sebagian besar kasus HCC berprognosis buruk karena tumor yang besar/ ganda dan
penyakit hati stadium lanjut serta ketiadaan atau ketidakmampuan penerapan terapi yang
berpotensi kuratif (reseksi, transplantasi, dan PEI).Stadium tumor, kondisi umum
kesehatan, fungsi hati, dan intervensi spesifik mempengaruhi prognosis pasien HCC.
Jika tidak diterapi, survival rata-rata alamiah adalah 4,3 bulan. Kausa kematian umumnya
adalah kegagalan sistemik, perdarahan saluran cerna atas, koma hepatic dan ruptur
hati.Faktor yang mempengaruhi prognosis terutama ialah ukuran dan jumlah tumor, ada
tidaknya trombus kanker dan kapsul, derajat sirosis yang menyertai, metode terapi, dll
LI 2 Memahami dan menjelaskan Hukum Transplantasi Menurut Pandangan Islam
Hukum tentang transplantasi sangat bermacam-macam, ada yang mendukung dan ada
pula yang menolaknya. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini akan menggabungkan hukumhukum dari beberapa sumber yaitu dari Abuddin (Ed) (2006) dan Zamzami Saleh (2009), sebagai
berikut:
Transplantasi organ ketika masih hidup
Pendapat 1: Hukumnya tidak Boleh (Haram).Meskipun pendonoran tersebut untuk keperluan
medis (pengobatan) bahkan sekalipun telah sampai dalam kondisi darurat.
Dalil1: Firman Allah SWT Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah
maha penyayang kepadamu ( Q.S.An-Nisa:4:29) dan Firman Allah SWT Dan Janganlah kamu
jatuhkan dirimu dalam kebinasaan dan berbuat baiklah sesungguhnya Allah mencintai orangorang yang berbuat baik (Q.S.Al-Baqarah :2:195).
Maksudnya adalah bahwa Allah SWT melarang manusia untuk membunuh dirinya atau
melakukan perbuatan yang membawa kepada kehancuran dan kebinasaan. Sedangkan orang
yang mendonorkan salah satu organ tubuhnya secara tidak langsung telah melakukan perbuatan
yang membawa kepada kehancuran dan kebinasaan. Padahal manusia tidak disuruh berbuat
demikian, manusia hanya disuruh untuk menjaganya (organ tubuhnya) sesuai ayat di atas.
Manusia tidak memiliki hak atas organ tubuhnya seluruhnya,karena pemilik organ tubuh
manusia Adalah Allah swt.
Pendapat 2: Hukumnya jaiz (boleh) namun memiliki syarat-syarat tertentu.
Dalil 2: Seseorang yang mendonorkan organ tubuhnya kepada orang lain untuk menyelamatkan
hidupnya merupakan perbuatan saling tolong-menolong atas kebaikan sesuai firman Allah swt
Dan saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu saling
tolong monolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan (Qs.Al-maidah 2).
Setiap insan, meskipun bukan pemilik tubuhnya secara pribadi namun memiliki kehendak
atas apa saja yang bersangkutan dengan tubuhnya, ditambah lagi bahwa Allah telah memberikan
kepada manusia hak untuk mengambil manfaat dari tubuhnya, selama tidak membawa kepada
23
kehancuran, kebinasaan dan kematian dirinya (QS. An-Nisa 29 dan al-Baqarah 95). Oleh karena
itu, sesungguhnya memindahkan organ tubuh ketika darurat merupakan pekerjaan yang mubah
(boleh) dengan dalil
Transplantasi organ ketika dalam keadaan koma
Pendapat: Melakukan transplantasi organ tubuh donor dalam keadaan masih hidup, meskipun
dalam keadaan koma, hukumnyaharam.
Dalil: Sesungguhnya perbuatan mengambil salah satu organ tubuh manusia dapat membawa
kepada kemudlaratan, sedangkan perbuatan yang membawa kepada kemudlaratan merupakan
perbuatan yang terlarang sesuai Hadist nabi Muhammad saw Tidak boleh melakukan pekerjaan
yang membawa kemudlaratan dan tidak boleh ada kemudlaratan
Manusia wajib berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya dem mempertahankan
hidupnya, karena hidup dan mati itu berada ditangan Allah SWT. Oleh sebab itu, manusia tidak
boleh mencabut nyawanya sendiri atau mempercepat kematianorang lain, meskipun mengurangi
atau menghilangkan penderitaan pasien.
Setiap bentuk agresi terhadap tubuh manusia dilarang, karena ada beberapa perintah yang jelas
mengenai ini dalam Al-Quran. Dalam kaitan ini ada satu hadis (ucapan) Nabi Muhammad yang
terkenal yang sering dikutip untuk menunjukkan dilarangnya manipulasi atas tubuh manusia,
meskipun sudah menjadi mayat, Mematahkan tulang mayat seseorang adalah sama berdosa dan
melanggarnya dengan mematahkan tulang orang itu ketika ia masih hidup
b)
Hidup dan tubuh manusia pada dasarnya adalah bukan miliknya sendiri, tapi pinjaman dari
Tuhan dengan syarat untuk dijaga, karena itu manusia tidak boleh untuk merusak pinjaman yang
diberikan oleh Allah SWT.
c)
Pencangkokan dilakukan dengan mengerat organ tubuh seseorang untuk dicangkokkan pada
tubuh orang lain, disini tubuh dianggap sebagai benda material semata yang bagian-bagiannya
bisa dipindah-pindah tanpa mengurangi ketubuh seseorang.
Pandangan yang mendukung pencangkokan organ
Ada beberapa dasar, antara lain:
a)
Pada dasarnya manipulasi organ memang tak diperkenankan, meski demikian ada beberapa
pertimbangan lain yang bisa mengalahkan larangan itu, yaitu potensinya untuk menyelamatkan
hidup manusia yang mendapat bobot amat tinggi dalam hukum Islam. Dengan alasan ini pun, ada
beberapa kualifikasi yang mesti diperhatikan, yaitu (1) Pencangkokan organ boleh dilakukan jika
tak ada alternatif lain untuk menyelamatkan nyawa, (2) derajat keberhasilannya cukup tinggi ada
persetujuan dari pemilik organ asli (atau ahli warisnya), (3) penerima organ sudah tahu persis
segala implikasi pencangkokan ( informed consent )
25
b)
Altruisme
Ada kewajiban yang amat kuat bagi muslim untuk membantu manusia lain khususnya sesama
muslim, pendonoran organ secara sukarela merupakan bentuk altruisme yang amat tinggi (tentu
ini dengan anggapan bahwa si donor tak menerima uang untuk tindakannya), dan karenanya
dianjurkan
26