Referensi CHF
Referensi CHF
Gagal jantung
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21243/4/Chapter%20II.pdf
2. Gagal jantung kongstif
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21243/4/Chapter%20II.pdf
3. Scribd
http://id.scribd.com/doc/102341934/referat-CHF#download
http://seniduniakedokteran.blogspot.com/2011/07/congestif-heart-failurechf.html
Riyan Wira Pratama, 11 juli 2011, palembang
Congestif heart failure (CHF)
Definisi
-
Suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal
memompakan
darah
untuk
memenuhi
kebutuhan
metabolism
jaringan
dan/atau
(Braunwald)
Suatu sindrom klinis yang rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi
ventrikel kiri dan kelainan regulasi neurohormonal, disertai dengan intoleransi kemampuan
kerja fisis (effort intolerance), retensi cairan, dan memendeknya umur hidup (reduced
longevity).(Packer)
Jantung tidak lagi mampu memompakan darah yang cukup unuk memenuhin kebutuhan
metabolic tubuh pada tekanan pengisian yang normal, padahal aliran balik vena (venous
return) ke jantung dalam keadaan normal. (Sonnenblik)
Menurut Framingham ( Mansjoer, 2001) kriterianya gagal jantung kongestif
ada 2 kriteria yaitu kriteria mayor dan kriteria minor ( minimal 1 mayor dan 2 minor )
a.
Kriteria mayor:
1.
2.
3.
4.
Kardiomegali
5.
6.
Gallop S3
7.
8.
Refluks hepatojugular
b. Kriteria minor:
1.
Edema ekstremitas
2.
3.
Dispnea d'effort
4.
Hepatomegali
5.
Efusi pleura
6.
7.
Takikardi (>120/menit)
Etiologi
Faktor etiologi
Hipertensi (10-15%)
Kardomyopathy (dilatasi, hipertrophy, restriktif)
Penyakit katup jantung (mitral dan aorta)
Kongenital (defek septum atrial, ventricle septal defect)
Aritmia (presistent)
Alkhohol
Obat-obatan
Kondisi curah jantung
Perikard (kontriksi atau efusi)
Gagal jantung kanan
Klasifikasi
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal
jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung kanan, dan gagal jantung kongestif.
Menurut New York Heart Association klasifikasi fungsional jantung ada 4 kelas, yaitu:
Kelas 1 : Penderita kelainan jantung tanpa pembatasan aktivitas fisik. Aktivitas sehari-hari
tidak menyebabkan keluhan.
Kelas 2 : Penderita dengan kelainan jantung yang mempunyai akti vitas fisik terbatas. Tidak
ada keluhan sewaktu istirahat, tetapi aktivitas sehari - hari akan menyebabkan capek,
berdebar, sesak nafas.
Kelas 3 : Penderita dengan aktivitas fisik yang sangat terbatas. Pada keadaan istirahat tidak
terdapat keluhan, tetapi ak tivitas fisik ringan saja akan menyebabkan capek, berdebar, sesak
nafas.
Kelas 4 : Penderita yang tidak mampu lagi mengadakan aktivitas fisik tanpa rasa terganggu.
Tanda-tanda dekompensasi atau angina malahan telah terdapat pada keadaan istirahat.
Epidemiologi CHF
-
di Eropa dan Amerika disfungsi miokard paling sering terjadi akibat penyakit jantung
koroner akibat infark miokard, yang merupakan penyebab paling sering pada usia kurang dari
75tahun, disusul hipertensi dan diabetes.
-
di Indonesia, belum ada data yang pasti, sementra data di rumah sakit Palembang
menunjukkan hipertensi sebagai penyebab terbanyak, disusul penyakit jantung koroner dan
katup
Penatalaksanaan
Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi oksigen
a.
2.
Digitalisasi:
Dosis digitalis:
-
Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5-2mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam dan
dilanjutkan 2 x 0,5 mg selama 2-4 hari.
Digoksin i.v. 0,75-1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.(tidak dianjurkan untuk IM)
Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. Untuk pasien usia lanjut dan
gagal ginjal dosis disesuaikan.
Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut berat:
-
Keadaan keracunan digitalis berupa bradikardi, gangguan irama, dan konduksi jantung
berupa blok AV derajat II dan III. atau ekstrasistolik ventrikular lebih dari 5 kali per menit.
Gejala lain yang ditemui pada intoksikasi digitalis adalah anoreksia, mual, muntah, diare, dan
gangguan penglihatan.
1.
Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator.
Pada gagal jantung dengan NYHA kelas IV, penggunaan diuretik, digoksin, dan penghambat
angiotensin converting enzyme (ACE) diperlukan mengingat usia harapan hidup yang
pendek. Untuk gagal jantung kelas II dan III diberikan:
-
Digoksin pada pasien dengan fibrilasi atrium maupun kelainan irama sinus.
Penghambat ACE (kaptopril mulai dari dosis 2 x 6,25 mg atau setara penghambat ACE yang
lain, dosis ditingkatkan secara bertahap dengan memperhatikan tekanan darah pasien);
isosorbid dinitrat (ISDN) pada pasien dengan kemampuan aktivitas yang terganggu atau
adanya iskemi yang menetap, dosis dimulai 3 x 10-15 mg. Semua obat ini harus dititrasi
secara bertahap.
Diuretik
Yang digunakan furosemid 40-80mg. Dosis penunjang rata-rata 20 mg. Efek samping berupa
hipokalemia dapat diatasi dengan suplai garam kalium atau diganti dengan sprinolakton.
Diuretik lain yang dapat digunakan antara lain hidroklorotiazid, klortalidon, triamteren,
amilorid, dan asam etakrinat.
Dampak diuretik yang mengurangi beban awal tidak mengurangi curah jantung atau
kelangsungan hidup, tapi merupakan pengobatan, garis pertama karena mengurangi gejala
dan perawatan di rumah sakit. Penggunaan penghambat ACE bersama diuretik hemat kalium
maupun suplemen kalium harus berhati-hati karena memungkinkan timbulnya hiperkalemia.
Vasodilator
-
Diuretik oral maupun parenteral dapat tetap merupakan ujung tombak pengobatan gagal
jantung sampai edema atau asites hilang (euvolemik). ACE inhibitor dan Angiotensin
Receptor Blocker (ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik sampai dosis optimal.
Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat dimulai setelah diuretik dan ACE inhibitor
tersebut diberikan.
Digitalis diberikan bila ada aritmia supra-ventrikular atau ketiga obat di atas belum
memberikan hasil yang memuaskan. Aldosteron antagonis dipakai untuk memperkuat efek
diuretik atau pada pasien dengan hipokalemia.
Terapi pasien disfungsi sistolik yang simptomatik menurut derajat gagal jantung.
Untuk survival / morbiditas
Untuk gejala
NYHA I
Lanjutkan ACE inhibitor/ Pengurangan/ hentikan
ARB. Jika intolerans ACE diuretic.
inhibitor, lanjutkan antagonis
aldosteron jika pasca MI,
Tambah penyekat beta jika
pasca MI.
NYHA II
ACE inhibitor sebagai terapi
+/- diuretic tergantung pada
lini pertama. ARB jika
retensi cairan.
intoleran ACE inhibitor.
Tambah penyekat beta dan
antagonis aldosteron jika
pasca MI
NYHA III
ACE inhibitor + ARB atau
+ diuretic, + digitalis jika
ARB jika intoleran ACE
masih simtomatik.
sendiri. Penyekat beta.
Tambah aldosteron antagonis.
NYHA IV
Lanjutkan ACE inhibitor/
+ diuretic, + digitalis, +
ARB. Penyekat beta.
consider. Support inotropis
Antagonis aldosteron
sementara.
Prognosis
Faktor-faktor yang berkaitan dengan prognosis pada gagal jantung,
a.
Klinis : semakin buruk gejala pasien, kapasitas aktivitas dan gambaran klinis, semakin buruk
prognosis
b. Hemodinamik : semakin rendah indeks jantung, isi sekuncup jantung, dan fraksi ejeksi,
semakin buruk progonosis
c.
Biokimia
dan peptida natriuretik plasma. Hiponatremia dikaitkan dengan prognosis yang lebih buruk;
dan
d. Aritmia
pengawasan EKG ambulatori menandakan prognosis yang buruk. Tidak jelas apakah aritmia
ventrikel hanya merupakan penanda prognosis yang buruk atau apakah aritmia merupakan
penyebab kematian.
Komplikasi
-
Aritmia Jantung
Pneuminitis rematik
Emboli paru
Infark
Pencegahan
Memperbaiki prognosis dengan cara mencegah infark miokard dan kematian. Upaya yang
dilakukan adalah bagaimana mengurangi terjadinya trombotik akut dan disfungsi ventrikel
kiri . Tujuan ini dapat dicapai dengan modifikasi gaya hidup ataupun intervensi farmakologik
yang akan mengurangi progresif plak, menstabilkan plak , dengan mngurangi inflamasi dan
memperbaiki fungsi endotel, dan akhirnya mencegah trombosis bila terjadi disfungsi endotel
atau pecahnya plak. Obat yang digunakan Obat Antitrombotik : aspirin dosis rendah,
antagonis reseptor ADP (thienopyridin)yaitu clopidogrel dan ticlopidine; obat penurun
kolesterol (statin); ACE-inhibitors; Beta-Bloker; Calcium channel blockers (CCBs)