Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN UMUM
PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

2.1 Sejarah PT. Krakatau Steel (Persero)


PT. Krakatau Steel merupakan industri baja terpadu yang pertama dan
terbesar di Indonesia, yang berlokasi di Cilegon, Banten. Didirikan pada 31
Agustus 1970, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35
tahun 1970 tentang penyertaan modal Negara Republik Indonesia untuk
pendirian perusahaan perseroan (Persero) PT. Krakatau Steel. Menurut pasal
1 Peraturan Pemerintah tersebut,

PT. Krakatau Steel, Cilegon didirikan

dengan tujuan menyelesaikan dan mengoperasikan proyek industri baja bekas


bantuan Rusia dan mengembangkan industri baja di Indonesia dalam arti luas.
Gagasan didirikannya industri baja ini berasal dari Cherul Saleh, Menteri
Perindustrian & Perdagangan dan IR.H. Juanda, Dirjen Biro Perancang
Negara (menjadi Perdana Menteri RI 1958) pada tahun 1956.

Dengan adanya pokok kerjasama dalam lapangan ekonomi dan teknik antara
Republik Indonesia dan Republik Uni Soviet Sosialis pada tanggal 15
September 1956 gagasan tersebut akhirnya dapat terealisasi. Kerjasama ini
direalisasikan dengan penandatanganan kontrak pembangunan proyek vital
oleh Menteri Perdatan:

Proyek Aluminiun Medan

Proyek Besi Baja Kalimantan

Proyek Besi Baja Trikora

Selanjutnya dibentuk tim proyek besi baja yang dikepalai Drs. Soetjipto
dibantu Ir.A.Sayoeti, Ir.Tan Boen Liam,dan R.J.K. Wiriyasoeganda. Setelah
itu dilakukan penelitian sumber biji besi di Bayat/Ujung Kulon, Banten dan di
Lampung dibantu ahli Belanda, Ir. Binhorst. Pada tahun 1958, diadakan
penelitian sumber bijih besi di Kalimantan dipimpin R.J.K. Wiriyasuganda,
bekerja sama dengan konsultan Jerman Barat, Wedexro (West Deutsche
Ingenieur Bureau) yang dipimpin DR. Walter Rohland. Pada tahun 1959,
diadakan penelitian lokasi penelitian pabrik besi baja dibantu tim ahli Rusia,
meliputi daerah:

Jawa Timur: Gresik, Probolinggo, Pasuruan, Banyuwangi

Jawa Barat: Cilegon Banten

Dari hasil survei, didapat dua tempat yang memenuhi kriteria yaitu Cilegon
dan Probolinggo. Akhirnya, pada tahun yang sama, pemerintah melalui
Menteri Depardatam memutuskan Cilegon sebagai pabrik baja kapasitas
produksi ingot baja 100.000 ton per tahun, menggunakan proses tanur
Siemens Martins (open hearth furnace), dengan pertimbangan:
1.

Mempunyai laut yang dalam yang memungkinkan sebagai tempat


bersandarnya kapal-kapal yang besar

2.

Luas area yang cukup dan tidak mengganggu lahan pertanian

3.

Pengadaan air yang mudah didapat tanpa mengganggu keperluan untuk


air minum, irigasi, dan tenaga listrik.

4.

Tenaga buruh yang murah

5.

Sarana transportasi yang mendukung

6.

Kondisi politik dan agama yang kuat yang dapat menunjang kondisi
keamanan.

7.

Letak Cilegon yang strategis sehingga bahan baku dapat didatangkan dari
seluruh Indonesia.

Akhirnya pada tahun 1960 ditandatangani kontrak pembangunan Pabrik Baja


Cilegon No. 80 tanggal 7 Juni 1960 antara Republik Indonesia dengan ALL
Union Export-Import Corporation ( Tajz Promex Pert ) of

Moscow.

Akhirnya, pada tahun 1962 diresmikan pembangunan proyek Besi Baja


Trikora Cilegon di area kurang lebih 616 hektare pada tanggal 20 Mei 1962,
dan berdasarkan ketetapan MPRS No. 2/1960 proyek diharuskan selesai
sebelum tahun 1968. Namun, akibat pemberontakan G 30 S/PKI,
pembangunan Pabrik Baja Trikora yang direncanakan akan selesai pada tahun
1968, terhenti pada tahun 1965.

Usaha untuk membangun industri besi baja di tanah air sebenarnya telah
dimulai dengan mendirikan dua proyek, yaitu proyek besi Lampung dan
proyek baja Cilegon. Besi yang dihasilkan di Lampung dilebur bersama-sama
dengan besi tua di Cilegon serta baja yang dihasilkan pada proses lebih lanjut
menjadi barang-barang baja jadi yang berupa besi beton, besi profil, dan
kawat. Namun, proyek besi Lampung dihentikan karena bahan baku yang

berasal dari bijih besi setempat tidak cukup banyak. Sedangkan, proyek baja
Cilegon sempat terhenti karena adanya pemberontakan G 30 S/PKI.

Pada tahun 1967 proyek Besi Baja Trikora berubah bentuk menjadi Perseroan
Terbatas (PT) berdasarkan instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 17
tanggal 28 Desember 1967. Akhirnya pada tahun 1970, PT. Krakatau Steel
(PT.KS) resmi berdiri berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia
nomor 35 tanggal 31 Agustus 1970 tentang penyertaan modal Negara
Republik Indonesia untuk mendirikan perusahaan perseroan PT. Krakatau
Steel (Persero), dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan
penyelesaian pembangunan proyek baja Trikora serta mengembangkan
industri baja dalam arti luas. Pada tahun 1971, pendirian PT. Krakatau Steel
disahkan dengan akte notaris nomor 34 tanggal 23 Oktober 1971, dihadapan
notaris Tan Thong Kie yang berkedudukan di Jakarta dan diperbaiki dengan
naskah nomor 25 tanggal 29 Desember 1971.

Dengan bantuan konsultan Inggris, PT. Krakatau Steel, Cilegon mengadakan


perubahan rencana dengan membatalkan pemasangan dapur peleburan baja
karena teknologinya sudah tidak sesuai. Sementara proyek bekas bantuan
Rusia belum selesai dibangun, PT. Krakatau Steel, Cilegon dengan bantuan
Pertamina (tahun 1974) memutuskan untuk memperluas produksi agar dapat
membuat bilet, bahkan dapat langsung membuat baja lembaran, slab, dan hot
strip. Untuk mengadakan proyek tersebut pemerintah juga bernegosiasi dan
kontrak dengan negara asing seperti Jerman, Meksiko, Korea dan lainnya.

10

Berdasarkan hasil negosiasi dengan kontraktor Jerman, dihasilkan rencana


induk pengembangan PT. Krakatau Steel selama 10 tahun (1975 1985)
sehingga pada tahun 1975 pembangunan PT. Krakatau Steel tahap I
dilanjutkan dengan kapasitas produksi 0,5 juta ton/tahun berdasarkan Keppres
nomor 30 tanggal 27 Agustus 1975.

Pada tanggal 27 Juli 1977 diresmikan Pabrik Baja Tulangan (besi beton),
Pabrik Besi Profil dan pelabuhan khusus Cigading, PT. Krakatuau Steel
oleh Presiden Soeharto

Pada tanggal 9 Oktober 1979 diresmikan Pabrik Besi Spons model Hylsa
(50%), Pabrik Bilet Baja (Electric Arc Furnace / Dapur Thomas), Wire
Rod, PLTU 400 MW, dan pusat penjernihan air (kapasitas 2000
liter/detik) PT. KS serta KHI pipe oleh Presiden Soeharto

Pada tanggal 24 Februari 1983 diresmikan Pabrik Slab Baja (EAF), Hot
Strip Mill (HSM), dan Pabrik Spons tahap II PT. Krakatau Steel oleh
Presiden Soeharto

Berdasarkan Keppres nomor 39 tahun 1979, Krakatau Steel dikukuhkan


sebagai pusat baja nasional. Dan pada tahun 1985 terwujud export perdana
produk baja PT. Krakatau Steel ke beberapa negara, seperti Jepang, Amerika,
Inggris, India, Cina, Timur Tengah, Korea, dan ASEAN.

Pada tahun 1989, PT. Krakatau Steel dan sembilan BUMN strategis lain (PT.
Boma Bisma Indra, PT Dahana, PT INKA, PT INTI, PT IPTN, PT LEN, PT
Barata Indonesia, PT Pindat, dan PT PAL) dikelompokkan dalam BPIS

11

(Badan Pengelola Industri Strategis) berdasarkan Keppres RI No. 44 tanggal


28 Agustus 1989.

Teknologi yang dipilih adalah pembuatan besi dengan Direct Reduction


dengan peleburan di dapur listrik (Electric Arc Furnace), yang bahan
bakunya berasal dari bijih besi import. Kapasitas produksi baja yang rencana
semula hanya 100.000 ton/tahun ditingkatkan menjadi 500.000 ton/tahun
untuk pembuatan bilet, dan 1,5 juta ton/tahun untuk pembuatan slab.

Pada 10 November 1990 dilaksanakan peletakan batu pertama perluasan PT.


Krakatau Steel, Cilegon oleh Menteri Muda Perindustrian RI, Ir. Tungky
Ariwibowo selaku Direktur Utama PT. Krakatau Steel. Proyek perluasan ini
direncanakan selesai sekitar tahun 1993 atau 1994. Diantara proyek perluasan
adalah pabrik besi spons, DRI HYL-III, SSP, dan HSM. Sasaran program
perluasan dan modernisasi pabrik PT. Krakatau Steel, Cilegon adalah :
1. Peningkatan kapasitas produksi dari 1,5 juta ton menjadi 2,5 juta
ton/tahun.
2. Peningkatan kualitas.
3. Peragaman jenis baja yang dihasilkan.
4. Efisiensi produksi.

Pada tahun 1991 terjadi penggabungan usaha (merger) PT. Cold Rolling Mill
Indonesia Utama (PT. CRMIU) dan PT. Krakatau Baja Permata (PT. KBP)
menjadi unit koperasi PT. Krakatau Steel, tanggal 1 Oktober 1991 (CRM)
didirikan 19 Februari 1983, dan diresmikan 1987. Dan pada tahun 1992

12

pabrik baja tulangan, pabrik besi profil dan pabrik kawat baja dipisah menjadi
PT. Krakatau Wajatama, tanggal 24 Juli 1992. Satu tahun kemudian, pada
tahun 1993, peresmian perluasan PT. Krakatau Steel oleh Presiden Soeharto
pada tanggal 18 Februari 1993 meliputi :
Modernisasi dan perluasan HSM dari 1,2 juta ton menjadi 2 juta ton/tahun
Peningkatan kualiatas dan efisiensi HSM
Perluasan pelabuhan pellet bijih besi dari kapasitas pembongkaran 3 juta
menjadi 6 juta/tahun

Pada tahun 1994, PT. Krakatau Steel mendapat sertifikat ISO 9002 tepatnya
yaitu pada tanggal 17 November 1994. Kemudian pada tahun 1995 proyek
perluasan dan modernisasi PT. Krakatau Steel selesai bertepatan dengan HUT
ke25 PT. Krakatau Steel tanggal 31 agustus 1995 dan diresmikan oleh
Menteri Muda Perindustrian Republik Indonesia/Komisaris Utama PT.
Krakatau Steel , Ir Tunky Ariwibowo, yang meliputi:
Pabrik besi spon HYL III
Pabrik slab baja 2
Sizing press HSM
Gardu hubung III dan instalasi kompensasi PLTU 400 MW
Production control system II PPC

Pada tahun 1996, PT. Krakatau Steel memisahkan unit unit otonom (unit
penunjang) menjadi anak-anak perusahaan :
PLTU 400 MW menjadi PT. Krakatau Daya Listrik
Pelabihan khusus Cigading menjadi PT. Krakatau Bandar Samudera

13

Penjernihan air krenceng menjadi PT. Krakatau Industri


Rumah sakit Krakatau Steel Menjadi PT. Krakatau Medika
Pada bulan april 1997 PT. Krakatau Steel mendapat sertifikat ISO 14001.

PT. Krakatau Steel menjadi anak perusahaan PT. Prakarya Industri


(PERSERO), tanggal 10 agustus 1998 berdasarkan PP no. 35 tahun 1998 dan
pada tahun 1999 PT. Prakarya Industri (Persero) berubah menjadi PT. Bahana
Prakarya Industri Strategis (BPIS) dengan total asset Rp.16 triliun.

Sampai pada tahun 1999 PT. Krakatau Steel tidak pernah berhenti melakukan
inovasi Nouro Furnace Controller (NFC), yang merupakan sistem pengendali
eloktroda terpadu berbasis jaringan saraf tiruan, mulai diterapkan pada
operasi rutin Electric Arc Furnace (EAF) pabrik SSP 2 PT Krakatau Steel.
NFC adalah hasil karya inovasi tenaga-tenaga PT. Krakatau Steel dengan
LSDX BPPT, dan telah dipatenkan dengan No. P990187 serta meraih
ASEAN Engineering Award pada tanggal 24 November 2001.

Pada tahuan 2002, pemerintah melalui forum RUPS luar biasa pada tanggal
28 Maret 2002 telah membubarkan PT. BPIS. Pengalihan aset BUMNIS ke
pemerintah (Kantor Meneg BUMN) sebagai kuasa Menteri Keuangan.

2.2 Visi dan Misi PT. Krakatau Steel


2.2.1 Visi Perusahaan
Sebagai acuan dalam proses pengembangan kualitas dan kuantitas
produksi PT. Krakatau Steel memiliki visi sebagai berikut:

14

Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif untuk tumbuh


dan berkembang secara berkesinambungan menjadi perusahaan
terkemuka di dunia.
2.2.2 Misi Perusahaan
Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran
bangsa.

Dengan mengembangkan nilai nilai Competence, Integrity, Reliable adn


Innovative.
-

Competence, mencerminkan kemampuan untuk melaksanakan atau


melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan,
dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh
pekerjaan tersebut.

Integrity, mencerminkan komitmen yang tinggi terhadap aturan-aturan,


kesepakataan serta undang-undang yang berlaku dalam memperjuangkan
kepentingan perusahaan.

Reliable, mencerminkan kecepatan, kesiapan dan tanggap dalam


merespon setiap komitmen dan janji dengan segenap kemampuan untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan.

Innovative, mencerminkan kemauan dan kemampuan untuk menciptakan


ide-ide baru dalam memperbaiki kualitas hasil proses.

2.3 Tata Letak Pabrik


PT. Krakatau Steel, Cilegon terletak sekitar 110 Km dari Jakarta dengan luas
keseluruhannya 350 hektar. PT. Krakatau Steel terletak di kawasan industri

15

Krakatau, tepatnya di jalan Industri No. 5 PO BOX 14, Cilegon 42435.


Kantor pusat PT. Krakatau Steel terletak di Wisma Baja dan Gatot Subroto
Kav. 54 Jakarta. Pertimbangan pertimbangan dalam memilih lokasi ini
sebagai lokasi pabrik adalah sebagai berikut:
Dekat dengan laut, sehingga dapat memudahkan pengangkutan bahan
baku dan produk menggunakan kapal
Dekat dengan daerah pemasaran (ibukota)
Tanah yang tersedia untuk pabrik cukup luas
Sumber air cukup memadai
Adanya jaringan rel kereta api dan jalan raya yang memadai untuk
pengangkutan.

Pabrik-pabrik yang ada di dalam PT. Krakatau Steel masih berada pada suatu
kompleks yang jaraknya berdekatan antara pabrik satu dengan yang lain, hal
ini bertujuan sebagai berikut:
1. Memudahkan

pengendalian

proses

produksi.

Karena

adanya

pengelompokkan peralatan dan bangunan selektif berdasarkan proses


masing-masing.
2. Memudahkan jalur transporrtasi dalam pabrik untuk menunjang proses
produksi dan pengangkutan bahan baku serta produk.
3. Jalan yang cukup luas sehingga memudahkan transportasi pekerja dan
menjamin keselamatan kerja karyawan.
4. Adanya bengkel dalam kawasan pabrik sehingga memudahkan perbaikan
perawatan dan pembersihan alat.

16

Gambar 2.1 Tata letak pabrik PT Krakatau Steel

2.4 Struktur Organisasi


Dalam rangka persiapan menuju era globalisasi serta tuntutan untuk selalu
tampil optimal dan profesional, pada tahun 2003 PT. Krakatau Steel
menyuguhkan format manajemen baru yang bertitik berat pada keseimbangan
kebijakan yang berkesinambungan bagi kemajuan perusahaan.

Dalam struktur organisasi PT. Krakatau Steel, jabatan direktur utama tidak
termasuk dalam struktur kepegawaian karena diangkat langsung oleh Menteri
Perindustrian. Dalam pelaksanaannya Direktur Utama dibantu oleh 5
Direktorat yaitu:

17

1.

Direktorat Pemasaran
Bertugas merencanakan, melaksanakan, mengembangkan kebijaksanaan
di bidang pemasaran produk.

2.

Direktorat Produksi
Bertugas

merencanakan,

merumuskan,

dan

mengembangakan

kebijaksanaan di bidang pengoperasian dan perawatan sarana produksi,


metalurgi, dan koordinasi produksi.
3.

Direktorat Keuangan
Bertugas

merencanakan,

melaksanakan

dan

mengembangakan

kebijaksanaan dibidang keuangan.


4.

Direktorat Logistik
Bertugas merencanakan pengadaan bahan -bahan yang digunakan
sebagai bahan baku dalam proses produksi. Serta menanggani masalah masalah yang berkaitan dengan bahan baku untuk keperluan produksi
sehari hari atau yang akan datang.

5.

Direktorat Perencanaan dan Teknologi


Bertugas merencanakan, merumuskan dan mengembangkan kebijakan
perusahaan dibidang teknologi agar hasil produksinya dapat bersaing
dipasar dunia. Sedangkan setiap direktorat didalam melaksanakan
aktivitas

personaliannya

dibantu

oleh

sub-sub

direktorat

yang

membawahai langsung beberapa divisi.


6.

Direktorat SDM dan Umum


Bertugas

merencanakan,

memutuskan

dan

mengembangkan

kebijaksanaan di bidang personalia, kesehatan, kesejahteraan, pendidikan

18

dan pelatihan kerja serta merencanakan organisasi, hubungan masyarakat


dan administrasi pengelolan karyawan serta keselamatan kerja.
Direktur
Utama

Direktur
Pemasaran

Direktur
Keuangan

SubDiv.
Penjamin
Kualitas

Direktur
Produksi

SubDiv.
Perencanaan
Produk

Manager
Perbengkelan

Superintendent
General Service

Superintendent
Pabrik Kapur

Direktur
Perenc.
& Teknologi

SubDiv.
Perawatan
Pabrik

Manager
Utility

Superintendent
Pabrik Gas
Industri

Direktur
SDM
& Umum

SubDiv.
Produksi
Besi & Baja

Direktur
Logistik

SubDiv.
Produksi
Pengerolan

Manager
Rekayasa
Teknik

Superintendent
Bengkel Listrik

Superintendent
Bengkel
Instrumen

Gambar 2.2 Skema Struktur Organisasi PT. Krakatau Steel

19

2.5 Unit-Unit Produksi PT. Krakatau Steel


PT. Krakatau Steel, Cilegon sebagai pabrik baja terpadu memiliki unit-unit
yang saling mendukung dan terintegrasi, yang kesemua dari proses produksi
baja tersebut saling berkaitan dari divisi / pabrik yang satu dengan yang
lainnya. Pembagian divisi / pabrik pada PT. Krakatau Steel, meliputi :
1. Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant / DRP)
2. Pabrik Billet Baja (Billet Steel Plant / BSP)
3. Pabrik Baja Slab (Slab Steel Plant / SSP)
4. Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill / HSM)
5. Pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill / CRM)
6. Pabrik Baja Batang Kawat ( Wire Rod Mill / WRM )

Berikut merupakan gambaran umum proses dari masing-masing pabrik yang


ada di PT. Krakatau Steel:
2.5.1 Pabrik Besi Spons/ Direct Reduction Plant (DRP)
Unit ini merupakan suatu pabrik yang menangani proses pengolahan
biji besi/pelet menjadi besi spons. Besi spons merupakan bahan baku
mentah untuk membuat baja, bentuk dari biji besi spons tersebut
seperti butiran-butiran kelereng, dimana butiran atau biji besi tersebut
di proses reduksi secara langsung (Direct Reduction).
Pabrik Besi Spons terbagi menjadi dua pabrik yaitu: Pabrik Besi
Spons (Direct Reduction Iron Plant) yang

dirancang dengan

teknologi HYL III, dan Pabrik Besi Spons yang lama dengan
teknologi HYL I. Pabrik Besi Spons dengan teknologi HYL I yang

20

berjumlah 2 modul. Masing-masing modul terdiri dari satu reformer,


empat reaktor fixed bed dan fasilitas bantu:
- Sistem penangan material untuk bahan baku dan hasil
- Plant penangan air
- Sistem air pendingin
- Sistem untuk gas inert serta udara instrumen
- Fasilitas pembangkitan uap

Sedangkan untuk Pabrik Besi Spons dengan teknologi HYL III


mempunyai komponen-komponen pokok berikut ini :
- Peralatan penghasil gas reduksi (reducing gas generation
equipment)
- Peralatan reduksi (reduction equipment)
- Sistem penyerap CO2
- Sirkuit gas reduksi dan sirkuit pendingin
- Sistem penanganan material untuk bahan baku (pellet)
- Sistem penanganan material hasil (besi spons)
- Peralatan bantu (auxiliary equipment)

Modul I dan II dikelompokkan ke plant 1 ( HYL I ). Masing-masing


plant berbagi fasilitas bantu. Teknologi HYL I di PT. Krakatau Steel
berkapasitas sebanyak 500.000 ton sponge iron per tahun. Teknologi
HYL III memulai operasinya pada tahun 1994 dengan menggunakan
2-shafts continuous process berkapasitas 1.350.000 ton sponge iron
per tahun dengan adanya tingkat metalisasi lebih dari 92%. Konsumsi

21

gas alam juga menurun, karena adanya loop daur ulang gas reduksi.
Pengoperasian pabrik juga lebih mudah karena teknologi kendali yang
digunakan sudah maju, yaitu dengan sistem Distributed Control
System (DCS).

Besi spons yang dihasilkan oleh pabrik ini memiliki keunggulan


dibanding sumber lain terutama disebabkan karena rendahnya
kandungan residual. Sementara itu tingginya kandungan karbon
menyebabkan proses di dalam Electric Arc Furnace (EAF) menjadi
lebih

efisien

dan

proses

pembuatan

baja

menjadi

lebih

akurat. Sehingga hal tersebut menjamin konsistensi kualitas produk


baja yang dihasilkan.

Gambar 2.3 Proses Pabrik Besi Spons

22

2.5.2 Pabrik Slab Baja/ Slab Steel Plant (SSP)


Pabrik Slab Baja merupakan pabrik untuk tempat peleburan besi
dimana pabrik Slab Baja ini terdiri dari 2 buah pabrik :
-

Slab Steel Plant I

Slab Steel Plant II

Besi spons diisikan dalam dapur listrik dengan menggunakan


continous feeding, selain spons dapur listrik juga diisi dengan scrap
atau besi tua dan batu kapur secukupnya kemudian semua bahan
tersebut dilebur menjadi baja cair yang masih berbentuk batangan/
lembaran-lembaran besi yang belum diolah dengan membutuhkan
panas yang sangat tinggi mencapai titik didih 16500C. Sumber
panasnya berasal dari energi listrik yang dialirkan melalui elektroda
listrik yang membara. Kapasitas produksi terpasang yaitu sekitar
1.000.000 ton / tahun untuk SSP I sedangkan untuk SSP II adalah
sebesar 800.000 ton / tahun.
Perlengkapan utama pada pabrik slab baja ini yaitu: 4 buah dapur
listrik (EAF) yang masing-masing berkapasitas 120 ton baja cair, 4
buah tungku pengeruk dan dua buah mesin tuang kontinyu (CCM)
dengan masing-masing satu jalur percetakan slab (mould).

23

Gambar 2.4 Proses Pabrik Baja Lembaran (SSP)

2.5.3 Pabrik Bilet Baja/ Billet Steel Plant (BSP)


Bilet baja merupakan bahan setengah jadi dalam industri baja. Bilet
baja ini digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan baja
batang kawat. Pabrik baja bilet (billet steel plant) ini menggunakan
bahan baku 40% scrap dan 60% besi spons serta penambahan unsurunsur lain untuk memproduksi billet baja berkualitas tinggi. Bilet yang
dihasilkan memiliki ukuran penampang 110 mm x 110 mm, 120 mm x
120 mm, 130 mm x 130 mm dengan panjang bervariasi antara 6
meter, 10 meter dan 12 meter. Kapasitas produksi pabrik baja bilet
(billet steel plant) dapat mencapai 700.000 ton per tahun. Proses
pembuatan baja pada pabrik baja bilet menggunakan teknologi tanur
busur listrik (Electric Arc Furnace/EAF). Setelah proses pengurangan
kadar karbon di tanur busur listrik maka baja cair selanjutnya akan
memasuki ladle refining stand ataupun ladle furnace. Proses

24

pencetakan baja cair menjadi bentuk billet dilakukan dengan


menggunakan Continuous Casting Machine (CCM).

Gambar 2.5 Proses Pabrik Bilet Baja (BSP)

2.5.4 Pabrik Baja Lembaran Panas/ Hot Strip Mill (HSM)


Pabrik Hot Strip Mill (HSM) yang berkapasitas 2.000.000 ton / tahun
merupakan bagian pabrik untuk mengukur ketebalan dari lembaranlembaran baja. Dengan menggunakan alat Overhead Crane, slab
dibersihkan terlebih dahulu dengan roller table dan siap untuk
dimasukkan Furnace dengan menggunakan slab pusher. Di dalam
Furnace dipanaskan dengan temperature mencapai sekitar 13000C.
Setelah itu slab tersebut dikirim ke routhing stand diroll untuk
menipiskan ketebalan 200mm menjadi 20-40 mm. Pada finishing
stand diroll kembali untuk mendapatkan ketebalan ukuran yang
direncanakan tergantung dari permintaan konsumen.

25

Gambar 2.6 Proses Pabrik Baja Lembaran Panas (HSM)

2.5.5 Pabrik Baja Lembaran Dingin/ Cold Rolling Mill (CRM)


Cold Rolling Mill (CRM) merupakan suatu pabrik yang mengolah
lembaran baja dari hasil yang telah ditipiskan sebelumnya oleh pabrik
Hot Strip Mill (HSM). Kemudian hasil dari pabrik Hot Strip Mill
(HSM) ditipiskan kembali melalui proses pendinginan pada Tandem
Cold Reduction Mill sampai 92% dari hasil ketebalan semula.
Sebelum melakukan

penipisan lembaran baja tersebut harus

dibersihkan terlebih dahulu kedalam tangki yang berisi HCI.


Kemudian dilanjutkan dengan proses pemanasan dengan sistem BAF
dan CAL, hasil lembaran baja tersebut diratakan dengan temper mill
sesuai dengan permintaan konsumen.

26

Gambar 2.7 Proses Pabrik Baja Lembaran Dingin (CRM)

2.5.6 Pabrik Pengerollan Baja/ Wire Rod Mill


Pabrik Wire Rod Mill (WRM) adalah sebuah pabrik yang memproses
batangan kawat baja. Produk-produk pabrik batang kawat juga
merupakan bahan baku dari pabrik-pabrik seperti pabrik mur dan
baud, kawat las, kawat paku, tali baja, dan lain sebagainya. Dengan
melakukan penimbangan, pencatatan, dan pemeriksaan secara visual
serta pengaturan posisi billet, siap dimasukkan ke dalam furnace
dimana bilet tersebut dipanaskan dengan temperatur 12000C.
Pengeluaran bilet didorong dengan alat yang disebut billet injektor.
Kemudian setelah bilet didinginkan dengan air, maka bilet siap untuk
digulung loop plyer
Peralatan utama dalam pabrik Wire Rod Plant (WRP) adalah :
a.

Sebuah furnace dengan kapasitas 60 ton/jam.

27

b.

Dua buah konveyor pendingin.

c.

Dua buah mesin untuk merapikan atau mengompakkan gulungan


dan mengikatnya.

Kapasitas produksi pabrik ini mencapai 200.000 ton tahun batang


kawat. Diameter kawat yang dihasilkan adalah 5,5 mm; 8 mm; 10
mm; dan 12 mm. Ukuran yang dihasilkan : Panjang 10.000 mm, Berat
900 Kg, Penampang 110x110 mm. Untuk variasi batang kawat yang
dihasilkan terdiri dari :
a.Batang kawat karbon rendah
b.Batang kawat untuk elektroda las
c.Batang kawat untuk cold healding

Gambar 2.8 Proses Pabrik Batang Kawat (WRM)

28

Anda mungkin juga menyukai